Anda di halaman 1dari 13

METODE PELAKSANAANPEKERJAAN

PROGRAM : PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN


KEGIATAN : PEMELIHARAAN BERKALA JALAN BALONG - LEMPONG
LOKASI : KECAMATAN JENAWI
KABUPATEN : KARANGANYAR
PROPINSI : JAWA TENGAH
TAHUN ANGGARAN : 2018

I. DIVISI 1. UMUM
1. PEKERJAAN HARIAN
1. Papan Nama Proyek
a. Penyedia Jasa wajib membuat (satu) buah papan nama Proyek, yang ditempatkan di
lokasi-lokasi tertentu menurut petunjuk Direksi selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah terbitnya Surat Pemenang Pelelangan.
b. Papan nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Ukuran papan 100 x 150 cm harus dibuat dari bahan kayu kamper yang dilapisi
dengan seng BWG. 30.
2. Tiang penyangga terdiri dari 2 (dua) batang, sedang sebuah penyokong berukuran
3 x 7 cm dibuatdari bahan kayu kruing atau kayu lainya.
3. Pemasangan papan sedemikian rupa sehingga tepi bawah papan terletak setinggi
150 cm dari tanah,bawah tiang penyangga dan penyokong ditanarn dalam lobang-
lobang yang kemudian dicor dengan beton tumbuk campuran 1:3:5 sedalam 40
cm di dalam tanah dan 10 cm di atas tanah.
4. Pengecatan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali, cat
dasar sekali dan catpenutup sekali.
5. Pemborong wajib memelihara dan merawat papan nama dan menjaganya agar
tetap dalam keadaanbaik sampai dengan penyerahan pekerjaan yangr terakhir
kalinya kepada Direksi.

2. Pengukuran Lokasi
Sebelum melakukan Pengukuran bersama antara Kontraktor, Konsultan Supervisi
dan Direksi Pekerjaan bersama-sama disepakati dan ditentukan titik BM sebagai bahan
acuan kerja dimulainya dasar pengukuran. Setelah pengukuran selesai dilanjutkan dengan
pemasangan patok sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan. Pemasangan patok harus
dipandu oleh juru ukur agar penempatan tata letak dan titik ikat setiap struktur benar-
benar tepat.
Peralatan yang digunakan pada pekerjaan ini antara lain water pass, theodolith serta total
station dan rambu ukur.
Tahapan pekerjaan :
 Koordinasi dengan pihak direksi untuk pengukuran (request for work)
 Penentuan Lokasi Kerja, konfirmasi dengan pihak direksi
 Pengukuran dikerjakan dengan menggunakan teodolit dan water pass
 Pembuatan patok acuan (bouw plank) setiap 50 meter atau sesuai petunjuk/arahan
dari direksi, dibuat dari kayu dan diberi cat warna merah untuk memudahkan
pandangan.
 Buat peta situasi beserta cross section dan long section.
 Ploting data ukur ke construction drawing

3. Direksi Keet
Fasilitas Direksi Keet ini terdiri dari ruang-ruang kerja, ruang rapat, serta sarana–
sarana pendukung lainnya seperti toilet dan ruang ibadah. Design rencana dari Direksi Keet
akan digunakan untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga dibuat permanen, lebih
kokoh dan dilengkapi dengan perabotan yang lengkap sesuai spesifikasi. Lokasi dari direksi
keet akan ditentukan sesuai dengan persetujuan dari direksi pekerjaan, sementara denah
dan struktur bangunan akan mengacu pada gambar yang telah disediakan.

4. Barak Kerja
Bangunan ini berfungsi untuk tempat beristirahat bagi para pekerja proyek.Barak
pekerja ditempatkan didalam pagar lokasi proyek, untuk memudahkan pengawasan keluar
masuknya para pekerja kedalam lokasi proyek, sekaligus untuk bisa menjaga keamanan
material dan peralatan kerja selama pelaksanaan pekerjaan.

5. Bengkel Kerja
Bengkel kerja ini disesuaikan dengan lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Demikian juga untuk pekerjaan kayu sebagai tempat perakitan/pembuatanbekisting dan
gudang tempat multiplek. Penempatan lokasi los kerja dan tumpukan material kerja ini
dibuat sedemikan rupa sehingga memudahkan/mempercepat pengangkutan ke lokasi kerja
dan meminimalkan waktu yang terbuang selamamasa pelaksanaan pekerjaan.

6. Gudang Material dan Peralatan


Bangunan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan material, seperti semen,
paku,serta material-material finishing lainnya. Sebagai tempat penyimpanan material, harus
memenuhi persyaratan antara lain :

 Kondisi harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab.


 Susunan dan pengaturan letak material yang disimpan terutama semen harus diatur
sedemikian rupa untuk penggunaan lebih awal.
 Untuk material besi beton dapat ditempakan diluar bangunan dengan cara:
 Tumpukan besi diberi alas/ganjal balok kayu, sehingga tidak langsung bersentuh
dengan tanah.
 Diberikan penutup terpal diatasnya supaya terlindung dari air hujan atau
kelembaban.
 Penumpukan sesuai dengan diameter yang seragam.
 Gudang peralatan digunakan untuk menyimpan peralatan kerja yang ringan-ringan seperti :
genset, water pump portable, concrete vibrator, serta peralatan-peralatan tukang ringan
lainnya.
 Pembuatan pagar proyek bertujuan untuk menjamin keamanan kerja dalam lingkungan
proyek dalam hal ini sekaligus untuk memisahkan aktivitas di luar proyek dengan
pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung. Konstruksi pagar dibuat menggunakan dinding
seng dan disokong dengan tiang-tiang kayu yang dibuat sekokoh mungkin, sehingga fungsi
sebagai pengamanan dapat tercapai. Pagar ini segera dibuat setelah hasil pekerjaan setting
out telah disetujui oleh Direksi.

7. Shop Drawing
Shop Drawing adalah Gambar rencana kerja yang di bikin oleh konsultan pengawas untuk
acuan pekerjaan di lapangan mengenai pekerjaan adapun volume pekerjaan dan potongan
detail pekerjaan tersebut terlihat jelas maka bila terjadi perubahan volume atau posisi yang
harus di rubah atau dipindahkan harus membuat rencana pekerjaan dan melaporkanya
kepada Konsultan pengawas dan PPK yang harus wajib mengetahui perubahan-perubahan
Gambar rencana dan Volume yang terdapat di RAB, dan bila rencana gambar tersebut
sudah di setujui oleh pihak Konsultan pengawas dan PPK maka Shop Drawing akan menjadi
Asbuilt Drawing.

8. Asbuilt Drawing
Asbuilt Drawing adalah kesempurnaan dari shop drawing yang menjadi acuan pekerjaan
didalam proyek, dan menjadi penyelesai pekerjaan dalam proyek di tuangkan kedalam
Gambar yang disebut Asbuilt Drawing.

9. Pembersihan Lapangan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, lokasi pekerjaan terlebih dahulu dibersihkan,
dibongkar bagian tertentu, sesuai yang dipersyaratkan dalam gambar kerja.
b. Seluruh kotoran di buang ke luar proyek setiap hari.

10. Mobilisasi dan Demobilisasi


1. Sebelum memulai pekerjaan, atas persetujuan direksi terlebih dahulu dilakukan
mobilisasi alat yang digunakan dalam pekerjaan seperti : Galian tanah berbatu dengan
alat berat 1 X Pindah. Untuk demobilisasi atau pemulangan alat excavator ke besecam.
Selain itu pada pekerjaan persiapan awal ini yang paling penting adalah mempelajari
situasi lapangan dan melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan dalam bestek,
memulai pengukuran pada lokasi pekerjaan, yaitu berupa situasi, potongan memanjang,
potongan melintang, yang dituangkan dalam gambar, termasuk gambar konstruksi, yang
disesuaikan dengan lapangan,dan disertai dengan foto dokumentasi 0%, juga gambar –
gambar kerja (shop Drawing ).
Pada bagian – bagian konstruksi yang kurang jelas harus di perjelas dengan membuat
gambar detailnya, serta menghitung kebutuhan material / bahan yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan tersebut. Bersamaan dengan ini mobilisasi dilaksanakan, dan
takkalah pentingnya adalah membuat MC 0 ( Mutual Chek Nol ) sehingga penempatan
dan dapat dikontrol dengan baik dan terukur.
2. Terakhir apabila pekerjaan ini sudah selesai secara keseluruhan kita lakukan demobilisasi
dan yang lebih penting lagi harus dibuat gambar aktualnya dan foto dokumentasi 100%
yang diikuti dengan final quantity. Pembuatan foto dokumentasi selama pelaksanaan
pekerjaan pada keadaan kondisi sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan
setelah selesai pelaksanaan pekerjaan (0%, 50%, dan 100 %) pengambilan opname foto
tersebut dilakukan satu titik, / posisi pengambilan tetap. Selain itu membuat laporan
pelaksanaan pekerjaan harian, mingguan, dan bulanan yang meliputi : progres kemajuan
pekerjaan, jumlah tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang digunakan. Untuk
dokumentasi ini dilakukan selama masa pekerjaaan hingga selesai pekerjaan. Kemudian
perlu diadakan koordinasi dengan pihak proyek beserta masyarakat setempat (pemuka
masyarkat setempat / perangkat nagari), guna dapat membicarakan masalah – masalah
yang mungkin timbul apabila pekerjaan ini dimulai, baik menyangkut teknis maupun non
teknis

