Anda di halaman 1dari 15

61

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Responden

Penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan self care pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 telah dilakukan terhadap 81 responden di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi dengan gambaran karakteristik responden

sebagai berikut:

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018
No Karakteristik Responden f %
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 50 61,7
b. Perempuan 31 38,3
2. Pendidikan
a. SMP/ sederajat 5 6,1
b. SMA/ Sederajat 51 63
c. Perguruan Tinggi 25 30,9
3. Pekerjaan
a. Ibu Rumah Tangga 18 22,2
b. Petani/ Pedagang/ Buruh 33 40,7
c. PNS/ TNI/ Polri 11 13,6
d. Tidak bekerja 19 23,5
4. Status Pernikahan
a. Menikah 66 81,5
b. Janda/ Duda 15 18,5
5. Lama Menderita DM
a. < 1 tahun 12 14,8
b. 1 – 5 tahun 34 42
c. > 5 tahun 35 43,2

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 81 responden terdapat lebih dari

sebagian yaitu sebanyak 50 (61,7%) responden adalah pasien diabetes mellitus

tipe 2 yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan dari segi pendidikan

ditemukan mayoritas (63%) responden berpendidikan hingga SMA/ sederajat,

61
62

dari segi pekerjaan ditemukan mayoritas responden berwiraswasta

(berdagang/ tani/buruh) yaitu sebanyak 33 (40,7%) responden, dari segi status

pernikahan ditemukan mayoritas yaitu sebanyak 66 (81,5%) responden adalah

pasien yang menikah dan mayoritas (43,2%) responden adalah pasien yang

menderita diabetes mellitus lebih dari 5 tahun.

B. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik

masing-masing variabel penelitian. Pada penelitian ini analisis univariat

dilakukan untuk menggambarkan rata-rata pengetahuan dan self care pada

pasien diabetes mellitus tipe 2.

1. Rata-rata Pengetahuan Responden tentang Diabetes Mellitus

Tabel 5.2
Rata-rata Pengetahuan Responden Tentang Diabetes Mellitus
Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Kota Bukittinggi
Tahun 2018
Variabel Mean SD Min - Max N

Pengetahuan 36,6 6,01 25 - 48 81

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan

responden tentang diabetes mellitus adalah 36,6 + 6,01 dengan skor

pengetahuan terendah 25 dan tertinggi adalah 48. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa rata-rata pengetahuan responden tentang diabetes

mellitus berada pada kategori baik, dimana responden mampu menjawa

dengan benar lebih kurang 76,25% dari total pernyataan yang diberikan.
63

2. Rata-rata Self Care Responden Diabetes Mellitus

Tabel 5.3
Rata-rata Pengetahuan Responden Tentang Diabetes Mellitus
Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Kota Bukittinggi
Tahun 2018
Variabel Mean SD Min - Max N

Self Care 33,6 7,37 22 – 50 81

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata skor self care responden

adalah 33,6 + 7,37 dengan skor self care terendah adalah 22 dan tertinggi

50. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa perilaku self

care pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

masih kurang dimana responden hanya mampu mencapai 43,6% dari total

77 skor tertinggi yang diharapkan.

C. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh

antara dua variabel atau lebih yang diduga saling berkaitan antara satu dengan

yang lainnya. Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan dengan Self Care pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018
Pearson
Variabel p-value N
correlation (r)

Pengetahuan * self care 0,832 0,000 81

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis pearson

product moment yang menganalisis hubungan pengetahuan dengan self care


64

pada pasien diabetes mellitus tipe 2 didapatkan nilai person correlation (r)

0,832 dan p-value = 0,000. Artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 dengan kekuatan hubungan sangat kuat.


65

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Rata-rata Pengetahuan Responden tentang Diabetes Mellitus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan

responden tentang diabetes mellitus adalah 36,6 + 6,01 dengan skor

pengetahuan terendah 25 dan tertinggi adalah 48. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa rata-rata pengetahuan responden tentang diabetes

mellitus berada pada kategori baik, dimana responden mampu menjawab

dengan benar lebih kurang 76,25% dari total pernyataan yang diberikan.

Pengetahuan responden terlihat rendah pada aspek patosifiologi kejadian

diabetes mellitus tipe 2, dimana sebanyak 60% responden menyatakan

tidak tahu tentang patofisiologi diabetes mellitus, 44% responden

menyatakan bahwa insulin disekresi oleh ginjal dan 48% responden

menyatakan tidak tahu apakah terjadi peningkatan kebutuhan obat dan

insulis seiring peningkatan aktifitas fisik pada penderita diabetes mellitus

tipe 2.

Pengetahuan responden tentang diabetes mellitus merupakan segala

sesuatu yang diketahui responden tentang diabetes mellitus dan hal ini

terjadi setelah melakukan pengindaraan, baik berupa mendengar, melihat

(membaca) atau menerima informasi terkait diabetes mellitus, karena

pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman,

65
66

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo 2012).

Pengetahuan responden tentang diabetes mellitus meliputi

mengetahui dan memahami tentang diabetes mellitus serta mampu

mengaplikasikan apa yang mereka ketahui karena pengetahuan tercakup

dalam domain kognitif terdiri atas 6 (enam) tingkat yaitu : tahu (Know),

memahami (Comprehension), aplikasi (Application), analisis (Analysis) ,

sintesis (Syntesis), dan evaluasi (Evaluation) (Notoatmodjo, 2012).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden

tentang diabetes mellitus, hasil temuan penelitian ini terlihat bahwa adanya

peran faktor tingkat pendidikan responden yang juga ikut berperan dalam

menentukan tingkat pengetahuan responden tentang diabetes mellitus,

dimana semakin tinggi tingkat pendidikan responden cenderung

menunjukkan pengetahuan yang lebih baik tentang diabetes mellitus dan

begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka tingkat

pengetahuan responden cenderung juga terlihat lebih rendah. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Wawan & Dewi (2010), yang

menyatakan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan ,dimana pendidikan

merupakan suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan

lebih matang pada diri individu. Teori lain juga menyebutkan bahwa

tingkat pendidikan turut menentukan mudah atau tidaknya seorang


67

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh

( Notoatmodjo, 2012).

Selain faktor pendidikan, faktor pengalaman juga ikut berperan

dalam menentukan tingkat pengetahuan responden tentang diabetes

mellitus, dimana tingkat pengetahuan cenderung terlihat lebih tinggi pada

kelompok responden yang menderita diabetes lebih lama serta memiliki

riwayat keluarga dengan diabetes mellitus. Sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa pengalaman pribadi pada dasarnya akan lebih bisa

memberikan pengetahuan dengan konstribusi yang lebih dari pada

pengalaman yang didapat dari orang lain, karena dengan pengalaman

pribadi itulah seseorang akan memperoleh pengetahuan baru, sehingga

mampu memecahkan permasalahan jika menghadapi permasalahan yang

sama dimasa yang akan datang (Wawan & Dewi, 2010).

Sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Risti

dan Isnaeni (2017) tentang hubungan motivasi diri dan pengetahuan gizi

terhadap kepatuhan diet DM pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat

jalan di RSUD Karanganyar, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

48,7% responden menunjukkan pengetahuan gizi yang baik.

Asumsi peneliti bahwa secara umum pengetahuan responden

tentang diabetes mellitus di RSUD Dr. Achmad Mochtar adalah baik

dimana responden mampu menjawab dengan benar lebih kurang 76,25%

dari total 24 pernyataan yang diberikan. Meskipun demikian, peneliti

melihat pengetahuan responden tentang diabetes mellitus masih dalam

mengetahui tanpa memahami dengan baik tentang seluk beluk penyakit


68

diabetes mellitus, dimana responden masih belum memahami patofisiologi

diabetes mellitus yaitu responden masih keliru tentang sekresi insulin yang

berperan penting dalam kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus,

kemudian responden juga kurang memahami tentang tanda-tanda dari

diabetes mellitus dengan baik terutama pada kelompok responden dengan

lama menderita diabetes yang masih baru yaitu kurang dari 1 tahun.

Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden tentang

diabetes mellitus, berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini terlihat

adanya peran faktor pendidikan, pengalaman (lama menderita diabetes dan

riwayat menderita diabetes) dalam menentukan tingkat pengetahuan

responden tentang diabetes mellitus, dimana responden yang

berpendidikan tinggi cenderung menunjukkan pengetahuan yang lebih

baik tentang diabetes mellitus jika dibandingkan responden yang

berpendidikan rendah serta adanya pengaruh faktor pengalaman yang juga

ikut berperan terhadap tingkat pengetahuan responden tentang diabetes

mellitus.

2. Rata-rata Self Care Responden Diabetes Mellitus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor self care

responden adalah 33,6 + 7,37 dengan skor self care terendah adalah 22 dan

tertinggi 50. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa

perilaku self care pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi masih kurang dimana responden hanya mampu mencapai

43,6% dari total 77 skor tertinggi yang diharapkan.


