Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN JUDUL

UAS Pedidikan Kewarganegaraan


Dosen Pembimbing :Ali Iskandar Zulkarnain,

Disusun Oleh :
ISKA NURLIANTI
NIM : 1801170183

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2019

I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah UAS
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ II

DAFTAR ISI .....................................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. Tujuan Negara Dari G.W.F Hegel .................................................................................. 2

B. Sifat Negara Memaksa, Monopoli, Dan Mencakup Semua All Embravcing ......................... 4

C. Tingkat Korupsi Yang Ada Di Dunia .............................................................................. 6

D. Faham Radikalisme, Faham liberalisme, faham mu’tazilah, faham salafi dan faham Wahabi . 7

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................12

KESIMPULAN.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................13

III
1

BAB 1 pendahuluan

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dialektika itu bertolak dari pemikiran Hegel bahwa keluarga merupakan tahap pertama
akan adanya kehendak obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta
berhasil mempersatukan kehendak. Konsekuensinya, barang atau harta benda yang semula
milik dari masing-masing individu menjadi milik bersama. Akan tetapi, keluarga mengandung
antitesis yaitu ketika individu-individu (anak-anak) dalam keluarga telah tumbuh dewasa,
mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk dalam kelompok individu-individu yang
lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (Civil Society). Individu-individu dalam
masyarakat sipil ini mencari penghidupannya sendiri-sendiri dan mengejar tujuan hidupnya
sendiri-sendiri. Negara sebagai institusi tertinggi mempersatukan keluarga yang bersifat
obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif atau partikular.

Meskipun dunia itu selalu ada, kebudayaan manusia dan perkembangan manusia telah
membuat ruh dunia semakin sadar akan nilainya yang hakiki.” Dia menyatakan bahwa itu
merupakan realitas sejarah. Itu bukan suatu ramalan. Siapa pun yang mempelajari sejarah akan
mengetahui bahwa umat manusia telah melangkah maju menuju pengetahuan diri dan
perkembangan diri yang semakin meningkat.

Hegel mengembangkan kerangka filosofis yang komprehensif, atau "sistem", ke rekening


secara terpadu dan pembangunan untuk hubungan pikiran dan alam, subyek dan obyek
pengetahuan, dan psikologi, negara, sejarah, seni, agama dan filsafat. Secara khusus, ia
mengembangkan suatu konsep pikiran atau roh yang terwujud dalam serangkaian kontradiksi
dan pertentangan yang pada akhirnya terpadu dan bersatu, tanpa menghilangkan tiang salah
satu atau mengurangi satu dengan yang lain

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Tujuan suatu Negara?
2. Apa yang dimaksud dengan Sifat Memaksa Monopoli dan Embevcing ?
3. Tingkat Korupsi di Dunia apa saja ?
4. Apa itu Paham tentang Liberalisme, Faham Mutazilah Faham Safi dan Wahabi
2

BAB II pembahasan

PEMBAHASAN

A. TUJUAN NEGARA DARI G.W.F HEGEL


A.Nama Lemgkap : George Wilhelm Fridrich Hegel
Kewarganegaraan : Jerman
Tempat Lahir : Stuttgart, Wurttemberg
Tanggal Lahir : 27 Agustus 1770
Meninggal : Berlin
Tanggal Meninggal : 14 November 1831
Era : Abad ke-19
Gagasan Penting : Absolute Idealism (Idealisme Mutlak), Dialektika, Sublation, Master-Slave Dialektic
Aliran/Tradisi : Pendiri Hegelianisme
Dipengaruhi : Aristoteles, Anselmus, Descartes, Goethe, Spinoza, Rousseau, Boehme, Kant, Fichte,
Schelling
Mempengaruhi : Feuerbach, Croce, Marx, Engels, Max Stirner, Bauer, Bradley, Lenin, Trotsky, Lukacs,
Hwidegger, Sartre, Barth, Kung, Hambermas, Gadamer, Moltmann, Kierkegaard, Horkheimer, Adorno
Karya Utama : Phenomenology of Spirit, Science of Logic, Encyclopedia of the Philosophical Sciences,
Elements of the Philosophy of Right

2. Biografi
Georg Friedrich Wilhelm Hegel Dia dilahirkan di Stuttgart Pada 1770, dan mulai belajar teologi di
tubingen pada usia delapan belas tahun. Mulai 1799, dia bekerja dengan schelling di Jena dia menjadi
profesor di Heidelberg, pusat Romantisisme Nasional Jerman. Pada 1818 dia diangkat menjadi profesor
di Berlin, tepat pada waktu itu kota tersebut menjadi tempat spiritual Eropa. Dia meninggal karena
penyakit kolera pada tahun 1813, setelah Hegelianisme berhasil mendapatkan pengikut yang sangat
besar di hampir semua Universitas di Jerman. Schelling dan juga tokoh-tokoh Romantik lainnya pernah
di mengatakan bahwa makna kehidupan yang paling dalam ada pada apa yang mereka sebut “Ruh
Dunia”. Hegel juga menggunakan istilah Ruh Dunia, tapi dalam suatu pengertian baru. Ketika Hegel
berbicara tentang Ruh dunia atau akal dunia, yang dimaksudkannya adalah seluruh perkataan manusia,
sebab hanya manusia yang mempunyai ruh. Dalam pengertian ini, dia dapat Hegel tidak bisa dilepaskan
dalam dialektika antara tesis, antitesis dan sintesis. Dalam bukunya Philosphy of Right, negara dan
masyarakat sipil ditempatkan dalam kerangka dialektika itu yaitu keluarga sebagai tesis, masyarakat
sipil sebagai antitesis dan negara sebagai sintesis.
3

Dialektika itu bertolak dari pemikiran Hegel bahwa keluarga merupakan tahap pertama akan adanya
kehendak obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta berhasil mempersatukan
kehendak. Konsekuensinya, barang atau harta benda yang semula milik dari masing-masing individu
menjadi milik bersama. Akan tetapi, keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu-individu
(anak-anak) dalam keluarga telah tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk
dalam kelompok individu-individu yang lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (Civil
Society). Individu-individu dalam masyarakat sipil ini mencari penghidupannya sendiri-sendiri dan
mengejar tujuan hidupnya sendiri-sendiri. Negara sebagai institusi tertinggi mempersatukan keluarga
yang bersifat obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif atau partikular. Menurut Hegel,
sejarah adalah kisah tentang ruh dunia yang lambat laun mendekati kesadaran itu sendiri. Meskipun
dunia itu selalu ada, kebudayaan manusia dan perkembangan manusia telah membuat ruh dunia semakin
sadar akan nilainya yang hakiki.” Dia menyatakan bahwa itu merupakan realitas sejarah. Itu bukan
suatu ramalan. Siapa pun yang mempelajari sejarah akan mengetahui bahwa umat manusia telah
melangkah maju menuju pengetahuan diri dan perkembangan diri yang semakin meningkat.
Hegel mengembangkan kerangka filosofis yang komprehensif, atau "sistem", ke rekening
secara terpadu dan pembangunan untuk hubungan pikiran dan alam, subyek dan obyek pengetahuan,
dan psikologi, negara, sejarah, seni, agama dan filsafat. Secara khusus, ia mengembangkan suatu konsep
pikiran atau roh yang terwujud dalam serangkaian kontradiksi dan pertentangan yang pada akhirnya
terpadu dan bersatu, tanpa menghilangkan tiang salah satu atau mengurangi satu dengan yang lain.
Contoh kontradiksi tersebut termasuk orang-orang antara alam dan kebebasan, dan antara imanensi dan
transendensi. Hegel dipengaruhi penulis yang bermacam-macam posisi, termasuk pengagumnya
(Strauss, Bauer, Feuerbach, TH Green, Marx, FH Bradley, Dewey, Sartre, Küng, Kojève, Žižek,
Brandom) dan musuh-musuhnya (Schelling, Kierkegaard, Schopenhauer, Nietzsche , Peirce, Popper,
Russel, Heidegger). konsepsi berpengaruh Nya adalah logika spekulatif atau "dialektika", "idealisme
absolut", "Roh", negatif, sublation (Aufhebung dalam bahasa Jerman), "Master / Slave" dialektika ,
"hidup etis" dan pentingnya sejarah.

Tujuan W.G.H hegel tetang negara

Hegel tidak bisa dilepaskan dalam dialektika antara tesis, antitesis dan sintesis. Dalam bukunya
Philosphy of Right, negara dan masyarakat sipil ditempatkan dalam kerangka dialektika itu yaitu
keluarga sebagai tesis, masyarakat sipil sebagai antitesis dan negara sebagai sintesis.

Dialektika itu bertolak dari pemikiran Hegel bahwa keluarga merupakan tahap pertama akan adanya
kehendak obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta berhasil mempersatukan
kehendak. Konsekuensinya, barang atau harta benda yang semula milik dari masing-masing individu
menjadi milik bersama. Akan tetapi, keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu-individu
4

(anak-anak) dalam keluarga telah tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk
dalam kelompok individu-individu yang lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (Civil
Society). Individu-individu dalam masyarakat sipil ini mencari penghidupannya sendiri-sendiri dan
mengejar tujuan hidupnya sendiri-sendiri. Negara sebagai institusi tertinggi mempersatukan keluarga
yang bersifat obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif atau partikular.

B. SIFAT NEGARA MEMAKSA, MONOPOLI, DAN MENCAKUP SEMUA ALL


EMBRAVCING
■ Sifat Memaksa
Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demi penertiban dalam masyarakat tercapai
serta dapat mencegah terjadinya anarki, maka negara memiliki sifat memaksa. Artinya mempunyai
kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal. Sarana itu adalah polisi, tentara, dan sebagainya.
Organisasi atau asosiasi yang lain dari negara juga mempunyai aturan. Akan tetapi, aturan-aturan yang
dikeluarkan oleh negara lebih mengikat.

Di dalam masyarakat yang bersifat homogen dan ada konsensus nasional yang kuat mengenai tujuan-
tujuan bersama, biasanya sifat paksaanya tidak begitu menonjol. Di negara-negara baru yang
kebanyakan belum homogen dan konsensus nasionalnya kurang kuat, seringkali sifat paksaan dipakai
seminimal mungkin dan mungkin dipakal upaya persuasi (meyakinkan) terlebih dahulu. Unsur paksa
dapat dilihat misalnya pada ketentuan tentang pajak. Setiap warga negara harus membayar pajak dan
orang yang tidak membayar pajak dapat dikenakan sanksi.

■ Sifat Monopoli
Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama. Contoh: menjatuhkan hukuman
kepada setiap warga negara yang melanggar peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan warga
negaranya untuk mengangkat senjata kalau negaranya diserang oleh musuh, memungut pajak dan
menentukan mata uang yang berlaku dalam wilayahnya, melarang aliran kepercayaan atau aliran politik
tertentu yang dinilai bertentangan dengan tujuan masyarakat.

■ Sifat Mencangkup Semua


Semua peraturan perundang-undangan (misalnya keharusan membayar pajak) berlaku untuk semua
orang tanpa kecuali hal ini memang diperlukan, karena kalau seseorang dibiarkan berada di luar ruang
lingkup aktivitas negara, maka usaha negara kearah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan
gagal. Lagipula menjadi warganegara tidak berdasarkan kemauan sendiri (involutary membership) dan
hal ini berbeda dengan asosiasi lain dimana keanggotaanya bersifat sukarela.
5

Tindak kejahatan berupa korupsi


memang sangat keji, terlebih jika dilakukan oleh pemerintah yang seharusnya mensejahterakan taraf
kehidupan masyarakatnya, justru malah membuat masyarakatnya makin sensara. Namun, ternyata
maslaah korupsi tak hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan di negara maju sekalipun kasus korupsi
masih sering terjadi meskipun skalanya masih bisa dibilang kecil. Tercatat ada beberapa kasus korupsi
terbesar di dunia seperti berikut ini.

1. Jendral Xu Caihou
Jendral Xu Caihou merupakan seorang Jendral asal Tiongkok yang tercatat pernah melakukan
mega korupsi. Bahkan, tercatat hasil korupsinya terbilang sangat fantastis, konon dari hasil mega
korupsinya tersebut ia juga sempat membuat sebuah patung yang berlapis emas 24 karat serta berbagai
tumpukan kotak perhiasan. Namun, lambat laun kejahatannya ini tercium oleh pemerintah. Saat
ditangkap oleh pihak kepolisian setempat terdapat barang bukti uang seberat lebih dari 1 ton yang ada
di rumahnya.Tak hanya itu saja, Jendral Xu Caihou juga tercatat memiliki beberapa simpanan
tersembunyi dalam bentuk permata dan berlian lainnya. Bahkan, hal unik terjadi saat pihak kepolisian
membawa barang bukti hasil korupsi berupa uang seberat 1 ton, karena untuk membawa uang tersebut
mereka harus menggunakan sebanyak 12 truk untuk semua harta hasil korupsi milik Jendral Xu Caihou.

