Anda di halaman 1dari 16

SETIAP MANUSIA WAJIB BERSEDEKAH

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

‫ ُّسكلل ُّسسملممـَى‬:ُّ ‫صلى ُّال للـَهس ُّمعلمييهه ُّمومسلمم‬ ‫له‬ ‫ه‬


‫ ُّمقاَمل ُّمرسسيوسل ُّاللـَه ُّ م‬:ُّ ‫ ُّمقاَمل‬،ُّ ‫معين ُّأمبهـَيي ُّسهمريَيـَمرمة ُّمرضمي ُّالس ُّمعينهس‬
‫ي ُّاللرسجمل‬ ‫ه‬ ‫ي ُّاثيـَنمـَ ي ه‬ ‫ه‬ ‫همن ُّاللناَهس ُّعلميهه ُّصمدقم ة ُّسكلل ُّيَـَومم ُّتمطيلسع ُّفهي ه‬
‫ ُّموتسع ي س‬،ُّ ‫صمدقم ة‬ ‫ي ُّ م‬ ‫ ُّتمـَيعدسل ُّبمـَ ي م‬:ُّ ‫س‬
‫س‬ ‫م‬
‫ي‬ ‫ش‬‫ل‬ ‫ ُّال‬ ‫ه‬ ‫س ي‬ ‫مي‬ ‫مي م‬ ‫م‬
‫ه‬ ‫ه هه ه‬
‫ ُّموبهسكلل‬،ُّ ‫صمدقمة‬ ‫ ُّمواليمكلممةس ُّالطليلبمةس ُّ م‬،ُّ ‫صمدقمة‬ ‫ ُّأميو ُّتمـَيرفمسع ُّلمهس ُّمعميليـَمهاَ ُّمممتاَمعهس ُّ م‬،ُّ َ‫فـَيي ُّمدابلته ُّفمـَتميحملسهس ُّمعميليـَمها‬
‫ٌ ُّ)مرمواهس ُّاليـَبسمخاَهر ل‬.‫صمدقم ة‬ ‫ ُّموتسـَهميي س‬،ُّ ‫صمدقم ة‬ ‫خطيومة ُّتمـَمهشيـَهاَ ُّإهلمـَى ُّال ل ه‬
‫ي‬ ‫ط ُّايلمذملى ُّمعهن ُّالطلهريَيهق ُّ م‬ ‫صلمة ُّ م‬ ‫س م ي يم‬
ٌ(‫موسميسلهةم‬
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di
dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih) adalah sedekah, engkau
membantu seseorang menaikannya ke atasnya hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang
bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap
langkah yang engkau jalankan menuju (ke masjid) untuk shalat adalah sedekah, dan engkau
menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.’” [HR. al-Bukhâri dan Muslim]

TAKHRIJ HADITS:
Hadits ini shahîh, diriwayatkan oleh:
1. Al-Bukhâri no. 2707, 2891, 2989
2. Muslim no. 1009 (56)
3. Ahmad 2/312, 316, 374
4. Ibnu Hibbân no. 3372-at-Ta’lîqâtul Hisân
5. Al-Baihaqi 4/187-188
6. Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 1645
SYARAH HADITS:
1. KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH AZZA WA JALLA
Allah Azza wa Jalla telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah Azza wa Jalla
berfirman:

‫ ِتلتققد ِتختلققتناَ ِاقلوقنتساَتن ِوفيِ ِأتقحتسون ِتتققوويِمم‬

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. [at-Tîn/95:4]

Dalam hadits dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ ِتواقستتقغتفتر‬،ِ ‫ ِتوتسببتح ِال لللـّٰته‬،ِ ‫ ِتوتهلبتل ِال لللـّٰته‬،ِ ‫ ِتوتحومتد ِال لللـّٰته‬،ِ ‫ ِتفتمقن ِتكببتر ِال لللـّٰته‬:ِ ‫صمل‬ ‫إوبنكه ِكخلوتق ِككلل ِإوقنتساَمن ِومقن ِتبونـّٰى ِآتدتم ِتعتلـّٰلى ِوستتقيِتن ِتوتثلت و‬
‫ث ِومتئوة ِتمقف و‬
‫ ِتعتدتد ِوتقل ت‬،ِ ‫ ِأتقو ِتنـّٰتهلى ِتعقن ِكمقنتكمر‬،ِ ‫ف‬ ‫ ِتوأتتمتر ِوبتمقعكرقو م‬،ِ ‫س‬ ‫ل‬
ِ ‫ك‬ ‫ ِأتقو ِتعقظممـّٰاَ ِتعقن ِتطورقيِوق ِالبناَ و‬،ِ ‫ ِأتقو ِتشقوتكمة‬،ِ ‫س‬ ‫ ِتوتعتزتل ِتحتجمرا ِتعقن ِتطورقيِوق ِالبناَ و‬،ِ ‫الللـّٰته‬
‫ ِتفإوبنكه ِكيِقموسقيِ ِتيِقوتموئمذ ِتوتققد ِتزقحتزتح ِتنقفتسكه ِتعون ِالبناَور‬،ِ ‫ث ِومتئوة ِاللستلتمى‬ ‫التستتقيِتن ِتوالبثتل و‬.

Sesungguhnya anak keturunan Adam diciptakan di atas 360 persendian. Barang-siapa bertakbir
kepada Allah, memuji Allah, bertahlil kepada Allah, bertasbih kepada Allah, menyingkirkan batu dari
jalanan kaum Muslimin, atau menyingkirkan duri, atau menyingkirkan tulang, atau menyuruh kepada
kebaikan, atau melarang dari kemungkaran setara dengan jumlah 360 persendian, maka pada sore
harinya ia menjauhkan dirinya dari neraka. [1]

Abu ‘Ubaid rahimahullah berkata, “Pada asalnya sulâma (persendian) ialah tulang di ujung kuku unta.
Sepertinya makna hadits tersebut ialah setiap tulang anak keturunan Adam wajib bersedekah.”[2]

Abu ‘Ubaid rahimahullah mengisyaratkan bahwa sulâma adalah salah satu tulang kecil di unta
kemudian ia mengungkapkannya untuk seluruh persendian manusia dan lain-lain. Sehingga makna
hadits ini menurutnya, bahwa setiap persendian anak keturunan Adam wajib bersedekah.

Di dalam hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma disebutkan bahwa jumlah persendian manusia ialah
360 buah.[3]

2. WAJIB BERSYUKUR ATAS NIKMAT ALLAH AZZA WA JALLA


Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Setiap persendian manusia wajib bersedekah.”

Makna hadits ini ialah bahwa penyusunan tulang-tulang dan kesempurnaannya termasuk nikmat-
nikmat Allah Azza wa Jalla yang paling besar pada hamba-Nya. Oleh karena itu setiap tulang harus
bersedekah; dan pemiliknya bersedekah mewakili setiap tulang yang ada pada dirinya, agar menjadi
syukur atas nikmat tersebut.[4]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫صوترمة ِتماَ ِتشاَتء ِتربكتب ت‬


‫ك‬ ‫ك ِوفيِ ِأت ت‬
‫ي ِ ك‬ ‫ك ِتفتعتدتل ت‬ ‫ك ِاقلتكوريِوم ِالبوذي ِتختلتق ت‬
‫ك ِتفتسبوا ت‬ ‫ ِتيِاَ ِأتليِتهاَ ِاقلوقنتساَكن ِتماَ ِتغبر ت‬
‫ك ِوبترتب ت‬

Wahai manusia! Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabb-mu
Yang Maha Mulia? Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan
(susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang dikehendaki, Dia menyusun tubuhmu.”
[al-Infithâr/82:6-8]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫صاَتر ِتواقلتقفوئتدتة َ ِ ِتقوليِمل ِتماَ ِتتقشكككروتن‬


‫قكقل ِكهتو ِالبوذي ِأتقنتشأ تككقم ِتوتجتعتل ِتلكككم ِالبسقمتع ِتواقلتقب ت‬

Katakanlah, “Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.” [al-Mulk/67:23]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ ِأتتلقم ِتنقجتعقل ِتلكه ِتعقيِتنقيِنو ِتولوتساَمناَ ِتوتشتفتتقيِون‬

Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata dan lidah serta sepasang bibir? [al-
Balad/90:8-9]

Mujahid Radhiyallahu anhu berkata, “Nikmat-nikmat dari Allah Azza wa Jalla terlihat dengan jelas dan
Allah Azza wa Jalla menegaskannya kepadamu agar engkau bersyukur.” [5]
Pada suatu malam Fudhail bin ‘Iyâdh membaca ayat tersebut (al-Balad/90:8-9) kemudian menangis.
Ia ditanya: “Mengapa menangis?” Ia menjawab, “Apakah engkau pernah bermalam pada suatu
malam dalam keadaan bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan dua mata
untukmu kemudian engkau melihat dengan keduanya? Apakah engkau pernah bermalam pada suatu
malam dalam keadaan bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan lidah untukmu
sehingga engkau bisa berbicara dengannya?...” al-Fudhail mengulang-ulang contoh tersebut.[6]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫صبحكة ِتواقلتفتراكغ‬ ‫ونقعتمتتاَون ِتمقغكبقورن ِوفقيِوهتمـّٰاَ ِتكوثقيِرر ِومتن ِالبناَ و‬


‫ ِال ت‬:ِ ‫س‬

Dua nikmat di mana kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya: kesehatan dan waktu luang.[7]

Ini semua termasuk nikmat-nikmat Allah Azza wa Jalla dan manusia akan ditanya tentang syukur
terhadapnya pada hari Kiamat dan dimintai pertanggung jawaban,[8] seperti firman Allah Azza wa
Jalla ”

‫كثبم ِتلكتقسأ تلكبن ِتيِقوتموئمذ ِتعون ِالبنوعيِوم‬

Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia
itu). [at-Takâtsur/102:8]

Maksudnya, Allah Azza wa Jalla menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya nikmat-nikmat yang


tidak bisa mereka hitung, seperti firman Allah Azza wa Jalla :

