Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SKENARIO 6

GUSIKU BENGKAK DAN SAKIT, DIAPAKAN YAA??

KELOMPOK 1
FitriShoufia I1D109203
Daniel Guruh I1D109208
Sella Puteri Ariza I1D109208
WidamayantiCahyani I1D109209
AzharyRamadhan I1D109212
Amalia Aprinda I1D109216
M. DzulkhaidirZailani I1D109222
Nida Ul Azkiya I1D109223
NorlaylaSarifah I1D109225
Noor Aina I1D109229
Heriyadi I1D109231
RizkiAmalia I1D109237

Tutor :
drg. BayuIndraSukmana
Dosen Pakar :
drg. Irnamanda

PROGAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah

maka penyusun dapat menyelesaikan makalah tutorial berjudul “Gusiku bengkak

dan sakit, diapakanyaa?” ini.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial. Dengan

selesainya makalah ini, diharapkan dapat menjadi referensi baik pada institusi

pendidikan dokter gigi guna kelancaran kegiatan belajar mengajar.

Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang membantu

penyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak

Fakultas yang telah memfasilitasi tutorial sehingga terlaksana dengan baik dan lancar.

Penyusun menyadari keterbatasan akan literatur dan sumber informasi terkait

kajian dalam makalah, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, April 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
BABI PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. LatarBelakang ............................................................................. 1
1.2. Maksud Dan Tujuan.............................................................. ..... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


2.1. DefinisiAbses Periodontal .......................................................... 3
2.2. EtiologidanFaktorPredisposisi .................................................... 3
2.3. Epidemiologi …………....... ...................................................... 4
2.4. GejaladanManifestasiKlinis........................................................ 4
2.5. Diagnosis .................................................................................... 7
2.6. PemeriksaanPenunjang ............................................................... 8
2.7. Patogenesis ................................................................................. 11
2.8. Pencegahan ................................................................................. 13
2.9. Diagnosa Banding....................................................................... 14
2.10. Penatalaksanaan .......................................................................... 14
2.11. Prognosis .................................................................................... 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16


3.1 Kesimpulan ................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisur pada

jaringan periodonsium.Abses periodontal ini dapat diklasifikasikan berdasarkan

lokasi abses (abses gingiva, abses periodontal dan abses perikoronal), berdasarkan

jalannya lesi (abses periodontal akut dan abses periodontal kronis) dan

berdasarkan jumlah abses (abses periodontal tunggal dan abses periodontal

kronis) (Fitriani, 2010).

Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ketiga yang

paling sering terjadi.Etiologi terjadinya abses periodontal dapat dibagi atas dua

yaitu abses yang berhubungan dengan periodontitis dan yang tidak berhubungan

dengan periodontitis.Bakteri yang paling banyak ditemukan pada abses

periodontal adalah Porphyromonas ginggivalis, Provotella intermedia dan

Fusobakterium nucleatum.Abses periodontal dapat menyebabkan kehilangan gigi

dan penyebaran infeksi (Fitriani,2010).

Diagnosis abses periodontal diperoleh berdasarkan gejala-gejala yang

dijumpai pada pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiograf, keluhan-keluhan pasien

serta melalui riwayat medis gigi pasien (Fitriani,2010).


1.2. Maksud dan Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai hasil dari Belajar Berdasarkan
Masalah (BBM) dan kuliah pakar.
BAB II

ISI

2.1. Definisi Abses Periodontal

Suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan periodonsium (Dameria,

2010).

2.2. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Etiologi dari abses periodontal disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri yang

terlibat dalam perjalanan penyakit ini adalah:Streptococcus viridians, Porphyromonas

gingivalis , Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum, Campylobacter rectus,

Copnocytophaga spp, Actinobacilus actinomycetemcomitans(Patel, et al., 2011).

Sedangkan factor-faktor yang menjadi predisposisi dari kasus ini adalah sebagai

berikut :

• Perubahan komposisi dari mikroflora, bakteri dan virulensi dan pertahanan

host juga dapat membuat lumen poket tidak efisien untuk mengalirkan

peningkatan supurasi.

• Setelah prosedur scalling dimana kalkulus keluar dan menekan jaringan lunak.

• Infeksi dari benda asing seperti dental floss, tulang ikan atau penyebab lain

yang tidak diketahui.

• Infeksi dari kista lateral.


• Morfologi dari akar gigi dapat menjadi predisposisi dari pembentukan abses

periodontal(Patel, et al., 2011)..

2.3. Epidemilogi

Prevalensi dari abses periodontal relative tinggi, yang sering menjadi alasan

seseorang pergi ke dokter gigi.Periodontal abses adalah nomor tiga yang paling sering

terjadi dalam kegawatdaruratan gigi setelah infeksi pulpa dan pericoronitis. Diantara

semua kondisi kegawatdaruratan gigi, abses periodontal menggambarkan kira- kiar 8

% dari seluruh kegawatdaruratan gigi di dunia, dan meningkat sampai 14 % di

USA(Patel, et al., 2011).

Abses periodontal akut berkembang dalam waktu yang singkat dan bertahan

dalam beberapa hari sampai satu minggu.Abses periodontal akut sering

menggambarkan rasa sakit yang tiba- tiba pada gigi sakit menusuk dan

berdenyut.Gingival menjadi merah, bengkak dan lunak.Pada fase awal, tidak terdapat

flutuasi atau keluarnya pus namun penyakit sangat progresiv.Pembesaran nodus

limpa dapat terlihat (Patel, et al., 2011).

2.4. Klasifikasi

a. Berdasarkan Etiologi

Periodontitis Related Abscess

Ketika infeksi akut berasal dari biofilm (didalam poket periodontal)(Patel, et

al., 2011).
Non-Periodontitis Related Abscess

Ketika infeksi akut berasal dari sumber yang lain. Misalnya, karena adanya

impaksi benda asing, perubahan integritas pada akar(Patel, et al., 2011).

b. Berdasarkan Rangkaian Penyakitnya

Abses Periodontal Akut

Abses berkembang dalam waktu yang singkat dan berlangsunng selama

beberapa hari hingga seminggu.Abses yang akut sering muncul disertai rasa sakit

pada saat menggigit dan berdenyut pada gigi dimana pasien cenderung untuk

clenching.Gingiva menjadi kemerahan, bengkak, dan sakit. Pada tahap awal,

tidak ada fluktuasi ataupun keluarnya pus, tetapi seiring perjalanan penyakitnya,

pus dan kotoran dari crevice gingiva akan tampak. Mungkin juga akan disertai

dengan pembesaran limfanode(Patel, et al., 2011).

Abses Periodontal Kronis

Kondisi ini berlangsung lama dan berkembang perlahan.Pada fase kronis, rasa

yang tidak menyenangkan dan pendarahan spontan dapat terjadi.Gigi-gigi sekitar

akan terasa sakit pada saat mengunyah dan terkadang goyang. Pus mungkin akan

keluar dari celah gingiva atau dari sinus pada mukosa gigi yang terkena. Rasa

sakit biasa muncul dengan intesitas yang rendah(Patel, et al., 2011).

c. Berdasarkan Jumlahnya

Abses Tunggal

Abses hanya terjadi pada satu gigi (Patel, et al., 2011).

Abses Multipel
Abses berada lebih dari satu gigi (Patel, et al., 2011).

2.5. Gejala dan Manifestasi Klinis

Timbulnya simtom sering kali mendadak disertai dengan sakit waktu menggigit

dan sakit berdenyut-denyut yang hebat.Gigi yang bersangkutan terasa meninggi dan

goyang.Gingival di atasnya memerah, bengkak, dan nyeri tetapi pada mulanya tidak

terlihat fluktuasi atau aliran nanah.terlihat adanya pembesaran glandula limfa yang

berhubungan dengannya (Manson, 2012).

Tahap berikutnya ditandai dengan nanah .nanah dapat mengalir ke poket

periodontal bila simtom mulai reda atau nanah mengalir melalui tulang untuk

membentuk abses di mukoperiosteum alveolar. Bila nanah sudah masuk ke dalam

jaringan lunak sakit yang hebat akan reda dan abses akan muncul berupa

pembengkakan merah, mengkilat dan sangat nyeri di atas daerah alveolus. Abses ini

biasanya menonjol dan akan pecah mengeluarkan nanah, bila tidak, inflamasi dapat

menyebar ke jaringan ikat di sekitarnya, menimbulkan seleluitis. Keadaan ini paling

sering terjadi bila daya tahan tubuh pasien rendah. Bila abses terletak pada rahang

atas, tergantung pada gigi yang terserang, bibir, pipi, bagian samping hidung atau

daerah infra orbital dan kelopak mata bawah akan membengkak (Manson, 2012).
2.6. Patogenesis

Makrofag jaringan sebagai lini pertahanan pertama melawan infeksi.

Invasi bakteri pada poket yang dalam  makrofag diaktifkan faktor

nekrosis tumor (TNF), interleukin -1 (IL-1), faktor perangsang koloni granulosit

monosit (GM-CSF), faktor perangsang koloni granulosit (G-CSF), faktor

perangsang koloni monosit (M-CSF). Kombinasi antara TNF, IL-1, dan faktor

perangsang koloni merupakan mekanisme umpan balik yang kuat yang dimulai

dengan peradangan jaringan. Bila neutrofil dan makrofag menelan sejumlah besar

jaringan nekrotik dan bakteri, pada dasarnya semua netrofil dan sebagian magrofag

akan mati. Sesudah beberapa hari di dalam jaringan yang meradang akan terbentuk

kelenjar yang mengandung rongga berisi jaringan nekrotik, neotrofil mati, makrofag

mati, dan cairan jaringan. Campuran ini akan membentuk pus autolisis dalam

beberapa hari diabsorbsi dalam jaringan sekitarnya dan cairan limpe hingga

hilang (Guyton, 2008)

2.7. Pemeriksaan Klinis dan Penunjang

Pemeriksaan klinis yang dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan Umum

• Anamnesa mengenai status sistemik pasien

• Pemeriksaan fitur yang mungkin mengindikasikan terjadinya penyakit

sistemik, kompetensi dari sistem kekebalan tubuh, usia yang lanjut, dan

kelelahan.
b. Pemeriksaan Ektra Oral

• Pemeriksaan kesimetrisan wajah, pembengkakan, kemerahan,

fluktuasi, sinus, trismus, dan pemeriksaan kelenjar limfe.

c. Pemeriksaan Intra Oral

• Pemeriksaan pada mukosa mulut dan gigi.

Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan adalah:

a. Radiografi

Ada beberapa teknik radiografi gigi yang tersedia (periapikals, bitewings dan

OPG) yang bisa menunjukkan adanya tampilan normal dari tulang interdental atau

kehilangan tulang, mulai dari hanya pelebaran ruang ligamentum periodontal ke

kehilangan tulang yang jelas melibatkan sebagian besar kasus yang terkena.

Radiografi intra oral, seperti periapikal dan bitewing vertikal, digunakan untuk

mengukur kehilangan tulang marginal dan kondisi perapical gigi yang terlibat (Patel,

et al., 2011).

b. TesVitalitasPulpa

Tes vitalitas pulpa seperti tes termal atau elektrik dapat digunakan untuk

mengukur vitalitas gigi (Patel, et al., 2011).

c. Tes Mikroba

Sampel nanah dari sinus/abses atau kotoran yang dihasilkan dari sulkus gingiva

dikirim untuk kultur dan pemeriksaan sensitivitas (Patel, et al., 2011).

d. Temuan Lab
Tes laboratorium juga dapat digunakan untuk memastikan diagnose. Peninggian

jumlah leukosit darah dan penigkatan neutrophil darah dan monosit mungkin

mengarah pada respon inflamasi tubuh terhadapt racun bakteri dalam abses

periodontal(Patel, et al., 2011).

e. Lainnya

Beberapa absesperiodontalbiasanya berhubungan denganpeningkatangula

darahdanrespon imunberubah pada pasiendiabetes.Oleh karena itu, penilaian

statusdiabetesmelaluipengujianglukosadarahsecara acak, glukosa darah

puasaatauglikosilasitingkathemoglobindiharuskanuntuk

menyingkirkanetiologidariabses periodontal(Patel, et al., 2011).

2.8. Pencegahan

a. Memelihara dan menjaga kondisi sistemik seperti pada pasien diabetes dapat

memicu timbulnya poket periodontal dan gejala menjadi akut.

b. Memelihara kesehatan dan kebersihan rongga mulut seperti menyikat gigi

minimal 2x sehari dan kumur-kumur dengan antiseptik.

c. Rutin memeriksakan dan membersihkan karang gigi ke dokter terdekat

d. Pembersihan karang gigi dengan tepat dan bersih tanpa meninggalkan plak atau

kalkulus yang dapat memicu terjadinya abses periodontal.

e. Menggunakan peralatan gosok gigi yang lembut tanpa harus melukai gingival,

misalnya bulut sikat yang tidak mengiritasi jaringan pendukung (Richard, 1996).
2.9. Diagnosa Banding

Abses Gingiva  Terlokalisasi pada daerah gingiva

 Tidak terdapat poket

 Berlokasi diujung apeks pada akar gigi.

 Pada gigi non vital, terdapat pada karies yang


Abses Periapikal
besar atau tumpatan yang besar.

 Sensitivitas pada dingin dan panas.

 Terkadang melibarkan daerah furkasi.

 Absorbsi tulang di dekat apeks dikarenakan

Lesi Perio-Endo infeksi pada jaringan pulpa.

 Gigi non-vital yang masih baik atau dengan

restorasi yang kecil

 Infeksi pulpa yang menyebar ke lateral hingga

poket periodontal.
Lesi Endo-Perio
 Adanya poket yang dalam.

 Biasanya terjadi pada gigi yang non vital.

(Carranza, 2006; Manson, 2000)


2.10. Penatalaksaan

Penatalaksaan dari abses periodontal tidak jauh berbeda dengan infeksi

odontogenik lainnya. Prinsip dari manajemen dari infeksi dental meliputi,

yaitu:(Patel, et al., 2011)

1. Tindakan Lokal

i. Drainase

ii. Drainase kembali

iii. Eleminasi penyebab

2. Tindakan sistemik yang berhubungan dengan tindakan lokalnya.

Manajemen pasien dengan abses peridonal dapat dibagi menjadi tiga stage,

yaitu:(Patel, et al., 2011)

i. Immediate Management

ii. Initial Management

iii. Definitive Therapy

i. Immediate Management

Immediate management ini biasanya dianjurkan pada infeksi yang dapat

mengancam jiwa dimana mengarah dan menyebar kepada infeksi pada region

orofasial.Hospitalisasi dan terapi pendukung, bersamaan dengan pemberian

antibiotik intravena biasanya direkomendasikan.Namun, tergantung dari

tingkat keparahan infeksi dan gejala, pemeriksaan klinis dan initial therapy

dapat ditunda hingga batas-batas tertentu.Pada kondisi yang tidak mengancam


jiwa, tindakan sistemik seperti pemberian analgesic secara oral dan

kemoterapi antimikroba dapat digunakan untuk mengeleminasi gejala sistemik

dan trismus, jika terjadi(Patel, et al., 2011).

ii. Initial therapy

Biasanya diberikan untuk manajemen dari abses akut tanpa kelainan sistemik

atau lesi residu setelah pengobatan toksisitas sistemik dan abses periodontal

kronis(Patel, et al., 2011).

Drainase melalui poket periodontal

Langkah-langkah drainase melalui poket periodontal, yaitu:(Patel, et al., 2011)

- Pemberian anastesi topikal atau local anastesi (nerve block dianjurkan).

- Dinding poket diretraksi dengan halus menggunakan probe/kuret dimana

bertujuan untuk membuka jalan drainase melalui poket periodontal.

- Irigasi digunakan untuk mengeluarkan eksudat ataupun membersihkan poket.

- Jika berupa lesi kecil dan memiliki akses yang baik, maka scaling dan kuretase

mungkin bisa dilakukan.

- Jika berupa lesi yang besar dan drainase tidak dapat …., maka scaling/kuretase

dan tindakan pembedahan ditunda hingga tnda-tanda klinis telah diatasi pasca

terapi antibiotik.

Drainase dengan eksterna eksisi

Langkah-langkah drainase dengan ekterna eksisi, yaitu :(Patel, et al., 2011)

- Abses diisolasi.
- Aplikasikan topikal anastesi + lokal anastesi ( di sekitar abses)

- Dengan menggunakan Blade A# 15/ #11, di insisi secara vertikal dari bagian

paling fluktuasi sampai ke apikal abses.

- Mengirigasi dengan menggunakan larutan salin atau air hangat.

- Dikeringkan dan diberikan antiseptik.

- Melakukan suturing biasanya tidak dibutuhkan.

Pemberian antibiotik sistemik

Berikut adalah antibiotik yang biasanya digunakan sesudah melakukan kultur

mikroba dan tes sensitivitas:(Patel, et al., 2011)

• Phenoxymethylepenicillin 250 -500 mg qid 5/7 hari.

• Amoxycillin 250 - 500 mg tds 5-7 hari.

• Metronidazole 200 - 400 mg tds 5-7 hari. (Dapat dikombinasikan dengan

Amoxycilin. Namun, penggunaan Metronidazole tidak dianjurkan bagi pasien

yang hamil ataupun mengkonsumsi alkohol).

iii. Definitive Therapy

Terapi ini untuk menembalikan fungsi dan estetik sehingga pasien dapat menjaga

kesehatan jaringan periodonsiumnya (Patel, et al., 2011).

2.11. Prognosis

Baik juka masih gejala awal, bukan rekurensi. (Manson,2012)


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Abses periodontal adalahsuatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada

jaringan periodonsium dimana disebabkan oleh suatu infeksi bakteri dalam rongga

mulut. Penanganan kegawatdaruratan yang pada abses periodontal adalah dengan

melakukan drainase pada area infeksi dimana klinisi mengeluarkan pus dari

tempatnya.

3.2. Saran

Sebaiknya mahasiswa memahami betul mengenai seluk-beluk abses yang

sering terjadi pada masyarakat. Sehingga penanganan dan pencegahan yang

dilakukan dapat berhasil secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Fitriani Dameria SRG. Abses Periodontal. 2010.Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Sumatera Utara.

Guyton & Hall.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Patel PV, Kumar G., Patel A..Periodontal Abscess : A Review. Journal of Clinical
and Diagnosis Research. 2011. Apr, Vol-5(2):404-409.

Manson, J.D., B.M. Eley. 2012. Buku Ajar Peridonti. Edisi 2.Jakarta : Hipokrates.

Juniper, Richard., Brian J. 1996.Parkins.Kedaruratan Dalam Praktik Dokter Gigi.


Jakarta: Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai