Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Berdasarkan UU No. 52 tahun 2009, keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya. Selain itu, UU tersebut menjelaskan tujuan
pembangunan keluarga ialah meningkatkan kulaitas keluarga agar dapat timbul rasa
aman, tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin yang tercantum dalam pasal 4.
Bentuk, fungsi maupun siklus keluarga dapat terganggu akibat adanya masalah
kesehatan dalam keluarga. Maka, pemeliharaan kesehatan masing-masing anggota
keluarga sangat penting untuk dilakukan.
Pelayanan dokter keluarga merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyeluruh, terpadu, berkesinambungan dan proaktif serta lebih memusatkan
perhatian dan tanggung jawab pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seluruh
anggota keluarga sebagai satu unit, bukan pada golongan umur, jenis kelamin, organ
tubuh, jenis penyakit dan atau keluhan tertentu saja. Kedokteran keluarga memiliki
prinsip-prinsip pelayanan kedokteran melalui pelayanan yang holistik dan
komprehensif, pelayanan yang kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan
kolaboratif, penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarga, pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggal, pelayanan yang menjunung tinggi etika dan hukum,
pelayanan yang sadari biaya dan mutu, serta pelayanan yang dapat diaudit dan dapat
dipertanggungjawabkan.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat ditentukan
ialah:
a. Bagaimana penerapan dokter keluarga pada pasien?
b. Bagaimana efek penerapan dokter keluarga pada pasien dan keluarga?

1
I.3 Tujuan Penulisan
I.3.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan dan menerapkan konsep kedokteran keluarga pada seorang
pasien yang menderita penyakit benign prostatic hyperplasia (BPH).
I.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga, termasuk masalah lingkungan
dan sosial ekonomi keluarga
b. Usaha untuk meningkatkan kesehatan keluarga melalui edukasi masalah
kesehatan keluarga, diskusi alternatif penyelesaian masalah kesehatan
keluarga, melakukan intervensi, serta memberi materi penyuluhan.

I.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi Pembaca dan Masyarakat
Mengetahui dan memahami peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga
terutama dalam mengatasi masalah kesehatan, mengetahui konsep dokter
keluarga, serta sebagai contoh untuk penerapan dokter keluarga di masyarakat.
b. Bagi Institusi
Dapat menerapkan pembelajaran dokter keluarga secara kontinyu untuk
meningkatkan taraf kesehatan di Indonesia.
c. Bagi Pasien
Mengetahui dan memahami peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga
terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.
d. Bagi Penulis
Mengetahui dokter keluarga dan penerapannya, serta mempelajari penatalaksanan
pasien dengan prinsip dokter keluarga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Ilustrasi Kasus


Bapak T berusia 70 tahun pernah menderita penyakit benign prostatic
hyperplasia (BPH). Beliau memiliki 1 orang istri dan 4 orang anak. Istri beliau
bernama Ibu D yang berusia 67 tahun. Bapak T tinggal di sebuah rumah di
Kecamatan Sukmajaya Depok hanya bersama dengan sang istri. Ibu D menderita
diabetes mellitus karena terdapatnya faktor keturunan.
Kunjungan pertama dilakukan pada hari Jumat, tanggal 5 Desember 2013.
Mahasiswa tiba di kediaman Bapak T pada pukul 09.00 WIB. Pada kunjungan hari
pertama diawali dengan melakukan informed consent kepada keluarga pasien
mengenai maksud dan tujuan kegiatan kedokteran keluarga serta melakukan
anamnesis dan identifikasi keadaan keluarga.
Berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan kepada Bapak T diperoleh
informasi bahwa beliau pernah mengalami serangan jantung pada tahun 2001, setelah
berhasil dioperasi terserang penyakit BPH pada tahun 2003 dan telah dioperasi
sebanyak dua kali. Operasi pertama dilakukan pada tahun 2004 dan operasi kedua
dilakukan pada tanggal 22 September 2014. Bapak T pernah menjadi perokok namun
sudah berhenti sejak terkena serangan jantung. Saat belum terkena BPH, Bapak T
sering berolah raga, seperti lari dan bermain badminton, serta melakukan aktivitas
yang cukup berat. Namun setelah didiagnosis menderita BPH, beliau mengurangi
aktivitasnya, baik olah raga maupun aktivitas berat. Pasca operasi BPH, Bapak T rutin
check up untuk memeriksa tekanan darahnya dan keadaan prostatnya, serta meminum
obat untuk jantungnya yang diberikan oleh dokter. Ibu D menderita diabetes mellitus
sejak tahun 200x, dan masih mengkonsumsi obat yang diberikan dokter.
Bapak T pernah bekerja menjadi teknisi di Radio Republik Indonesia (RRI)
namun sekarang sedang menjalani masa purnabakti. Sama seperti sang suami, Ibu D
juga merupakan seorang pensiunan RRI. Penghasilan keluarga Bapak T didapatkan
dari dana pensiun yang diterima setiap bulan.
Keluarga Bapak T tinggal di rumah permanen, dengan lantai keramik, atapnya
berupa genteng, dan temboknya dilapisi cat. Rumah ini terdiri dari dua lantai. Lantai
bawah memiliki teras yang juga digunakan sebagai ruang tamu, 3 kamar tidur, 2
kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang televisi yang berdekatan dengan ruang makan. Di

3
lantai atas terdiri satu ruangan yang dipergunakan sebagai gudang. Jendela pada
rumah ini berada di ruang televisi dan di salah satu kamar tidur.
Kunjungan keluarga ke 2 dilakukan pada hari Senin, 15 Desember 2014. Pada
kunjungan kedua mahasiswa melakukan intervensi dengan memberikan agenda dan
kalender kepada Bapak T. Pada agenda tersebut terdapat jadwal minum obat, menu
diet makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus, dan jadwal kontrol
untuk Bapak T, yang nantinya dapat dilakukan follow up pada kunjungan keluarga
berikutnya.
Kunjungan ke 3 dilakukan pada tanggal 12 Januari 2015. Pada kunjungan kali
ini mahasiswa melakukan evaluasi mengenai progres yang terjadi terhadap edukasi
yang telah mahasiswa lakukan di kunjungan sebelumnya. Didapatkan hasilnya bahwa
Bapak T sudah memulai pola makan sesuai diet yang diberikan dan meminum obat
secara teratur.
Diakhir kegiatan mahasiswa tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih atas
kesediaan keluarga Bapak T untuk menjadi keluarga yang diberikan intervensi oleh
mahasiswa dalam kegiatan dokter keluarga. Sebagai tanda terima kasih mahasiswa
kepada keluarga pasien, mahasiswa memberikan sembako agar Bapak T dapat
memaksimalkan intervensi edukasi mengenai pola hidup sehat dan kontrol kesehatan
yang teratur serta beberapa saran untuk selalu menjaga kesehatan masing-masing
anggota keluarga yang ditujukan kepada keluarga pasien.

4
II.2 Laporan Kunjungan Keluarga
III.2.1 Kunjungan I (5 Desember 2014)
Mengidentifikasi dan menganalisis masalah kesehatan keluarga termasuk
lingkungan dan sosial ekonomi keluarga.
A. Laporan Berkas Keluarga
1. Identitas Keluarga
a. Nama kepala keluarga :T
b. Alamat rumah : Kecamatan Sukmajaya Depok
c. Daftar anggota yang tinggal dalam satu rumah :
No Nama Kedudukan Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam L/P
keluarga
1 S Kepala L 70 SMA Pensiunan BPH
keluarga thn
2 D Istri P 67 SMA Pensiunan Diabetes
thn Mellitus

Tabel 1 . Daftar anggota tinggal dalam satu rumah

d. Bentuk keluarga : Keluarga pasangan lansia


e. Siklus kehidupan keluarga :
- Keluarga orang tua lansia  keluarga dengan kepala keluarga
dan istri yang berusia di atas 55 tahun.
f. Deskripsi Identitas keluarga
1. Keluarga Bapak T merupakan keluarga pasangan lansia karena
terdiri dari sepasang suami istri lansia yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
2. Terdapat dua orang dalam satu rumah.
3. Kepala keluarga merupakan pasien pasca operasi benign
prostatic hyperplasia yang dilakukan pada tahun 2004 dan 2014.
4. Istri Bapak T menderita diabetes mellitus.
5. Kepala keluarga dan istri merupakan pensiunan RRI. Penghasilan
didapat dari dana pensiun setiap bulan.

5
g. Genogram

Keterangan symbol genogram

Simbol

Laki – laki

Perempuan

Laki – laki, sudah meninggal

Perempuan, Sudah meninggal

Menikah

7
Hilang

1 Skizofren

Tinggal dalam satu rumah

6
1) Keadaan rumah

Denah rumah

Kamar mandi

Dapur gudang
kamar 1 Ruang makan kamar 3

Kamar 2 Ruang tamu kamar 4

Keterangan Denah Rumah

: Jendela

: pagar rumah

: Pintu

a. Jenis lantai : keramik


b. Jenis Atap : genteng
c. Jenis dinding : tembok dilapisi cat
d. Dapat membaca tulisan di dalam ruang rumah tanpa sinar lampus
istrik pada siang hari.
e. Perbandingan luas jendela atau lantai di ruang tidur : 20%
Perbandingan luas jendela atau lantai di ruang tamu : 20%
f. Deskripsi Keadaan Rumah :
1. Rumah keluarga Bapak T berada di lingkungan perumahan padat
penduduk. Rumah sederhana yang didirikan 20 tahun lalu.
2. Rumah belum pernah di renovasi. Dinding tembok dilapis cat
namun warnanya sudah pudar dan kotor.
3. Kamar – kamar gelap dengan jendela 20% luas lantai
4. Cahaya matahari tidak banyak yang masuk ke dalam rumah dan
kamar. Menyebabkan rumah terasa lembab.

7
5. Pengaturan barang cukup ditata dengan rapi dan tetapi lantai
cukup bersih.
6. Perlu diperhatikan penularan penyakit – penyakit infeksi akibat
dari kelembaban dalam rumah yang tinggi.
7. Letak rumah lebih tinggi dari jalanan di sekitarnya.

2) Keadaan Keluarga
Perencanaan Keluarga
1. Perencanaan keluarga yang dilakukan :
Keluarga lansia : Ibu dulu menggunakan alat kontrasepsi, namun
sudah dilepas. Memiliki 4 orang anak dengan jarak kelahiran
yang normal.
2. Pengambilan keputusan perencanaan keluarga dilakukan oleh
kepala keluarga. Contohnya : untuk check up ke dokter.
3. Penggunaan kontrasepsi KB
Keluarga lansia : menggunakan KB jenis spiral saat awal
menikah sampai kelahiran anak ke-empat.

3.) Hubungan tiap anggota keluarga

Suami Istri

Keterangan

Simbol Keterangan
Hubungan harmonis, equal/sama
Hubungan sangat erat

8
4.) Deskripsi pemenuhan kebutuhan keluarga :
1. Pendidikan terakhir Kepala Keluarga dan istri adalah SMA.
Tingkat pendidikan yang cukup tinggi memberikan pengaruh
positif pada pengetahuan pasien dalam pencegahan suatu
penyakit. Pasien rutin datang ke dokter sesuai jadwal.
2.

5.) Gaya Hidup Keluarga


- Keluarga biasa makan masakan di rumah. Makanan yang tersedia lebih
banyak lauk pauk, seperti oseng-oseng tanpa disertai sayuran berkuah dan
buah-buahan. Setiap hari memakan nasi dengan lauk yang selalu ada yaitu
tahu dan tempe. Kemungkinan intake yang didapat keluarga ini hanya
berupa karbohidrat dengan protein. Kemungkinan keluarga akan
mengalami kurang serat dan vitamin dari sayur dan buah.
- Keluarga ini sudah jarang berolah raga.
- Tidak ada kebiasaan minum alkohol.
- Kebiasaan merokok yang dimiliki Bapak T sudah dihentikan sejak
mengalami serangan jantung.

6.) Lingkungan Hidup Keluarga


a. Lingkungan perumahan
1. Jenis perumahan : Rumah permanen
2. Higiene lingkungan rumah : Cukup bersih
3. Keamanan lingkungan rumah : Aman
4. Paparan zat/partikel : Debu
b. Lingkungan pekerjaan anggota keluarga
1. Jenis pekerjaan : Pensiunan RRI
2. Risiko pekerjaan yang terjadi : -
3. Paparan zat/partikel : -
c. Lingkungan sosial keluarga
1. Keluarga cukup dikenal oleh masyarakat sekitar karena Bapak T
pernah menjabat sebagai Ketua RT. Selain itu, keluarga ini juga
mengikuti organisasi perkumpulan seperti arisan dan pengajian.
2. Kemungkinan terjadinya paparan stres sosial sangat kecil.

9
7.) Masalah kesehatan yang ada dalam keluarga
- Benign prostatic hyperplasia
- Diabetes Melitus

Mandala Of Health

8.) Rencana pemeliharaan kesehatan pada keluarga


Tujuan Kegiatan Materi Cara pembinaan Sasaran
Kegiatan Individu
1. Hiperglikemi Diabetes Memotivasi bapak Bapak T,
mellitus untuk tetap dengan Ibu M
pola makan yang
saat ini di jalani,

10
dan memotivasi
untuk tidak lupa
minum obat gula.
2. Mengontrol gula Gula darah Memotivasi Bapak Bapak T,
darah T ke Puskesmas Ibu M
terdekat unutk
mengontrol Gula
darah
3. Keluarga Kebugaran, Edukasi Bapak T,
terbiasa dengan olahraga, pentingnya Isteri, 1
kegiatan dan berolahraga Anak laki –
olahraga teratur pencegahan laki, 1
penyakit perempuan.
4. Keluarga bisa Rokok Edukasi tentang Anak laki –
mengurangi atau bahaya rokok bagi laki yaitu
menghentikan tubuh dan SL
kebiasaan kandungan –
merokok kandungan yang
ada pada rokok.
5. Keluarga dapat Kebersihan, Edukasi tentang Seluruh
menjaga pencegahan pentingnya hidup anggota
kebersihan diri penularan bersih, dan keluarga,
dan lingkungan penyakit pentingny untuk terutama ST
sekitar rumah mandi sehari 2
kali.
6. Mengurangi Kelembaban Edukasi tentang Seluruh
kelembaban di rumah, pentingnya sinar anggota
rumah cahaya atau matahari bagi keluarga
sinar lingkungan rumah.
matahari
7. Mengurangi Tingkat Edukasi tentang Bapak T
tingkat kecemasan penyakit yang
kecemasan diderita Bapak

11
Bapak Nimar Nimar.
terhadap
penyakitnya
8. Meningkatan Dukungan Edukasi tentang Isteri yaitu
dukungan keluarga penyakit yang ibu M,
keluarga diderita Bapak T anak-anak
terhadap dan anak laki- laki yaitu ST,
penyakit yang edukasi tentang dan Bapak
diderita Bapak, dukungan dan T
dan anak laki- perhatian apa saja
laki Nimar yang dibutuhkan
oleh anaknya SL
9. Mengurangi efek efek samping Edukasi tentang Bapak T
samping obat pada obat penyakit yang diderita
anak laki- laki yang oleh anak laki-laki,
menderita gangguan dan Edukasi tentang
kejiwaan SL efek samping dari
obat- obatan yang
diberikan pada SL
10. Mengurangi Perasaan Edukasi untuk Semua
perasaan penat penat dan keluar rumah anggota
dan bosan bosan untuk berinteraksi keluarga
dengan tetangga
sekitar tempat
tinggal lingkungan
rumah.

9.) Laporan Diagnostik Holistik pada Pasien Kedokteran Keluarga


Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pasien, maka
didapatkan hasil :
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. T
1. Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Umur Pasien : 70 tahun

12
3. Pendidikan Terakhir pasien: SMA
4. Pekerjaan Pasien : Pensiunan
5. Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) : Pensiunan RRI
6. Pendapatan Keluarga (Kepala Keluarga) : Dana pensiun
b. Diagnostik Holistik
1. (AP1) Aspek Personal :
Pasien tidak memiliki harapan akan penyakit yang di deritanya.
Karena : : pasien mengalami gangguan kejiwaan
(AP2) Aspek Personal :
Pasien tidak memiliki kekhawatiran akan penyakit yang di deritanya
2. (AK1) Aspek Klinis :
Penyakit yang diderita adalah skizofren
(AK2) Aspek Klinis :
Penyakit yang dialami pasien termasuk dalam kategori Penyakit
tidak menular
3. (AI1) Aspek Individual :
Pasien mempunyai kebiasaan merokok
(AI2) Aspek Individual :
Pasien memiliki kebiasaan tidak mau mandi dan kebersihan diri
sangat buruk
(AI3) Aspek Individual :
Pasien tidak bisa melakukan kegiatan sehari- hari seorang diri dan
sangat bergantung pada adik perempuannya yaitu ST.
(A14) Aspek Individual :
Pasien tidak kooperatif bila tidak meminum obat secara teratur dalam
sehari.
(AI5) Aspek Individual :
Pasien memiliki kebiasaan mengisi waktu dengan menonton DVD.
4. (APS1) Aspek Psikososial :
Pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya
5. (APS2) Faktor resiko eksternal sebagai faktor penentu
a. Tidak ada faktor pemicu sosial yang negatif dari anggota
keluarga
b. Ada faktor pendidikan dan pergaulan

13
c. Ada faktor layanan kesehatan
d. Ada faktor pemicu dari lingkungan fisik rumah/tempat tinggal
e. Tidak ada faktor pemicu dari masalah dengan bangunan tempat
tinggal yang berdampak negatif terhadap kesehatan pasien dan
keluarga
f. Tidak ada faktor resiko lingkungan pemukiman yang berdampak
negatif pada seseorang
6. (APS3) Aspek Psikososial :
Keluarga Tidak mengetahui tentang pencegahan penyakitnya
(APS4) Aspek Psikososial :
Ada pelaku rawat bagi pasien, pelaku rawat pasien adalah adik
perempuannya yaitu ST
(APS5) Aspek Psikososial :
Tidak ada konflik dalam keluarga
7. (APS6) Aspek Psikososial :
Tidak ada konflik dengan tetangga
8. (AF1) Aspek Fungsional :
Pasien tidak memiliki mengerti mengenai penyakitnya.
(AF2) Aspek Fungsional :
Keluarga memiliki keinginan untuk menyembuhkan pasien dari
penyakitnya
(AF3) Aspek Fungsional :
Ada partisipasi dalam keluarga dalam menyelesaikan masalah

III.2.2 Kunjungan II (18 Desember 2013)


Usaha Peningkatan kesehatan keluarga dengan cara :
a. Menjelaskan masalah kesehatan keluarga.
b. Diskusi alternatif penyelesaian masalah.
c. Melakukan intervensi terhadap pasien dan keluarganya.
Intervensi adalah upaya perubahan terencana terhadap individu,
kelompok,maupun komunitas.
Jenis intervensi yang di lakukan :
1. Mengukur tekanan darah

14
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer
lapangan. Interpretasi berdasarkan WHO :
a. Normal : Sistol <120 mmHg dan diastol <80 mmHg
b. Pre-Hipertensi (sedang) : Sistol 120-139 mmHg atau diastol 80-89
mmHg
c. Hipertensi (Tinggi) : Sistol 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg
Pada keluarga Pasien Tn.SL didapatkan hasil :
a. Bapak T : 130/70 mmHg (Normal)
b. Ibu M : 150/100 mmHg (hipertensi)
c. Tn. SL : 110/70 mmHg (Normal)
d. Nn. ST : 120/80 mmHg (Normal)
Pemantauan tekanan darah ini di tujukan untuk mengontrol tekanan
darah pasien dan keluarga pasien.
d. Memberi materi penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang diderita ataupun masalah kesehatan di sekitar keluarga,
termasuk masalah kesehatan lingkungan dan social ekonomi keluarga.
 Pemberian Edukasi Mengenai efek samping obat skizofren
Efek samping pengobatan skizofrenia berupa gerakan tangan yang
tidak terkoordinasi akibat penggunaan chlorpomazin secara terus
menerus dan tidak terkontrol.
 Pemberian saran kepada keluarga pasien untuk membawa Sulaiman
kontrol ke dokter spesialis
Saran kepada keluarga pasien untuk membawa Sulaiman kontrol ke
dokter spesialis untuk konsultasi mengenai pengobatan yang terbaik
untuk pasien dan bagaimana efek samping obat yang saat ini diberikan
pada keadaan lebih lanjut
 Memberikan gambaran kepada pasien Pemberian Edukasi mengenai
Rokok
Memberikan gambaran kepada pasien mengenai bahaya rokok, zat
yang terkandung di dalam rokok, dan penyakit – penyakit yang
ditimbulkan oleh rokok. Diharapkan dengan pemberian edukasi ini dapat
membuat pasien mengurangi konsumsi rokoknya.
 Pemberian Edukasi mengenai makanan

15
Pemberian edukasi mengenai makanan apa saja yang boleh dan tidak
boleh di konsumsi oleh pasien. Terutama diet rendah garam, gula dan
rendah lemak.

III.2.3 Kunjungan III (14 Januari 2014)


a. Menilai perubahan yang terjadi pada keluarga setelah dilakukan intervensi
Adapun beberapa perubahan yang dapat terlihat pada pasien adalah sebagai
berikut :
 Perubahan tekanan darah menjadi 120/100 mmHg yang pada awalnya
110/70 mmHg
 Perubahan kebersihan diri, terlihat pakai pakaian yang lebih bersih bila
dibandingkan pada kunjungan kedua.

Indeks
Kemampuan koping
skor

Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak,tidak ada partisipasi

Skor 2 Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber ( hanya
kenginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider

Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukukan sebagaian besar oleh
provider

Skor 4 Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya. Masih tergantung pada
upaya provider

Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

99 Not applicable

Tabel 3.3 Indeks Koping

1. Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga

Masalah Skor Upaya Penyelesaian Resume Hasil Akhir Skor

16
Koping Perbaikan Koping
Awal Akhir
Fungsi biologis
 Sebuah keluarga 3  Edukasi mengenai  Terselenggara 4
yang terdiri dari efek samping obat penyuluhan
orang tua , anak  Penurunan dosis
.anak laki-laki pemberian obat
menderita dan anak  Keluarga
perempuan pemalu memotivasi dan
tidak mau tidak
berinteraksi dengan memberikan
orang lain. obat sehari 2
kali.
Fungsi ekonomi dan
pemenuhan kebutuhan
 Pendapatan 2  Memotivasi untuk  Belum 2
keluarga yang membuat usaha dilakukan
rendah kecil- kecilan dengan alas an
 Kepala keluarga tidak ada modal
hanya seorang
pensiunan PNS
penjaga makam
pahlawan Kalibata.
Faktor perilaku
kesehatan keluarga
 Kebiasaan buruk 3  Edukasi tentang  Kebiasaan 3
merokok bahaya merokok merokok pasien
 Lingkungan rumah 3  Edukasi dan mulai berkurang
lembab memotivasi untuk walaupun tidak
 Berobat jika hanya 3 memeriksakan menghilangkan
ada keluhan kesehatan secara kebiasaan rokok
 Hanya membeli 3 berkala untuk secara langsung. 3

obat-obatan di mencegah  Kepala keluarga

17
apotek dan toko kekambuhan mendatangi
obat.  Untuk konsultasi puskesmas
ke pskiatrik ketika obat
habis
 Keluarga belum 3
mendatangi
psiater untuk
konsultasi
keadaan pasien
SL
 Sirkulasi udara 3
sudah lebih
optimal dari
kunjungan
sebelumnya
Lingkungan rumah
 Ventilasi dan 2  Edukasi dengan  Pintu dan 4
penerangan didalam membuka jendela jendela rumah
rumah yang kurang dan pintu sesering sudah rajin
mungkin dibuka

