Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA


DESTILASI

Disusun oleh :

Merlina Esa P. (116033)


Natalia Ade D. (116035)
Alus Indah Dimas B. (116048)
Yovan Marcell A. (116058)

PRODI D-III TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA
DESTILASI

Semarang, 27 November 2018


Pembimbing Praktikan

(Ir. Sari Purnavita, MT) ( Ade )

( Alus )

( Merlina )

( Yovan )
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk memisahkan etanol-air menggunakan distilasi dan didapatkan etanol
yang lebih murni, dan mengetahui jumlah neraca bahan total dan komposisi.
B. DASAR TEORI
Destilasi merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan atau didefinisikan juga
teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih anatara komponen.
Secara teoritis, bila perbedaan titik didih antar komponen makin besar maka
pemisahan secara destilasi akan berlangsung makin baik yaitu hasil yang diperoleh
semakin murni.
Terdapat 2 metode utama dalam pelaksanaan destilasi. Metode pertama
didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat cair yang akan
dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap tanpa ada zat cair yang kembali
ke bejana didih. Jadi tidak ada refluks. Metode kedua didasarkan atas
pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi
tertentu sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami kontak akrab dengan
uap yang mengalir ke atas menuju kondensor. Masing – masing metode ini dapat
dilaksanaan dalam proses kontinu (sinambung) maupun dalam proses tumpak
(batch).
Proses destilasi kontinu keadaan stedi terdapat 2 macam, yaitu penguapan
parsial 1 tahap tanpa refluks (flash distillation/ distilasi kilat) dan distilasi kontinu
dengan refluks (reaktifasi). Prinsip dasar operasi pemisahan secara distilasi adalah
adanya perbedaan komposisi dalam kedua fase yang membentuk keseimbangan
pada suhu dan tekanan tertentu.
Destilasi system tumpak (batch distillation). Pada instansi kecil, hasil –
hasil yang mudah menguap dipulihkan dari larutan zat cair dengan distilasi system
tumpak (batch distillation). Campuran yang bersangkutan dimasukkan kedalam
pemasak/ pendidih ulang, kalor dimasukkan melalui gelungan/ melalui dinding
bejana. Untuk menaikkan suhu zat cair ke titik didihnya dan mendidihkan sebagian
dari tumpak itu. Dalam metode operasinya yang paling sederhana uap hasil dibawa
langsung dari pemasak ke kondensor. Uap hasil yang keluar dari pemasak selalu
berada dalam keseimbangan dengan zat cair yang terdapat didalam pemasak, tetapi
karena uap itu lebih kaya akan komponen yang lebih mudah menguap, komposisi
uap maupun zat cair itu tidaklah konstan.
Destilasi dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Destilasi sederhana
Dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah
satu komponen bersifat volatil. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer,
contohnya destilasi campuran air dan alkohol.
2. Destilasi fraksinasi
Memisahkan komponen cair, dua atau lebih dari suatu larutan berdasarkan titik
didihnya. Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih < 20 dan bekerja pada tekanan atmosfer atau tekanan
rendah.
Perbedaan destilasi fraksinasi dan destilasi sederhana terletak pada adanya
kolom fraksinasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda – beda pada setiap platnya. Hal ini bertujuan untuk pemurnian
destilat yang lebih dari plat – plat dibawahnya. Semakin keatas semakin tidak
volatil cairannya.
3. Destilasi uap
Digunakan pada campuran senyawa – senyawa yang titik didihnyya mencapai
200 atau lebih.
Sifat yang fundamental yaitu dapat mendestilasikan campuran senyawa
dibawah titik didih dari masing – masing senyawa campurannya. Dapat pula
digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur,
tetapi dapat didestilasi dengan air . Destilasi jenis ini biasa digunakan untuk
mengekstrak produk alam.
4. Destilasi vakum
Digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil, dengan pengertian
dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati tititk didih campuran atau
campuran yang memiliki titik didih diatas 150 .
Metode ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah
jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap
tidak dapat terkondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan
pompa vakum atau aspirator yang memiliki fungsi sebagai penurun tekanan.
C. METODOLOGI
1. Alat dan bahan
Alat :
 Hot plate
 Treeneck
 Termometer alkohol
 Kolom isi
 Kondensor
 Gelas ukur
 Piknometer
 Beaker glass
 Erlenmeyer
 Corong
 Destilator
 Klem
 Statif
Bahan :
 Air
 Etanol
2. Cara Kerja
a. Membuat larutan etanol – air 45%
 Cek density etanol murni
 Cek suhu etanol pada saat akan melakukan cek density
 Cek data pada tabel untuk mengetahui besarnya kadar berdasarkan
nilai density dan suhu etanol murni
 Membuat larutan 40% etanol – air dengan cara menegncerkan etanol
murni dengan air sesuai kebutuhan
 Cek density larutan etanol – air dan cocockan pada tabel (bener atau
tidak kadar dari campuran)
b. Menghitung densitiy larutan etanol – air 45%
 Masukkan larutan etanol – air dalam treeneck
 Panaskan larutan etanol – air dengan menggunakan heater hingga
mencapai titik didihnya (78,5 )

 Hitung refluk ratio dengan cara menghitung teteasan yang turun


sebagai destilat dibanding atau dibagi dengan tetesan yang turun pada
refluks dalam waktu tertentu
 Tampung teteasn hasil destilasi lebih dari 10 ml
 Lakukan pengecekan density dengan piknometer

D. HASIL
Destilat
Destilat Density ( g/ ml) Kadar (%)

1 0,892 56,97

2 0,901 52,89

3 0,949 29,87

Bottom
Massa (gram) Density (g/ml)

45,69 1,02

Anda mungkin juga menyukai