2. Sani Abacha
Sani Abacha merupakan mantan presiden Nigeria yang sempat memipin Nigeria pada rentang waktu
1993 hingga 1998. Sepanjang masa kepemimpinannya tersebut, ia tercatat melakukan berbagai korupsi,
salah satunya saat Nigeria sedang mengalami perang berkepanjangan dan membutuhkan dana yang
sangat besar untuk kebutuhan perang serta kebutuhan perekonomian Saat itulah kepemimpinan presiden
Sani Abacha diharapkan mampu memperbaiki kondisi Nigeria yang sedang terpuruk. Namun, harapan
masyarakat Nigeria pupus karena bukannya memperbaiki perekonomian negaranya, Sani Abacha malah
melakukan mega korupsi yang makin membuat masyarakat Nigeria sengsara. Bahkan, nilai korupsi
yang dilakukannya sangat besar, tercatat ia melakukan korupsi senilai 2 hingga 5 miliar USD.

3. Jayalalitha
Jayalalitha merupakan seorang gubernur wanita di wilayah Tamil Nadu, India. Wanita tersebut
sebelumnya sudah dinon-aktifkan dari jabatannya akibat kasus mega korupsi yang dilakukannya.
Akibat hal tersebut, bahkan ia tercatat sebagai orang yang melakukan korupsi terbesar di India
sepanjang sejarah. Bahkan, terdapat 46 terdakwa korupsi terhadap dirinya, seperti kasus transaksi aset
yang tidak proporsional, penggelapan dana televisi, serta penipuan impor batu bara yang bernilai hampir
USD 100 Juta. Setelah tertangkapnya Jayalalitha, pihak kepolisian selanjutnya menyita seluruh harta
6

kekayaan milik Jayalalitha berupa emas batangan yang berjumlah total seberat 28 kilogram, 90 buah
jam tangan mewah, serta masih banyak harta lainnya. Jayalalitha tak sendirian dalam melakukan mega
korupsi tersebut, ia dibantu oleh rekan kerjanya di kabinet serta birokrat senior.

C. TINGKAT KORUPSI YANG ADA DI DUNIA


Kekompetitivan ekonomi dimenangi Amerika Serikat, sementara untuk tingkat negara paling korup
dijuarai Yaman.
Negara-negara yang dilihat WEF sebagai yang paling korup cenderung berada di Afrika,
Amerika Tengah, dan Timur Tengah, di masyarakat dengan sistem hukum dan pemerintahan yang
lemah dan kemiskinan yang merajalela menjadi penyebabnya.
Dalam daftar tersebut, WEF menempatkan Yaman sebagai negara paling korup. Namun,
beberapa negara dari 20 ekonomi terbesar dunia juga masuk ke dalam daftar.

Berikut adalah daftar 20 negara paling korup veri WEF dalam Global Competitiveness Report 2018
berdasarkan skor terendahnya:
1. Yaman (16)
2. Venezuela (18)
3. Angola (19)
4. Chad (20)
5. Tajikistan (21)
6. Kamboja (21)
7. Republik Demokratik Kongo (21)
8. Zimbabwe (22)
9. Burundi (22)
10. Haiti (22)
11. Mozambik (25)
12. Kamerun (25)
13. Nikaragua (26)
14. Uganda (26)
15. Nigeria (27)
16. Guinea (27)
17. Kenya (28)
18. Lebanon (28)
19. Mauritania (28)
20. Bangladesh (28)
7

Dari 32 negara tersebut, tidak ada nama Indonesia atau Malaysia yang baru-baru ini dikabarkan nyaris
bangkrut terlilit utang yang dikorupsi pejabat pemerintahan sebelumnya.
Lalu bagaimana tingkat korupsi di Indonesia dan Malaysia?

Masih berdasarkan data dari WEF, Indonesia memilik skor indeks korupsi sebesar 37 dan berada di
peringkat 80 dunia (jika diurutkan dari negara paling bersih ke paling korup).

Ini tentu masih sangat buruk, apalagi jika skor sempurna ada di poin 100.
Sementara itu tetangga kita, Malaysia rupanya masih punya poin yang tinggi sebesar 47 poin
Selisih 10 poin dari Indonesia. Dengan hasil penilaian tersebut, posisi Malaysia ada pada peringkat 55
dunia jika diurutkan dari negara yang paling bersih.

Melihat hasil tersebut, kita bisa menilai bahwa kasus korupsi di Indonesia masih sangat banyak dan
sangat parah.
Pejabat pemerintahan secara sengaja dan sadar masih sering menggelapkan uang negara demi
kebpentingan pribadi mereka.

WEF menyusun daftar negara paling korup ini berdasarkan metode penelitian berbasis data
Transparency International's Corruption Index.Berdasarkan semua data yang telah dirilis, WEF bisa
memetakan daftar negara yang paling banyak korupsi di Afrika, Amerika Tengah dan Timur Tengah.

Menurut WEF, tingginya angka korupsi di beberapa negara tersebut dipengaruhi oleh lemahnya sistem
pemerintahan.
Hukum yang tidak tegas juga membuat koruptor tidak jera untuk melakukan aksinya.
Selain itu, kemiskinan yang masih tinggi juga bisa menjadi salah satu penyebab para rakyat juga
melakukan praktik korupsi yang tak bisa ditoleransi lagi.

D. FAHAM RADIKALISME, FAHAM LIBERALISME, FAHAM MU’TAZILAH,


FAHAM SALAFI DAN FAHAM WAHABI
A.Pengertian Radikalisme Secara Umum
Menurut para ahli, Pengertian Radikalisme adalah suatu ideologi (ide atau gagasan) dan paham yang
ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/
ekstrim.
Inti dari tindakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang
menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang diinginkan. Kelompok radikal
8

umumnya menginginkan perubahan tersebut dalam tempo singkat dan secara drastis serta bertentangan
dengan sistem sosial yang berlaku.
Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme karena kelompok radikal dapat melakukan cara
apapun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak sepaham dengan mereka.
Walaupun banyak yang mengaitkan radikalisme dengan Agama tertentu, pada dasarnya radikalisme
adalah masalah politik dan bukan ajaran Agama.

Ciri-Ciri Radikalisme
Radikalisme sangat mudah kita kenali. Hal tersebut karena memang pada umumnya penganut ideologi
ini ingin dikenal/ terkenal dan ingin mendapat dukungan lebih banyak orang. Itulah sebabnya
radikalisme selalu menggunakan cara-cara yang ekstrim.

Berikut ini adalah ciri-ciri radikalisme:

Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi, tanggapan tersebut kemudian
diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan dengan keras.
Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus dan menuntut perubahan drastis yang diinginkan
terjadi.
Orang-orang yang menganut paham radikalisme biasanya memiliki keyakinan yang kuat
terhadap program yang ingin mereka jalankan.
Penganut radikalisme tidak segan-segan menggunakan cara kekerasan dalam mewujudkan keinginan
mereka.
Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang berbeda pandangan
dengannya adalah bersalah.Mengacu pada pengertian radikalisme di atas, paham ini dapat terjadi karena
adanya beberapa faktor penyebab, diantaranya:

1. Faktor Pemikiran
Radikalisme dapat berkembang karena adanya pemikiran bahwa segala sesuatunya harus dikembalikan
ke agama walaupun dengan cara yang kaku dan menggunakan kekerasan.

2. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga berperan membuat paham radikalisme muncul di berbagai negara. Sudah
menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak karena masalah ekonomi maka
manusia dapat melakukan apa saja, termasuk meneror manusia lainnya.
9

3. Faktor Politik
Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin negara hanya berpihak pada pihak
tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang terlihat ingin menegakkan
keadilan.

Kelompok-kelompok tersebut bisa dari kelompok sosial, agama, maupun politik. Alih-alih menegakkan
keadilan, kelompok-kelompok ini seringkali justru memperparah keadaan.

4. Faktor Sosial
Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian masyarakat kelas ekonomi lemah umumnya
berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat
membawa perubahan drastis pada hidup mereka.

5. Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab radikalisme. Masalah
ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan dendam, semua ini berpotensi membuat
seseorang menjadi radikalis.

6. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di berbagai tempat, khususnya
pendidikan agama. Tenaga pendidik yang memberikan ajaran dengan cara yang salah dapat
menimbulkan radikalisme di dalam diri seseorang.

Kelebihan dan Kekurangan Radikalisme


Jangan salah paham, sejak awal artikel ini menyebutkan bahwa radikalisme merupakan paham yang
salah dan banyak menganggapnya sesat. Namun, di dalam radikalisme juga terdapat kelebihan.

1. Kelebihan
Penganut radikalisme punya tujuan yang jelas dan sangat yakin dengan tujuan tersebut.
Penganut radikalisme memiliki kesetiaan dan semangat juang yang sangat besar dalam mewujudkan
tujuannya.

2. Kekurangan
Penganut radikalisme tidak dapat melihat kenyataan yang sebenarnya karena beranggapan bahwa
semua yang berseberangan pendapat adalah salah.
Umumnya memakai cara kekerasan dan cara negatif lainnya dalam upaya mewujudknya tujuannya.
10

Penganut radikalisme menganggap semua pihak yang berbeda pandangan dengannya adalah musuh
yang harus disingkirkan.
Penganut radikalisme tidak perduli dengan HAM (Hak Asasi Manusia).

B.Pengertian Liberalisme
Pengertian Liberalisme adalah suatu ideologi atau paham yang menjunjung tinggi kebebasan dan
persamaan hak individu dalam berbagai aspek kehidupan, baik di bidang ekonomi, politik, sosial,
agama, dan hal lainnya yang menyangkut harkat hidup orang banyak.

Pengertian liberalisme adalah suatu paham dan tradisi politik yang mengusung kebebasan dan
persamaan hak bagi setiap individu di dalam masyarakat. Artinya, suatu negara dan pemerintahnya
harus menghormati dan melindungi kebebasan dan hak setiap warganya dalam berbagai aspek
kehidupan manusia.

Paham liberalisme pada umumnya tumbuh di dalam sistem demokrasi karena keduanya memiliki
konsep kebebasan. Namun, walaupun paham ini mengusung kebebasan individu, kebebasan tersebut
bukanlah kebebasan tanpa batas tapi terdapat keteraturan dan harus dapat dipertanggungjawabkan.
Awal kemunculan paham liberalisme adalah peristiwa revolusi Perancis yang terjadi pada abad 18
silam. Peristiwa tersebut disebabkan karena kepincangan sistem dan kesenjangan sosial di masyarakat
yang sangat mencolok.

Pada masa itu di negara Perancis masih terdapat penggolongan terhadap masyarakat, dimana golongan
tertentu mendapatkan keistimewaan yang tidak mungkin didapatkan golongan lainnya.Kenyamanan
hanya dapat dirasakan oleh mereka dari keluarga kerajaan dan pemuka agama, sedangkan masyarakat
lainnya (baik yang kaya dan yang miskin) harus patuh pada masyarakat dari golongan istimewa.

Masyarakat dari golongan tanpa hak menuntut kemerdekaan dan kebebasan mereka. Pada puncaknya,
yaitu tahun 1789, terjadilah revolusi yang kemudian menjadi awal terbentuknya golongan golongan
liberal. Liberalisme kemudian menyebar luas ke berbagai negara lainnya di Eropa yang kemudian
diterima dan mendapat dukungan.Suatu ideologi dapat kita kenali dari karakteristiknya. Sesuai dengan
pengertian liberalisme di atas, adapun ciri-ciri liberalisme adalah sebagai berikut:

1. Setiap Individu Punya Kesempatan Sama


Salah satu nilai pokok di dalam liberalisme adalah setiap individu memiliki kesempatan yang sama
(Hold The Basic Equality of All Human) pada semua bidang. Namun, bukan berarti setiap orang bisa
memberikan hasil yang sama.
11

Persamaan hak dan kesempatan merupakan hal yang mutlak di dalam ideologi ini. Sedangkan hasil
yang nantinya akan diperoleh setiap individu tergantung pada banyak faktor misalnya keterampilan,
kerja keras, sumber daya, dan lainnya.

2. Berhak Mendapat Perlakuan yang Sama


Mengacu pada poin #1 yaitu kesempatan yang sama, maka penyelesaian setiap masalah yang dihadapi
individu akan mendapatkan perlakuan yang sama (Treat the Others Equally), baik itu di bidang
ekonomi, politik, sosial, dan lainnya.

