Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

MEDIS CA CERVIK

Disusun oleh :

Supriyono P07120519010

Eko Maryani P07120519009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

PROFESI NERS

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama diseluruh
dunia. Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Salah satu penyakit kanker
tersebut adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada
serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim
dengan vagina (Emilia, 2010).
Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat
493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian
sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Emilia, 2010). Secara nasional prevalensi penyakit
kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 diperkirakan sekitar
347.792 jiwa dengan 15.000 kasus baru kanker serviks yang terjadi dengan angka
kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Berdasarkan estimasi penderita
kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.000 jiwa (Kementrian Kesehatan RI, 2015 ;
Wijaya, 2010).
Dampak dari penyakit kanker serviks antara lain dapat menyebabkan
kegagalan fungsi reproduksi karena komplikasi pengobatan lesi pra kanker. Pada
kanker serviks stadium awal akan menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi
khususnya pada penderita usia muda karena pengobatan pembedahan atau radiasi.
Kanker serviks stadium lanjut ataupun kanker serviks yang tumbuh lagi setelah
pengobatan dapat menyebabkan kematian pada penderitanya karena kegagalan
pengobatan. Pada stadium lanjut, kanker dapat menyebar atau metastase ke berbagai
organ lainnya sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ seperti
ginjal, paru-paru, hati, dan organ lainnya. Beberapa dampak inilah yang juga dapat
menimbulkan ketakutan atau kecemasan pada penderita kanker serviks, sehingga
dapat muncul berbagai masalah keperawatan (Nurwijaya, 2010).
Munculnya berbagai masalah keperawatan pada penderita kanker serviks
inilah yang menjadi latar belakang untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari kanker serviks ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit kanker serviks ?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya kanker serviks ?
4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit kanker serviks ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker serviks ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan kanker serviks ?
7. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan kanker serviks ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk
pelayanan keperawatan profesional pada pasien dengan penyakit Kanker Serviks.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik, dan komplikasi pada penyakit
kanker serviks
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit kanker serviks

D. MANFAAT

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam memberikan asuhan


keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan kanker serviks.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. ( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker servik adalah karsinoma pada leher rahim dan menempati urutan
pertama dunia. (sjamjuhidayat, 2005)
Kanker servik adalah keganasan nomer tiga paling sering dari alat kandungan dan
menempati urutan ke delapan dari keganasan pada perempuan di Amerika (Yatim F,
2005)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang
terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina.

B. ETIOLOGI
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk
suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor
tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan
pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor
resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis
(Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang
sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi
oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka
kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok.Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen
infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.
5. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu
lebih dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO
melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah. Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan
tes pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )

C. PATOFISIOLOGI
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami
mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah
mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium
tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan
hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko
penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi
keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah
keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut
diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan
sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare
gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat
pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah
keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi
bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak
buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan
tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda- tanda didni kanker servik kebanyakan tidak menimbulkan gejala.akan tetapi
dalam perjalanan akan menimbulkan gejala seperti :
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
(Dr Rama Diananda, 2009 )

Menurut Sawono, pada tahap lanjut keluhan berupa :

1. Cairan pervagianam yang berbau busuk


2. Nyeri panggul
3. Nyeri pinggang dan pinggul
4. Sering berkemih
5. Buang air kecil atau air besar yang sakit
6. Gejala penyakit yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki,unulateral, obstruksi
ureter
7. Anemi akibat perdarahan berulang
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

E. STADIUM KARSINOMA SERVIKS


Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat kriteria
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti
invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada
serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh
limfa atau pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan
invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina
(bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua
sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrate tumor.
Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada
dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah
satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada
dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat
oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses
pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi
metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh. ( Dr Imam Rasjidi, 2010 )

F. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
a. Pembedahan
Pada kanker serviks in situ, seluruh kanker sering kali dapat diangkat
dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP atau konisasi. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa
kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan pap
smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk
menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi yang
bersifat kuratif maupun paliatif. Histerektomi adalah suatu tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus. Histerektomi total,
yaitu dengan mengangkat uterus termasuk mulut uterus. Sedangkan
histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan
bagian atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar pelvis.
Histerektomi radikaldilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi
FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan
umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun.
Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (risiko tinggi) seperti penyakit
jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi radiasi (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak serta membunuh sel kanker
pada serviks, parametrial, dan kelenjar limfe di pelvis. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metode radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar
ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan
tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar
seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis
kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker
sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang
diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk
mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker
dan menghentikan pertumbuhannya. Terdapat dua jenis radioterapi yaitu
radiasi eksternal dan radiasi internal. Pada radiasi eksternal sinar berasal dari
sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Kedua adalah radiasi internal, radiasi internal merupakan zat radioaktif yang
ditempatkan dalam sebuah kapsul dan dimasukkan langsung kedalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita
dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2
minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan
vagina, kerusakan kandung kemih, rektum dan ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
terutama untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
Tujuan pengobatan kemoterapi tergantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvan. Dalam beberapa kasus, kemoterapi
diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama
walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase
akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas
hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan obat dosis tunggal belum
memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan
pada kasus kanker serviks 14 antara lain CAP (Cyclophopamide Adriamycin
Platamin), PVB (Platamin Vinblasting Bleomycin) dan lain –lain.
2. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium
lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan
pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan
hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti
menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun
dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga
mendapatkan sitistatika dalam ginekologi. Penggolongan obat sitostatika antara
lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada
siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
3. Penatalaksanaan kanker serviks invasif
a. Stadium 0 / KIS (Karsinoma In Situ)
Konisasi (Cold knife conization).
Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat pada yang masih memerlukan
fertilitas. Bila tidak tidak bebas, maka diperlukan re-konisasi. Bila fertilitas
tidak diperlukan histerektomi total Bila hasil konisasi ternyata invasif, terapi
sesuai tatalaksana kanker invasif.
b. Stadium IA1 (LVSI negatif)
Konisasi (Cold Knife) bila free margin (terapi adekuat) apabila fertilitas
dipertahankan.(Tingkat evidens B) Bila tidak free margin dilakukan
rekonisasi atau simple histerektomi. Histerektomi Total apabila fertilitas
tidak dipertahankan
Satdium IA1 (LVSI positif)
Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas
dipertahankan. Bila operasi tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi
medik dapat dilakukan Brakhiterapi
c. Stadium IA2, IB1, IIA1
1) Operatif.
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik. (Tingkat evidens
1 / Rekomendasi A) Ajuvan Radioterapi (RT) atau Kemoradiasi bila
terdapat faktor risiko yaitu metastasis KGB, metastasis parametrium, batas
sayatan tidak bebas tumor, deep stromal invasion, LVSI dan faktor risiko
lainnya. Hanya ajuvan radiasi eksterna (EBRT) bila metastasis KGB saja.
Apabila tepi sayatan tidak bebas tumor / closed margin, maka radiasi
eksterna dilanjutkan dengan brakhiterapi.
2) Non operatif Radiasi (EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT dengan kemoterapi konkuren dan
brakiterapi)
d. Stadium IB 2 dan IIA2
1) Operatif
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi. Tata laksana
selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi
untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
2) Neoajuvan kemoterapi
Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk mengecilkan massa
tumor primer dan mengurangi risiko komplikasi operasi. Tata laksana
selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi
untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
e. Stadium IIB
1) Kemoradiasi
2) Radiasi
3) Neoajuvan kemoterapi
Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik
limfadenektomi.
4) Histerektomi ultraradikal
f. Stadium IIIA dan IIIB
1) Kemoradiasi
2) Radiasi

g. Stadium IIIB dan CKD


1) Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan
2) Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin atau
3) Radiasi
h. Stadium IV A tanpa CKD
1) Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal, direkomendasi
terlebih dahulu dilakukan kolostomi, dilanjutkan :
2) Kemoradiasi Paliatif, atau
3) Radiasi Paliatif
i. Stadium IV A dengan CKD, IV B
1) Paliatif
2) Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif / radiasi paliatif
dapat dipertimbangkan.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal
anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk
prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan
menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam
perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda
infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah
pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan
pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar
selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan
latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama
terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam.
Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral
sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara
lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal
dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90%
bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang
tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat
didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat
yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan
sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi
menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka
kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang
mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di
jaringan serviks.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka
contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan
alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa
sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis servikalis
sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu
dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan
pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak
dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan
dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi
dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh
larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai
berikut :
1) Proses dicurigai berada di endoserviks.
2) Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3) Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4) Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2006 )

H. KOMPLIKASI
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun yang
berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik pembedahan. Komplikasi dapat
meliputi : fistula uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi
pelvis, obstruksi usus besar dan fistula rektovaginal.
Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat yang
digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang,
mual muntah karena penggunaan kemoterapi yang mengandung sispaltin. (Gale
Danielle, 2000)
I. PATHWAY

FAKTOR RESIKO VIRUS HPV VIRUS HERPES


GENETALIA ATAU
KONDILOMA

CA SERVIKS

PSIKOLOGIS INFEKSI PENGOBATAN PERDARAHAN


PENEKANAN PERVAGINA
KEPUTIHAN
KURANG SEL SARAF EKSTERNAL
VESIKA BERLEBIHAN
PENGETAHUAN RADIASI
URINARIA HIPOVOLEMIA

CEMAS KULIT DEPRESI MULUT


HIDROURETER MERAH SUM- STOMATITIS
HIDRONEFROSIS KERING SUM
PERDARAHAN TULANG
NYERI PADA SAAT
PENURUNAN
BERHUBUNGAN
NAFSU
SUAMI ISTRI HB TURUN
MAKAN RESTI TERJADI
STATIS URIN
SYOK
ANEMIA HIPOVOLEMIK
GANGGUAN
POLA SEKSUAL SEL-SEL
KURANG
OKSIGEN
RESTI KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
MUAL MUNTAH

NUTRISI KURANG
KETIDAKSEIMBANGAN
KELEMAHAN KELETIHAN
NUTRISI : KURANG
DARI KEBUTUHAN
DAYA TAHAN
TUBUH KURANG
RESIKO INJURI
J. PENGKAJIAN FOKUS
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual. Salah satu faktor yang
menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18 tahun.
1. Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks
dapat ditularkan dengan mudah.
2. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap smear
secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
3. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan kurangnya
pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker seviks.
4. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, peran diri,
emosional.
5. Perineum; keputihan, bau, kebersihan
Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher rahim yang mulai
mengalami metastase.
6. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan abnor
malita pada organ - organ daerah panggul.
7. Perasaan berat daerah perut bagian bawah
Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf - syaraf
disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada daerah
tersebut.
8. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat memicu sel
kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang – orang dengan gemar berganti -
ganti pasangan dengan mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar
dapat timbul gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker
leher rahim.
9. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid
adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
10. Riwayat Keluarga
Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
( Doengoes, 2005 )

K. FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian sel.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri hilang atau
berkurang.
Kriteria :
a. pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0-3.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala nyeri.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang
akan dilakukan
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi, message.
Rasional : mengurangi rasa nyeri
c. Awasi dan pantau TTV.
Rasional : mengetahui tanda kegawatan
d. Berikan posisi yang nyaman.
Rasional : memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : mengontrol nyeri

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
karena proses eksternal Radiologi .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
a. Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas.
b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
c. Berat badan klein normal.
d. Hasil hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien
Rasional : untuk mengetahui status nutrisi
b. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : memantau BB
c. Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya protein dan tetap
sesuai diit ( Rendah Garam )
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik adekuat oleh nutrisi
d. Pantau masukan makanan setiap hari.
Rasional : identifikasi defisiensi nutrisi
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
Rasional : agar nutrisi terpenuhi

3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam ( darah,


keputihan ).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak terjadi
penyebaran infeksi dan dapat menjaga diri dari infeksi .
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks
b. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
c. Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasien keluarga,
pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung.
d. Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk
e. .Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.
Intervensi :
a. Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
Rasional : mengurangi terjadinya infeksi
b. Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
Rasional : agar tidak terjadi penyebaran infeksi
c. Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
d. Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.
Rasional : membantu mempercepat penyembuhan
e. Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
f. Koloborasi pemeberian antibiotik.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang atau
berkurang.
Kriterial hasil :
a. Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang.
b. Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
c. Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian.
d. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan mengklarifikasi rasa takut.
e. Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan pengobatan dan
klien mendapat dukungan dari terdekat.
Intervensi :
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Rasional : memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya
b. Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk bicara.
Rasional : membantu mengurangi cemas
c. Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan menyentuh
klien.
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien
d. Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa
takut.
Rasional : meningkatkan kemampuan kontrol cemas
e. Beri informasi akurat, konsisten mengenai prognosis, pengobatan serta
dukungan orang terdekat.
Rasional : mengurangi kecemasan

5. Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan efek dari prosedur
pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan
intergritas kulit.
Kriteria hasil :
a. Pasien atau keluarga dapat mempertahankan keberhasilan pengobatan tanpa
mengiritasi kulit.
b. Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma kulit.
c. Pasien keluarga beserta TIM medis dapat meminimalkan trauma pada area
terapi radiasi.
d. Pasien, keluarga beserta tim medis dapat menghindari dan mencegah cedera
dermal karena kulit sangat sensitif selama pengobatan dan setelahnya.
Intervensi :
a. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
Rasional : mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit
b. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering
dari pada menggaruk.
Rasional : membantu menghindari trauma kulit
c. Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat terapi radiasi.
Rasional : efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi
d. Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar pada, biarkan pasien
menghindari penggunaan bra bila ini memberi tekanan.
Rasional : resiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan

6. Resiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelehan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera atau injuri.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulasi.
b. Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan melakukan aktifitas.
c. Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada ektremitas.
Intervensi :
a. Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara tepat.
Rasional : membantu mengurangi kelelahan
b. Anjurkan untuk berpegangan tangan atau minta bantuan pada keluarga dalam
melakukan suatu kegiatan.
Rasional : membantu pasien untuk melakukan kegiatan
c. Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan alat bantuan.
Rasional : membantu mempercepat penyembuhan
7. Gangguan pola seksual berhubungan dengan metaplasia penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien mampu
mempertahankan aktifitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila mungkin.
Kriteria hasil :
a. Pasien mampu memahami tentang arti seksualitas, seksualitas dapat
diungkapkan dengan bentuk perhatian yang diberikan seseorang.
Intervensi :
a. Kaji masalah- masalah perkembangan daya hidup.
Rasional : Faktor- faktor seperti menoupose dan proses penuan remaja dan
dewasa awal yang perlu masukan dalam pertimbangan mengenai seksualitas
dalam penyakit yang perawatan yang lama.
b. Catat pemikiran pasien/ orang- orang yang berpengaruh bagi pasien mengenai
seksualitas
Rasional : Untuk memberikan pandangan bahwa keterbatasan kondisi/
lingkungan akan berpengaruh pada kemampuan seksual tetapi mereka takut
untuk menanyakan secara lansung.
c. Evaluasi faktor- faktor budaya dan religius/ nilai dan konflik- konflik yang
muculberikan suasana yang terbuka dalam diskusi mengenai masalah
seksualitas.
Rasional : untuk mempengaruhi persepsi pasien terhadap masalah seksual
yang muncul. Apabila masalah- masalah diidentifikasikan dan di diskusikan
maka pemecahan masalah dapat ditemukan
d. Tingkatkan keleluasaan diri bagi pasien dan orang- orang yang penting bagi
pasien.
Rasional : penerimaan akan kebutuhan keintiman dan tingkatkan makna
terhadap pola interaksi yang telah dibina

8. Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan syok berkurang atau tidak
terjadi syok.
Kriterial hasi :
a. pasien tidak mengalami anemia
b. Tanda - tanda vital stabil.
c. Pasien tidak tampak pucat.
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda terjadi syok
Rasional : mengetahui adanya penyebab syok
b. Observasi KU
Rasional : Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada
saat terjadi pendarahan sehingga segera diketahui tanda syok.
c. Observasi TTV
Rasional : TTV normal menandakan keadaan umum baik
d. Monitor tanda pendarahan
Rasional : perdarahan cepat diketahui dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok.
e. Check hemoglobin dan hematokrit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
(Doengoes, 2005)
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-desypuspit-6714-2-babii.pdf

Nurarif, Amin Huda.2015.Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA

MEDIS & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Medication

https://www.academia.edu/17930780/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_NY.P_DENGA
N_CA_SERVIKS

http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdf

https://fk.unud.ac.id/obgin/wp-
content/uploads/2015/04/Peranan_Brachytherapy_Sebagai_Terapi_Pada_Kanker_Serviks.pdf

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan

Indikator Diagnostik.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI


Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 55 th
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : SD
Alamat : Klaten
Status perkawinan : kawin
Tanggal MRS : 13.26 WIB
Diagnosa medis : Ca Cervik II B
b. Penanggung jawab
Nama : Ny. R
Alamat : Klaten

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan klien
1) Keluhan utama
Klien mengatakan agak gelisah dan khawatir. Tidak ada keluarga yang
mengantar saat ke RS
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang sendiri ke rumah sakit pada tanggal 12 september 2017
dan direncanakan Brachytherapy pada hari rabu 13 september 2017.
Untuk mempersiapkan Brachytherapy, klien dirawat di Bangsal
Bugenvil I RSUP Dr. Sardjitotanggal 12 september 2017. Sebelum
dilakukan tindakan Brachytherapi pasien mengatakan sedikit cemas.
Setelahselesai dilakukan Brachytherapy klien tampak diam. Klien
diberikan instruksi untuk tidak duduk dahulu setelah Brachytherapy
selama 1x24jam
3) Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM, hipertensi. Pernah
mengalami perdarahan pervaginam disertai lemas

b. Riwayat kesehatan keluarga


1) Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita DM maupun hipertensi
2) Riwayat operasi
Belum diketahui secara jelas
3) Riwayat obstetri
Pasien mempunyai 3 orang anak

3. Pola kebiasaan
a. Aspek fisik-biologis
1) Pola nutrisi
a) Sebelum sakit
Pasien makan 3x seharidengan nasi, sayur dan lauk
Pasien minum 5-6 gelas setiap hari
b) Selama sakit
Klien makan 3x sehari. Sejak di bangsal pasien puasa untuk
menghadapi Brachytherapy.
2) Pola eliminasi
a) Sebelum sakit
Pasien BAB 3 hari sekali. Pasien BAK 6-10 kali sehari. Tidak ada
keluhan
b) Selama sakit
Pasien belum BAB. BAK 5-8 kali sehari. Pada tanggal 13
september 2017 pasien dipasang DC
3) Pola aktivitas, istirahat, dan tidur
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur selama 6-7 jam per hari
b) Selama sakit
Pasien mengatakan bisa tidur. Tidur pukul 21.00 sampai 04.00
4) Pola kebersihan diri
a) Sebelum dirawat
Pasien mandi dan menggosok gigi 2x sehari. Pasien keramas 2 hari
sekali
b) Selama dirawat
Pasien mandi pada 12 september 2017. Pada tanggal 13 september
2017 setelah dilakukan Brachytherapy pasien belum mandi

b. Aspek mental-intelektual, sosial spiritual


1) Konsep diri
Pasien memeandang dirinya masih sehat, mandiri, tidak perlu
didampingi keluarga karena sudah terbiasa melakukan pengobatan
sendiri
2) Identitas diri
a) Harga diri
Pasien tidak malu dengan keadaanya saat ini karena pasien
menerima keadaan saat ini karena sudahmerupakan kehendak
Tuhan
b) Ideal diri
Pasien ingin segera pulang dan ingin segera sembuh
3) Intelektual
Pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai penyebab penyakit
yang diderita. Klien mengatakan bahwa terapi radiasi dalam ini baru
pertama kali dilakukan.
4) Hubungan interpersonal
Hubungan klien dengan keluarga baik. Sering bertelepon dengan
keluarga, namun keluarga tidak ada yang menunggui pasien. Saat
berinteraksi dengan perawat, pasien melakukan kontak mata dan
memperhatikan
5) Support system
Pasien tetap mendapat dukungan keluarga meski tidak ditunggui
6) Spiritual
Pasien beragama islam. Pasien taat menjalankan ibadahnya
7) Kemandirian
Pasien mengatakan, tidak ada yang menunggui, kalau periksa juga
sendiri tidak pernah diantar. Sekarang anaknya sedang kerja, ada juga
anak yang satunya anaknya baru sakit. Pasien menggatakan baru sakit
tidak ada yang merawat. Mengalami kesulitan setelah dilakukan
Brachytherapy, masih lemas dan belum bisa melakukan aktivitas
sendiri. Harus dibantu.
8) Koping
Pasien tampak menangis sedih. Pasien juga menangis saat menelpon
keluarga

4. Pemeriksaan fisik

a. keadaan umum
1) kesadaran : compos mentis
2) status gizi :
TB : 141 cm
BB : 45 kg
IMT : 22,64
3) tanda-tanda vital
Tekanan darah : 139/70 mmHg
Nadi : 80x per menit
Suhu : 36
Respirasi : 20x per menit
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bentuk bulat, tidak ada luka atau cedera kepala
2) Mata
Konjungtiva pucat
3) Telinga
Pendengaran baik,bentuk simetris
4) Mulut dan gigi
Gigi lengkap, bersih. Bibir tidak luka
5) Leher
JVP tidak ada kelainan
6) Dada
Simetris, pengembangan optimal. Rr 20x per menit
7) Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka
8) Ekstremitas
Atas : anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan, tidak ada luka
Bawah : anggota gerak lengkap. Mengalami kesulitan bergerak setelah
Brachytherapy