Faktor psikologis dan  Edukasi untuk  Mau diajak


psikososial berinteraksi keluar untuk 4
 Hubungan interaksi dengan orang berinteraksi
dengan orang lain lain dengan dengan orang
2
 Mengatasi penat mengajak ST ke lain.
dan kebosanan 2 pasar.
 Bisa 4
 Membelikan menghasilka
kain planel dan n kerajinan
mengajarkan ST tangan yang
untuk membuat terbuat dari
kerajinan kain planel.

18
tangan dari kain
tersebut.

Total Skor Koping 23 30


Rata-rata Skor 2,56 3,33
Tabel 3.4 Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga

b. Menindaklanjuti masalah keluarga yang belum terselesaikan


c. Mengucapkan terimakasih dan berpamitan dengan keluarga.

Tindakan lanjut terhadap pasien dan keluarga


Untuk menindaklanjuti permasalahan klinis maka dilakukan rencana
penatalaksanaan pasien dan keluarga. Masalah klinis pasien direncanakan dengan
tatalaksana farmakologis dan non farmakologis dengan pembinaan terhadap keluarga.

Pengobatan Farmakologis
Dilakukan oleh pihak puskesmas atau klinik tempat pasien biasa kontrol.
Pengobatan Non Farmakologis
1. Edukasi kepada pasien :
a. Memberikan penyuluhan untuk mau melakukan kebersihan diri sendiri.
b.Memberikan penyuluhan mengenai bahaya rokok dan penyakit – penyakit
yang dapat di timbulkan akibat mengkonsumsi rokok.

2. Edukasi kepada pelaku rawat (isteri pasien)


a. Memberikan penyuluhan mengernai efek samping obat yang diberikan
pada pasien
b. Mengingatkan untuk segera kontrol ke pskiater untuk mengontrol
keadaan penyakit yang dialami oleh pasien SL.

3. Tindakan tehadap keluarga

19
Penatalaksanaan pasien ini memerlukan partisipasi seluruh anggota keluarga
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
a. Tindakan awal pada keluarga
Menjelaskan masalah yang di hadapi keluarga pasien. Masalah
pada keluarga ini adalah kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
Efek samping obat skizofren yang di derita pasien, mengenai bahaya
rokok dan penyakit-penyakit yang di timbulkan akibat mengkonsumsi
rokok.
b. Tindakan edukasi
Pelaku rawat (adik perempuan pasien) di berikan edukasi
tentang pentingnya menjaga kebersihan diri pasien dan Pelaku rawat
dan keluarga diharapkan dapat membina komunikasi yang baik kepada
pasien, sering mengajak berbicara atau berkumpul bersama keluarga
dapat membuat kesehatan psikologi pasien baik.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan
Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan
yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu
keluarga dan apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus
yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang
sesuai. Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat personal,
menyeluruh, terpadu, berkesinambungan dan proaktif serta lebih memusatkan
perhatian dan tanggung jawabnya pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
anggota keluarga sebagai satu unit, dalam kaitan komunitas dan lingkungan keluarga
itu berada tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin dan/atau keluhan organ
tertentu.

4.2.Saran
Dalam makalah ini perlu dilakukan beberapa perbaikan agar dapat digunakan
sebagai referensi untuk makalah-makalah selanjutnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan,Hl, dkk. Sinopsis Psikiatri Edisi 7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997
http://www.hsph.harvard.edu/population/policies/indonesia.population09.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai