“SALEP”
Dosen pengampu :
Dewi Ekowati,M.Sc.,Apt
Anggota Kelompok 1:
FAKULTAS FARMASI
2018
I. TUJUAN
Membuat dan melakukan pengujian sediaan salep, yang meliputi daya menyebar,
daya proteksi, daya melekat, dan disolusi.
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar. Preparat
farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet kimia
sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang
terkontaminasi. Pengawet- pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam
benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener, dan campuran-campuran lain. Preparat
setengah padat menggunakan dasar salep yang mengandung atau menahan air, yang
membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih luas daripada yang mengandung sedikit uap
air, dan oleh karena itu merupakan masalah yang lebih besar dari pengawetan (Chaerunnisa,
2009).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep yang cocok.
Pemerian Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang
mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Kecuali
dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih . Tergantung dari sifat bahan obat
dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut: dasar salep senyawa
hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau campurannya dengan malam putih, dengan
Malam kuning atau senyawa hidrokarbon lain yang cocok; dasar salep serap lemak bulu
domba dengan campuran 8 bagian kolesterol 3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih
dan 8 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen;
dasar salap yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air; dasar salap yang dapat larut
dalam air Polietilenglikola atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen
(Anif, 2000).
Penggolongan Salep
1. Menurut Konsistensinya, salep digolongkan menjadi 5 golongan:
a. Unguenta : adalah salep yang memiliki konsistensi seperti mentega. Tidak mencair
pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe
yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu
salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae (Jelly) : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
mengandung sedikit atau tanpa lilin.
2. Menurut Efek Terapinya, salep digolongkan menjadi 3 golongan:
a. Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindung kulit dan
menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Dasar salep yang terbaik
adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam tetapi tidak melalui kulit dan
terabsorbsi sebagian. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap)
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek
yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya. Dasar salep yang baik adalah adeps
lanae dan oleum cacao.
3. Menurut Dasar Salepnya, salep digolongkan menjadi 2 golongan :
a. Salep hydrophobic: yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misanya
campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air.
b. Salep hydrophilic : yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w
atau seperti dasar salep hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan
juga tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum. (Depkes, 1994).
Kelebihan Dan Kekuranagn Salep
Kelebihan
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak (bebas air) antara lain vaselin
putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampur ke dalamnya. Salep ini
dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar
hidrokarbon ini juga sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu
lama. Contoh : petrolatum, paraffin, minyak mineral.
a. Yang memungkinkan percampuran larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi air
dan minyak. Misalnya petrolatum hidrofilik dan lanolin anhidrat.
b. Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi), memungkinkan bercampur
sedikit penambahan jumlah larutan berair. Misalnya lanolin dan cold cream. Dasar
salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat penutupan
seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti dasar salep berlemak dasar salep
serap tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air. Dasar-dasar salep ini
berguna dalam farrnasi untuk pencampuran larutan berair kedalam larutan berlemak.
Contoh : petrolatum hidrofilik, lanolin, dan lanolin anhidrida, cold cream.
Dasar salep serap dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri
atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan kelompok kedua terdiri atas
emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan
(lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidofilik yang lebih
tepat disebut “krim”. Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air”
karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar
kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini
daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
Bahan obat tertentu dapat diserap lebih baik oleh kulit jika dasar salep lainnya. Contoh : salep
hidrofilik
Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari konstituen larut
air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat
dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin
anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”. Dasar salep ini mengandung
komponen yang larut dalam air. Tetapi seperti dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air,
basis yang larut dalam air dapat dicuci dengan air. Basis yang larut dalam air biasanya
disebut greaseless karena tidak mengandung bahan berlemak. Karena dasar salep ini sangat
mudah melunak dengan penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan dengan bahan
tidak berair atau bahan padat. Contohnya salep polietilen glikol.
Pemilihan dasar salep yang tepat untuk dipakai dalam formulasi tergantung pada pemikiran
yang cermat atas beberapa faktor berikut:
Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep. Semua
faktor ini dan yang lainnya harus ditimbang satu terhadap yang lainnya untuk memperoleh
dasar salep yang paling baik. Harus dimengerti bahwa tidak ada dasar salep yang ideal dan
juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan. Sebagai contoh suatu obat yang
cepat terhidrolisis, dasar salep hidrolisis akan menyediakan stabilitas yang tinggi. Walaupun
dari segi terapeutik dasar salep yang lain dapat lebih disenangi. Pemilihannya adalah untuk
mendapatkan dasar salep yang secara umum menyediakan segala sifat yang dianggap paling
diharapkan.
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat
aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau
cair pada pengobatan.
Fungsi Salep
Letakan obyek glass yang Olesi kertas tersebut pada no.1 dengan salep
lain diatas salep tersebut. yang akan dicoba [satu lapis]seperti
Tentukan dengan beban 1 lazimnya orang mempergunakan salep
kg selama 5 menit
V. HASIL
1. Perhitungan bahan
Nama bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6
Asam 1 : 100 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
salisilat x 15 =
0,15
Vaselin - 15 – 0,15 - - - -
flavum = 14,85
Vaselin 15 – - - - - -
almum 0,15 =
14,85
PEG 400 - - 60 : 100 x 50 : 100 x 40 : 100 x 70 : 100 x
14,85 = 14,85 = 14,85 = 14,85 =
8,91 7,425 5,94 10,395
PEG 4000 - - 40 : 100 x 50 : 100 x 60 : 100 x 30 : 100 x
14,85 = 14,85 = 14,85 = 14,85 =
5,94 7,425 8,91 4,455
2. Hasil percobaan
Ke Uji homogen Uji daya sebay Uji daya lekat Uji Uji
l Tanp 50 10 15 Ke 1 Ke 2 Ke 3 proteksi viskosit
a g 0g 0g as
beban
1 Bau : tengik 2,4 2, 3 3,2 72 26 11 02:23,98 280
Warna : 7 deti deti detik
putih k k
Homogenita
s : menyebar
2 Bau malam 2,875 3, 3,5 3,6 3 9 12 34,70 100
Warna 25 25 5 deti deti detik
kuning k k
Homogenita
s : menyebar
3 Tidak berbau 2,008 2, 2,4 2,5 >15 >15 >15 15 detik 250
Warna : 20 33 75 men men meni
putih 8 it it t
Homogenita
s : menyebar
4 Bau : tengik 1,48 1, 1,8 1,9 ≥15 ≥15 ≥15 02,37 400
Warna : 60 1 6 men men meni
putih it it t
Homogenita
s : menyebar
5 Bau : seperti 1,508 1, 1,5 1,6 ≥15 ≥15 ≥15 02:30 >500
malam 47 25 58 men men meni
Warna : 5 it it t
putih susu
Homogenita
s : tak
menyebar
6 Bau : seperti 2,7 2, 3,0 3,1 ≥15 ≥15 ≥15 00:34 270
malam 9 5 75 men men meni
Warna : it it t
putih susu
Homogenita
s : tak
menyebar
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini bisan dilihat untuk basis dari kelompok 1 yaitu menggunakan
vaselin flavum dan bahan aktif asam salisilat, kelompok 2 vaselin album dan bahan aktif
asam salisilat, kelompok 3 PEG 400, PEG 4000 dan bahan aktif asam salisilat, kelompok 4
PEG 400, PEG 4000 dan bahan aktif asam salisilat, kelompok 5 PEG 400, PEG 4000 dan
bahan aktif asam salisilat, kelompok 6 PEG 400, PEG 4000 dan bahan aktif asam salisilat.
Dari kelompok 3 – 6 mereka menggunakan PEG 400 dan PEG 4000, yang membedakan
hanya % pencampurannya. Kelompok salep tersebut merupakan salep hidrokarbon. Dalam
Dasar salep ini adalah bersifat lemak, bebas air, dasar salep ini biasa untuk emolicn, sangat
lengket dikulit dan sukar dicuci.
Sifat fisik sediaan dapat mempengaruhi tercapainya efek farmakologis yang diharapkan.
Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain uji daya sebar, daya lekat, dan pH sediaan.
Pengamatan organoleptis dari sediaan dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan
tekstur sediaan. Formula A organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk setengah padat,
berwarna putih, tidak berbau dan bertekstur halus. Formula B organoleptis yang dapat
diterima yaitu berbentuk setengah padat, berwarna kuning, bau malam dan bertekstur halus.
Formula C organoleptis yang dapat diterima yaitu setengah padat, berwarna putih, tidak
berbau dan bertekstur halus. Formula D organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk
setengah padat, berwarna putih, tidak berbau dan bertekstur halus. Formula E organoleptis
yang dapat diterima yaitu berbentuk setengah padat, berwarna putih susu, bau seperti malam
dan bertekstur halus. Formula f organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk setengah
padat, berwarna putih susu, tidak berbau dan bertekstur halus.
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan kaca objek. Pengujian
dilakukan dengan cara mengoleskan sedikit salep yang dibuat kemudia di aplikasikan pada
permukaan objek glass, ditutup dengan objek glass lain. Suatu sediaan harus menunjukkan
susunan yang homogen dan tidak terlihat butiran kasar pada objek glass. Pada perlakuan
tersebut Formula A,B,C,D,F memiliki homogenitas yang baik, yaitu menyebar. Sedangkan
pada Formula F disaat dilakukan uji homogenitas tidak memiliki homogenitas yang baik,
yaitu tidak menyebar.
Uji daya sebar salep dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit,
dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin
pemberian bahan obat yang baik. Hasil uji dapat menunjukkan bahwa dengan perlakuan
tanpa pemberian beban kemudian dengan peningkatan beban akan memperluas daya sebar
sehingga luas area penyebaran salep meningkat. Dalam formula ini dilakukan pengujian
selama 3x yaitu dalam Formula A ke 1 : 2,4 (Tanpa beban) ke 2 : 2,7 (beban 50gr) ke 3 : 3
(beban 50gr) ke 4 : 3,2 (beban 50gr). Formula B ke 1 : 2,875 (Tanpa beban) ke 2 : 3,25
(beban 50gr) ke 3 : 3,525 (beban 50gr) ke 4 : 3,65 (beban 50gr). Formula C ke 1 : 2,008
(Tanpa beban) ke 2 : 2,208 (beban 50gr) ke 3 : 2,433 (beban 50gr) ke 4 : 2,575 (beban 50gr).
Formula D ke 1 : 1,48 (Tanpa beban) ke 2 : 1,60 (beban 50gr) ke 3 : 1,81 (beban 50gr) ke 4 :
1,96 (beban 50gr). Formula E ke 1 : 1,508 (Tanpa beban) ke 2 : 1,475 (beban 50gr) ke 3 :
1,525 (beban 50gr) ke 4 : 1,658 (beban 50gr). Formula F ke 1 : 2,7 (Tanpa beban) ke 2 : 2,9
(beban 50gr) ke 3 : 3,05 (beban 50gr) ke 4 : 3,175 (beban 50gr).
Pengujian Daya Proteksi salep dilakukan untuk mengetahui kemampuan salep untuk
melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, polusi dan sinar matahari.
Pengujian daya proteksi salep dilakukan dengan KOH 0,1 N. Pada pengujian daya proteksi
menggunakan KOH 0,1 N yang bersifat basa kuat dimana KOH 0,1 N mewakili zat yang
dapat mempengaruhi efektivitas kerja salep terhadap kulit KOH 0,1 N akan bereaksi dengan
phenoftalein yang akan membentuk warna merah muda keunguan, yang berarti salep tidak
mampu memberikan proteksi terhadap pengaruh luar, sediaan salep yang baik seharusnya
mampu memberikan proteksi terhadap semua pengaruh luar yang ditandai dengan tidak
munculnya noda merah pada kertas saring yang ditetesi dengan KOH 0,1 N dapat
mempengaruhi efektifitas salep tersebut terhadap kulit. Dari hasil percobaan perlindungan
dari Formula A adalah 02:23,98 detik. Formula B adalah 00:34,70 detik. Formula C adalah
00:15 detik. Formula D adalah 02:37 detik. Formula E adalah 01:30 detik. Formula F adalah
00:34 detik.
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan salep dengan menggunakan
alat viskosimeter. Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari cairan untuk mengalir,
semakin tinggi viskositas maka akan semakin besar tahanannya. Didapatkan hasil dari
masing-masing Formula, pada Formula A : 280, Formula B : 100, Formula C : 250, Formula
D : 400 Formula E : >500 Formula F : 270 menunjukkan bahwa basis hidrokarbon (FA, FB,
FC,FF) mempunyai viskositas lebih kecil dibandingkan dengan salep yang menggunakan
basis mudah dicuci air (FD, FE). Salep basis mudah dicuci air dalam formulasinya
menggunakan PEG 400 dan PEG 4000, sehingga konsistensinya lebih padat jika
dibandingkan salep hidrokarbon. Karena adanya kontaminasi pada FC dan FF yang
seharusnya memiliki nilai viskositas lebih tinggi daripada FA dan FB maka hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan teori yang menerangkan jika apabila pembuatan salep dengan
pemberian PEG 400, dan PEG 4000 nilai viskositasnya akan lebih tinggi. Massa salep yang
semakin padat/kental maka viskositas akan semakin besar. Viskositas berhubungan erat
dengan daya menyebar salep pada kulit dan kenyamanan pada waktu pemakaian. Semakin
besar viskositas maka daya menyebarnya menjadi semakin kecil. Salep yang mempunyai
viskositas yang rendah akan memudahkan saat pemakaian serta pengambilan dari wadah
menjadi lebih mudah karena konsistensiya lunak. Viskositas salep juga berhubungan erat
dengan daya melekatnya, karena semakin tinggi viskositas maka kemampuan salep untuk
melekat juga semakin lama.
VII. KESIMPULAN
Perbedaan tipe basis yaitu basis hidrokarbon dan basis mudah dicuci air berpengaruh
secara signifikan terhadap sifat fisik salep pada masing – masimg konsentrasi yang sama,
meliputi daya lekat (sig. 0,000) dan daya sebar salep (sig. 0,000) serta kualitas salep yaitu
viskositas salep (sig. 0,000) tetapi tidak berpengaruh terhadap homogenitas dan organoleptis
salep.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi Keempa. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI Soetopo dkk. (2002). Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi Kelima. Yogyakarta : UGM
Press
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga. Jakarta : UI Press
C.F. Van Duin, Dr., (1947). Ilmu Resep edisi Kedua. Jakarta : Soeroengan Moh. Anief,
Drs. Apoteker. (2006). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Pres
LAMPIRAN
Uji homogenitas