69

Self care pada pasien diabetes mellitus merupakan perilaku sehat

pada pasien diabetes mellitus untuk melakukan perawatan diri untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah komplikasi pada pasien

diabetes mellitus, karena Perilaku self care pada penderita diabetes

mellitus type 2 adalah suatu kemampuan pasien dalam melakukan

perawatan pada dirinya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya serta dapat mempertahankan kesehatannya yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor (Sari, 2013). Self care pada diabetes mellitus merupakan

program yang harus dijalankan penderita diabetes mellitus sesuai dengan

penatalaksaan penyakitnya yang bertujuan untuk mengontrol metabolik,

mengoptimalkan kualitas hidup, serta mencegah komplikasi akut dan

kronis (Putri, 2016)

Self care DM merupakan tindakan mandiri yang harus dilakukan

oleh penderita DM dalam kehidupannya sehari-hari. Tujuan melakukan

tindakan self care untuk mengontrol glukosa darah. Tindakan yang dapat

mengontrol glukosa darah, meliputi pengaturan pola makan (diet), latihan

fidik (olahraga), perawatan kaki, penggunaan obat diabetes, dan

monitoring gula darah (Putri, 2016).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi self care pada pasien

diabetes mellitus, menurut Putri (2016) perilaku self care pada pasien

diabetes mellitus dapat dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, sosial

ekonomi, lama menderita DM, aspek emosional, motivasi, keyakinan

terhadap efektifitas penatalaksanaan diabetes, komunikasi dengan petugas

dan kesehatan. Jika ditinjau dari segi perilaku sehat, self care pada pasien
70

diabetes mellitus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Lawren

Green dalam Notoatmodjo (2012), perilaku seseorang dapat dipengaruhi

oleh 3 faktor, yaitu faktor penguat (predisposisi), pemungkin (enabling)

dan faktor pendukung (reinforcing).

Sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh

Sulistria (2013) tentang tingkat self care pasien rawat jalan diabetes

mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tindakan self care responden masih rendah pada

indikator pengukuran kadar gula darah dan perawatan kaki.

Asumsi peneliti bahwa pada dasarnya perilaku self care pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

masih rendah dimana responden masih belum bisa menunjukkan perilaku

self care yang baik bagi penderita diabetes mellitus, khususnya diabetes

mellitus tipe 2. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa perilaku self

care responden terlihat rendah pada aspek mengontrol kadar glukosa darah

dalam hal ini yaitu pengukuran kadar gula darah, selain itu perilaku self

care responden juga terlihat rendah pada aspek perawatan kaki pada

penderita diabetes khususnya tindakan self care perawatan kaki dalam

memeriksa alas kaki atau sepatu untuk mencegah komplikasi luka kaki

diabetes dan yang terakhir perilaku self care responden juga terlihat

rendah pada aspek latihan atau aktifitas fisik dimana mayoritas perilaku

responden masih kurang dalam aktifitas fisik khususnya di luar kegiatan

sehari-hari.
71

B. Analisis Bivariat

Hubungan Pengetahuan dengan Self Care pada Pasien Diabetes Mellitus


Tipe 2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif

dan signifikan antara pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 dengan kekuatan hubungan sangat kuat dimana diapatkan nilai

nilai pearson correlation (r) = 0,832 dan p-value = 0,000.

Perilaku self care pada pasien diabetes mellitus merupakan salah satu

bentuk perilaku sehat pada pasien diabetes mellitus, menurut Lawren Green

dalam Notoatmodjo (2012), perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh 3

faktor, yaitu faktor penguat (predisposisi) yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai atau sosial budaya, persepsi dan

sebagainya; faktor pemungkin (enabling) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, pekerjaan, lingkungan geografis dan sebagainya; dan faktor faktor

pendukung (reinforcing) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain sebagainya.

Berdasarkan teori di atas, pengetahuan tentang self care dan diabetes

mellitus merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

menentukan arah perilaku self care pada pasien diabetes mellitus, dimana

pengetahuan merupakan faktor penguat untuk terbentuknya perilaku seseorang

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah pengelolaan mandiri diabetes secara optimal

membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam merubah prilaku yang tidak sehat
72

(Wulandini et al., 2016). Pengetahuan bisa didapat dari pengindraan terhadap

objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan meraba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo 2010, h.27).

