KELOMPOK 4
ENI WAHYUNI
HANA MARISTA
SUNARDI
Semester V Keperawatan
( STIKES) MATARAM
Puji syukur kami atas kehadirat tuhan yang maha esa karena telah memberikan
hikmah dan hidayah – nya atas terselesaikannya makalah ini yang berjudul “Asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan luka bakar” untuk memenuhi tugas KMB III.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun .berkat bantuan semua pihak kami dapat menyelesaikan makalah ini .kami juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan serta dukungan semangat kepada kami, akhirnya ,dengan segala keterbatasan
tersebut ,kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya
untuk peroses pembelajaran
Penulis,
6 november 2018
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari
luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat
terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%.
Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 15% mempunyai harapan hidup
50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan
luka bakar 5% yang diselamatkan. pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan
penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh
dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus
yang berbeda. karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab etiologi dan anatomi luka
bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke
jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka
bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang
panas 'scald burn( mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka
bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar
karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik 'elektrik( atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran
yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan
fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada
tubuh yang lain. pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit,
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka
bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yangmenyertai. prognosis klien yang mengalami suatu luka
bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. faktor lain
seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi
beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan combutsio
2. Bagaimana etiologi dari combutsio
3. Bgaimana patofisiologi dari combutsio
4. Bagaimana manifestasi klinik dari combutsio
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari combutsio
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari combutsio
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari combutsio
C. Tujuan
Tujuan umum untuk pemenuhan tugas ke perawatan medical bedah mengenai
ombositsio serta mahasiswa mengetahui terjadinya ombutsio
Tujuan dan khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari combutsio
2. Untuk mengetahui etiologi dan combutsio
3. Untuk mengetahui patofesiologi dari combutsio
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari combutsio
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari combutsio
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari combutsio
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari combutsio
Bab II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah
RSUD Dr.Soetomo, 2001).
B. Etiologi
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas),
dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
Lebih dalam Kontak dengan Blister besar dan lembab Berbintik- Sangat
dari bahan air atau yang ukurannya bertambah bintik yang nyeri
ketebalan bahan padat. besar. kurang
partial jelas, putih,
Jilatan api Pucat bial ditekan dengan
coklat,
(tingkat II) kepada ujung jari, bila tekanan
pink,
- Superf pakaian. dilepas berisi kembali. daerah
isial merah
Jilatan
- Dalam coklat.
langsung
kimiawi.
Sinar ultra
violet.
Total : 100%
3. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara
lain :
a. Parah – critical:
1. Tingkat I : 30% atau lebih.
2. Tingkat II : 10% atau lebih.
3. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
4. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
b. Sedang – moderate:
1. Tingkat II : 15 – 30%
2. Tingkat III : 1 – 10%
c. Ringan – minor:
1. Tingkat II : kurang 15%
2. Tingkat III : kurang 1%
E. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh.panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan akubat
pagulasi, denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami
kerusakan karna luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab (Burning
Agent) nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi. Dalamnya luka bakar tergantung pada
suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agent tersebut. Sebagai contoh,
pada khasus tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang
panas dari sower dengan suhu 68,90 C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak
epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat –tiga (Fullthicknesinjuri).
Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari
H. Penatalaksanaan
1. Resusitasi A, B, C.
a. Pernafasan:
1) Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi
obstruksi gagal nafas.
b. Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler
hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Hari kedua:
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
3. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari
20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
6. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
1. Diagnosa Keperawatan
Rencana Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
abdomen,hematomesis, mempengaruhi
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany.
Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
F.A. Davis Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing
Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih
bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran
EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran
EGC. Jakarta.