‫صوتهاَ ِ ِإوبن ِاقلوقنتساَتن ِتلتظكلورم ِتكبفاَرر‬


‫ا ِتل ِكتقح ك‬ ‫توآتتاَككقم ِومقن ِككتل ِتماَ ِتسأ تقلكتكموهك ُ ِ ِتوإوقن ِتتكعلدوا ِونقعتم ت‬
‫ت ِ ب و‬

Dan Dia telah memberikan kepadamu segala yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat
zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” [Ibrâhîm/14:34]
Selain itu, Allah Azza wa Jalla menuntut mereka bersyukur dan meridhai syukur mereka. Ada yang
berpendapat bahwa jika Allah Azza wa Jalla memberi salah satu nikmat kepada seorang hamba
kemudian ia memuji Allah Azza wa Jalla atas nikmat tersebut, maka pujiannya kepada Allah Azza wa
Jalla lebih baik daripada nikmat-Nya.

Para Ulama membenarkan bahwa pujian lebih baik daripada nikmat, karena yang dimaksud dengan
nikmat-nikmat tersebut ialah nikmat-nikmat dunia, seperti kesembuhan, rezeki, kesehatan, dijaga dari
hal-hal yang tidak mengenakkan dan lain sebagainya, sedangkan perkataan alhamdulillâh merupakan
salah satu nikmat agama. Kedua nikmat tersebut: nikmat dunia dan nikmat agama adalah nikmat dari
Allah Azza wa Jalla , namun nikmat agama kepada hamba-Nya dalam bentuk memberikan petunjuk
untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dan memuji atas nikmat-nikmat-Nya itu lebih baik daripada
nikmat-nikmat dunia yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya. Karena jika nikmat-nikmat dunia
tidak disikapi dengan syukur, maka nikmat dunia tersebut menjadi petaka, seperti dikatakan Ibnu
Hâzim rahimahullah :

‫ب ِومتن ِال لللـّٰوه ِ؛ ِتفوهتيِ ِتبلوبيِرة‬


‫ل ِكتتقتر ك‬
‫ككلل ِونقعتممة ِ ت‬

Setiap nikmat yang tidak mendekatkan pemiliknya kepada Allah adalah petaka.[9]

Jadi, jika Allah Azza wa Jalla membimbing hamba-Nya untuk mensyukuri nikmat-nikmat dunia yang
diberikan-Nya dengan pujian dan jenis-jenis syukur lainnya, maka nikmat itu lebih baik daripada
seluruh nikmat dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla , karena Allah Azza wa Jalla mencintai puji-pujian,
meridhai hamba-hamba-Nya yang jika makan lalu memuji Allah Azza wa Jalla atas nikmat makanan
tersebut. Bagi orang-orang dermawan, sanjungan terhadap nikmat-nikmat, pujian atasnya, dan
mensyukurinya, itu lebih mereka cintai daripada harta yang mereka berikan; karena mereka
memberikan harta justru untuk mendapatkan sanjungan. Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang Maha
Dermawan. Dia memberikan nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan meminta mereka
menyanjung nikmat-nikmat tersebut, menyebut-nyebutnya, memujinya, dan Dia meridhai itu semua
sebagai syukur mereka atasnya. Meskipun itu semua berasal dari Allah Azza wa Jalla kepada mereka,
Dia tidak membutuhkan syukur mereka; namun Dia menyukai yang dikerjakan hamba-hamba-Nya
karena kebaikan, keberuntungan, dan kesempurnaan seorang hamba itu berada pada syukur.
Di antara karunia Allah Azza wa Jalla ialah bahwa Dia mengatas-namakan pujian dan syukur kepada
hamba-hamba-Nya, kendati itu nikmat-Nya yang paling agung pada mereka. Ini seperti Allah Azza wa
Jalla memberi harta kepada mereka; kemudian Dia meminjam sebagiannya dan memuji mereka
karena tindakan mereka, padahal semua yang ada adalah milik Allah Azza wa Jalla dan merupakan
karunia-Nya. Namun, karunia-Nya menghendaki hal yang demikian.[10]

Zhahir hadits ini menunjukkan bahwa syukur dengan sedekah itu wajib bagi seorang Muslim di setiap
hari, namun syukur terbagi ke dalam dua tingkatan:

Pertama: Syukur Wajib.


Yaitu syukur dalam bentuk mengerjakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan.
Syukur seperti ini wajib dan sudah cukup sebagai tanda syukur atas seluruh nikmat.

Salah seorang generasi Salaf berkata, “Syukur ialah meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan.” Salah
seorang dari generasi Salaf lainnya mengatakan, “Syukur ialah tidak menggunakan salah satu nikmat
untuk kemaksiatan.” [11]

Abu Hâzim az-Zâhid rahimahullah menyebutkan bahwa syukur ialah dengan seluruh anggota tubuh,
menahan diri dari kemaksiatan-kemaksiatan; dan menggunakan semua organ tubuh untuk melakukan
ketaatan-ketaatan. Setelah itu ia berkata, “Adapun orang bersyukur dengan lisannya, namun tidak
bersyukur dengan seluruh organ tubuhnya, maka perumpamaannya seperti orang yang mempunyai
pakaian; ia memegang ujungnya, namun tidak mengenakannya. Pakaian seperti itu tidak bermanfaat
baginya dari panas, dingin, dan hujan.”[12]

Kedua: Syukur Sunnah.


Maksudnya seorang hamba mengerjakan ibadah-ibadah sunnah setelah mengerjakan ibadah-ibadah
wajib dan menjauhi hal-hal yang diharamkan.

Ini adalah tingkatan para as-sâbiqûn (orang-orang yang terdahulu dalam kebaikan) yang didekatkan
kepada Allah Azza wa Jalla . Tingkatan inilah yang telah disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits yang telah disebutkan sebelumnya.[13]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam shalat dan qiyâmul lail (shalat malam)
hingga kedua kakinya bengkak. Ketika beliau ditanya, “Mengapa engkau berbuat seperti ini, padahal
Allah Azza wa Jalla telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ل ِأتككقوكن ِتعقبمدا ِتشككقومرا ِ؟‬


‫أتتف ت‬

Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?[14]

Shalat Tahajjud adalah sunnah, namun beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap melaksanakannya
sebagai rasa syukur kepada Allah Azza wa Jalla . Ada sebagian amal yang disebutkan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah wajib, baik fardhu ‘ain, seperti berjalan menuju shalat wajib berjama’ah, atau
fardhu kifâyah, seperti amar ma’ruf nahi munkar, menolong orang yang kelaparan, dan adil terhadap
manusia dalam memutuskan perkara mereka atau mendamaikan mereka.[15]

3. MENDAMAIKAN DUA PIHAK YANG SEDANG BERTIKAI (BERSELISIH)


Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Engkau berlaku adil di antara dua orang (yang
bertikai/berselisih) adalah sedekah.”

Maksudnya, berlaku adil dalam memberikan keputusan atau berlaku adil dalam mendamaikan dua
orang yang sedang bermusuhan. Ini termasuk sedekah yang memiliki keutamaan yang besar karena
kebaikannya dirasakan orang lain, dan dengannya luka-luka dalam masyarakat menjadi terkumpul
sehingga menjadi bagaikan satu tubuh yang sehat dan selamat.

Tentang anjuran untuk mengerjakan amalan seperti ini terdapat pada banyak nash (dalil) yang harus
disebutkan di sini; karena sebagian kaum Muslimin meremehkan masalah mendamaikan antara kaum
Muslimin ketika terjadi permusuhan.[16] Padahal ishlâh (mendamaikan) orang berselisih termasuk
seutama-utamanya sedekah. Mendamaikan dua orang yang sedang berselisih pahalanya sangat besar
jika dilakukan dengan ikhlas. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ِ ‫ف ِكنقؤوتيِوه‬ ‫ت ِ ب و‬
‫ا ِتفتسقو ت‬ ‫س ُ ِ ِتوتمقن ِتيِقفتعقل ِلتذلو ت‬
‫ك ِاقبوتتغاَتء ِتمقر ت‬
‫ضاَ و‬ ‫ف ِأتقو ِإو ق‬
‫صتلمح ِتبقيِتن ِالبناَ و‬ ‫صتدتقمة ِأتقو ِتمقعكرو م‬
‫تل ِتخقيِتر ِوفيِ ِتكوثيِمر ِومقن ِتنقجتواكهقم ِإوبل ِتمقن ِأتتمتر ِوب ت‬
َ‫ ِأتقجمرا ِتعوظيِمما‬
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang
menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan
memberinya pahala yang besar.” [an-Nisâ'/4:114]

Maksudnya, kecuali pembicaraan rahasia orang yang berkata demikian.[17]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ت ِاقلتبقيِون ِوهتيِ ِاقلـّٰتحاَلوتقكة‬


‫ ِتفإوبن ِتفتساَتد ِتذا و‬،ِ ‫ت ِاقلتبقيِون‬‫صلتكح ِتذا و‬
‫ ِ ت‬:ِ ‫ ِتقاَتل‬،ِ ‫ ِتبتلـّٰى‬:ِ ‫صتدتقوة ِ؟ ِتقاَلكقوا‬
‫ ِتوال ب‬،ِ ‫صلتوة‬ ‫ل ِأ كقخوبكرككقم ِوبأ تقف ت‬
‫ضتل ِومقن ِتدترتجوة ِال ت‬
‫ ِتوال ب‬،ِ ‫صتيِاَوم‬ ‫أت ت‬
‫ ِتوللوكقن ِتتـّٰقحلوكق ِالتدقيِتن‬،ِ ‫ل ِأتقكقوكل ِتتـّٰقحلوكق ِالبشتعتر‬ ‫ ِ ت‬،

Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang lebih baik daripada derajat puasa, shalat, dan
sedekah? Para Sahabat menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Mendamaikan hubungan (dua orang yang
bertikai), karena kerusakan hubungan adalah pemotong. Aku tidak mengatakan memotong rambut,
tetapi memotong agama.[18]

Maka mengadakan perdamaian di antara manusia adalah ibadah dan amal taqarrub oleh orang-orang
yang bertakwa.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫صقلكح ِتخقيِرر‬
‫صقلمحاَ ُ ِ ِتوال ل‬ ‫ضاَ ِتفتل ِكجتناَتح ِتعتلقيِوهتماَ ِأتقن ِكيِ ق‬
‫صلوتحاَ ِتبقيِتنكهتماَ ِ ك‬ ‫شومزا ِأتقو ِإوقعترا م‬ ‫توإوون ِاقمترأترة ِتخاَتف ق‬
‫ت ِومقن ِتبقعلوتهاَ ِكن ك‬

Jika seorang wanita khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat
mengadakan perdamaian yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)...” [an-
Nisâ'/4:128]

Ayat ini menunjukkan bahwa berdamai antara suami-istri lebih baik daripada berpisah (cerai). Sebab,
perceraian menimbulkan banyak bahaya. Oleh karena itu, boleh bagi seorang istri menggugurkan
haknya atau sebagian haknya dari suami baik berupa nafkah atau lainnya, jika ia khawatir suaminya
akan pisah (cerai) darinya atau berpaling darinya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ا ِتوأت ق‬
‫صلوكحوا ِتذا ت‬
‫ت ِتبقيِونككقم‬ ‫تفاَبتكقوا ِ ب ت‬

Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu [al-Anfâl/8:1]

Ayat ini menunjukkan diperintahkannya mengadakan perdamaian dan melarang saling menzhalimi
dan saling bermusuhan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ت‬‫ا ُ ِ ِتفإوقن ِتفاَتء ق‬‫ت ِإوقحتداكهتماَ ِتعتلى ِاقل كقخترلى ِتفتقاَوتكلوا ِالبوتيِ ِتتقبوغيِ ِتحبتلى ِتتوفيِتء ِإوتللى ِأتقمور ِ ب و‬ ‫توإوقن ِتطاَوئتفتتاَون ِومتن ِاقلكمقؤومونيِتن ِاققتتتتكلوا ِتفأ ت ق‬
‫صلوكحوا ِتبقيِتنكهتماَ َ ِ ِتفإوقن ِتبتغ ق‬
‫ب ِاقلكمققوسوطيِتن‬ ‫ح ل‬ ‫ا ِكيِ و‬ ‫صلوكحوا ِتبقيِتنكهتماَ ِوباَقلتعقدول ِتوأتققوس ك‬
‫طوا َ ِ ِإوبن ِ ب ت‬ ‫تفأ ت ق‬

Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika
salah satu dari keduanya berbuat zhalim terhadap (golongan yang lain, maka perangilah (golongan)
yang berbuat zhalim itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku
adillah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” [al-Hujurât/49:9]

Ayat ini memerintahkan untuk mengadakan perdamaian ketika terjadi perselisihan dan peperangan di
antara kaum Mukminin.[19]

Dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu , bahwa pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkhutbah di atas mimbar, saat bersama al-Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu anhuma. Beliau sesekali
melihat kepadanya dan sesekali melihat kepada manusia seraya bersabda:

‫ ِتوتلتعبل ِال لللـّٰته ِأتقن ِكيِ ق‬،ِ ‫إوبن ِاقبونـّٰقيِ ِلهتذا ِتستيِرد‬
‫صلوتح ِوبوه ِتبقيِتن ِوفتئتتقيِون ِتعوظقيِتمتتقيِون ِومتن ِاقلـّٰكمقسلوومقيِتن‬

Sesungguhnya cucuku ini adalah pemimpin. Mudah-mudahan dengan perantaraannya Allah Azza wa
Jalla mendamaikan antara dua kelompok yang besar dari kaum Muslimin.[20]

Apa yang beliau sabdakan pun terjadi; sehingga Allah Azza wa Jalla mendamaikan antara penduduk
‘Irak dan penduduk Syam setelah terjadi perang berkepanjangan (Perang Shiffin).

Dalam hadits ini terdapat isyarat yang agung tentang anjuran mendamaikan antara kaum Muslimin,
meskipun dengan cara seseorang menyerahkan sebagian dari haknya. Oleh karena itulah, Allah Azza
wa Jalla memuji al-Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu anhuma, karena dia menyerahkan jabatannya kepada
Mu’âwiyah bin Abi Sufyân sebagai khalifah, sehingga kedua kelompok bersatu di bawah
kepemimpinan Mu’âwiyah.[21]

Dari Ummu Kultsûm binti ‘Uqbah bin Abi Mu’aith Radhiyallahu anhuma , ia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫س ِتفتيِقنوميِ ِتخقيِمرا ِأتقو ِتيِقكقوكل ِتخقيِمرا‬ ‫س ِاقلتكبذا ك‬


‫ب ِالبوذقي ِكيِ ق‬
‫صلوكح ِتبقيِتن ِالبناَ و‬ ‫لتقيِ ت‬

Tidak termasuk orang berdusta seseorang yang mendamaikan antara manusia, ia menyampaikan
kebaikan (dengan maksud mendamaikan) atau mengatakan kebaikan.[22]

Para Ulama berkata, “Yang dimaksud dalam hadits ini, adalah menyampaikan kebaikan-kebaikan
orang yang bertikai/berselisih dan diam (menutupi) tentang kejelekan orang tersebut. Ini tidak
dikatakan dusta.”

Hadits ini menunjukkan disyari’atkannya mendamaikan antara manusia dan dibolehkannya


berbohong dengan tujuan mendamaikan pihak yang bertikai atau berselisih.[23]

Imam ath-Thabari rahimahullah berkata, “Sebagian Ulama berpendapat bolehnya berbohong dengan
maksud mengadakan perdamaian. Mereka berkata: “Dusta yang dicela hanyalah dusta yang
mendatangkan mudharat atau dusta yang tidak ada maslahatnya sama sekali.”[24]

Imam al-Bukhâri rahimahullah berkata, “Tidak termasuk orang yang berdusta; seseorang yang
mendamaikan antara manusia.”[25]
4. MENOLONG DAN MEMBANTU SESAMA MUSLIM
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Engkau membantu seseorang menaikkannya ke atas
hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya
adalah sedekah.”

Ini termasuk sedekah yang disyari’atkan sebagai kewajiban mensyukuri nikmat diberikannya
persendian. Sehingga menolong seorang Muslim untuk naik ke atas kendaraannya atau
membantunya mengangkat barang bawaannya ke atas kendaraannya termasuk sedekah. Demikian
pula seorang Muslim diberikan ganjaran pahala atas setiap bantuan yang dilakukannya untuk
saudaranya sesama Muslim. Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk saling menolong dengan
firman-Nya:

‫توتتتعاَتوكنوا ِتعتلى ِاقلوبتر ِتوالبتققتولى‬

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. [al-Mâidah/5:2]

Sudah diketahui bersama bahwa tolong-menolong dapat menuntaskan berbagai kesulitan dan
kesusahan. Seorang manusia tidak akan mampu mengerjakan semua urusannya tanpa bantuan
saudaranya. Dan saling tolong-menolong dapat menyebarkan kecintaan antara kaum Muslimin,
sedangkan Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk saling cinta mencintai.[26]

Di antara contoh menolong orang lain yang merupakan bentuk sedekah ialah menunaikan hak-hak
seorang Muslim atas seorang Muslim lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ت ِاقلتعاَوط و‬
‫س‬ ‫ ِتوتتقشومقيِ ك‬،ِ ‫ ِتوإوتجاَتبكة ِالبدقعتووة‬،ِ ‫ ِتواتتتباَكع ِاقلـّٰتجتناَتزوة‬،ِ ‫ض‬
‫ ِتوتعتيِاَتدكة ِاقلـّٰتمورقيِ و‬،ِ ‫لوم‬ ‫تحلق ِاقلكمقسلووم ِتعتلى ِاقلكمقسلووم ِتخقم ر‬
‫ ِترلد ِالبس و‬:ِ ‫س‬

Hak seorang Muslim atas Muslim yang lainnya ada lima: menjawab ucapan salam, menjenguk orang
yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin.

Dalam riwayat Muslim disebutkan:


‫ك ِتفاَقن ت‬
ِ ،ِ ‫صقح ِتلكه‬ ‫صتح ت‬ ‫ك ِتفأ ت و‬
‫ ِتوإوتذا ِاقستتقن ت‬،ِ ‫جقبكه‬ ‫ ِتوإوتذا ِتدتعاَ ت‬،ِ ‫ ِإوتذا ِتلوققيِتتكه ِتفتسلتقم ِتعتلقيِوه‬:ِ ‫ا ِ؟ ِتقاَتل‬ ‫تحلق ِاقلكمقسلووم ِتعتلى ِاقلكمقسلووم ِوس ت‬
‫ ِتماَ ِكهبن ِتيِاَ ِتركسقوتل ِ و‬:ِ ‫ ِوققيِتل‬:ِ ‫ت‬
‫ ِتوإوتذا ِتماَ ت‬،ِ ‫ض ِتفكعقدكه‬
‫ت ِتفاَقتتبقعكه‬ ‫ ِتوإوتذا ِتمور ت‬،ِ ‫ا ِتفتشتمقتكه‬ ‫توإوتذا ِتعتط ت‬
‫س ِتفتحومتد ِ ت‬

Hak orang Muslim atas Muslim lainnya ada enam.” Ditanyakan, “Apa saja keenam hak tersebut, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Jika engkau bertemu dengannya maka engkau mengucapkan salam
kepadanya, jika ia mengundangmu maka engkau memenuhinya, jika ia meminta nasihat kepadamu
maka nasihatilah dia, jika ia bersin kemudian memuji Allah maka doakan dia (dengan ucapan:
yarhamukallâh), jika ia sakit maka jenguklah, dan jika ia meninggal dunia maka antarkan
(jenazah)nya.”[27]

Di antara bentuk sedekah yang lainnya ialah berjalan untuk melaksanakan hak-hak manusia yang
bersifat wajib. Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu berkata, “Barangsiapa berjalan karena hak saudaranya
padanya untuk menunaikannya, maka setiap langkahnya adalah sedekah.”[28]

Jenis menolong sesama Muslim lainnya yang juga termasuk sedekah ialah memberikan tempo kepada
orang yang berhutang yang mengalami kesulitan pembayaran utang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ ِتفأ تقنتظتركه ِتبقعتد ِلذلوتك ِ؛ ِتفتلكه ِوبككتل ِتيِقومم ِومقثتلكه ِ ت‬،ِ ‫ ِتفإوتذا ِتحبل ِالبدقيِكن‬،ِ ‫حبل ِالبدقيِكن‬
‫صتدتقرة‬ ‫صتدتقرة ِتققبتل ِأتقن ِتيِـّٰ و‬
‫تمقن ِأتقنتظتر ِكمقعوسمرا ِ؛ ِتفتلكه ِوبككتل ِتيِقومم ِ ت‬

Barangsiapa memberi tempo waktu kepada orang yang berutang yang mengalami kesulitan
membayar utang, maka ia mendapatkan sedekah pada setiap hari sebelum tiba waktu pembayaran.
Jika waktu pembayaran telah tiba kemudian ia memberi tempo lagi setelah itu kepadanya, maka ia
mendapat sedekah pada setiap hari semisalnya.[29]

5. BERTUTUR KATA YANG BAIK


Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Ucapan yang baik adalah sedekah.”

Masuk dalam ucapan yang baik ialah menjawab salam dan menolak orang yang minta-minta dengan
perkataan yang baik. Kemudian berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla , mengucapkan perkataan yang
benar, amar ma’ruf nahi munkar, memberikan syafâ’at (pertolongan) bagi orang yang membutuhkan
terhadap penguasa, nasihat dan bimbingan, dan setiap perkataan dan ucapan yang dapat membuat
orang lain bergembira dan menyatukan hati di atas setiap kebaikan dan petunjuk.[30]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫صتدتقمة ِتيِقتتبكعتهاَ ِأتمذى‬


‫ف ِتوتمقغوفتررة ِتخقيِرر ِومقن ِ ت‬
‫تققورل ِتمقعكرو ر‬

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan
menyakiti [al-Baqarah/2:263]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫صاَلوكح ِتيِقرتفكعكه‬ ‫صتعكد ِاقلتكلوكم ِالبطتيِ ك‬


‫ب ِتواقلتعتمكل ِال ب‬ ‫إوتلقيِوه ِتيِ ق‬

Kepada-Nya-lah akan naik perkataan-perkataan yang baik dan amal kebajikan Dia akan
mengangkatnya [Fâthir/35:10]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ‫ب ِومقنتها‬ ‫ ِتمقن ِتيِقشتفقع ِتشتفاَتعمة ِتحتستنمة ِتيِككقن ِتلكه ِتن و‬


‫صيِ ر‬

Barangsiapa memberikan pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh
bagian dari (pahala)nya [an-Nisâ’/4:85]

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang mengajak untuk berkata yang baik dan menjaga lisan tetap
dalam al-haq, keadilan, dan kebenaran.

6. KEUTAMAAN BERJALAN MENUJU MASJID UNTUK SHALAT BERJAMA’AH


Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Setiap langkah yang engkau jalankan menuju shalat
adalah sedekah.”

Hadits ini menganjurkan kita pergi ke masjid-masjid Allah Azza wa Jalla untuk berkumpul dan
berjama’ah, mempelajari ilmu, memberikan nasihat, dan i’tikaf.[31] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ل ِككلبتماَ ِتغتدا ِأتقو ِتراتح‬ ‫ل‬


‫جود ِأتقو ِتراتح ِأتتعبد ِ ل ك‬
‫ا ِتلكه ِوفيِ ِاقلتجبنوة ِكنكز م‬ ‫تمقن ِتغتدا ِإوتلى ِاقلتمقس و‬

Barangsiapa pergi di pagi hari atau di sore hari menuju masjid, maka Allah akan menyediakan baginya
sebuah tempat tinggal di surga setiap kali ia pergi di pagi hari atau di sore hari (menuju masjid).[32]

Dari Jâbir bin ‘Abdillâh Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Bani Salimah ingin pindah ke dekat masjid,
sedangkan tempat tersebut kosong. Ketika hal itu sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
maka beliau bersabda:

‫ب ِآتثاَكرككقم‬
‫تيِاَ ِتبونقيِ ِتسلوتمتة ِ! ِودتيِاَترككقم ِكتقكتت ق‬

Wahai Bani Salimah! Tetaplah di pemukiman kalian karena langkah-langkah kalian akan dicatat.[33]

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Maksudnya, tetaplah di pemukiman kalian! Sebab, jika
kalian tetap di pemukiman kalian, maka jejak-jejak dan langkah-langkah kalian yang banyak menuju
ke masjid akan dicatat.”[34]

7. MENYINGKIRKAN GANGGUAN DARI JALAN


Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan
adalah sedekah.”

Menghilangkan apa saja yang mengganggu jalan kaum Muslimin, baik berupa duri, pecahan kaca,
batu besar, batang pohon yang menghalangi jalan; demikian juga, najis, kotoran, sampah-sampah,
dan selainnya; maka menyingkirkan semua itu termasuk sedekah dan sebagai bukti nyata rasa syukur
atas nikmat Allah Azza wa Jalla serta termasuk bagian dari iman. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ ِتواقلـّٰتحتيِاَكء ِ ك‬،‫ ِتوأتقدتناَتهاَ ِإوتماَتطكة ِقالتتذى ِتعون ِالبطورقيِوق‬،ِ ‫ل ِال لللـّٰكه‬


ِ ‫شقعتبرة ِومتن‬ ‫ل ِإوللته ِإو ب‬ ‫ ِتفأ تقف ت‬،ِ ‫شقعتبمة‬
‫ضلكتهاَ ِتققوكل ِ ت‬ ‫قاتلوقيِتمـّٰاَكن ِوب ق‬
‫ضرع ِتوتسقبكعقوتن ِأتقو ِوب ق‬
‫ضرع ِتووسلتقوتن ِ ك‬
‫قالوقيِتمـّٰاَون‬
Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang, cabang; yang paling
tinggi adalah perkataan: ‘Lâ ilâha illallâh’, yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (rintangan)
dari jalan dan malu adalah salah satu cabang Iman.[35]

8. SHALAT DHUHA MEMENUHI TUNTUTAN UNTUK BERSYUKUR ATAS KESEMPURNAAN ANGGOTA


BADAN
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ ِتوأتقمرر‬،ِ ‫صتدتقرة‬
‫ ِتوككلل ِتتقكوبقيِترمة ِ ت‬،ِ ‫صتدمقرة‬
‫ ِتوككلل ِتتقهلوقيِتلمة ِ ت‬،ِ ‫صتدتقرة‬‫ ِتوككلل ِتتقحومقيِتدمة ِ ت‬،ِ ‫صتدتقرة‬ ‫صوبكح ِتعتلـّٰلى ِككتل ِكستلتمى ِومقن ِأتتحودككقم ِ ت‬
‫ ِتفككلل ِتتقسوبقيِتحمة ِ ت‬:ِ ‫صتدتقرة‬ ‫كيِ ق‬
‫ضتحـّٰى‬ ‫ك ِترقكتعتتاَون ِتيِقرتككعكهتماَ ِومتن ِال ل‬ ‫ ِتوكيِقجوزكء ِومقن ِلذلو ت‬،ِ ‫صتدتقرة‬ ‫ ِتوتنقهريِ ِتعون ِاقلكمقنتكور ِ ت‬،ِ ‫صتدتقرة‬
‫ف ِ ت‬ ‫وباَقلتمقعكرقو و‬

Pada pagi hari, setiap persendian salah seorang dari kalian wajib bersedekah; setiap tasbih adalah
sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah
sedekah, melarang dari yang mungkar adalah sedekah, dan itu semua cukup dengan dua raka’at
shalat Dhuha yang ia kerjakan.[36]

Dua raka’at shalat Dhuha mencukupi tasbîh, tahlîl, dan lain-lain, karena shalat adalah menggunakan
seluruh organ tubuh dalam ketaatan dan ibadah. Jadi, shalat Dhuha cukup sebagai tanda syukur atas
kesempurnaan seluruh organ tubuh, sedang bentuk sedekah sebelumnya: tasbîh, tahlîl, dan lain-lain,
sebagian besar darinya hanya menggunakan salah satu organ tubuh, oleh karenanya, sedekah tidak
sempurna dengannya hingga seseorang mengerjakan sedekah sejumlah persendian badan, yaitu 360
seperti disebutkan dalam hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma .[37]

9. MENGIKHLASKAN NIAT DALAM SEMUA SEDEKAH[38]


Niat yang ikhlas hanya kepada Allah Azza wa Jalla dalam setiap amal kebaikan; dan sedekah yang
disebutkan dalam hadits ini atau yang lainnya adalah syarat untuk mendapatkan pahala. Allah Azza
wa Jalla berfirman:

ِ ‫ف ِكنقؤوتيِوه‬ ‫ت ِ ب و‬
‫ا ِتفتسقو ت‬ ‫س ُ ِ ِتوتمقن ِتيِقفتعقل ِلتذلو ت‬
‫ك ِاقبوتتغاَتء ِتمقر ت‬
‫ضاَ و‬ ‫ف ِأتقو ِإو ق‬
‫صتلمح ِتبقيِتن ِالبناَ و‬ ‫صتدتقمة ِأتقو ِتمقعكرو م‬
‫تل ِتخقيِتر ِوفيِ ِتكوثيِمر ِومقن ِتنقجتواكهقم ِإوبل ِتمقن ِأتتمتر ِوب ت‬
َ‫أتقجمرا ِتعوظيِمما‬

Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang
menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan
memberinya pahala yang besar.” [an-Nisâ'/4:114]

Anda mungkin juga menyukai