Pengetahuan pasien tentang self care DM merupakan sarana yang

dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes sehingga

semakin banyak dan semakin baik pasien DM mengetahui tentang self care

diabetes mellitus, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat

mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga ia dapat hidup lebih lama

dengan kualitas hidup yang baik (Perdana, Ichsan, & Rosyidah, 2013).

Sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Risti

dan Isnaeni (2017) tentang hubungan motivasi diri dan pengetahuan gizi

terhadap kepatuhan diet DM pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat jalan

di RSUD Karanganyar, hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan gizi dengan diet DM pada pasien diabetes

mellitus, secara statistik didapatkan nilai p = 0,037.

Asumsi peneliti bahwa pengetahuan merupakan faktor penting dalam

membentuk perilaku sehat pada pasien diabetes mellitus, dalam hal ini adalah

perilaku self care yang merupakan suatu keharusan bagi pasien diabetes

mellitus untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan mengontrol gula darah

dan mencegah komplikasi dari kondisi diabetes mellitus yang dideritanya.

Pada penelitian ini terlihat bahwa adanya peningkatan perilaku self care
73

seiring meningkatkan tingkat pengetahuan responden tentang self care dan

diabetes mellitus. Begitu pula sebaliknya, adanya kecenderungan responden

yang berpengetahuan rendah untuk menunjukkan perilaku self care yang

rendah.

Pengetahuan yang baik tentang self care dan diabetes mellitus

merupakan mengetahui dan memahami segala aspek yang berhubungan

dengan self care dan diabetes mellitus, sehingga dengan pengetahuan dan

pemahaman yang baik mampu membentuk perilaku sehat dalam hal ini self

care yang baik pada penderita diabetes mellitus, karena pengetahuan yang

baik akan memberikan pemahaman tentang pentingnya perilaku self care bagi

penderita diabetes mellitus untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

mencegah komplikasi dari diabetes mellitus dan hal ini bisa saja dilakukan

hingga sepanjang hayat mereka. Begitu juga sebaliknya, pengetahuan yang

rendah cenderung menimbulkan kebingungan untuk bertindak serta kurangnya

kedisiplinan dalam menjalani terapi dan pengobatan diabetes mellitus yang

merupakan salah satu bentuk self care bagi pasien diabetes mellitus.

Pada penelitian ini juga ditemukan sebagian responden yang

berpengetahuan rendah, namun menunjukkan perilaku self care yang tinggi

(baik) dan sebagian responden yang berpengetahuan tinggi namun

menunjukkan perilaku self care yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

selain faktor pengetahuan, perilaku self care pada pasien diabetes mellitus

juga dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya adalah faktor pendidika, lama

menderita diabetes mellitus dan faktor riwayat diabetes mellitus.


74

BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan

pengetahuan dengan self care pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD

Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa :

1. Rata-rata pengetahuan responden tentang diabetes mellitus tipe 2 adalah

36,6 dengan standar deviasi 6,01.

2. Rata-rata self care responden diabetes mellitus tipe 2 adalah 33,6 dengan

standar deviasi 7,37

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan dengan self

care pada pasien diabetes mellitus dengan kekuatan hubungan sangat kuat,

berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan nilai pearson correlation ( r )

0,832 dan p-value = 0,000.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan kepada pihak rumah sakit Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi untuk selalu meningkatkan edukasi bagi pasien diabetes

mellitus serta juga meningkatkan keterlibatan keluarga dalam proses

edukasi agar keluarga dapat memberikan edukasi dalam rangka

meningkatkan pengetahuan responden tentang diabetes mellitus dan self

care pada pasien diabetes mellitus.

74
75

2. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan keperawatan untuk

dapat lebih meningkatkan intensitas dinas lapangan keperawatan bagi

peserta didik, dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan

peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan dan sebagai media

praktek dan aplikasi ilmu yang diperoleh di perkuliahan.

3. Bagi Pasien

Diharapkan kepada pasien untuk selalu meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman tentang diabetes mellitus dengan meningkatkan

konsultasi kepada petugas kesehatan, karena petugas kesehatan merupakan

sumber informasi terpercaya yang dapat memberikan informasi yang valid

tentang kesehatan, termasuk informasi mengenai self care pada pasien

diabetes mellitus.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan

penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku self care pada pasien diabetes mellitus, karena berdasarkan hasil

penelitian ini ditemukan adanya dugaan faktor lain selain pengetahuan

yang ikut berperan dalam mempengaruhi perilaku self care pada pasien

diabetes mellitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai