Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori


II.1.1 Pengertian Fluida
Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen dapat berupa gas atau cairan baik dalam keadaan diam
ataupun bergerak. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida,
maka didalam fluida itu akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang
satu meluncur diatas yang lain hingga mencapai bentuk yang baru. Selama
perubahan bentuk itu terdapat tegangan geser (shear stress) yang besarnya
bergantung pada viskositas fluida dan laju luncur. Tetapi bila fluida itu
sudah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser itu akan
hilang.(Geankoplis, 2003)
Pada suatu suhu dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai
densitas atau rapatan tertentu, yang dalam prakteknya biasanya diukur
dalam pound per cubic foot atau dalam kilogram per meter kubik. Walaupun
densitas fluida bergantung pada suhu dan tekanan, perubahan densitas
karena perubahan variabel itu mungkin besar dan mungkin pula kecil. Jika
densitas itu hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang agak besar
pada suhu dan tekanan, maka fluida itu disebut fluida incompressible.
Tetapi jika densitasnya peka terhadap variabel itu, fluida itu disebut fluida
compressible (McCabe, 1991)

II.1.2 Sifat Yang Mempengaruhi Fluida


Menurut Orianto (1984), sifat-sifat fluida :
a. Tekanan (p)

∆𝐹
𝑃 = lim
∆𝐴→0 ∆𝐴

Dimana, ∆F = pertambahan / penurunan / perubahan gaya normal


yang bekerja pada luasan A yang dikelilingi oleh partikel fluida.

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b. Density (𝜌), Specific Weight (γ), dan Specific volume (Vsp) atau 𝜐
 Density - Menunjukkan massa fluida yang dikandung dalam suatu
unit volume. Density mempuyai unit : slugs/ft3. Density pada suatu
titik digambarkan sebagai :

∆𝑚
𝜌= lim
Δ𝑉𝑜𝑙→0 ∆𝑉𝑜𝑙

Dimana, Δm adalah pertambahan massa fluida di sekitar titik dan


Δvol adalah pertambahan volume pada posisi yang sama.
 Specific Weight – dapat dihitung dari density :

𝛾 = 𝜌𝑔

Dimana g adalah percepatan gravitasi. γ mempunyai unit lbf/ft3.


 Spesific Volume – volume yang ditempati oleh suatu massa fluida.

1
𝜐=
𝜌

Unitnya : ft3/slug
c. Specific Gravity (s)
Adalah perbandingan antara specific weight suatu fluida pada
kondisi sebenarnya dengan specific weight air murni pada kondisi
standar (14,7 psi, 68˚F).
d. Viskositas
Viskostas suatu fluida adalah suatu sifat yang sangat pentig dalam
menganalisaan tingkah laku fluida dan gerakan fluida dekat batas
padat. Viskositas merupakan hasil dari gaya-gay antara molekul
yang timbul pada saat lapisan-lapisan fluida berusaha menggeser
satu dengan lainnya. Shearing stress (tegangan geser) antara lapisan-
lapisan fluida nonturbulen yang bergerak pada saluran lurus dapat
ditentukan, untuk fluida Newtonian, sebagai :

Laboratorium Transportasi Fluida II-2


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

τ xy α 𝜕𝑢⁄𝜕𝑦

dimana τ xy = shearing stress pada permukaan. Berdasarkan


pengalaman empiris,

τ xy = μ 𝜕𝑢⁄𝜕𝑦

dimana μ = konstante proporsionil yang disebut koefisien viskositas


atau viskositas dinamis.
II.1.3 Macam-Macam Aliran Fluida
Menurut Ridwan (2014), berdasarkan pergerakannya aliran fluida
terdiri dari :
a. Aliran laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang
bergerak dalam lapisan-lapisan, atau lamina-lamina dengan satu
lapisan meluncur secara merata. Dalan aliran laminar ini viskositas
berfungsi untuk meredam kecenderungan kecenderungan terjadinya
gerakan relatif antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi
pasti hukum viskositas Newton
b. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana
pergerakan partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami pencampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida
kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan
aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi mengakibatkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-
kerugian aliran.
c. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar
ke aliran turbulen.

Laboratorium Transportasi Fluida II-3


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.4 Bilangan Reynold
Bilangan Reynold adalah suatu bilangan yang tidak memiliki
dimensi yang merupakan fungsi dari kecepatan, densitas dan viskositas
pada fluida serta diameter pipa yang menunjukkan aliran dari fluida
tersebut berupa laminar atau turbulen. (Geankoplis, 2003)
Aliran steady air yang diberi zat-warna yang baik dimasukkan dari jet
seperti pada gambar dan pola aliran diamati. Pada laju aliran air yang
rendah, pola zat-warna beraturan dan membentuk garis atau aliran
tunggal.Tidak ada pencampuran lateral dari fluida dan fluida mengalir pada
garis aliran. Dengan menempatkan tambahan jet atau poin lain dalam
luasan pipa, terlihat bahwa tidak ada pencampuran di setiap bagian dari
tabung dan fluida mengalir pada garis lurus paralel. Tipe aliran ini disebut
aliran laminer atau viskos. (McCabe, 1991)
Menurut McCabe et al (1991), bilangan Reynold mempelajari kondisi
di mana satu jenis aliran berubah menjadi jenis aliran yang lain dan
menemukan bahwa kecepatan kritis, di mana aliran laminar berubah
menjadi aliran turbulen, bergantung pada empat buah besaran,yaitu:
1. Diameter tabung atau pipa yang digunakan
2. Viscositas
3. Densitas, dan
4. Kecepatan linier rata-rata zat cair
Tipe aliran fluida yang terjadi dalam sebuah fluida di dalam suatu
aliran merupakan masalah penting dalam fluida dinamik. Ketika fluida
bergerak melalui sebuah aliran tertutup dari beberapa bagian persilangan,
termasuk dua tipe aliran nyata yang dapat diamati. Dua jenis aliran ini dapat
dijumpai pada umumnya dalam aliran yang mengalir secara terbuka atau
seperti pada sungai. (Geankoplis, 2003)
Ketika aliran memiliki kecepatan yang rendah, maka bentuk alirannya
pun tenang. Namun apabila kecepatan aliran cukup tinggi atau besar, maka
bentuk aliran yang dapat diamati adalah tidak stabil, dimana putaran-
putaran atau paket-paket kecil partikel fluida yang ada berpindah
(Geankoplis,2003).
Laboratorium Transportasi Fluida II-4
Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Aliran jenis pertama adalah kecepatan yang rendah dimana lapisan
dari satu fluida menyisip pada lapisan yang lain tanpa terjadi kisaran atau
putaran-putaran disebut aliran laminer dimana hukum viskositas newton
tidak berlaku. Aliran jenis kedua, pada kecepatan yang tinggi dimana
kisaran atau putaran-putaran yang terjadi secara berubah-ubah dan alami
disebut aliran turbulen (Geankoplis, 2003).
Eksistensi aliran laminer dan turbulen lebih mudah diamati dengan
menggunakan percobaan. Reynold. Dimana percobaanya digambarkan
sebagai berikut :

Gambar I.1 Karakteristik Aliran Laminer, Transisi, dan Turbulen

Menurut Geankoplis (1993), Agar zat warna dapat digunakan dalam


mengamati tipe aliran, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:
1. Mudah diamati (warnanya kontras dengan fluida yang diukur)
2. Tidak bereaksi dengan fluida
3. Dapat bercampur / larut dengan fluida

II.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi NRe


II.1.4.1 Debit
Menurut Pauliza (2008), fluida ideal memiliki aliran stationer, yaitu
aliran fluida yang melalui suatu titik tertentu akan memiliki kecepatan yang
sama. Jika fluida mengalir dalam suatu pipa dengan luas penampang A

Laboratorium Transportasi Fluida II-5


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dengan kecepatan v. Setelah t detik fluida dari titik x berpindah sejauh vt
ke titik y. Banyaknya fluida yang mengalir per satuan waktu disebut debit
aliran atau laju aliran

V
Q=
A

Keterangan :
Q
V : laju aliran (m/s)
A : luas penampang aliran (m2)
Q : debit (m3 /s)
II.1.4.2 Shear Stress (Gaya Geser)
Menurut McCabe et al (1991), Oleh karena fluida nyata bersifat
melawan geser, maka selalu terdapat gaya geser bilamana terdapat laju
pergeseran menurut waktu. Pada aliran satu dimensi, gaya geser bekerja
sejajar dengan bidang geser itu. gaya ini disebabkan oleh fluida luar dan
bekerja pada fluida antara bidang dan dinding. Menurut hukum Newton
ketiga, terdapat gaya yang sama besar tetapi berlwanan arah, yaitu –Fs, yang
bekerja pada fluida di luar bidang pseudoplastik dan berasal dari fluida di
dalam bidang tersebut. Biasanya tidak pula menggunakan gaya total F s,
tetapi lebih bila menggunakan gaya per-satuan luas bidang geser yang
dinamakan shear stress dan ditandai dengan , atau gaya geser terdapat
pada aliran laminar maupun turbulen.

Fs

As

.Keterangan :
As : luas bidang geser (m2)
Fs : gaya apung (N)
 : gaya geser (N/m2)
Menurut McCabe et al (1986), Fluida yang mengikuti Hukum Newton
tentang viskositas dinamakan Fluida Newtonian. Dalam Fluida Newtonian,
kecepatan bergeser (shear rate, dvz/dy) berbanding lurus dengan gaya geser

Laboratorium Transportasi Fluida II-6


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
(shear strees, yz). idak mempunyai nilai viskositas yang tunggal yang tidak
tergantung pada shear rate. Konstanta perbandingan ini dikenal dengan
viskositas, yang didefinisikan dengan persamaan:

𝑑𝑣 τv
τv = µ
𝑑𝑦


Keterangan :
 :gaya geser F/A (N/m2)
 :viskositas absolut fluida (g/cm.s)
dv : kecepatan geser (cm/s2)
II.1.4.3 Viskositas
Menurut McCabe et al (1991), viskositas dalam fluida Newton
bergantung pada suhu disamping bergangung juga sedikit pada tekanan.
Viskositas gas bertambah terhadap temperatur menurut pendekatan
persamaan:

n
 T 
 
 o  273 

Keterangan:
-  adalah viskositas pada temperatur absolut T,K
- o adalah viskositas pada 0o C atau 273o K
- n adalah tetapan
Menurut McCabe et al (1991), viskositas gas sudah banyak dikaji dalam
teori kinetika, untuk itu sudah ada tabel-tabel yang diteliti lagi lengkap
mengenai koefisien suhunya. Tetapan n merupakan suatu parameter yang
rumit yang besarnya berkisar antara 0,65 sampai 1,0. Viskositas gas hampir
tidak bergantung pada tekanan, terutama di daerah dimana hukum gas
berlaku. Viskositas zat cair pada umumnya jauh lebih besar dari viskositas
gas, dan menjangkau beberapa orde besaran. Viskositas menurun secara
menyolok bila suhu dinaikkan. Viskositas zat cair bertambah dengan
tekanan , tetapi pengaruhnya pada umumnya menjadi tidak berarti pada
tekanan kurang dari 40 atm

Laboratorium Transportasi Fluida II-7


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Aplikasi Industri
PENGARUH JARAK ALUR TERHADAP KEKUATAN VORTEX DAN
BILANGAN REYNOLD KRITIS ALIRAN FLUIDA BERDENYUT
DALAM SALURAN BERPENAMPANG SEGIEMPAT
Prayitno Ciptoadi
(2011)

Pada aliran laminar di dalam saluran beralur melintang terdapat


dua daerah aliran: (i) aliran utama dalam saluran dan (ii) aliran vortex
resirkulasi dalam alur. Dua daerah tersebut dipisahkan oleh lapisan
geser bebas (free shear layer). Dalam kondisi stedi, tidak ada pertukaran
fluida antara kedua daerah ini. Salah satu kemungkinan untuk
meningkatkan laju transport dalam saluran beralur adalah memperbaiki
pencampuran lateral (lateral mixing) dengan mengganggu lapisan geser
pemisah antara aliran utama dan aliran resirkulasi dalam alur
Tahapan pelaksanaan penelitian adalah Pengukuran debit aliran
Q, berdasarkan volume air yang mengalir per satuan waktu kemudian
data diambil menggunakan sensor tegangan (salah satu tahanan
jembatan Wheatstone) yang ditempatkan di dalam manometer yang berisi
air. Untuk menjamin keakuratan, jumlah data yang diambil adalah 400
data per detik dan dilakukan 5 kali lalu Tinggi kenaikan kolom air di
dalam manometer 1 dibaca sebagai z1, sedangkan tinggi kenaikan kolom
air di dalam manometer 2 dibaca sebagai z2.
Dari hasil pengujian Kekuatan vortex dipengaruhi oleh bilangan Re,
bilangan Str dan jarak antar alur. Pada interval bilangan Re laminar tak
stedi Pressure drop meningkat seiring meningkatnya bilangan Re dan
peningkatannya drastis pada Re dimana mulai terjadinya self-sustained
oscillatory flow. Nilai pressure drop paling tinggi terjadi pada G1 diikuti
oleh G2, G3 dan G0. Bilangan Reynold kritis membesar jika jarak antar
alur meningkat yaitu untuk jarak antar alur ½ and ¾ kali keliling alur
Re kritis 700 sedangkan untuk jarak antar alur sama dengan keliling alur
Re kritis 950.
Laboratorium Transportasi Fluida II-8
Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Transportasi Fluida II-9


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS

Anda mungkin juga menyukai