TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
1. Pre eklampsia
Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah
yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan
preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia
umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada
yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ketiga kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa ( Winkjosastro, 2006)
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005).
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa
nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia
ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum
kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan).
2. Eklampsia
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “halilintar“ karena gejala
eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan.
Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan
ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik, biasanya pada pasien yang telah menderita
preeklampsia. (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi
kehamilan dan toksemia kehamilan.) (Prawiroharjo,2005).
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan
baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering
mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik
sebelum, saat atau setelah melahirkan.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas
yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana
sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 ).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik) dan atau
koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre eklampsia (asuhan
patologi kebidanan, 2009).
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan, 2010).Eklampsia lebih sering terjadi pada
primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar,
hydramnion, mola hidatidosa. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu
24 jam pertama setelah persalinan.
2.4 Patofisiologi
1. Pre-Eklampsia
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap
angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya
akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ,
fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%.
Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR
dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat
(Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerulus,
protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotik
plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi,
peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada
preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan
cepat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan hemoragik
sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran
atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari preeklamsia,
enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan
aliran darah ke retina menimbulkan symtom visual skotama dan pandangan kabur. Patologi
yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan
saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan
efek). Edema paru dihubungkan dengan edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
2. Eklampsia
Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang sehingga plasenta
mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia uteroplasenta dan peningkatan tekanan
darah. Terjadinya ischemia uteroplasenta dan hipertensi menimbulkan kejang atau sampai
koma pada wanita hamil.
Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah
dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh
retensi air dan garam,proteinuriamungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga terjadi
perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
a. Perubahan pada otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah
otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada
visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
b. Perubahan pada rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-
eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan
meningkat maka terjadilah partus prematurus.
c. Perubahan ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini menyebabkan
filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan
air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut
dapat terjadi oliguria dan anuria.
d. Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema paru. Ini
disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires pnemonia.
Kadang-kadang ditemukan abses paru.
e. Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Pada eklampsi dapat terjadi
ablasio retina disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang
merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat
menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah adanya:
skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
f. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam laktat dan
asam organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi sehingga
natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk bikarbonat natrikus.
Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
2.5 Tanda dan Gejala Pre-Eklampsia dan Eklampsia
1. Tanda Pre-Eklampsia
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala
preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :
a. Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam tubuh
b. Nyeri perut
c. Sakit kepala yang berat
d. Perubahan pada refleks
e. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
f. Ada darah pada air kencing
g. Pusing
h. Mual dan muntah yang berlebihan
i. Odema
j. Hipertensi
k. Proteinuria
Pre-eklampsia ringan
Tanda dan gejala :
a. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole 90
mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
b. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
c. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan
Pre-eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan gejala pre-eklampsia berat :
a. Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg
b. Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg
c. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
d. Trombosit < 100.000/mm3
e. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g /
L)
f. Nyeri ulu hati
g. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
h. Perdarahan di retina (bagian mata)
i. Edema (penimbunan cairan) pada paru
j. Koma
Tanda Eklampsia
Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia. Eklamsi digolongkan menjadi kasus
antepartum, intrapartum dan post partum, adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut:
1. Eklamsia ringan
- Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
- Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil lab proteinuria kuantitatif
(esbach) >=300mg/24 jam
- Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
- Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata
2. Eklamsi berat
- Tekanan darah 160/110 mmHg
- Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
- Terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan
- Trombosit kurang dari 100.000/mm3
2.7 Pencegahan
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya
dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta
caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti
hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya
preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang
menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N.
Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai
mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia
pada kasus risiko tinggi.
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah
kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan:
1. Diet-makanan : Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat
sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur
setiap hari.
2. Istirahat yang cukup : Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal (hamil) : Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim
segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
a. Uji kemungkinan Pre eklampsia:
- Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri
- Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
- Pemeriksaan protein dalam urin
- Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan
pemeriksaan retina mata.
b. Penilaian kondisi janin dalam rahim.
- Pemantauan tinggi fundus uteri
- Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air
ketuban
a. Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia
b. Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
e. Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti hipertensi:
metildopa 3 x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10 mg / hari, atau
nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5 mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
g. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu.
h. Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan,
peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan
preeklampsia berat.
i. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat.
l. Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala II.
Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake dan
rasio L/S maka penanganannya adalah sebagai berikut:
- Berikan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul dengan injeksi tambahan
4 gr Im setiap 4 jam (selama tidak ada kontra dindikasi)
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium dapat diteruskan lagi
selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan (kecuali jika ada kontraindikasi)
- Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan berat badan seperti
pre-eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi gejala.
- Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan: induksi partus
atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
- Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
- Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc dalam 4 jam yang lalu,
respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsium lukonas 10% ampul 10cc.
- Infus detroksa 5 % dan ringer laktat.
3) Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung
kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
4) Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai oksitosin
(pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5) Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita dilarang mengedan.
6) Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebabkan atonia uteri.
7) Pemberian sulfas magnesium kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam
dalam 24jam post partum.
3. Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan
berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan.
b. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang
selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau
morfin 10mg.
- Menghentikan konvulsi
- Meningkatkan diuresis
- Mencegah infeksi
- Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak
memperhitungkan tuannya kehamilan.
- Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari kebisingan dan
rangsangan.
- Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi, respirasi, suhu badan, reflek,
dan dieresis diukur. Kalau dapat dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan
jumlah kejang.
- Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
2.10 Pengobatan
1. Tujuan Pengobatan
a. Pengobatan Konservatif
Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat
diberikan obat anti kejang (MgSO4).
b. Pengobatan Obstetrik
- Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
- Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) kondisi
dan metabolisme ibu.
Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia.
25% kasus eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama setelah
persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu
tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-
eklampsia.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pre Eklampsia
- Pemeriksaan Fungsi hati : Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ), LDH ( laktat dehidrogenase )
meningkat, Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul, Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT
) meningkat (N= 15-45 u/ml), Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l
), Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
- Radiologi
b. Eklampsia
Penggunaan MgSO4
Untuk apa Magnesium Sulfate?
Magnesium Sulfat adalah mineral. Bekerja dengan mengganti magnesium pada pasien yang
memiliki kadar magnesium rendah pada tubuh karena penyakit atau pengobatan dengan obat-
obatan tertentu. Magnesium Sulfat dapat juga digunakan untuk mengobati kejang dengan
mengurangi impuls-impuls saraf tertentu ke otot.
Jangan gunakan magnesium sulfat apabila mengandung partikel, keruh atau berubah warna,
atau apabila kemasan retak atau rusak.
Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila
diinstruksikan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak
diperlukan lagi. Konsultasikan kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal
mengenai bagaimana cara aman membuang produk Anda.
Dosis
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti dari nasihat medis. SELALU
konsultasikan pada dokter atau apoteker Anda sebelum memulai pengobatan.
1 g IM tiap 6 jam untuk 4 dosis (hypomagnesemia ringan) atau sebanyak 2 mEq/kg (0.5 mL
dari solusi 50%) dalam 4 jam apabila diperlukan (hypomagnesemia yang lebih berat) atau
5 g dalam 1 L cairan infus lebih dari 3 jam.
Pemberian harus dihentikan saat efek yang diinginkan dan tingkat serum normal tercapai.
Dosis awal: IM: 4 hingga 5 g dari solusi 50% tiap 4 jam seperlunya.
Infus: 4 g dari solusi 10%-20%, tidak melebihi 1.5 mL/menit dari solusi 10%.
Perawatan: Infus: 1 hingga 2 g/jam. Dosis maksimal tidak boleh melebihi 30 hingga 40
g/hari.
Durasi: pemberian yang berlanjut lebih dari 5-7 hari dapat membahayakan bayi dalam
kandungan.
Efek Samping
Efek samping apa yang dapat dialami karena Magnesium Sulfate?
Semua obat dapat menyebabkan efek samping, namun banyak orang tidak mengalami efek
samping atau hanya mengalami efek samping ringan. Saat digunakan dalam dosis kecil, tidak
ada efek-efek samping biasa yang dilaporkan.
Apabila Anda mengalami efek samping berikut, segera cari pertolongan medis:
Reaksi alergi berat (gatal-gatal; kesulitan bernapas; pembengkakan pada wajah, bibir, lidah,
atau tenggorokan); pusing; kulit memerah; denyut jantung yang tidak beraturan; kelumpuhan
otot atau lemas; kantuk yang berlebihan; berkeringat.
Tidak semua orang mengalami efek samping di atas. Mungkin ada beberapa efek samping
yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping
tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
A= Tidak berisiko,
B=Tidak berisiko pada beberapa penelitian,
C=Mungkin berisiko,
D=Ada bukti positif dari risiko,
X=Kontraindikasi,
N=Tidak diketahui
Karena magnesium keluar melalui air susu saat pemberian magnesium sulfat, obat ini harus
digunakan dengan hati-hati pada ibu menyusui.
Interaksi
Obat-obatan apa yang mungkin berinteraksi dengan Magnesium
Sulfate?
Interaksi obat dapat mengubah bagaimana pengobatan Anda bekerja atau meningkatkan
risiko Anda akan efek samping yang serius. Dokumen ini tidak menyertakan semua
kemungkinan interaksi obat. Simpan daftar produk-produk yang Anda gunakan (termasuk
obat resep/nonresep dan produk herbal) dan beri tahu dokter dan Apoteker Anda. Jangan
memulai, menghentikan, atau mengganti dosis dari pengobatan apapun tanpa persetujuan
dokter.
Penyakit ginjal
Overdosis
Apa yang harus saya lakukan pada keadaan gawat darurat atau
overdosis?
Pada kasus gawat darurat atau overdosis, hubungi penyedia layanan gawat darurat lokal (112)
atau segera ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat.
Gejala-gejala overdosis dapat termasuk denyut jantung yang lambat atau sakit kepala berat,
berkeringat, muntah, sensitivitas pada cahaya meningkat, kulit pucat, dan nyeri dada yang
menusuk.
Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.