2. PENGUKURAN / BOUWPLANK
Sebelum pekerjaan utama dilaksanakan harus dilakukan pengukuran dilokasi proyek
untuk mendapatkan gambar tofografi dan elevasi di lokasi tersebut. Dari hasil pengukuran ini
ditentukan tata letak dan titik ikat dari bangunan-bangunan yang akan dikerjakan kemudian.
Pengukuran dilaksanakan oleh juru ukur yang berpengalaman dibantu oleh tenaga kerja yang
telah dipilih untuk pekerjaan ini. Setelah pengukuran selesai dilanjutkan dengan pemasangan
bowplank sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan. Pemasangan bowplank harus dipandu
oleh juru ukur agar penempatan bangunan benar-benar tepat.
Pada pelaksanaan pekerjaan ini digunakan bowplank tertutup supaya pekerjaan dapat
dilaksanakan lebih mudah. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang
akan dibangun minimal 1 m dan maksimal 2 m.

II. DIVISI.3 PEKERJAAN TANAH


1. GALIAN TANAH

Pekerjaan ini mencakup penggalian tanah lokasi pelebaran jalan dengan menggunakan
galian biasa dan hasil galian dimuat dengan menggunakan dump truck dan selanjutnya
ditimbun pada lokasi yang nantinya membutuhkan timbunan dan ditimbunkan pada lokasi
bahu jalan. Dimensi galian diusahakan berbentuk persegi sesuai dengan dimensi yang
ditentukan dalam gambar rencana. Setelah galian selesai dilakukan sesegera mungkin
lubang galian ditutup dengan buis beton gorong - gorong, untuk menghindari bahaya
kecelakaan pengguna jalan.
Urutan pekerjaan sebagai berikut :
- Penggalian secara mekanis
- Dump truck membuang material hasil galian
- Sekelompok pekerja merapikan hasil galian

Alat-alat yang digunakan antara lain :

a. Dump truck
b. Exavator
c. Manual
d. Alat bantu, rambu-rambu lalu lintas

Program Mutu

1. Dimensi galian harus memenuhi ukuran yang telah ditentukan dalam gambar
kerja/volume yang ada.
2. Ketepatan waktu dalam melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.

2. Pekerjaan Timbunan Biasa dari Sumber Galian

Pada paket ini timbunan digunakan untuk Timbunan dinding penahan tanah dan bahu
jalan. Material untuk timbunan diambil dari quary setempat yang memenuhi
persyaratan teknik dengan jarak ke lokasi pekerjaan ± 5 Km, untuk timbunan dari
sumber galian yang memenuhi syarat sesuai instruksi direksi.
Urutan pekerjaan sebagai berikut :
- Dilokasi galian whell loader / excavator memuat kedalam dump truck
- Dump truck membawa material timbunan pilihan dari quary atau lokasi galian tanah ke
lokasi timbunan
- Material tanah diratakan dengan tenaga manual/motor grader lapis per lapis dengan
ketebalan padat maksimum 20 cm
- Stamper memadatkan tanah dan selama pemadatan tenaga menyiramkan air untuk
memberikan kadar air optimum tau dengan water tangker

Alat-alat yang digunakan antara lain :

a. Dump truck
b. whell loader / excavator
c. Stamper
d. water tangker
e. Alat bantu, rambu-rambu lalu lintas

III. DIVISI.6 PERKERASAN ASPAL


1. Lapis Perekat – Aspal Cair
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang
telah disiapkan sebelumnya dan untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya.

Urutan kerja untuk lapis perekat sebagai berikut :


- Bahan lapis perekat diambil dari base camp
- Bahan lapis perekat diangkut ke lokasi pekerjaan
- Permukaan dibersihkan dengan kompresor
- Penyemprotan

Alat yang diperlukan :

- Asphalt sprayer
- Compressor
- Rambu-rambu

Pengendalian Mutu :

- Sebelum pekerjaan lapis perekat dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang
ada, maka semua kerusakan diperbaiki terlebih dahulu.
- Debu dan bahan kotoran yang lain dibersihkan terlebih dahulu dari permukaan dengan
compressor.
- Pembersihan dilakukan melewati 20 cm dari tepi bidang yang akan dilapis.
- Panjang permukaan yang akan disemprotkan diukur dan ditandai dengan cat.
- Semprotan harus rata.
- Jumlah pemakaian bahan aspalt diukur dengan memakai tongkat celup kedalam tangki
distributor/asphalt sprayer dilakukan sebelum dan sesudah penyemprotan.
- Takaran pemakaian harus diukur.

Untuk menjaga penyemprotan agar tidak rusak karena lalu lintas maka sebaiknya dikerjakan
salah satu sisi terlebih dahulu.

Penggunaan tenaga kerja meliputi :

- Mandor
- Operator ( Asphalt sprayer dan air compressor )
- Sopir ( dump truck )
- Tenaga harian dan tenaga pengatur lalu lintas

2. Latasir Kelas B (SS-B)

Pada paket ini Latasir Kelas B (SS-B) merupakan tahap akhir dari pekerjaan hotmix atau
pekerjaan terakhir pelapisan aspal pada ruas ini, pengerjaannya setelah lapis perekat -
aspal cair selesai disemprotkan. Pekerjaan ini meliputi pemasokan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan dengan paving unit. Sumber bahan material agregat ini
berasal dari : material hotmix yang diolah di base camp PT. PANCADARMA PUSPAWIRA
yang berada di Desa Ngasem, Colomadu, Kabupaten Karanganyar.

Adapun material tersebut :


- Pasir Kasar ( lokasi stok material di base camp )
- Pasir halus berasal dari base camp
- Semen/Filler
- Aspal dari pertamina

Metode kerja perkerasan aspal untuk berbagai jenis campuran aspal panas pada prinsipnya tidak
jauh berbeda. Perbedaan-perbedaan pada beberapa jenis campuran aspal adalah pada gradasi
agregat, kadar aspal yang diperlukan, penempatan pada konstruksi perkerasan jalan dan tebal
hamparan. Metode kerja sesuai tahapan sebagai berikut :

a. Penyiapan Job Mix Formula


- Penyiapan job mix formula ( JMF )
- JMF dicoba/ditrial di AMP yang akan dipakai, hasilnya diuji di laboratorium.
- Bila memenuhi spesifikasi dilanjutkan dengan trial penghamparan di lapangan / lokasi
tertentu agar diperoleh hasil yang memenuhi spesifikasi ( tebal, kepadatan, kadar aspal,
dll )
b. Penghamparan di lapangan
- Campuran aspal panas diproduksi menggunakan alat AMP yang berlokasi di base camp
milik PT. PANCADARMA PUSPAWIRA di Desa Ngasem, Colomadu, Kabupaten
Karanganyar. Campuran aspal panas diangkut ke lapangan menggunakan dump truck,
untuk menjaga agar suhu tetap terjaga material campuran aspal panas ditutup dengan
terpal.
- Penghamparan digunakan asphalt finisher dengan ketebalan gembur sesuai dengan
hasil trial di lapangan, dimana sebelumnya lokasi telah dibersihkan dengan compressor
dan disemprot dengan lapis pengikat/perekat.
- Pemadatan awal menggunakan tandem roller, jumlah lintasan sesuai dengan hasil trial,
misalkan 2 lintasan.
- Pemadatan antara menggunakan pneumatic tyre roller, jumlah lintasan sesuai dengan
hasil trial, misalkan 12 lintasan.
- Pedatan akhir menggunakan tandem roller, jimlah lintasan sesuai hasil dengan hasil
trial, misalkan 1 lintasan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan ini antara lain :

