Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MAKALAH

AGAMA ISLAM

Leonie Mahardhikaputri Windari

14-2015-074

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2019
BAB I

KONSEPSI ISLAM TENTANG MANUSIA

A. Konsep Islam tentang Manusia


Manusia adalah makhluk. Makhluk adalah ciptaan dari sang Khaliq (pencipta) Allah SWT. Manusia
adalah ciptaan Allah AWT yang diberikan berbagai potensi, baik berupa : (1) akal, (2) potensi hidup
yang terdiri dari kebutuhan fisik dan naluri atau insting. Pemenuhan kedua potensi ini melahirkan
dorongan yang membentuk perasaan (qolbu). Konsep Islam tentang manusia terdapat di QS.Al-
Baqarah : 30 dikatakan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi. Siklus kehidupan
manusia digambarkan dalam QS.Al-Mukminun : 12-16.
Proses penciptaan manusia itu melalui tahapan sebagai berikut :
1. Fase Sulalah Min Thin
Sulalah min thin berarti intisari dari tanah. Fase ini menunjukkan bahwa manusia
mengandung unsur yang dikandung dalam tanah.
2. Fase Nuthfah
Nuthfah artinya setetes yang dapat membasahi. Sebagian ulama mengartikannya setetes air
mani (sel kelamin pria, sperma).
3. Fase ‘Alaqah
‘Alaqah berasal dari kata ‘Alaqa yang artinya menggantung, menempel segumpal darah.
Setelah terjadi pembuahan antara sel kelamin pria dan sel kelamin wanita.
4. Fase Mudghah
Mudghah artinya daging besar. Daging ini tumbuh sebagai kelanjutan proses sebelumnya
yaitu ‘Alaqah. Dalam fase ini mencakup proses pembentukan tulang belakang dan
pembungkusan tulang dengan daging.
5. Fase Manusia Sempurna
Pada tahapan ini calon manusia sudah siap untuk dilahirkan. Secara waktu, biasanya sekitar 9
bulan 10 hari. Setelah manusia sempurna ini hadir ke dunia, mereka akan menjalankan hidup
sejak dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya mati. Setelah kematian mereka
akan dibangkitkan di akhirat untuk mempertanggungjawabkan seluruh apa yang dilakukan di
dunia. Sebagaimana diuraikan dalam QS.Al-Hajj : 5.
B. Potensi Dasar Manusia

Otak, indera,
Akal Pemikiran
fakta, info

Manusia Beragama,
Naluri keturunan, Perilaku
eksistensi
Potensi Hidup Perasaan
makan,
Kebutuhan
minum, tidur,
fisik
dll

1. Akal (Al Idraak, Al Fikr (Arab) ; Mind (Inggris))


Akal adalah potensi (khasiat) untuk memindahkan gambaran realitas melalui indera ke otak,
dan dengan adanya informasi sebelumnya tentang realitas itu, maka realitas itu dapat
dipahami (ditafsirkan), terdapat dalam QS.Ar-Rad: 3-4.
Proses berfikir harus memenuhi empat syarat :
- Otak yang sehat
- Realita yang terindera
- Indera
- Informasi sebelumnya
2. Potensi Hidup (Thaaqah Hayawiyah)
a. Naluri, salah satu potensi yang ada pada diri manusia, yang mampu mendorongnya
berkecenderungan pada benda (al-asyaa) dan perbuatan (al-a’maal), atau punya
kecenderungan untuk menahan dari benda dan perbuatan. Naluri dibagi 3 yaitu naluri
memperahankan diri, naluri melangsungkan keturunan dan naluti beragama.
b. Kebutuhan Jasmani, merupakan kebutuhan pemenuhan, untuk memenuhi pemuasan ini
tubuh membutuhkan tempat/kondisi, sesuatu dan perbuatan tertentu. Kebutuhan
jasmani tetap didapat dari dalam tubuh manusia, Allah SWT telah memberi sinyal elemen
tentang ini dalam QS.Al-Ruum : 23.

C. Tujuan, Status dan Peran Manusia Muslim


Tujuan manusia di dunia adalah beribadah artinya menjalani hidup dengan mantaati peritah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Status manusia adalah sebagai hamba Allah dan pengelola atau
pengurus (khalifah). Peran manusia sebagai hamba Allah yaitu menjadikan Allah sebagai tujuan
dan arah hidup, sedangkan sebagai khalifah yaitu memakmurkan dunia.
BAB II
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Tuhan
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa,
sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

B. Konsep Ketuhanan
Konsep ketuhanan dalam Islam dibagi 3 yaitu:
1. Konsep tauhid (esa, satu), merujuk kepada upaya membangun pengakuan dan keyakinan
bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah AWT dengan segala konsekuensinya. Dikenal
terdapat tauhid rububiyah (pengakuan bahwa Allah pencipta), tauhid uluhiyyah (pengakuan
bahwa Allah saja yang patut disembah), tauhid asma wa sifat (pengakuan bahwa Allah
memiliki Asmaul Husna) dan tauhid mulkiyyah (pengakuan bahwa Allah memiliki hukum
mutlak).
2. Konsep aqidah, mengacu pada upaya membangun keyakinan-keyakinan pokok dan mendasar
yang harus dimiliki manusia, aqidah bermakna ikatan.
3. Konsep iman (keyakinan), upaya membangun keyakinan terhadap pemikiran pokok yang
meliputi keyakinan kepada Allah SWT, malikat, kitab, rasul, hari kiamat, takdir.

C. Cara Beriman yang Islami


Berpikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Aqidah Islam adalah iman
kepada Allah, para mailaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, qodar baik buruk
keduanya dari Allah. Suatu dalil atau bukti dapat bersifat aqli (dalam jangkauan panca indera) dan
naqli (di luar jangkauan panca indera).

D. Konsekuensi keimanan
1. Allah SWT sebagai sandaran dalam melakukan perbuatan.
2. Menerima secara menyeluruh perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan Rasul-Nya.
3. Kesungguhan dalam menjalani kehidupan.
BAB III

AL-QURAN SUMBER HUKUM PERTAMA ISLAM

A. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yag diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an
menyajikan tingkat tertinggi dari kehidupan manusia. Menurut bahasa Al-Qur’an merupakan
nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammada SAW yang menghimpun surat-
surat, dan kisah-kisah, juga perintah dan larangan atau menghimpun intisari kitab-kitab suci
sebelumnya. Al-Quran adalah kumpulan yang terdiri atas ayat-ayat yangsaling menguatkan dan
terdapat kepemimpinan antara ayat satu dengan ayat lainnya. Menurut istilah Al- Quran adalah
kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan
secara mutawatir tanpa keraguan ditulis pada mushaf dari surah Al- Fatihah sampai surah An-Nas
dan orang yang membacannya akan memperoleh pahala.

B. Kedudukan Al-Qur’an
Al-Quran merupakan seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan Rasulullah SAW
tentang tingkah laku manusia yang dikenai hukum (mukallaf) yang diakui dan diyakini mengikat
semua yang beragama islam.
1. Kedudukan Al-Quran
Al-Quran adalah sumber ajaran islam yang utama. Al-Quran adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Rosul-Nya Nabi Muhammad SAW. Al-Quran ialah nama terbitan dari pada
kata Qa-ra-a, ya-ra-u yang berarti bacaan.
2. Turunnya Al-Quran
Al-Quran adalah hidayah Allah kepada seluruh umat manusia. Dan juga mukjizat yang
menyongkong kerasulah Nabi Muhammad turunnya Al-Quran telah dilakukan secara
berangsur-angsur dalam jangka masa yang agak panjang yaitu 23 tahun.

C. Karakteristik Al-Quran
1. Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab ini yang membedakannya dari kitab samawi
lainnya.elonomi, pertanian,
2. Al-Quran turun sebagai wahyu dari Allah SWT kepada Rasulullah dengan lafaz dan maknanya
sekaligus.
3. Al-Quran menjadi mukjizat bagi Rasulullah
4. Al-Quran disampaikan kepada manusia melalui riwayat yang mutawatir dan dengan jalan
penulisan dari sisi Rosulullah
5. Membaca Al-Quran didalam shalat dan diluar shalat adalah ibadah dan mendapatkan pahala.
Allah mewajibkan kita membaca surah Al-Fatihah dalam sembahyang. Nabi SAW
memberitahu kepada kita bahwa seorang muslim akan diberi balasan pahala bacaannya bagi
setiap huruf dengan sepuluh kebaikan.