5. Pemeriksaan penunjang

a. hasil pemeriksaan laboratorium

tanggal 6 september 2017

HB : 11,2

Creatinin : 1,21

6. Terapi

Ceftriaxon 100 mg/ 12 jam

Asam mefenamat 500 mg/ 8 jam

B. ANALISA DATA

Pre Brachytherapy

No Data Problem Etiologi


1 DS : Ansietas Kekhawatiran
Klien mengatakan bahwa mengalami kegagalan
terapi radiasi dalam ini baru
pertama kali dilakukan.
Klien mengatakan “Yaa
gimana, ini baru pertama kali
dilakukan radiasi dalam.
Semoga nanti saya cepat sehat.
Keluarga saya juga tidak ada
yang nunggui saya”

DO:
Klien tampak agak gelisah
Klien terlihat khawatir dan
mencoba menghubungi
keluarga sebelum dilakukan
Brachytherapy
Tanda-tanda vital :
TD : 139/70
N : 80
S : 36
RR : 20

Post Brachytherapy

No Data Problem Etiologi


1 DS : Penurunan koping Kurangnya saling mendukung
Pasien mengatakan, tidak ada keluarga
yang menunggui, kalau periksa
juga sendiri tidak pernah diantar.
Sekarang anaknya sedang kerja,
ada juga anak yang satunya
anaknya baru sakit. Pasien
menggatakan baru sakit tidak ada
yang merawat. Mengalami
kesulitan setelah dilakukan
Brachytherapy, masih lemas dan
belum bisa melakukan aktivitas
sendiri. Harus dibantu.
Saya harus sabar, ini ujian dari
Tuhan”
DO :
Pasien tampak menangis Pasien
juga menangis saat menelpon
keluarga

C. DIAGNOSA
1. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai dengan Klien
mengatakan bahwa terapi radiasi dalam ini baru pertama kali dilakukan. Klien
tampak agak gelisah. TD : 139/70 , N : 80 , S : 36 , RR : 20
2. Penurunan koping keluarga b.d kurangnya saling mandukung ditandai dengan
Pasien mengatakan, “keluarga saya tidak ada yang menunggui, saya kalau
periksa juga sendiri tidak pernah diantar. Sekarang anak saya sedang kerja, yang
satunya anaknya baru sakit. Saya baru sakit begini tidak ada yang ngopeni. Saya
jadi agak susah kalau habis terapi ini belum bisa ngapa-ngapain sendiri, masih
lemas. Saya harus sabar, ini ujian dari Tuhan”. Pasien tampak menangis. Pasien
juga menangis saat menelpon keluarga

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Beri support : 1. Dengan ditemani
kekhawatiran mengalami tindakan keperawatan Temani klien perawat kecemasan
kegagalan selama 1x24 jam klien untuk klien dapat sedikit
dapat mengontol cemas menurunkan berkurang
dengan kriteria hasil : kecemasan
a. Klien tampak tenang
b. Kecemasan 2. Dengarkan 2. Agar klien menjadi
berkurang keluhan klien lebih lega dan cemas
c. Klien menyatakan berkurang
siap untuk dilakukan
Brachytherapy 3. Pertahankan 3. Menumbuhkan
kontak mata hubungan saling
percaya

4. Identifikasi 4. Mengetahui
tingkat perkembangan klien
kecemasan
2 Penurunan koping Setelah dilakukan 1. Tingkatkan 1. Klien mampu
keluarga b.d kurangnya tindakan keperawatan koping : bantu menghadapi
saling mandukung selama 1x24 jam pasien perubahan yang
koping keluarga baik beradaptasi terjadi selama sakit
dengan kriteria hasil : denagn
a. Hubungan perubahan yang
klien dengan mengganggu
pemberi pemenuhan
asuhan kebutuhan dan
adekuat pemenuhan
b. Koping peran hidup
keluarga
meningkat 2. Dukungan 2. Mencegah klien
emosi : mengalami tekanan
Berikan ataupun tertekan
penenangan,
penerimaan dan
dorongan
selama periode
stress

3. Motivasi 3. Agar keluarga dapat


keluarga untuk berpartisipasi aktif
memberikan dalam proses
dukungan pengobatan klien

Anda mungkin juga menyukai