Garis Kontur
4.1 Kontur
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang
tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian
suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line).
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama.
Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis lengkung
horisontal.
Dengan memahami bentuk-bentuk tampilan garis kontur pada peta, maka dapat
diketahui bentuk ketinggian permukaan tanah, yang selanjutnya dengan bantuan
pengetahuan lainnya bisa diinterpretasikan pula informasi tentang bumi lainnya.
Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan
interval kontur tertentu; mis. Setiap 10 m atau yang lainnya.
Rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi adalah:
Contoh:
Berikut contoh interval kontur yang umum digunakan sesuai bentuk permukaan
tanah dan skala peta yang digunakan.
Gambar 4.2: Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
Titik-titik yang menggambarkan kontur gradient harus dipilih dalam pengukuran titik
detil sehingga dapat dibuat interpolasi linier dalam penggambaran garis kontur di
daerah pengukuran.
Gambar 4.8: Bentuk, luas dan volume daerah genangan berdasarkan garis kontur.
Titik-titik detil yang tidak harus sama tinggi, dipilih mengikuti pola tertentu, yaitu:
pola kotak-kotak (spot level), pola profil (grid) dan pola radial. Titik-titik detil ini,
posisi horizontal dan tingginya bisa diukur dengan cara tachymetri - pada semua
medan, sipat datar memanjang ataupun sipat datar profil - pada daerah yang relatif
datar.
Pola radial digunakan untuk pemetaan topografi pada daerah yang luas dan
permukaan tanahnya tidak beraturan.
Gambar 4.11: Pengukuran kontur pola spot level dan pola grid.
Gambar 4.12 Pengukuran kontur pola radial.
Titik-titik detil ditelusuri sehingga dapat ditentukan posisinya dalam peta dan diukur
pada ketinggian tertentu - ketinggian garis kontur. Cara pengukurannya bisa
menggunakan cara tachymetri atau cara sipat datar memanjang dan diikuti dengan
pengukuran polygon.
Cara pengukuran langsung lebih rumit dan sulit pelaksanaannya dibanding dengan
cara tidak langsung, namun ada jenis kebutuhan tertentu yang harus menggunakan
cara pengukuran kontur cara langsung, misalnya pengukuran dan pemasangan
tanda batas daerah genangan.
Pada pengukuran garis kontur cara langsung, garis-garis kontur sudah langsung
merupakan garis penghubung titik-titik yang diamati dengan ketinggian yang sama,
sedangkan pada pengukuran garis kontur cara tidak langsung umumnya titik-titik
detil itu pada ketinggian sembarang yang tidak sama. Bila titik-titik detil yang
diperoleh belum mewujudkan titik-titik dengan ketinggian yang sama, maka perlu
dilakukan interpolasi linier untuk mendapatkan titik-titik yang sama tinggi.
Interpolasi linier bisa dilakukan dengan cara: taksiran, hitungan dan grafis.
Cara ini pada dasarnya juga menggunakan dua titik yang diketahui posisi dan
ketinggiannya, hanya saja hitungan interpolasinya dikerjakan secara numeris
(eksak) menggunakan perbandingan linier.
Pada Gambar 4.14 di atas, titik R yang terletak pada garis ketinggian + 600 berada
pada
jarak BR =( hBR / hBC) jarakBC.
Cara grafis
Pada kertas transparan, buat interpolasi dengan membuat garis-garis sejajar dengan
interval tertentu pada selang antara dua titik yang sudah diketahui ketinggiannya.
Kemudian plot salah satu titik pada kertas transparan. Titik ini kemudian diimpitkan
dengan titik yang sama pada kertas gambar dan keduanya ditahan berimpit sebagai
sumbu putar. Selanjutnya putar kertas transparan hingga arah titik yang lain yang
diketahui ketinggiannya terletak pada titik yang sama pada kertas gambar. Maka
dengan menandai perpotongan garis-garis sejajar denga garis yang diketahui
ketinggiannya diperoleh titik-titik dengan ketinggian pada interval tertentu.
1. Dari sebuah peta topografi yang dibuat oleh BAKOSURTANAL atau peta geologi
dari Dir. Geologi di Bandung pada skala tertentu, misalnya 1 : 50 000:
a. Amati dan catat interval kontur yang ada serta catat jarak dua kontur di peta.
d. Bandingkan peta untuk tempat yang sama dengan peta rupabumi dari BPN ?
Apa yang terlihat ? Kesimpulannya ?
2. Tarik garis kontur dengan interval 2.5 m dan indeks kontur tiap kelipatan genap
10 m dari data ukur pengukuran kontur cara grid yang sudah diplot pada sket
berikut. Pada satu kotak = (1 cm x 1 cm) = (500 m x 500 m).
Bila bacaan benang tengah sipat datar pada rambu di BM-01 = 1.937 m, maka
tentukan berapa seharusnya bacaan benang tengah pada rambu yang berdiri tepat
di ketinggian
+ 775.500 m.
Rangkuman
Garis kontur menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Pada daerah landai garis
kontur jarang dan semakin rapat pada derah yang semakin terjal. Interval kontur
dipengaruhi oleh bentuk medan dan skala peta yang berkaitan dengan tujuan pemakaian
peta. Membesarkan peta dari peta skala kecil menjadi peta skala besar akan diperoleh peta
dengan informasi yang "hilang" atau tidak tercakup, termasuk garis kontur pada peta skala
besar. Berdasarkan pola kontur bisa diinterpretasikan kondisi fisik rupabumi dan dibuat
keputusan-keputusan pada pekerjaan perencanaan dan perancangan bangunan rekayasa
sipil.
Daftar Pustaka
1. Purworhardjo, U.U., (1986), Ilmu Ukur Tanah Seri C - Pengukuran Topografi,
Jurusan Teknik Geodesi ITB, Bandung, Bab 5.
2. Sosrodarsono, S. dan Takasaki, M. (Editor), (1983), Pengukuran Topografi dan
Teknik Pemetaan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Bab 5.
3. Wirshing, J.R. and Wirshing, R.H., (1985), Teori dan Soal Pengantar Pemetaan –
Terjemahan, Introductory Surveying, Schaum Series, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1995, Bab 8.
4. Wongsotjitro, Soetomo, (1980), Ilmu Ukur Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,
Bab 8.