D. Kandungan Al-Quran
Kandungan al-quran antara lain adalah :
1. Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada allah, keimanan kepada malaikaat, rasul-rasul, kitab-
kitab, hari akhir,qodli-qodor, dan sebagainya.
2. Prinsip-prinsip syariah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan dan
tetap dalam koridor yang bear bagaimana menjalin hubungan kepada allah (hablun minallah,
ibadah) dan (hablun minannas muamalah).
3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik dan ancaman siksa bagi yang berbuat
dosa.
4. Kisah-kisah sejarah seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, naik yang
berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.
5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan : astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum, ilmu
bumi, ekonomi, pertania, kesehatan, teknologi, sastra, budaya, sosiologi, psikologi dan
sebagainya.

E. Keutamaan Al-Quran
Keutaman Al-Quran ditegaskan dalam sabda rasullullah SAW, antara lain :
1. Sebaik-baik orang diantara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan
mengajarkannya.
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Quran.
3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Quran adlah beserta malaikat-malaikat yang suci dan
mulia, sedangkan orang membaca Al-Quran dan kurang fisih lidahnya dan sulit
membetulkannya maka baginya dapat dua pahala.
4. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan allah, maka pelajarilah hidangan allah tsb dengan
kemampuanmu.
5. Bacalah Al-Quran sebab di hari kiamat nanti akan datang Al-Quran sebagai penolong bagi
pembacanya.

F. Fungsi Al-Quran
1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan.
3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu.
4. Sebagai obat
5. Petunjuk pada jalan yang lurus

G. Kedudukan Al-Quran
1. Kitabul Nabu wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. an-Naba` (7:1-2)
2. Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. al-Maidah (5:49-50)
3. itabul Jihad, QS. al-Ankabut (29-69)
4. Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3-79)
5. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
6. Kitabul ilmi, QS. al-Alaq (96:1-5)

H. Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup


1. Karena mereka menjadikan Al-Quran sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna
menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
2. Ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan,
menikmati keindahannya dan lain sebagainya. Namun mereka membacanya hanya untuk
mengimplemetasikan apa yang diinginkan oleh allah dalam kehidupan mereka.
3. Mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah.
Mereka memandang bahwa islam merupakan titik tolak perubahan yang sama sekali terpisah
dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
BAB IV

SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM KEDUA

A. Pengertian Sunnah atau Hadits


As-Sunnah secara etimologi berarti “jalan yang lurus dan berkesinambungan yang baik atau yang
buruk”. Sunnah adalah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi Muhammad SAW. Baik berupa
sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ikhwal Nabi. Kedudukan sunnah dalam Islam yaitu
salah satu sumber ajaran Islam yang sama wajibnya dengan mengikui Al-Quran, dipahami dan
diyaini As-Sunna bersifat pasi kebenarannya.

B. Pentadwinan Hadits
1. Fase tadwin masa pertama ( berlangsung selama abad ke-II Hijriah ).
2. Fase tadwin dengan kualifikasi ( berlangsung pada awal abad ke-III Hijriah ).
3. Fase tadwin dengan seleksi.

C. Kedudukan Sunnah dalam Islam


Hadits menempati kedudukan yang sangat penting setelah Al-Quran. Kewajiban mengikuti hadits
bagi umat islam sama wajibnya dengan mengikuti Al-Quran. Dalam Al-Quran banyak sekali ayat-
ayat yang memerintahkan kita untuk taat kepada Allah dan Rasul-nya. Al-Quran telah menegaskan
bahwa selain dari Al-Quran, Rasulullah SAW juga menerima wahyu yang lain, yaitu Al-Hikmah yang
pengertiannya sama dengan As-Sunnah, baik perkataan, perbuatan, ataupun ketetapan
(diamnya). Pengertia Al-Hikamah yang bermakna As-Sunnah dapat ditemukan dalam Q.S Ali Imran
164, Q.S Al-Jumuah 3, dan Q.S Al-Ahzab 34.

D. Fungsi As-Sunnah
1. Sebagai pengukuh (ta’kid) terhadap ayat-ayat al-Qur’an
2. Sebagai penjelas terhadap maksud ayat-ayat al-Qur’an
3. Menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an
E. Ilmu-ilmu Hadits
1. Ilmu hadits riwayah : ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mempelajari perkataan, perbuatan
taqrir (sifat diam) dan sifat-sifat nabi. Dengan kata lain ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang
membahas segala sesuatu yang datang dari nabi baik perkataan, perbuatan ataupun taqrir.
2. Ilmu hadits Dirayah : Ilmu hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah
untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan hadits
dan sifat-sifat perawinya. Oleh karena itu yang menjadi objek pembahasan dari ilmu hadits
dirayah adalah keadaan matan. Sanad dan hadits rawi.

F. Kualitas Hadits
Ditinjau dari segi banyaknya rawi, hadits dibedakan menjadi :
1. Hadits Mutawatir, suatu hadits tanggapan dari panca indera yang diriwayatkan oleh sejumlah
besar rawi yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta.
2. Hadits Ahad, hadits yang di riiwayatkan oleh sejumlah rawi tapi jumlah tersebut tidak sampai
derajat mutawatir. Hadits Ahad dibedakan menjadi Hadits Masyhur, Hadits Azis,Hadits Gharib
Ditinjau dari segi kualitas orang-orang yang meriwayatkan hadits, maka hadits dapat dibedakan
menjadi :
1. Hadits Shahih
2. Hadits Hasan
3. Hadits Dha’if
BAB V

IJTIHAD SUMBER HUKUM KETIGA ISLAM

A. Pengertian Ijtihad
Kata ijtihad berasal dari akar kata yang sama dengan jihad yakni jahada(bersungguh-sungguh atau
mengerahkan segenap kemampuan). Selanjutnya dalam perkembangan makna, jihad bermakna
pengerahan kemampuan yang lebih bersifat fisik sedangkan ijtihad mengerahkan kemampuan
yang bersifat pemikiran ilmiah. Sehingga pengertian ijtihad adalah mengerahkan segenap
kemampuan intelektual untuk menetapkan hokum sesuatu yang belum dijelaskan secara detail-
ekplisit di dalam Al-Quran dan Hadis, melalui serangkaian kegiatan menganalisis semua dalil yang
memiliki hubungan tak langsung (implisit) dengan persoalan yang dibahas sehingga sampai
kepada penetapan hukum yang dicari.

B. Urgensi Ijtihad
Ijtihad memiliki urgensi dan peran penting dalam pengembangan hukum islam, di antaranya :
1. Agar hukum islam dapat ditetapkan secara fleksibel,sehingga tidak kaku.
2. Dapat memudahkan penerapan ajaran islam menurut situasi dan kondisi yang ada.
3. Dapat mengembangkan intelektualitas umat islam sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan,teknologi,dan seni.
4. Dapat meningkatkan dinamika masyarakat islam yang heterogen,namun senantiasa hidup
toleran dengan ukhuwah islamiyah yang berlandaskan Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman
hidup dan kehidupan.

C. Dasar Hukum Ijtihad


Ijtihad bisa dipandang sebagai salah satu metode penggali sumber hukum. Dasar hukum ijtihad
ialah al-Qur’an dan sunnah.
D. Ruang Lingkup Ijtihad
Ruang lingkup kajian ijtihad adalah semua persoalan diniyah,baik menyangkut aqidah,syari’ah
maupun akhlak,yang belum dijelaskan secara eksplisit oleh Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.
Ijtihad memiliki ketentuan dan ruang lingkup sebagai berikut:
1. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdlah.
2. Ketetapan ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut tetapi sifatnya relatif
3. Hasil ketetapan ijtihad bersifat kondisional dan situasional
4. Keputusan ijtihaad tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits
5. Berijtihad dalam prosesnya harus mempertimbangkan berbagai aspek,di antaranya aspek
lingkungan,aspek manfaat dan atau mudlarat(akibat), aspek motivasi,tujuan,maksud,dan
aspek nilai-nilai ajaran Islam
6. Hasil ijtihad ulama secara kolektif,komprehensif

E. Syarat – Syarat Mujtahid


Mujtahid adalah orang yang mampu melakukan ijtihad melalui cara istinbath (mengeluarkan
hukum dari sumber hukum syariat) dan tatbiq (penerapan hukum). Di samping akan menyebutkan
syarat bagi seorang mujtahid terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang rukun ijtihad
tersebut, adapun rukun ijtihad sebagai berikut:
1. Al-Waqi’ yaitu adanya kasus yang terjadi atau diduga akan terjadi tidak diterangkan oleh nash;
2. Mujtahid ialah orang yang melakukan ijtihad dan mempunyai kemampuan untuk ber-ijtihad
dengan syarat-syarat tertentu;
3. Mujtahid fill ialah hukum-hukum syariah yang bersifat amali (taklifi);
4. Dalil syara untuk menentukan suatu hukum bagi mujtahid fill.
Dalam menentukan syarat-syarat seorang mujtahid terdapat banyak perbedaan atau pendapat
dari beberapa pemikir Islam, sebagian persyaratan itu ada yang telah disepakati dan sebagian
yang lain masih diperdebatkan. Adapun syarat-syarat yang telah disepakati adalah:
1. Mengetahui Al’Quran dan As-Sunnah
2. Mengetahui Asbab al-Nuzul
3. Mengetahui Ilmu Diroyah Hadis
4. Mengetahui Hadis yang Nasikh dan Mansukh
5. Mengetahui Asbab Al-Wurud Hadis
6. Mengetahui Bahasa Arab
7. Mengetahui Tempat-Tempat Ijma
8. Mengetahui Ushul Fiqh
9. Mengetahui Maksud dan Tujuan Syariah
10. Mengenal Manusia dan Kehidupan Sekitarnya
11. Bersifat Adil dan Takwa

F. Macam – Macam Ijtihad


Muhammad Ma’ruf Ad-Dawalibi membagi ijtihad menjadi tiga bagian yang sebagiannya sesuai
dengan pendapat Asy-Syatibi dalam kitab AlMuwafaqat, yaitu:
1. Ijtihad al-batani yaitu ijtihad untuk menjelaskan hukum-hukum syara dari nash;
2. Ijtihad al-qiyasi, yaitu ijtihad terhadap permasalahan yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan
as-Sunnah dengan menggunakan metode qiyas;
3. Ijtihad al-istishlah, yaitu ijtihad terhadap permasalahan yang tidak terdapat dalam al-Qur’an
dan sunnah dengan mengunaka ra’yu berdasar kaidah istishlah

G. Metode Ijtihad
Terdapat beberapa metode ijtihad yaitu, qiyas, istihsan, Al-mashlahatul mursalah, istishab, dan
‘urf.
1. Qiyas, penyamaan, membandingkan atau pengukuran, menyamakan sesuatu dengan yang
lain Qiyas memiliki 4 rukun yaitu Al-ashlu, Al-fa’ru, hukum Al-ashlu, ‘illah.
2. Istihsan, menganggap baik atau mencari yang baik.
3. Al-mashlahatul mursalah, suatu kemaslahatan yang tidak disinggung oleh syara' dan tidak
pula terdapat dalil-dalil yang menyuruh untuk mengerjakan atau meninggalkannya, sedang
jika dikerjakan akan mendatangkan kebaikan yang besar atau kemaslahatan.
4. Istishab, mencari sesuatu yang ada hubungannya
5. ‘Urf, sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan di kalangan
mereka baik berupa perkataan maupun perbuatan.
BAB VI

AKHLAK PONDASI PERILAKU LUHUR DAN MULYA

A. Akhlak dan Perbuatan Manusia


Akhlak adalah budi pekerti. Persamaanya adalah etika dan moral. Etika dari bahasa latin berarti
kebiasaan. Moral adalah mores yang berarti perilaku kebiasaan. Menurut Ibn Maskawaih bahwa
akhlak adalah kebiasaan perilaku dan perbuatan yang dikehendaki atau kemauan yang
mendorong manusia untuk bertindak. Kemauan yang senantiasa dilakukan dan berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan (habit). Perbuatan atas dasar kaidah akhlak akan mampu
mengarahkan manusia pada peranggai perbuatan yang baik dan terhindar dari keburukan dan
kemaksiyatan.

B. Polarisasi akhlak
Akhlak dikatakan juga sebagai tingkah laku dan perbuatan atau aktifitas perilaku melekat pada
seseorang yang dilakukan secara kontinyu dan berulang-ulang secara terus menerus. Sikap
manusia dalam perspektif akhlak terbagi pada empat tingkatan:
1. Mengetahui perbuatan yang baik dan yang buruk.
2. Mampu melaksanakan yang baik dan menghindar dari yang buruk.
3. Meyakini konsekwensi dan akibat perbuatan baik dan buruk.
4. Menghayati dengan keseluruhan jiwa, yang dengannya cenderung untuk melakukan
perbuatan yang condong kepada perbuatan yang baik dan menjauhi yang buruk.

C. Klasifikasi, Objek Tujuan dan Filosoi Akhlak Bagi Ilmuwan


Klasifikasi akhlak berdasarkan Ibn Hajar Al-Asqolani dalam Kitab Hadist Riyadlus Solihin, terdapat
beberapa pokok kajian sebagaimana berikut:
Kepada Nabi dan Sesama Manusia dan
Akhlak Kepada Allah Kepada diri sendiri
Rasul Alam

Iman, amal ibadah, Husnudzon, tawadduk,


Iman, ittiba, Tawakkal, ikhtiyar,
Baik/ Terpuji/ ikhlas, taat, zikir, tasanamuh, arif,
sholawat ala rasul, sabar, syukur, ridlo
Kariimah/ Halal khauf, istighfar dan nafaah, manfaah dan
tasdiq, dan tasyhid dan qonaah
tobatan nashukha syukur

Buruk/ Tercela/ Ananiah, putus asa, Namimah, hasad,


Syirik, riya, kufur, Kufur, fasad, nifaq,
Muzmumah/ ghodob, tamak, dendam, dan ekploitasi
dan nifak dan bughot
Haram dan abdul buthun besar-besaran

Al-Ghazali menjelaskan bahwa, akhlak yang baik membimbing setiap perbuatan penuh berkah,
ketentraman dan kesalehan. Tujuan khusus berakhlak muliya adalah:
1. Kebahagiaan dunia akhirat
2. Menjadi manusia yang bermanfaat
3. Mampu mensyukuri semua nikmat dari allah SWT
4. Menjadi Hamba Allah yang soleh
5. Meraih keridhoan dan pemberkatan Allah SWT
6. Mampu menjalankan hak dan kewajiban sesuai fitrah kemanusiaan
Tujuan akhlak secara umum bertujuan agar semua perbuatan manusia dalam kerangka kategori
sebagai berikut:
1. Menjaga semua perbuatan 9. Perilaku adil/ Al Maidah: 8
dijalankan dengan niat ikhlas 10. Tepat janji/ Al Anfaal: 61
2. Menjaga kehormatan manusia/ Al 11. Kesederajatan dan musyawarah
Isra’ :30 12. Keimanan dan amal kemaslahatan/
3. Kerjasama kemanusiaan/ Al Maidah: Al ‘Ashr: 1-8
2 13. Ketaqwaan sebagai perilaku
4. Persaudaraan/ Al Hujurat:13 paripurna sempurna/ Al Baqarah: 1-
5. Toleransi/ Fushilat: 34 10
6. Kasih sayang dan santun 14. Menjauhi perbuatan yang sia-sia,
7. Kemerdekaan sesuai fitrah kemaksiyatan dan kemungkaran
8. Perbuatan penuh budi baik
D. Akhlak, Etika dan Moral
Padanan kata Akhlak dan etika dan Moral. Etika bermakna adat kebiasaan menyangkut prinsip-
prinsip dan tatanan moral yang benar. Sedang moral adalah adat kebiasaan yang sesuai dengan
ide-ide umum yang diterima oleh akal sehat sesuai dengan rumusan kebaikan dan keburukan.
Etika lebih menegaskan teori moral perbuatan, sedang moral lebih melandasi setiap tingkah laku
dan perbuatan.

E. Cara Pembinaan Akhlak


1. Mencontoh keteladanan Nabi Muhammad sebagai Uswatun Hasanah.
2. Menjalankan ibadah wajib dan ibadah sunnah.
3. Melakukan dzikir, banyak do’a, sholawat Nabi, istigfar, tobat, dan penyucian diri dengan
tafakkur secara istiqomah.
4. Melakukan takholi (mengosongkan diri dari pengaruh syaiton).
5. Melakukan tajalli (meneguhkan rasa syukur, kesadaran menguatkan dari pada iman dan taat
kepada semua perintah Allah SWT).
6. Tahalli (penghayatan sedalam penuh dan yakin bahwa Allah SWT akan selalu membalas setiap
perbuatan manusia).
7. Banyak tadarus Al-Qur’an, mendalami ilmu-iman-amal dan tadabbur alam.
8. Lima Tombo Hati. Menjauhkan semua perbuatan maksiyat dan tidak bergaul dengan pelaku
maksiyat.
9. Hindari setiap perbuatan yang mendatangkan kemurkaan dan azab Allah SWT.

F. Dalil dan Klasifikasi Akhlak, Etika dan Moral dalam Islam


1. Akhlak Allah SWT terhadap semua mahluk-Nya
2. Akhlak Nabi Muhammad Rasulullah SAW
3. Akhlak baik bagi manusia (Al-haya’, sabar, istiqomah, syaja’ah, sholeh, teguh istiqomah)

G. Akhlak Kenabian dalam Perspektif Ilmiyah


1. Shiddiq (jujur, baik, nyata, dan benar)
2. Amanah (lurus-jujur-setia-terpercaya-sportif-teguh-konsisten pada kebenaran)
3. Fathanah (kecerdasan, akal pikiran ataupun intelektualitas)
4. Tabligh (bagian logika kekhalifahan manusia)
BAB VII

INTEGRASI IMAN DAN ILMU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

A. Aspek Tentang Ilmu


Agama Islam sebagai ajaran yang diturunkan oleh Allah kepada manusia tidak hanya dipandang
sebagai suatu keyakinan saja, melainkan juga merupakan ajaran yang penuh dengan kandungan
ilmu. Setiap aspek ajaran Islam berkembang membentuk ilmu.
1. Aspek aqidah melahirkan ilmu kalam (teologi) yang mempelajarai sifat-sifat Allah dan
hubungan antara wahyu dan akal. Dalam kajian ini terdapat aliaranaliran (madzhab) antara
lain Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah.
2. Aspek ibadah melahirkan ilmu fiqih dan ushul fiqih. Dalam bidang ini terdapat aliran-aliran
Malikiyah, Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hanbaliyah.
3. Aspek mu’amalah atau hubungan manusia dengan manusia lahir ilmu-ilmu fiqh mu’amalah.
Dalam bidang ini terdapat aliran-aliran Malikiyah, Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hanbaliyah.
4. Aspek akhlak, etika, dan tata cara mendekatkan diri kepada Allah lahir ilmu tasawuf. Dalam
bidang ini terdapat aliran Sunni dan syi’ah.
5. Aspek filsafat yang membahas hakekat manusia, alam dan Tuhan melahirkan filsafat Islam.
Dalam bidang ini terdapat aliran tradisional dan liberal.

B. Landasan Normatif Terjadinya Integrasi Iman dengan Ilmu


Di dalam ciptaan-Nya diletakkan kadar dan aturan yang disebut dengan sunnatullah. Dari
sunnatullah itulah manusia dapat mengembangkan ilmu untuk kesejahteraan dan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Prinsip dan dan dasar dari al-Qur’an tentang keniscayaan lahirnya ilmu
dan iman, sebagai berikut:
1. Hukum Alam (Sunnatullah) dalam Al-Qur’an. (QS. Fathir/35:43)
2. Ilmu Pengetahuan Alam di dalam Al-Qur’an. (QS. Fushshilat/41:53)
3. Kadar dan tatanan alam dalam Al-Qur’an. (QS. Al-Furqan/25:2)
4. Akal untuk mengembangkan Ilmu dan Hati untuk mengingat Allah SWT harus dikembangkan
secara terpadu. (QS. Ali-Imran/3:190-191)
5. Alam ini diciptakan berdasarkan keadilan dan keseimbangan. (QS. Ar-Rahman/55:7)
6. Alam ini diciptakan berpasang-pasangan. (QS. Al-Zukhruf/43:12)
C. Pengertian Ilmu dan Keutamaan Menuntut Ilmu
Dalam dunia Islam ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang terkandung dalam
al-Qur'an dan bimbingan Nabi Muhammad SAW mengenai wahyu tersebut. Al-'Ilm itu sendiri
dikenal sebagai sifat utama Allah SWT. Dalam bentuk kata yang berbeda Allah SWT juga disebut
al-'Alim yang artinya "Maha Mengetahui atau yang Maha Tahu". Ilmu adalah salah satu dari sifat
utama Allah SWT yang merupakan satu-satunya kata yang komprehensif serta bisa digunakan
untuk menerangkan pengetahuan.
Maka pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana dalam pengintegrasian ini dimana tujuan
pendidikan Islam itu sendiri yang mengarah kepada terwujudnya insan kamil, di mana manusia
yang beriman dan berilmu serta beramal saleh akan diangkat kedudukannya di sisi Allah SWT dan
mendapat tempat yang baik di sisi manusia (masyarakat).
Dengan demikian tujuan utama manusia diciptakan adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT
dan mendapatkan ridha-Nya, sementara ilmu sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan
tentang Allah SWT, keridhaan dan kedekatan pada-Nya. Dan ilmu ini mencakup ilmu-ilmu
kealaman maupun ilmu syariah, jadi beriman kepada Allah SWT tidak sekedar lewat sholat, puasa,
tetapi sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah ibadah. Salah satunya yaitu
mempelajari dan menguasai ilmu pengetahuan karena itu salah satu cara untuk menolong
manusia untuk lebih dekat kepada Allah SWT.

D. Etika dalam menuntut Ilmu


1. Ikhlas
2. Berdo’a
3. Bersungguh-sungguh
4. Menjauhi Kemaksiatan
5. Tidak Malu dan Tidak Sombong
6. Mengamalkan dan Menyebarkan Ilmu
BAB VIII

ILMU PENGETAHUAN

Allah SWT telah menciptakan langit dan bumi, serta silih bergantinya siang dan malam sebagai tanda-
tanda kebesaran dan keagunganNya. Dengan demikian pertemuan antara iman dan ilmi adalah suatu
keniscayaan yang tidak terbantahkan pada firman Allah Ali Iram ayat 190-191. Menurut Jumlur ulama
mikzizat dapat terbagi kedalam dua bagian yaitu mukzijat yang bersifat inderawi (hissy) sebab kecerdasan
dan pemahaman umat yang belum begitu maju pada saat itu dan untuk membuktikan kebenaran yang
dibawanya diperlukan bukti fisik yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan oleh inderawi dan mukzijat yang
bersifat rasional (aqly) yang diperoleh oleh Nabi Muhammad SAW. Berikut beberapa prinsip dan dasar
dari Al- Quran tentang keniscayaan lahirnya ilmu denan iman :

1. Hukum alam/ sunnatullah (QS Fathir;35 , 43)


2. Ilmu Pengetahuan Alam didalam Al-Quran (QS Fushhilat/41 ; 53)
3. Kadar dan tatanan alam dalam Al-Quran (QS Al-Furqon/25;2)
4. Akal untuk mengembangkan ilmu dan hati untuk mengingat Allah SWT harus dikembangkan
secara terpadu (QS Ali Imran :190-191)
5. Alam ini diciptakan berdasarkan keadilan dan keseimbangan (QS Al-Rahman;7)
6. Alam ini diciptakaan berpasang-pasangan (QS Al-Zukhruf ; 12)

Terjadinya integrasi iman dengan ilmu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ilmu yang dikaitkan dengan penjelasan al-quran )QS Shad;29)


2. Ilmu yang didasarkan pada penjelasan hadits Nabi SAW (Qs Al-Hasyr ; 7)
3. Ilmu yang didasari hasil ijtihad para ulama (QS Al-Anbiya ; 7)
4. Ilmu yang meningkatkan keimanan kepada Allah SWT

A. Pandangan Keilmuwan Perguruan Tinggi


Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukhtashar Ihya `Ulumuddin (2014), Ilmu merupakan
kehidupan bagi hati yang mengalami kebutaan, cahaya bagi penglihatan dari kegelapan dan
kekuatan bagi tubuh dari kelemahan. Untuk mencapai tingkat integrasi epistemologis ilmu agama
dan ilmu umummenurut Kartanegara (2005) integrasi harus dilakukan pada level : Integrasi
ontologis, integrasi klasifikasi ilmu dan integrasi metodologis.
1. Integrasi Ontologis, kepercayaan pada status ontologis atau keberadaan objek-objek ilmu
pengetahuan akan menjadi basis ontologis dari epistemologis yang akan dibangun.
2. Integrasi klasifikasi ilmu
Ibn Sina dan al Farabi sepakat untuk membagi yang ada ke dalam tiga kategori yaitu
- Wujud yang secara niscaya tidak tercampur dengan gerak dan materi
- Wujud yang dapat bercampur dengan materi dan gerak, tetapi dapat juga memiliki wujud
yang terpisah dari keduanya
- Wujud yang secara niscaya bercampur dengan gerak materi
3. Integrasi metodologis
- metode observasi/eksperimen
- metodologi demonstratif atau logis
- metode intuitif

B. Sumber-Sumber Pengetahuan
1. Al-Quran Sebagai Sumber Pengetahuan
2. Hadits Sebagai Sumber Pengetahuan
3. Hasil Ijtihad sebagai Sumber Pengetahuan

C. Implementasi Pembidangan Ilmu-Ilmu Keislaman


1. Model Roda
Roda adalah simbol dinamika dunia ilmu yang memiliki daya berputar pada porosnya dan
berjalan melewati relung permukaan bumi yang bergerak dinamis.
2. Model Laba-laba
Al-quran dan As-sunnah selalu menjadi landasan pijak pandangan hidup keagamaan manusia
yang menyatu dalan satu tarikan napas keilmuwan dan keagamaan. Oleh karena itu,
pengembangan ilmu-ilmu alam, sosial dan humaniora harus bersumber dari al-quran dan as-
sunnah
3. Model Pohon
Alquran da as-sunnah merupakan akr yang menjadi sumber utama dalam pengembangan
ilmu. Baik ilmu sosial, ilmu kealaman maupun ilmu humaniora
4. Model Pohon CemaraAl-quran dan as-sunnah merupakan alat yang menjadi sumber utama
dalam pengembangan ilmu baik ilmu sosial, ilmu kealaman dan humaniora
BAB IX

KONSEPSI ISLAM TENTANG KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA

A. Kerukunan Umat Beragama


1. Pengertian Kerukunan Umat Beragama
Rukun berasaal dari Bahasa Arab “ruknun”, artinya asas-asas, dasar. Kerukunan umat beragama
yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.
2. Tujuan Kerukunan Umat Beragama
Kerukunan Umat Beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat
beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa dan negara.
3. Landasan Hukum
a. Landasan Normatif, Al-Qur’an dan Hadist
b. Landasan Idiil, Pancasila sila pertama
c. Landasan Konstitusional, UUD 45 pasal 29 ayat 1 dan pasal 29 ayat 2
d. Landasan Strategis, ketetapan MPR No.IV tahun 1999 tentang GBHN
e. Landasan Operasional
- UU No.1/PNPS/1965, tentang larangan dan pencegahan, penodaan dan penghinaan
agama
- SK Menag dan Mendagri No.01/1979, tentang tata cara pelaksanaan penyiaran agama
dan bantuan luar negeri kepada lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia
- Surat Edaran Menag No.MA/432/1981, tentang penyelenggaraan peringatan hari besar
agama
4. Kerukunan Umat Beragama Menurut Islam
Kerukunan dalam Islam dikenal sebagai tasamuh atau toleransi. Toleransi adalah kerukunan sosial
kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah Islamiyah (keimanan). Seperti dalam QS.Al-Kafirun
: 1-6.
5. Pandangan Islam Terhadap Pemeluk Agama Lain
a. Darul Harbi (daerah yang wajib diperangi), adalah suatu wilayah yang penduduknya
memusuhi Islam. Penduduk darul harbi selalu mengganggu penduduk darul muslim,
menghalangi dakwah Islam, melakukan penyerangan terhadap darul muslim sehingga muslim
melakukan jihad fisabilillah.
b. Kufur Zimmy, adalah individu atau kelompok masyarakat yang bukan Islam tetapi mereka
tidak membenci Islam, tidak membuat kekacauan dan kerusakan, tidak menghalangi dakwah
Islam. Kufur zimmy harus dihormati dan diperlakukan secara adil.
c. Kufur Musta’man, adalah pemeluk agama lain yang meminta perlindungan keselamatan dan
keamanan terhadap diri dan harta mereka. Pemerintah Islam tidak memberlakukan hak dan
hokum negara.
d. Kufur Mu’ahadah, adalah negara bukan Islam yang membuat perjanjian damai dengan
pemerintah Islam, baik disertai perjanjian tolong-menolong dan bela-membela atau tidak.
6. Kerukunan Intern Umat Islam
Kerukunan intern umat Islam di Indonesia harus berdasarkan ukhuwak Islamiyah yang tinggal di
Indonesia. Kesatuan dan persatuan umat Islam diikat oleh kesamaan aqidah, akhlaq dan sikap
beragamanya. Adanya perbedaan pendapat diantara umat Islam adalah rahmat, asalkan
perbedaan itu tidak membawa perpecahan dan permusuhan.
7. Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Islam
Kerukunan antar umat beragama artinya kerukunan umat Islam dengn penganut agama lainnya
didasarkan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Hal yang dilarang adalah adanya toleransi dalam
masalah ibadah dan aqidah.

B. Islam Agama Pembawa Rahmat Bagi Semesta Alam


Islam sebagai agama bagi seluruh alam artinya Islam sebagai agama penyempurna dari agama yang
terdahulu, Islam mengajarkan tentang bagaimana menjalankan kehidupan dengan baik dan benar,
sesuai dengan yang diajarkan dalam kitab suci Al-Qur’an. Islam tidak mengenal kasta sehingga tidak
membedakan antara satu dengan yang lain, semua manusia sama derajatnya.

C. Ukhuwah Islamiyah
1. Pengertian Ukhuwah
Ukhuwah artinya persaudaraan, yang maksudnya adanya perasaan simpati dan empati antara 2
orang atau lebih.
2. Petunjuk Al-Qur’an Tentang Ukhuwah
a. Untuk memantapkan persaudaraan pada arti umum, dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah
SWT mengangkat manusia di muka bumi ini menjadi seorang khalifah.
b. Untuk mewujudkan persaudaraan antar pemeluk agama, dijelaskan dalam QS.Al-Kafirun :6
dan QS.Asy-Syura : 15 serta QS.Ali-Imran : 64.
c. Untuk memantapkan persaudaraan antar sesama muslim, dijelaskan dalam QS.Al-Hujurat:
11-12.
3. Macam-macam Ukhuwah
a. Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam atau persaudaraan
yang diikat oleh aqidah atau keimanan tanpa membedakan golongan selama aqidahnya sama.
b. Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah, persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara
universal tanpa membedakan ras, agama, suku dan aspek-aspek khusus lainnya, pesaudaraan
yang diikat oleh jiwa kemanusiaan.
c. Ukhuwah Wathoniyah, persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan
agama, suku, warna kulit, adat istiadat dan aspek lainnya.
4. Urgensi Ukhuwah
a. Ukhuwah menjadi pilar kekuatan Islam.
b. Islam merupakan agama tertinggi.
c. Ukhuwah merupakan bagian terpenting dari iman.
d. Ukhuwah merupakan banteng dalam menghadapi musuh Islam.
e. Ukhuwah yang solid dapat memudahkan membangun masyarakat madani.

D. Islam dan Pluralisme Agama


Islam mendefinisikan pluralitas sebagai bentuk hidup bermasyarakat yang didalamnya terdapat
berbagai keanekaragaman seperti agama, adat dan sebagainya. Pluralitas dipandang sebagai toleransi
antar umat beragama sebagimana dalam firman Allah SWT QS.Al-Kafirun: 6 dan Al-Baqarah: 256.
Pluralisme agama dapat terjaga dan terpelihara dengan baik, apabila pemahaman agama yang cerdas
dimiliki oleh setiap pemeluk agama.

E. Hambatan-hambatan Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama


1. Semakin meningkat kecenderungan umat beragama mengejar jumlah pemeluk agama daripada
mengejar kualitas umat beragama.
2. Kondisi sosial budaya masyarakat.
3. Keinginan membangun rumah ibadah tanpa memperhatikan jumlah pemeluk agama setempat.
4. Menggunakan mayoritas sebagai sarana penyelesaian sehingga menimbulkan masalah.
5. Makin bergesernya pola hidup dari gotong royong ke individualisme.

F. Upaya-upaya Menciptakan Kerukunan Umat Beragama


1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama.
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusian dari seluruh
keyakinan plural umat manusia.
5. Nilai-nilai kemanusiaan tidak selalu formal.
6. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan.
7. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama.
8. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB X

KONSEP MASYARAKAT MADANI MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

A. Pengertian
Madani berasal dari akar kata yang sama dengan kata kata madina, madaniyah dan tamadun, yang
berarti peradaban. Madinah yang berarti kota berhubungan dan mempunyai akar kata yang sama
dengan tamaddun yang berarti peradaban. Dalam istilah Alquran , kehidupan masyarakat madani
tersebut dikonteks-kan dengan baladatun thayyibatun wa rabbun ghafur yang secara harfiyah
diarti-kan negeri yang baik dalam keridhaan Allah (QS.Ayat 15). Istilah yang digunakan Alquran
sejalan dengan makna masyarakat yang ideal, dan masyarakat yang ideal itu berada dalam
ampunan dan keridahan-Nya. Masyarakat ideal inilah yang dimaksud masyarakat madani.

B. Sosio-Historis Masyaraka Madinah pada Masa Rasulullah


Tiga tipologi masyarakat Madinah dalam pespekti keyakinan dan aliran kepercayaan nya, yaitu :
1. Penganut agama islam yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar.
2. Penganut agama Yahudi, yaitu terdiri dari tiga kabilah besar,yaitu Bani Qaynuqa, Bani Nadhir
dan Bani Qurayzha.
3. Penganut paganism, dalam hal ini yang dmaksud adalah komunitas masyarakat Madinah yang
masih menyembah berhala seperti halnya penduduk Mekah ( kaum musyrik )

C. Karakteristik Masyarakat Madani


Menurut Yusuf al-Qaradhawi ada tujuh karakteristik yaitu:
1. Ketuhanan (al-rabbaniyah)
2. Kemanusian (al-insaniyah)
3. Komprehensifitas (al-syumuliyah)
4. Kemoderatan (al-wasathiyah)
5. Realitas ( al-waqi’iyah)
6. Kejelasan (al-wudhuh)
7. Dan kohesi antara stablitas dan fleksibilitas (al-jam’ bayna al-tsabat wa al-murunah )
Terdapat tiga karakteristik yang diajarkan Rasulullah untuk menjadi fondasi pembangunan
masyarakat madani, yaitu :
1. Islam yang Humanis, subsatansi ajaran islam yang diajarkan Rasulullah, sepenuhnya
kompatibel dengan fitrah manusia.
2. Islam yang Moderat, keseimangan ajaran islam dalam berbagai dimensi kehidupan manusia,
baik pada dimensi vertical maupun horizontal.
3. Islam yang Toleran, berarti kelongaran, kemudahan, fleksibilitas dan toleransi itu sendiri.

D. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Peran dan tanggung jawab umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani (beradab) yaitu :
1. Menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah sebagai bukti dan aplikasi keimanan untuk
mendapatkan karunia dan ridho Allah SWT.
2. Berbuat baik dan memberi manfaat kepada sesame manusia dalam rangka mewujudkan
keharmonisan hidup ditengah masyarakat.
3. Saling mengingatkan satu sama lain nya, jika terjadinya penyimpangan hokum atau
kedzaliman diantara anggita masyarakat (QS.Ali Imron :104)
4. Memiliki etos kerja yang tinggi optimism dan tawakal kepada Allah SWT. Dalam rangka meraih
kesejahteraan hidup sebagai wujud syukur kepada Allah SWT (QS.Al-Qashash :77)
5. Senantiasa bekerjasama dalam mewujudkan kebaikan (QS.Al-Maidah :2)

E. Hak Asasi Manusia Menurut Konsep Islam


Adapun hak – hak yang harus ada dan wajib untuk dilindungi dan dipertahankan, diantaranya
adalah :
1. Hak Kebebasan beragama
2. Hak menjaga keselamatan jiwa
3. Hak amar ma’ruf nahi munkar termasuk kebebasan berpendapat
4. Pengamanan hak-hak kepemilikan
5. Hak diperlakukan secara adil
6. Hak penjagaan kehormatan seseorang
BAB XI

EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Konsep
1. Pengertian ekonomi islam , system ekonomi islam dan system ekonomi islam

Seorang pakar hokum islam Muhammad Yusuh Mus memberikan definisi, bahwa muamalah
adalah peraturan-pertauran Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk
menjaga kepentingan masyarakat. Secara etimologis, ekonomi berasal dari oikonomia (bahasa
yunani, economic (inggris) yang terdiri dari kata oikonos yang berarti rumah tangga dan nomos
yang berarti aturan. Jadi ekonomi adalah ilmu yang mengatur rumah tangga.

Jadi ekonomi islam merupakan bagian dari system islam yang mencakup hubungan dengan
masalah aqidah dan syariah. Oleh karena itu system ekonomi islam adalah hubungan unsur-unsur
yang ada dalam kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, perdagangan, dan lembaga-
lembaga ekonomi) dalam hubungannya dengan akidah, syariah dan akhlaq sehingga diharapkan
dapat menciptakan keadilan dan pemerataan di bidang ekonomi. Selain system ekonomi islam
ada dua system ekonomi yang mempnyai pengaruh di dunia sekarang ini,yaitu system ekonomi
liberal kapitalis dan system ekonomi sosialisme komunis.

2. Sikap islam terhadap harta

Menurut syarial harta diartikan sebagai sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal
menurut syariat seperti produksi, konsumsi, jual beli, distribusi, dan sebagainya.

Hakikt harta

1. Allah adalah pencipta dan pemilik harta yang hakiki (QS 24:33)
2. Harta adalah fasilitas bagi kehidupan manusia (QS 2:29)
3. Allah menganugerahkan kepemilikan harta kepada manusia (QS 2:188)

Cara-cara memperoleh harta :

1. Bercocok tanam dan menghidupkan tanah yang mati


2. Bekerja
3. Melakukan kontrak-kontrak hak milik seperti jual beli, pemberian, dll
4. Pergantian kedudukan dengan cara mewariskan atau wasiat

Sifat- sifat harta

1. Harta adalah perhiasan dunia (QS 18:46)


2. Harta adalah sarana Allah menguji kepada pemiliknya (QS 8:28)

Fungsi harta :

1. Menyepurnakan pelaksanaan ibadah mahdloh


2. Meingkatkan keimanan
3. Meneruskan kehidupan dari waktu ke waktu
4. Menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat
5. Mengembangan dan menegakkan ilmu
6. Menumbuhkan silaturahmi

3. Ciri ciri ekonomi islam


1. System ekonomi islam adalah bagian dari sistemislam yang mencakup akidah dan syariah
2. Ekonomi islam memprioritaskan keseimbangan kepentingan individu dan kpentingan
masyarakat

Tujuan System ekonomi islam System ekonomi System ekonomi


kapitalis-sekunder sosialis-komunis
1. Kemakmuran dan Duniawi dan ukhrowi Duniawi Duniawi
Kesejahteraan
2. Adil dan Merata Merata dan adil Tidak merata dan Merata dan tidak adil
tidak adil
3. Stabilitas dan Stabil dan maju Tidak stabil, maju Stabil dan maju
Kemajuan
4. Serasi, Damai,dan Ya Tidak Tidak
Bersatu
5. Merdeka Merdeka Merdeka Tidak
6. Kelestarian Ya Tidak Tidak
7. Mandiri Ya Tidak Ya
4. Akhlak ekonomi islam
a. Korupsi : penggunaan kekuasaan negara untuk memperoleh keuntungan,
penghasilan,prestise perorangan atau untuk memberikan keuntungan untuk sekumpulan
orang atau suatu kelas social dengan cara yang bertentangan dengan undang-undang
b. Spekulasi : usaha penimbunan barang atau jasa dalam peredaranya dengan tujuan
menaikkan harga dan mengacaukan ekonomi
c. Suap (risywah) : memakan harta orang lain dengan cara batil

5. Komponen system ekonomi islam


a. Produksi : semua kegiatan yang sifatnya menaikkan nilai barang
b. Distribusi : diperolehnya harta atau kekayaan
c. Konsumsi : menggunaan atau memakai barang-barang hasil prodksi melalui transaksi
pembelian
d. Perdagangan : sarana untuk memeroleh kedudukan yang lebih tinggi disbanding dengan
industry
e. Lembaga kuangan syariah : bank islam yang beoprasi dengan mengacu oada prinsip islam yang
digali dari Al-Quran dan Hadits

Riba adalah tambahan,meningkat, membesar. Jenis riba terbagi menjadi dua yaitu riba fadjl dan riba
nasiah. Hokum riba adalah haram mutlak
BAB XII

SISTEM POLITIK ISLAM

A. Pengertian

Sistem politik islam adalah sebuah aturan tentang pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai islam
dengan prinsip-prinsip tertentu yang ditetapkan al-qur’an dan sunnah diantaranya seluruh kekuasaan
alam semesta ada pada Allah SWT dan hukum islam ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Sistem politik islam adalah khalifah.

B. Asas-asas Politik Islam

Asas politik Islam dibagi menjadi 3 yaitu hakimiyaah Ilahiyyah, Risalah dan Khilafah.

 Hakimiyaah Ilahiyyah : adalah memberikan kuasa pengadian dan kedaulatan hukum tertinggi
dalam sistem politik islam hanyalah milik Allah yang berarti tauhid kepada Allah SWT sebagai
alasan utama sistem politik Islam

 Risalah : adalah hal yang disampaikan, ditafsirkan dan diterjemahkannya segala wahyu Allah SWT
dengan ucapan dan berbuatan yang dilakukan oleh para rasul

 Khilafah : berarti perwakilan, yang berarti manusia bukanlah penguasa atau pemilik melainkan
hanyalah khalifah atau wakil Allah SWT yang menjadi pemilik besar

C. Nilai-nilai Dasar Sistem Politik Dalam Al-Qur’an

Nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dan di implementasikan dalam pengembangkan sistem
politik islam diantaranya

 Keharusan mewujudkan persatuan dan kesatuan umat

 Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyah

 Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil

 Kemestian menaati Allah dan Rasulullah serta Ulil Amri


 Keharusan mempertahankan kedaulatan Negara dan larangan melakukan agresi dan invasi

 Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan

 Kemestian meningkatkan kewaspadaan dalam bisang pertahanan dan keamanan

 Keharusan menepati janji

 Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa

 Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat

D. Prinsip Hukum Antar Negara atau Hukum Internasional

Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh umat manusia tanpa
dibatasi oleh wilayah, perbedaan ras dan warna kulit, bahasa dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Setiap orang di penjuru dunia manapun yang beriman kepada Allah dalam arti menempatkan al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah sebagai acuan, paradigma hidupnya, maka orang tersebut adalah umat
Nabi Muhammad SAW. Begitu juga negara manapun yang melandaskan sistem perundang-
undangannya berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, maka negara tersebut
adalah negara Islam. Namun dalam kenyataannya kita juga saling berhubungan dengan negara lain
yang harus di jalin dengan baik dan benar, jadi diperlukan adanya prinsip-prinsip politik luar negeri
dalam Islam.

Hukum Islam, di samping mengatur soal-soal agama, juga mengatur persoalan kemasyarakatan.
Maksudnya, hukum Islam, di samping sebagai dasar-dasar peribadatan, berfungsi pula sebagai dasar-
dasar hukum dan akhlak yang mengatur hubungan antara sesama manusia.Bahkan, hukum Islam
bukan hanya meletakkan dasar hubungan dalam arti yang sempit, tetapi mencakup segala aspek
hidup dan kehidupan yang ada.

Hukum Islam menjunjung tinggi huquq al-insaniyyah tanpa mengenal diskriminasi agama, warna kulit,
dan kebangsaan.Selain itu, hukum Islam juga mengakui hak milik pribadi, namun melarang menumpuk
kekayaan, merampas, dan eksploitasi. Dengan kata lain, hukum Islam mengakui hak milik perorangan,
tetapi kepentingan sosial tidak boleh diabaikan.
BAB XIII
PROBLEMATIKA UMAT ISLAM

A. Pendahuluan
Keadaan masyarakat zaman Rasullah saw. memiliki karakteristik yang berbeda jika dibandingkan
dengan masyarakat lainnya waktu itu. Karakteristik yang dimaksud dilihat dari sudut keteduhan dan
kepemimpinan Rasullah saw. Keteduhan tersebut terletak pada ketegasan Rasullah saw dalam
menyelesaikan masalah dan memberikan suri tauladan pada masyarakat.
Riwayat Al-Bukhari dan Muslim, mengatakan: “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia pada
generasiku, kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya.” Dalam hasdist tersebut di jelaskan
bahwa ada tiga masa terbaik yaitu masa Nabi Muhammad saw, masa sahabat dan masa tabi’in.
Masa sahabat masa terbaik merupakan komunitas pertama yang langsung bersentuhan dengan
kenabian. Merekalah yang menyaksikan dan mendapat tuntunan langsung Nabi saw.
Masa tabi’in adalah masa terbaik karena mereka saling bersentuhan langsung dengan sahabat.
Mereka mengenal lebih dekat Nabi saw dari sahabat-sahabatnya yang menyaksikan kebenaran
nubuwwah dan wahyu.
Namun kemudian, sepeninggalnya Nabi saw dan para sahabat kebeneran semakin jauh dari
sumbernya, akibatnya fitnahpun mulai terus menghantui kaum muslim. Pada masa inilah keburukan
zaman mulai berdatangan pada kaum muslim.
Pada masa Nabi Muhammad saw (termasuk masa berikutnya yang masih dekat dengan sumber
risalah) memiliki kepastian dalam hidupnya baik berupa sandaran maupun solusi. Namun pada perjalanan
berikutnya setelah 3 masa terbaik, kondisi kaum muslim semakin terpuruk karena dipanggilnya Rasullah
saw oleh Allah swt. Maka muncul persoalan yang tidak bisa dijawab secara tuntas.
Adapun beberapa persoalan yang muncul pasca kepergian Rasullah saw:
1. Masalah Politik
2. Masalah Sosial Budaya
Masalah politik yang muncul adalah berkisar pada sukses kepemimpinan sedangkan masalah sosial
budaya yaitu kaum muslim menyentuh budaya lain dalam inter aksi sosialnya. Mereka disebut kaum
mu’tazilah.

B. Masyarakat Islam dan Perkembangan Pemikiran Teologia


Ada beberapa kelompok pemikiran teologi dalam Islam, diantaranya sebagai berikut:
1. Sunni, merupakan kelompok jumhur kaum muslimin.
2. Syi’ah, adalah kelompok yang lahir secara formal dari hasil persengketaan antara Muawiyah
dengan Ali k.w.
3. Khawarij, adalah kelompok yang lahir karena menentang kebijakan Ali k.w. ketika beliau
menerima usulan tahkim (genjatan senjata) dari Muawiyah.
4. Murji’ah, merupakan kelompok pemikir yang bersebrangan pendapat dengan Khawarij dalam
masalah dosa besar.
5. Mu’tazillah, adalah kelompok yang dalam setiap pemecahan masalahnya selalu menggunakan
akal.
6. Ahlu Sunnah wal Jama’ah, kelompok yang lahir sebagai penggenap atas pemikiran lainnya yang
dirasa belum menjadikan sunnah sebagai referensi final.

C. Masyarakat Islam, Kini dan Kemudian


Secara historis, para ilmuan islam abad pertengahan menjadikan Allah sebagai pusat ilmu
pengetahuan (Teosentris). Islam abad pertengahan tidak pernah memisahkan antara ilmu dan agama.
Agama menjadi sumber inspirasi bagi manusia untuk mengembangkan ilmu dan teknologi. Namun,
menjelang kejatuhan Turki Utsami di Andalusia Spanyol keilmuan islam mengalami kemunduran besar.
Pada saat ini periode masa modern di mulai. Zaman kegelapan islam dimulai ketika zaman pencerahan
Eropa tumbuh.
Dengan demikian, untuk kembali ke masa abad pertengahan tidaklah mudah. Maka bergulirlah ide
islamisasi ilmu. Ide yang pertama kali ditemukan Isma’il Raji Al-Faruqi dari Naquib Al Attas dalam bukunya
Islamation of Knowledge. Rencana kerja islamisasi pengetahuan Al-Faruqi di antaranya:
1. Penguasaan ilmu modern
2. Penguasaan warisan islam
3. Penentuan relevansi khusus islam bagi setiap bidang pengetauan modern
4. Pencarian metode untuk menciptakan perpaduan kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan
modern
5. Pengarahan pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menuju pemenuhan pola Ilahiah dari
Allah.
Dengan ide-ide di atas, tentu hanya sebagian pertarungan yang dihadapkan Barat pada kaum
muslimin menyangkut liberalisme. Oleh karena itu, banyak gerakan islam yang muncul dengan menjauhi
nilai-nilai keislaman itu sendiri. Gerakan islam atau Harakah Islamiyah atau Islamic Movement merupakan
wadah kaum muslimin yang menumpahkan perlawanan terhadap ide-ide Barat secara amal jama’i.
Berikut beberapa pengertian Harakah:
1. Harakah adalah usaha menerapkan deologi dan mempengaruhi lingkungan dengan warna yang
diinginkan;
2. Harakah adalah berkumpulnya di mesjid untuk bermusyawarah dengan atau tanpa kehadiran
seorang muhajirin Jama’ah Tablig;
3. Harakah adalah perkumpulan politik dalam sebuah kutlah taghyr, dengan ataupun tanpa seorang
Syahab Hizbut Tahrir;
4. Harakah adalah lingkingan keluarga taqwa, dengan ataupun tanpa kehadiran seorang Ikhwan
Partai Keadilan Sejahtera;
5. Harakah adalah majlis musyawarah para mujahid dakwah, meski tanpa kehadiran Mujahid MMI
atau FPI;
6. Harakah adalah semangat menuntut ilmu syar’i dengan ataupun tanpa kehadiran seorang Syaikh
Salafi.
Oleh karena itu, dalam sebuah gerakan Islam hendaklah memiliki komitmen yang harus dibangun di
antarnya:
1. Komitmen dalam sisi positif
Gerakan dengan sengaja menyampaikan akidah Tauhid dan dalam berbagai segi menyatakan
keabsahan risalah islam. Islam mendorong manusia agar menjadikan kejujuran sebagai sendi
Islam.
2. Komitmen dalam sisi negatif
Sisi negatif dalam ciri dakwah Tauhid adalah tidak menerima sistem, kondisi, akidah agama lain
yang hendak ikut campur masalah Tauhid. Hal ini bukan berarti Islam tidak memberi kebebasan
kepada pemeluk agama selain islam sebagaimana firman Allah dalam surat (Al Baqoroh ayat 256).
3. Perdamaian Abadi
Islam ibarat sebuah bangunan. Bangunan fondasi Islam seperti yang telah di lakukan Rasullah
saw di Mekkah Al Mukaramah. Fondasi ini memungkinkan kaum muslim untuk bisa menerima
pemikiran untuk meninggalkan segalanya untuk mendapatkan keridhoan Allah swt.

D. Dakwah Menuju Khairul Umat


Islam sebagai agama yang universal memiliki cita-cita mulia dalam kehidupan social terutama dalam
menghadapi setiap persoalan baik internal maupun eksternal kaum muslimin. Kepedulian social ini
diwujudkan dalam amr makruf nahyi munkar yang seringkali disalah artikan oleh masyarakat. Seluruh
gerakan Islam yang sesuai dengan ajaran agama Islam memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menjadikan
Islam dan kaum muslimin khairul umat sebagai ummat percontohan dalam berbagai hal terutama dalam
hal pentauhidin. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Fushshilat [41]: 33, Q.S. Ali Imra :104 dan Q.S. An-
Nahl:125.
Ayat-ayat Al-Qur`an diatas menjelaskan bahwa setiap muslim berkewajiban untuk melakukan
da`wah supaya kebenaran agama yang telah diterima dapat dinikmati orang lain. Kebeneran agama
merupakan sesuatu hal yang harus ditanamkan seluas-luasnya kepada semua manusia dengan cara
memberikan wawasan yang luas dan mencerdaskan, sikap dan tindakan yang bijak, nasihat yang indah
dan menyentuh dan argumentasi yang tegas dan jelas baik berdasarkan dalil akli maupun nakli.
Adapun sebagaimana visi dan misinya, Islam berdakwah kepada :
1. Kebesaran Allah SWT
2. Kebesaran alam akhirat dan sifat kekalnya
3. Mengajak manusia untuk mencintai amal agama dari pada kebendaan dunia ini
Kemudian secara umum dakwah diarahkan kepada :
1. Mentauhidkan Allah SWT
2. Menjadikan Islam sebagai rahmat
3. Menjadikan Islam sebagai pedoman hidup
4. Menggapai ridho Allah SWT
Tujuan dakwah menurut M. Natsir yaitu;
1. Menyeru manusia untuk menjalankan dan kembali kepada syari`at atau hokum-hukum agama
agar dapat mengatur dirinya sendiri sesuai dengan ajaran agama.
2. Mempertegas fungsi hidup manusia sebagai hamba Allah di muka bumi, yakni mengabdi kepada
Allah.
3. Memanggil manusia untuk mencurahkan segala aktivitas hidupnya untuk Allah dan memperoleh
keridhoan-Nya.
Maka dari itu, seperti yang dikatakan oleh Al-Ghazali bahwa amarma`rud nahyi munkar merupakan
puncak kepentingan dalam islam dan untuk itulah tujuan para Rasul diutus oleh Allah. Jika amarma`rud
nahyi munkar diabaikan, baik secara teoritis maupun praktis maka kejahatan akan merajalela, kesesatan
merasik berbagai segi kehdiupan, maksiat dan pelanggaran hokum dianggap lumrah dan akhirnya akan
mendapatkan azab Allah.
BAB XIV

MEMBANGUN KELUARGA ISLAMI

A. Cinta sebagai fitrah manusia

Didalam Al-Qur’an terdapat 95 kata Hub (Cinta) tersebar dalam banyak surat yang menyiratkan
bahwa kata itu sangat penting diperhatikan oleh manusia. Dalam islam MAHABBAH (Cinta)
merupakan norma dasar yang bertolak dari dua sifat yakni baik dan buruk. Sebagai norma ia akan
senantiasa mempengaruhi perilaku manusia karena cinta wujud luarnya ingkah laku atau perbuatan.

B. Pra nikah

Untuk menjaga kesucian cintanya, manusia harus mengikat cinta itu dengan benar yakni melalui
proses pernikahan sesuai syariat islam.

Dalam tahapan pranikah seseorang harus mempersiapkan diri,baik yang menyangkut kesiapan
mental, spiritual, kesejahteraan maupun fisiknya. Untuk mencapai tujuan pernikahan dalam proses
pranikah seseorang seyogyanya melakukan usaha mengenali calon pasangan dengan berusaha
meminimalisir hal-hal yang mendatakangkan dosa. Terkait dengan pentingnya agama sebagai dasar
pertimbangan memilih pasangan rasul menegaskan.

Wanita diperistri karena empat hal. Karena kekayaannya, kedudukannya/keturunannya,


kecantikannya dan agamanya, maka peganglah yang mempunyai agama maka akan beruntunglah
kedua tanganmu. (Bukhari Muslim).

Setelah memilih pasangan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, disunahkan melakukan


hitbah, yaitu menyampaikan maksud dan keinginan oleh pihak laki-laki kepada wanita dan
keluarganya untuk dijadikan calon istri.

C. Proses Nikah

Untuk proses terlaksananya pernikahan secara syah dipersyaratkan memenuhi ketentuan (rukun
nikah) adanya : pria dan wanita sebagai calon suami istri, wali bagi calon pengantin wanita, ijab Kabul
(dari wali dan calon pengantin pria), dua orang saksi yang muslim, adil dan merdeka. Jjika keempat
syarat rukun telah terpenuhi, maka akad pernikahan dianggap syah menurut syariat islam.
D. Pasca Nikah

Keluarga sakinah, mawaddah, wa rohmah meruupakan dambaan semua keluarga. Ungkapan do’a
ini didasarkan pada ayat Al-Qur’an (QS. Ar-Rum ;21)

Makna Baeti Jannati (Rumahku=Surgaku)

Ada firman Allah yang perlu dibaca berulang-ulang, dibaca pula artinya secara berulang- ulang pula,
kemudian diresapi maknanya untuk diamalkan. (QS. At-Tahrim;6)

E. Empat Model Suami-Istri Dalam Al-Qur’an

1. Suami istri sama –sama beriman

Keluarga Nabi Ibrahim As dan keluarga Imran merupakan model ideal keluarga muslim. Nabi Ibrahim
dengan istri-istri dan anak-anaknya semuanya beriman kepada Allah dan RasulNya. Demikian juga
keluarga Imran dengan tokoh-tokohnya yang sangat terkenal : Siti Maryam, ayah dan ibu Siti Maryam,
Nabi Zakariya Asmdan Istrinya, Nabi Yahya As dan Nabi Isa As. Allah SWT telah memilih keluarga Nabi
Irahim As dan keluarga Imran sebagai teladan-teladan dalam berkeluarga. Terdapat dalam QS.Ali
Imran : 33.

2. Suami Beriman Istri Kafir

Nabi Nuh As dan Nabi Luth As merupakan Nabi dan Rasul pulihan Tuhan. Tapi istri dari kedua Nabi ini
kafir, malah putra Nabi Nuh pun kafir. Terdapat pada QS.Hud;45-46.

3. Suami Kafir Istri Beriman

Siti Asiah adalah istri dari seorang raja yang kafir dan zalim, sementara dia (Siti Asiah) adalah seorang
yang beriman karena dia menjadi pengikut setia Nabi Musa As.

4. Suami-Istri sama-sama kafir

Model keempat ini mungkin merupakan model suami-istri yang paling banyak didunia. Terdapat
dalam surah QS. Al-Lahab ;1-5.

Anda mungkin juga menyukai