C. faham mutazila
Mu'tazilah adalah suatu Aliran pemikiran dalam Islam yang berusaha membahas masalah dasar-dasar
agama dengan cara filosofis dan menjauhi kemusyrikan dan menyesuaikan kepercayaan agama dengan
akal pikiran. Aliran ini di Indonesia belum begitu dikenal karena tidak pernah didiskusikan dengan cara
yang baik, karena dianggap mempunyai pendapat-pendapat yang menyimpang dari ajaran agama Islam
yang benar.

D.faham wahabi
Pencetus pertamakali sebutan nama WAHHABI adalah seorang bernama MR. Hempher, dialah mata-
mata kolonial Inggris yang ikut secara aktif menyemai dan membidani kelahiran sekte
WAHHABI.Tujuannya adalah untuk menghancurkan kekuatan ajaran Islam dari dalam, dengan cara
menyebarkan isu-isu kafir-musyrik dan bid’ah.Dengan fakta ini maka terbongkarlah misteri SIKAP
WAHHABI yang keras permusuhannya kepada kaum muslimin yang berbeda paham. Itulah sebabnya
kenapa ajaran Wahhabi penuh kontradiksi di berbagai lini keilmuan, dan kontradiksi itu akan semakin
jelas manakala dihadapkan dengan paham Ahlussunnah Waljama’ah. Walaupun begitu, ironisnya
mereka tanpa risih mengaku-ngaku sebagai kaum ASWAJA. Atas klaim sebagai ASWAJA itu, lalu ada
pertanyaan yang muncul, sejak kapan WAHHABI berubah jadi Ahlussunnah Waljama’ah? Wajar jika
pertanyaan itu muncul, sebab bagaimanapun mereka memakai baju Ahlussunnah Waljama’ah, ciri khas
ke-wahabiannya tidak menjadi samar. Untuk lebih jelas dalam mengenali apa, siapa, kenapa, darimana
WAHABISME.

E.faham salafi
Salafisme disebut cepat berkembang di Timur Tengah, tapi tidak cukup kuat di Indonesia karena
kehidupan masyarakat Tanah Air yang multikultur
Gerakan ini meniru pola kehidupan masyarakat awal Islam yang berujung pada anti-modernisme, anti
terhadap perkembangan masyarakat. Yang di luar itu dianggap tidak Islam. Ide semacam itu yang
berbahaya,” tambah Ali.
12

BAB III penutup

PENUTUP

KESIMPULAN
Hegel tidak bisa dilepaskan dalam dialektika antara tesis, antitesis dan sintesis. Dalam bukunya
Philosphy of Right, negara dan masyarakat sipil ditempatkan dalam kerangka dialektika itu yaitu
keluarga sebagai tesis, masyarakat sipil sebagai antitesis dan negara sebagai sintesis. Dialektika itu
bertolak dari pemikiran Hegel bahwa keluarga merupakan tahap pertama akan adanya kehendak
obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta berhasil mempersatukan kehendak.
Konsekuensinya, barang atau harta benda yang semula milik dari masing-masing individu menjadi
milik bersama. Akan tetapi, keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu-individu (anak-anak)
dalam keluarga telah tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk dalam
kelompok individu-individu yang lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (Civil Society).
Individu-individu dalam masyarakat sipil ini mencari penghidupannya sendiri-sendiri dan mengejar
tujuan hidupnya sendiri-sendiri. Negara sebagai institusi tertinggi mempersatukan keluarga yang
bersifat obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif atau partikular.
Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demi penertiban dalam masyarakat
tercapai serta dapat mencegah terjadinya anarki, maka negara memiliki sifat memaksa.Sifat Monopoli
Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama.
13

DAFTAR PUSTAKA
Amal, Ichlasul, Cornelis Lay dan Erwin Endaryanta, “Mengenal Keamanan” dalam Bahan Perkuliahan
Politik Keamanan dan Pembangunan, Program Pascasarjana, Yogyakarta: Fisipol-UGM, 2010.

Azra,Azumardi dalam Artikel Tempo “Radikalisme Islam Indonesia, 15 Desember 2002

Muhaimin, Yahya, Bambu Runcing dan Mesiu: Masalah Kebijakan Pembinaan Pertanan Indonesia,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.

Riyadi, Ahmad Ali. “Studi Islam dan Radikalisme Pendidikan dalam Konteks Masyarakat Majemuk”
dalam Annual Conference on Islamic Studies (ACIS), Surakarta, 2-5 November 2009.

Anda mungkin juga menyukai