Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI WARGANEGARA MENURUT UUD 1945 DALAM PASAL 26

DEFINISI WARGANEGARA MENURUT UUD 1945 DALAM PASAL 26 Menurut UUD 1945 pasal 26
yang dikatakan menjadi warga negara adalah sebagai berikut :
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang. Jelas dikatakan

yang menjadi warganegara menurut UUD 1945 yang dijelaskan didalam pasal 26 ayat (1)
bahwa yang menjadi warganegara adalah orang orang bangsa indonesia asli dan orang orang
bangsa lain yang disahkan dengan UU.
Disini jelas sekali bahwa semua orang baik yang memang berasal dari Negara Indonesia asli
dan orang bangsa asing yang telah disahkan dengan UU secara sah dikatakan sebagai warga
negara Republik Indonesia. Lalu bagaimana dengan sebutan Pribumi dan Non Pribumi?? Sering
sekali kita mendengar bahkan mungkin berkata “ heii kau orang pribumi” atau “ heii orang non
pribumi”. Apa si sebenarnya “orang pribumi” dan “non pribumi”. Istilah ini seharusnya tak ada,
kenapa?? Dengan seseorang merasa bahwa dirinya itu adalah kelompok mayoritas akan lebih
sering melakukan diskriminasi kepada orang yang minoritas. Saya kurang setuju sebenarnya
dengan adanya istilah ini. Karena sejujurnya tak ada orang pribumi ataupun non pribumi. Dengan
adanya istilah ini kemungkinan besar terjadinya konflik. Istilah pribumi dan non pribumi muncul
karena adanya salah persepsi menurut saya. Kenapa ?? sudah jelas dikatakan didalam UUD 1945
tidak ada kata kata bahwa warga negara indonesia itu dibagi menjadi pribumi dan non pribumi.
Semua orang yang disahkan UU sebagai warga negara maka orang tersebut adalah warga negara
Republik Indonesia. Saya lebih suka jika dikatakan penduduk asli dan pendatang itu lebih baik
didengarnya. Lalu siapa si penduduk asli Indonesia?? Dan jika ada dimana domisilinya?? Mari kita
jawab : Menurut saya semua warga negara itu merupakan satu kesatuan, yang mengikat bersatu
menjadi satu kesatuan yang dinamakan warga negara Republik Indonesia. Dan domisilinya sudah
pasti semua yang tinggal atau bertempat tinggal di daerah indonesia, entah daerah yang masih
belum terekspose atau yang sudah terekspose. Siapa saja yang dimaksud sebagai non pribumi ??
Menurut saya TIDAK ADA. Itu sesuai dengan UUD 1945 pasal 26. Lalu kenapa timbul istilah
pribumi dan sangat menonjol untuk etnis Tionghoa? Jika dilihat dari sejarah bangsa indonesia
kaum tionghoa juga termasuk saat melawan belanda. Mereka bersama sama melawan bangsa
belanda yang kala itu menjajah negara ini. Namun entah karena alasan apa, pada masa itu
masyarakat tionghoa banyak yang menjadi sasaran pembunuhan. Maka dari itu orang tionghoa
tidak lagi di izinkan untuk tinggal disembarang tempat. Maka dibuatlah wilayah wilayah yang
dibuat khusus untuk mereka yang memang menjadi etnis tionghoa. Itu adalah saat penjajahan.
Lalu bagaimana saat orde baru?? Kala itu hubungan orang indonesia dan etnis cina begitu rukun
berdampingan tanpa ada sedikitpun konflik bahkan pada tahun 1946, konsul Jendral Pem.
Nasionalis tiongkok, Chiang Chia Tung ( belum ada RRT) dengan bung Karno datang ke malang dan
mengatakan bahwa masyarakat tiongkok merupakan kawan seperjuangan. Namun saat terjadi
G30S/PKI yang dipolisir penduduk tionghoa yang dihargai dan dianggap sebagai kawan
seperjuangan menjadi sasaran pelampiasan pembunuhan karena adanya anggapan bahwa
komunis adalah bangsa cina. Padahal hal ini belum tentu benar. Ya, kita bisa menilai sendiri
sekarang ini, saya rasa warga negara indonesia saat ini lebih bisa membedakan mana yang benar
dan rasional. Menurut saya istilah atau isu mengenai kamu pribumi dan non pribumi itu harus
segera dirubah. Karena tidak ada kaum seperti itu, kita semua yang berbeda ras, berbeda suku,
bahasa ibu dan lain sebagainya adalahs satu kesatuan yang memang saling mengikat untuk
membuat negara ini hingga saat ini tetap ada. Saya harap tak ada lagi konflik yang terjadi karena
perbedaan ras. Kita itu sama tak ada yang membedakan, dimata hukum, dan negara kita semua
adalah warganegara Republik Indonesia. Mereka yang memiliki kulit putih, hitam, kuning langsat,
hidung mancung, hidung biasa saja, rambut kemerahan, atau hitam itu sama. Tak ada yang
membedakan dimata hukum sama semua. Itulah tanggapan saya mengenai tugas softskill dengan
topik “siapa yang menjadi warga negara Republik Indonesia”. Terima kasih, selamat membaca,
saya menggunakan sumber dari :
http://muhammadfathan.wordpress.com/2011/03/13/warganegara-dalam-pasal-26-uud-1945/

Warga Negara dalam Pasal 26 UUD 1945

Kewarganegaraan
Warga Negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai warga negara itu.
memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di suatu wilayah negara, yang dapat dibedakan
menjadi warga negara asli dan warga negara asing (WNA).

• Menurut pasal 26 UUD 1945


1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Menurut pasal 26 ayat (2) UUD 1945,
 Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
 Bukan Penduduk, adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa
• Istilah Kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan
atau ikatan antara negara dengan warga negara, atau segala hal yang berhubungan dengan warga
negara. Pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti : 1) Yuridis dan Sosiologis, dan
2) Formil dan Materiil.

UUD 1945 Pasal 28 E

1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Untuk mewujudkan msyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, perlu dilaksanakan
pembangunan dalam segala bidang yang pada hakikatnya merupakan pembangunan
manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia.

Dengan hakikat pembangunan sebagaimana tersebut diatas, maka pembangunan merupakan


pengamalan pancsila.
Dengan pengertian mengenai hakikat pembangunan tersebut, maka terdapat dua masalah pokok
yang perlu diperhatikan. Pertama, pembangunan nasional menuntut keikutsertaan secara aktif
seluruh laisan masyarakat warga negara Republik Indonesia. Kedua, karena pembangunan
nasional merupakan pengamalan pancasila, maka keberhasilannya akan sangat dipengaruhi oleh
sikap dan kesetiaan bangsa indonesia terhadap pancasila.
Masalah keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan nasional adalah wajar. Kesadaran serta
kesempatan untuk itu sepatunya ditumbuhkan, mengingat pembangunan adalah untuk manusia
dan seluruh masyarakat indonesia. Dengan pendekatan ini, usaha untuk menumbuhkan
kesadaran tersebutsekaligus juga merupakan upaya untuk memantapkan kesadaran hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berorientasi pada pembangunan nasional.

Dalam rangka inilah letak pentingnya peranan Organisasi Kemasyarakatan, sehingga


pengaturan serta pembinaannya perlu diarahkan kepada pencapaian dua sasaran pokok, yaitu:

1. terwujudnya Organisasi Kemasyarakatan yang mampu memberikan pendidikan kepada


masyarakat warga Negara Republik Indonesia ke arah:

a) makin mantapnya kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara


berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b) tumbuhnya gairah dan dorongan yang kuat pada manusia dan masyarakat indonesia
untuk ikut serta secara aktif dalam pembangunan nasional;

2. terwujudnya Organisasi Kemasyarakatan yang mandirikan mampu berperan secara bedaya


guna sebagai sarana untuk berserikat dan berorganisasi bagi masyarakat Warga Negara
Republik Indonesiaguna menyalurkan aspirasinya dalam pembangunan nasional, yang
sekaligus merupakan penjabaran pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945;
Oleh karena pembangunan merupakan pengamalan pancasila, dan tujuan serta subjeknya
adalah manusia dan seluruh masyarakat warga negara Republik Indonesia yang ber-
Pancasila, maka adalah wajar bilamana Organisasi Kemasyarakatan juga menjadikan
pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dalam rangka pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat Pancasila.

Dalam Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila, maka agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber inspirasi dan motivasi bagi para
pemeluknya, dan mendapat tempat yang sangat terhormat.
Penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Organisasi Kemasyarakatan tidaklah
beratri Pancasila akan menggantikan agama, dan agama tidak mungkin dipancasilakan; antara
keduanya tidak ada pertantangan nilai. Organisasi Kemasyarakatan yang dibentuk atas dasar
kesamaan agama menetapkan tujuannya dan menjabarkan program masing-masing sesuai
dengan sifat kekhususannya, dan dengan semakin meningkat dan meluasnya pembangunan
maka kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus semakin
diamalkan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan kemasyarakatan.
Undang-undang ini tidak mengatur peribadatan,yang merupakan perwujudan kegiatan dalam
hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dengan Organisasi Kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila, yang mampu meningkatkan
keikutsertaan secara aktif manusia dan seluruh masyarakat indosesia dalam pembangunan
indonesia dalam pembangunan nasional, maka perwujudan tujuan nasional dapat dipercepat.

Hak dan kewajiban waga Negara Republik Indonesia menurut pasal 29

1.Pendahuluan
Dalam kehidupan bernegara dan berbangsa setiap warga Negara memiliki hak dan
kewajiaban dalam memeluk agama yang tertuang dalam pasal 29.dalam UUD 1945 yang
merupakan dasar Negara yang diharapkan menjamin perjalanan kehidupan bangsa beserta
warganya, tentunya dalam suatu sistem ketata-negaraan mutlak hukumnya adanya suatu
perundang-undangan atau peraturan yang mana fungsi utama dari kesemuanya itu adalah guna
mengatur dan mengendalikan arah suatu sistem negara agar tidak melenceng dari jalurnya.
tentunya dalam seluruh aspek kehidupan bernegara, berbangsa,beragama, dan bermasyarakat di
satu tanah air yaitu indonesia. suatu negara yang demokrasi dan berlandaskan hukum ini tidak
melarang adanya suatu kepercayaan yang di anut oleh warga negaranya sendiri, dan tentunya
harus dilindungi dengan suatu perundang-undangan yang jelas, tegas yang mana menjamin
keamanan dalam menjalankan kehidupan beragama dalam suatu negara yang bersifat non
religius.dalam hal ini Negara khatulistiwa atau Indonesia ini memiliki suatu perundang-undangan
yang mengatur urusan tentang kehidupan beragama yakni terdapat pada pasal 29 ayat 1 dan 2,
pembahasan pada makalah ini adalah seputar menganalisa seberapa jauh relevansi antara ayat 1
dan 2 pada pasal 29 dalam sistem perundang-undang NKRI ini.

2.Undang-undang Isi pasal 29 ayat 1 dan 2 Tentang agama yang berbunyi :


(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

3.Pembahasan.
Dari bunyi pasal 29 ayat 1 telah di jelaskan bahwa ideologi awal dasar negara indonesia ini
adalah Ketuhanan yang Maha Esa, Ini berarti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
beketuhanan,dan kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari kepercayaan terhadap tuhan yang
maha esa.
Dari pasal 29 ayat 2,ini menjelaskan bahwa setiap warga Negara memiliki hak untuk
memeluk agama masing-masing tanpa adanya paksaan dan beribadat menurut kepercayaanya
masing-masing.Oleh karna itu setiap warga Negara dapat beribadah sesuai kepercayaan dengan
tenang tanpa ada ganguan dari agama lain,oknum maupun ormas lain sesuai dengan bunyi pasal
diatas.Agar tercipta kenyamanan,kententramandan toleransi antar umat bergama sehingga
tercipta Negara yang damai.
4.Kewajiban warga negera.
Penekanan kewajiban untuk menjalankan agama yang diyakini dbuktikan dengan menjalankan
rukun- rukun dari setiap aturan agama yang berlaku di Indonesia Sehingga apabila prinsip
beragama dapat berjalan dengan seimbang antara hak dan kewajiban, maka akan mudah bisa
mewujudkan ketertiban hukum, kehidupan yang saling toleransi, dan ketentraman.

5.Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas ketuhanan yang maha
esa atau beideologi ketuhanan.setiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban dalam
memeluk agama,sesuai dengan kepercayaanya,tanpa adanya ganguan atau ancaman dari pihak-
pihak yang mengancam atau menodai pasal 29 tersebut.agar tercipta kententraman dan
kedamaian dalam hidup bernegara.

Anda mungkin juga menyukai