- Pekerjaan laboratorium
- Penyediaan material
- Produksi ( suhu, waktu campur, dll )
- Angkutan
- Kerataan dan volume lapis perekat
- Penghamparan
- Pemadatan awal
- Pemadatan akhir
- Control volume ( ketebalan dan kepadatan ), kadar aspal dan gradasi campuran.

Alat-alat yang digunakan antara lain :


- Wheel Loader
- AMP
- Genset
- Dump Truck
- Asphalt Finisher
- Tandem Roller
- P. Tyre Roller
- Alat Bantu
Pengendalian mutu :

1. Dilokasi AMP
- Pengontrolan gradasi agregat halus dan kasar dilakukan pada setiap tumpukan material
baru.
- Pengontrolan Sand Equivalent dilakukan setiap tumpukan pasir sumber material baru.
- Pengontrolan temperature pemanasan agregat pada drayer dan temperature aspal
pada tempat pemanasan dilakukan setiap batch produksi.
- Pengontrolan kadar aspal dalam campuran aspal panas dilakukan pada awal,
pertengahan, dan menjelang akhir produksi dengan cara melakukan ekstraksi.
- Pengontrolan Properties dari campuran aspal panas dilakukan dengan metode Marshall.
2. Dilokasi penghamparan
- Permukaan sudah diberi lapis perekat yang merata.
- Pengontrolan temperatur aspal panas diatas dump truck sebelum dimasukkan ke
finisher.
- Pengontrolan temperature saat pemadatan.
- Pengontrolan ketebalan penghamparan.
- Pengontrolan core drill untuk ketebalan terpasang.

Rencana pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dapat dilihat dalam jadwal pelaksanaan
pekerjaan.

Penggunaan tenaga kerja untuk pekerjaan semua jenis hotmix meliputi :

1. Dilokasi AMP, meliputi tenaga untuk :


- Mandor
- Operator ( Asphalt Mixing Plant, Stone Crusher, Generator set, Whell Loader,
Timbangan)
- Tenaga
2. Dilokasi penghamparan
- Mandor
- Operator ( Asphalt Finisher, Tire roller, Tandem Roller, Wheel Loader)
- Sopir
- Tenaga

IV. DIVISI.7 STRUKTUR


1. Pekerjaan Pasangan batu
Pekerjaan pasangan batu diperuntukkan untuk dinding penahan ( talud ). Pemasangan batu
dilakukan setelah galian selesai, pemasangan bouwplank selesai. Material pasangan batu dijaga
konsistensi campuran / komposisi untuk menjamin mutu dan kuantitas di lapangan.

Pada pekerjaan pasangan batu ini, beberapa yang perlu diperhatikan adalah :

1. Dimensi galian sesuai dengan gambar


2. Pemasangan bouwplank
3. Kualitas batu ( kekerasan ) dan pasir
4. Gradasi batu pecah dan pasir
5. Kebersihan bahan batu kali, pasir dan air
6. Keselamatan lalu lintas

Metode kerja sebagai berikut :

1. Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi spesi ( adukan ) dengan konsistensi
campuran.
2. Spesi ( adukan ) dihampar di lokasi pemasangan talud
3. Spesi dipasang setebal 3 cm kedalam lokasi, kemudian di letakkan batu kali sedemikian rupa
agar rapi.
4. Pemasangan batu kali sedemikian rupa sehingga batu yang dipasang terselimuti oleh spesi
atau adukan. Diatur agar tidak terguling batu kali yang dipasang pada lokasi tersebut.
5. Penyusunan batu kali di tata sedemikian rupa agar batu satu dengan yang lainnya tidak
bersentuhan secara langsung dan sela-sela / rongga batu agar terisi spesi atau adukan.
6. Dilakukan pekerjaan penyelesaian dan perapihan

Alat-alat yang digunakan antara lain :

- Concrete mixer
- Water tanker
- Alat bantu ( sekop, cangkul, ember cor, gerobak dorong, dll )

Pengendalian mutu :

1. Pemeriksaan bahan-bahan material sesuai yang dipersyaratkan.


2. Pada saat pelaksanaan penakaran bahan dilakukan agar sesuai dengan mutu yang
dipergunakan.

Penggunaan tenaga kerja meliputi :

- Mandor
- Tukang batu
- Tenaga

1. RENCANA PELAKSANAAN K3
1. Tujuan dan Sasaran Pelaksanaan K3
Sebagai pedoman pelaksanaan dan ketentuan K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsure
manajemen, sumber daya manusia, mitra kerja, kondisi dan lingkungan yang terintegrasi
dalam rangkamencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta untuk
meningkatkan produktivitas,motivasi, efisiensi dan kenyamanan kerja dan menjamin agar
dalam pelaksanaan proyek tidak terjadikecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. Implementasi
a. Petugas Safety membuat Panduan keselamatan dan kesehatan kerja berupa safety Plan
b. Petugas Safety melaksanakan Safety Patrol secara periodik setiap senin Pukul 08.00 dan
membuat :
 Tindakan Langsung di lapangan untuk hal- hal yang mebahayakan.
 Laporan/record hasil safety patrol untuk dibahas dalam rapat lapangan.

3. Petunjuk Pelaksanaan K3
a. Peraturan Umum
a) Seluruh karyawan dan pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus
memahami danmematuhi peraturan dan kaidah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b) Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk di lingkungan proyek.
c) Pengaturan lalu lintas di lokasi kerja :
 Hanya yang mempunyai Surat Ijin Mengemudi dan Mengoperasikan Alat Berat
yangdiijinkan mengemudikan kendaraan di lokasi proyek.
 Kendaraan hanya boleh diparkir pada tempat-tempat yang disediakan, bukan
di sembarangtempat di lokasi proyek.
 Dalam memarkir kendaraannya, pengemudi harus memastikan bahwa
kendaraan tidakbergerak saat ditinggalkan.
 Kendaraan harus dijalankan sesuai dengan batas kecepatan yang diijinkan.
d) Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus peduli dan tanggap akan
bahaya yangmungkin timbul baik bahaya kebakaran atau bahaya lainnya.
e) Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus peduli dan tanggap untuk
menjagakerapian dan kebersihan pada lokasi masing-masing.
f) Pada lokasi-lokasi yang berbahaya harus dipasang tanda-tanda peringatan adanya
bahaya.
g) Jalan kerja yang memadai dan aman harus disediakan sebagai sarana keluar-masuk
pekerja daninspeksi.
h) Setiap proyek harus mendaftarkan dan mengikuti program Jamsostek.
i) Manajemen Proyek atau Penanggung jawab K3 harus menetapkan sanksi atau
hukuman tehadappelanggaran peraturan K3.
j) Harus Teresa data alamat dan telepon instansi-instansi yang terkait seperti Rumah
SakitPuskesmas terdekat, Kepolisian, Dinas Kebakaran, Depnaker, Asuransi /
Jamsostek yang mudahdibaca oleh semua orang.
k) Untuk proyek dengan kondisi khusus yang tidak tercakup dalam peraturan ini, maka
ManajemenProyek harus menetapkan peraturan K3 sesuai dengan kondisi proyek.

b. Perlengkapan Pelindung Tubuh


a) Semua pekerja, karyawan dan tamu harus mengenakan topi pengaman (helmet)
dan sepatupengaman saat berada di lokasi kerja.
b) Sabuk Pengaman dan Tali Penyelamat harus dikenakan saat bekerja pada ketinggian
di atas 2 (dua ) meter.
c) Pakai seragam dan tanda pengenal.
d) Pelindung badan ( body protector ) jika hal tersebut diperlukan ( untuk tukang las
diwajibkan ).
e) Menggunakan pelampung ( life jacket ) untuk pekerjaan di atas air.
f) Sarung tangan harus dipakai sewaktu memegang barang atau benda keras yang
dapatmengakibatkan luka-luka pada tangan ( untuk tukang las diwajibkan ).

Gambar 1.1 Alat Pelindung Diri (APD)


g) Alat pelindung pernapasan harus dipakai sewaktu berada pada lokasi yang penuh
debu ataumaterial lain yang membahayakan pernapasan.
h) Alat pelindung telinga harus dikenakan apabila bekerja pada situasi kerja yang
bising.

Gambar 1.2 Alat pelindung Diri ( APD )


D. RENCANA PENANGANAN SELAMA MASA PEMELIHARAAN
1. Tahapan Pra PHO
a. Demobilisasi
Setelah pekerjaan fisik selesai (Pra PHO) maka dilanjutkan dengan demobilisasi peralatan
untuk dikembalikan ke gudang kontraktor.
b. Pembersihan
Setelah pekerjaan selesai maka diadakan pembersihan dari sisa material, kotoran bekas
bongkaran dan kotoran lain di luar lokasi pekerjaan
2. Tahapan Pekerjaan Pasca Pelaksanaan Konstruksi 1.
Pemeriksaan Pekerjaan 100% Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan kemudian
diadakan pemeriksaan lapangan oleh tim Panitia Pemeriksa Pekerjaan.
3. Amandemen
Hasil dari Pemeriksaan kemudian dituangkan dalam berita acara Serah Terima I kepada
pengguna jasadan apabila terjadi perubahan volume ataupun perubahan design pada saat
pelaksanaan makadituangkan dalam amandemen.
4. As Built Drawing
Gambar As built drawing dibuat mengacu pada keadaan yang sebenarnya di lapangan.
5. Foto 100%
Setelah pekerjaan mencapai prestasi 100% kemudian diambil gambarnya dengan posisi
mengacu padahasil foto 0% dan 50%.
6. Penyerahan I (PHO)
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan dan sudah diperiksa oleh TimPemeriksa
Kegiatankemudian dilakukan penyerahan pekerjaan tahap I (PHO) oleh penyedia jasa kepada
pengguna jasa.
7. Pemeliharaan
Sebagaimana yang telah ditentukan dalam Dokumen Lelang bahwa Pelaksana /Kontraktor
wajib melaksanakan waktu pemeliharaan pekerjaan minimal 6 (enam) bulan hari kalender
terhitung sejaktanggal Serah Terima I (Pertama) pekerjaan pelaksanaan. Selanjutnya setelah
masa waktu pemeliharaan pekerjaan tersebut berakhir, akan dilakukan pemeriksaan
lapangan kembali guna diadakan Serah Terima II (Kedua) pekerjaan
pelaksanaan.Sebagaimana yang telah ditentukan dalam Dokumen Lelang bahwa pelaksanaan
/ kontraktor wajib melaksanakan waktu pemeliharaan pekerjaan minimal 180 (seratus
delapan puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal Serag Terima I (pertama) pekerjaan
Pelaksanaan. Selanjutnya setelah waktu masa pemeliharaan pekerjaan tersebut berakhir,
akan dilakukan pemeriksaan lapangan kembali guna dilaksanakan Serah Terima II (Kedua)
pekerjaan pelaksanaan. Tugas Utama Pelaksana / Kontraktor dalam masa pemeliharaan
konstruksi adalah melaksanakan perbaikan kerusakan - kerusakan yang terjadi. Adapun
kegiatan - kegiatan pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam masa waktu pemeliharaan
konstruksi adalah sebagai berikut :
1) Menugaskan Pelaksana Lapangan di lokasi proyek secara berkala (1 kali dalam seminggu)
untuk melaksanakan monitoring (kontrol) terhadap semua jenis pekerjaan, utamanya
yang berhubungan dengan pekerjaan.
2) Melaksanakan segera semua perbaikan - perbaikan pekerjaan apabila terjadi hal –
halseperti tersebut di atas.
3) Melaksanakan koordinasi dan laporan - lapaoran selama masa waktu pemeliharaan
tersebut kepada instansi terkait.
8. Penyerahan II (FHO/ Final Hand Over)
Setelah masa pemeliharaan selesai dan semua kerusakan yang terjadi selama masa
pemeliharaantelah diperbaiki untuk selanjutnya dilakukan penyerahan kedua (FHO).
Demikian metode pelaksanaan pekerjaan ini kami buat berdasarkan RKS (Rencana kerja dan syarat-
syarat).

Karanganyar, 26 April 2018

CV. SINAR LAWU

KASIMO

Direktur

Anda mungkin juga menyukai