Anda di halaman 1dari 70

-0,8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Commented [W81]: Tambahkan fenomena yang ada di ruang
krisan..
Jangan lupa dalam penulisan latar belakang harus ada 4 cakupan
yaitu:
Diera globalisasi profesionalisme keperawatan semakin dituntut untuk lebih 1.Pembukaan
2.Justrifikasi (Jurnal)
3.Fenomena
professional. Hal ini bukan sesutu ancaman yang harus dihindari atau ditakuti, tapi 4.Solusi

merupakan tantangan untuk berupaya lebih keras untuk memacu profesionalisme

keperawatan di Indonesia serta mensejajarkan diri dengan keperawatan dengan Negara–

negara lain. Mewujudkan keperawatan sekarang ini bukan hanya sekedar untuk membela

nasib para perawat yang sudah lama kurang mendapat perhatian. Namun lebih dari itu, upaya

ini untuk memenuhi hak masyarakat dalam mendapatkan asuhan keperawatan yang

professional.

Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan dimata

masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah

terbanyak, paling depan dan paling dekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan

yang dialami oleh keluarga dan pasien. Hal ini diberikan kepada pasien tanpa kecuali.

Dengan Sistem MAKP Adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur

standar yaitu; standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan system MAKP. Jika

perawat tidak memiliki nilai nilai sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen,

maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan

dapat terwujud.

Pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan

diorganisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana

dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja
melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses

manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan

asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang.

Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan

tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara

optimal. Namun perlu disadari, tanpa adanya kelola yang memadai, kemauan, dan

kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan

professional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu, maka perawat perlu

mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Metode Model Asuhan Keperawatan Profesional

(MAKP) khususnya di Ruang Krissan RSUD Bangil.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa memahami

prinsip manajemen keperawatan dan model pemberian asuhan keperawatan tim

modifikasi.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu :

a. Menganalisis lingkungan perawatan, menghitung kebutuhan tenaga

keperawatan disuatu ruangan perawatan.

b. Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP yang telah ditentukan.

c. Melakukan penerapan perencanaan pulang (discharge planning)

d. Melakukan penerapan sentralisasi obat diruangan

e. Menganalisis kejadian dekubitus, flebitis, resiko jatuh, dan medication error

f. Menganalisis tingkat kepuasan pasien

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa

a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat

memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan

b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP

c. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP Tim

Modifikasi di ruang Krissan RSUD Bangil Pasuruan

d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun

rencana strategi

e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan sistem asuhan

keperawatan professional tim modifikasi di ruang Krissan RSUD Bangil

Pasuruan

1.3.2 Bagi Perawat RuangKrissam RSUD Bangil Pasuruan

a. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah

yang ada di ruang Krissan yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP

b. Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan dapat

melaksanakan MAKP Tim Modifikasi dengan optimal

c. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

d. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan

tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga

e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat

1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan

b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi

1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan


Institusi pendidikan memperoleh bahan masukan dan gambaran tentang

pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan MAKP

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Pada Proses Keperawatan


Manajemen pada proses keperawatan mencakup manajemen pada berbagai tahap
dalam keperawatan. Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang
mengharuskan perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan
yang dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan dimasa dating. Pengkajian ini meliputi proses
pengumpulan data, memvalidasi, dan menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai
individu yang unik.
Diagnosis merupakan tahap pengambilan keputusan profesional dengan menganalisis
data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat berupa rumusan diagnosis
keperawatan, yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap masalah kesehatan aktual maupun
potensial.
Perencanaan keperawatan dibuat setelah perawat mampu mempormulasikan
diagnosis keperawatan. Perawat memilih metode khusus dan memilih sekumpulan tindakan
alternatif untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang optimal.semua
kegiatan keperawatan harus menggunakan sumber-sumber yang tersedia melalui penetapan
tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
Implementasi keperawatan merupakan langkah berikutnya dalam proses
keperawatan. Semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan sauhan keperawatan pada
pasien harus direncanakana untuk menunjang tujusn pengobatan medis, dan memenuhi tujuan
rencana keperawatan. Implementasi rencana asuhan keperawatan berarti perawat
mengarahkan, menolong, mengobservasi, dan mendidik semua personil keperawatan yang
terlibat dalam asuhan pasien tersebut. Pementauan yang terus menerus terhadap personil
keperawatan dan pasien, termasuk evaluasi perilaku dan pendidikan, merupakan supervisi
keperawatan yang penting.
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan. Evaluasi merupakan
pertimbangan sistematis dan standar dari tujuan yang dipilih sebelumnya, dibandingkan
dengan penerapan praktek yang actual dan tingkat asuhan yang diberikan. Evaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat dibuat jika tujuan yang diidentifikasikan
5
sebelumnya cukup realistis dan dapat dicapai oleh perawat, pasien dan keluarga.

2.1.1 Manajemen Pada Tahap Pengkajian Keperawatan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian adalah:
1. Perawat memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan fisiologi,
psikologi, social, dan cultural.
2. Perawat memiliki pemahaman tentang proses keperawatan
3. Perawat memiliki pemahan tentang diri perawat sendiri, respons fisiologis, dan
psikologis
4. Perawat harus menerima pasien apa adanya.
5. Perawat harus berperan sebagai pengamat (observer), pendengar aktif, dan
mempunyai pengertian yang baik tentang informasi apa yang dikumpulkan, di mana,
dan bagaimana.
6. Perawat harus mengumpulkan data secara sistematis dan menggunakan pedoman
yang mudah dimengerti.
7. Perawat menggunakan teori-teori, seperti hierarki maslow tentang kebutuhan dasar
manusia, teori tentang adaptasi manusia, dan teori De Elizabeth Kubler-Ros tentang
reaksi pengalaman lalu dan sekarang.
8. Waktu yang diperlukan untuk pengkajian harus di prioritaskan sehingga perawat-
pasien dapat berkonsentrasi dalam kegiatan pengumpulan data.
9. Perawat harus memahami teknik komunikasi dan factor-faktor yang mempengaruhi
proses komunikasi.
10. Perawat harus memahami factor-faktor dikstraksi baik eksternal maupun internal
dari pasien.
11. Kedekatan dan kepercayaan antara perawat-pasien harus mendapat prioritas.
12. Perawat harus belajar”objective concen”, sering kontak dengan pasien yang memang
memerlukan bantuan perawat lebih karna kondisinya
13. Data harus dikumpulkan sesegera mungkin setelah pasien ada.
Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan pada tahap pengkajian adalah
wawancara, observasi dan pemerikasaan. Dalam pengumpulan data, perlu ditetapkan
kualifikasi tenaga keperawatan yang tepat, dan juga tempat, fasilitas, serta sarana
yang diperlukan.
2.1.2 Manajemen Pada Tahap Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan keputusan profesional dari perawat yang
menggambarkan kondisi pasiennya. Proses diagnosis mencakup pengelompokkan data,
analisis, dan merumuskan diagnosis. Diagnosis keperawatan ada yang bersifat actual,
potensial, dan possible. Perawat akan merumuskan diagnosis keperawatan harus mempunyai
pengetahuan yang luas tentang fisiologi-patologi, area masalah keperawatan, serta
kemampuan berpikir secara obyektif dan kritis.
Diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan harus dimasukkan dalam daftar masalah
keperawatan klien dan di tanda tangani oleh perawat yang bersangkutan.
2.1.3 Manajemen Pada Tahap Perencanaan Keperawatan
Jika perawat ingin memberikan asuhan keperawatan yang efektif kepada pasien,
perawat harus menggunakan lebih banyak pikiran dalam menyusun perencanaan. Perencana
akan menentukan jenis intervensi keperawatan.
Kesehatan merupakan salah satu alasan utama dalam perencanaan terutama di dalam
kebingungan dan disorganisasi aktivitas keperawatan di bangsal dan asuhan keperawatan
yang buruk. Semakin kompleks jenis asuhan pasien perencanaan akan semakin penting.
Perencanaan mencakup pengambilan keputusan dalam rangka memecahkan masalah pasien.
Pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan profesi, filosofi personal,
kesediaan menerima tanggung jawab mengambil keputusan dan kesediaan membantu
anggota tim lain untuk turut berkontribusi dalam asuhan keperawatan pasien.
2.1.4 Manajemen Pada Tahap Implementasi Keperawatan
Perawat profesional harus menggunakan semua teknik manajemen, yang salah satunya
adalah supervise. Selain itu, untuk membantu staf memberikan asuhan keperawatan dengan
baik, perawat harus mampu menggunakan sikap kepemimpinan yang meyakinkan bahwa
pasien benar-benar menerima asuhan yang diperlukan setiap waktu dan dengan cara seperti
yang diinginkan. Rencana asuhan pasien adalah daftar instruksi dokter dan kegiatan rutin,
biasanya mencakup pengobatan, obat-obatan, serta instruksi keperawatan. Sedangkan untuk
interaksi keperawatan biasanya disebut rencana asuhan keperawatan.
2.1.5 Manajemen Pada Tahap Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dalam rangkaian pemecahan masalah yang merupakan
bagian dari tanggung jawab setiap perawat profesional. Beberapa konsep dasar untuk
membantu dalam mengevaluasi pencapaian asuhan keperawatan adalah :
a. Selalu berpikir kritis dalam proses evaluasi
b. Criteria evaluasi harus dikembangkan untuk meyakinkan validitas, sehingga evaluasi
menjadi objektif
c. Standar asuhan keperawatan harus didefinisikan dengan jelas dan digunaka secara
konsisten
d. Partisipasi pasien dan keluarga dalam evaluasi sangat diperlukan, agar evaluasi
menjadi lebih tepat
Evaluasi asuhan keperawatan sangat menentukan gambaran dan kualitas asuhan
keperawatan. Untuk hal ini seharusnya diterapakan:
a. Penggunaan metode evaluasi yang tepat, yaitu mempelajari rencana asuhan
keperawatan, mengobservasi perilaku pasien sebagai respon terhadap asuhan
keperawatan, mempelajari catatan berorientasi masalah serta pencatatan keperawatan.
b. Audit keperawatan secara periodic
c. Pengumpulan umpan balik dari pasien tentang asuhan keperawatan yang diberikan.

2.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


2.2.1 Definisi MAKP
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart
&Woods, 1996).
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di ruamah sakit adalah keperawatan
tim dan keperawatan primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress,
maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan dalam pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuahan keperawatan
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
e. Kepuasan kinerja perawat
2.2.2 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan
dimasa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari
filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). Model pelayanan keperawatan dilaksanakan
berdasarkan tugas yang ditentukan oleh kepala unit keperawatan (head nurse). Model ini
cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
(Gillies, 1998; tomey, 1992).
1) Keuntungan:
 Perawat terampil untuk tugas tertentu
 Efisien, memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang praktek untuk keterampilan tertentu
2) Kerugian:
 Pelayanan keperawatan terpilah-pilah
 Sulit membangun hubungan perawat-pasien, karena tidak adanya saling percaya
 Kemungkinan pasien merasa tidak puas
b. Metode Asuhan Keperawatan Profesional Medular
Metode keperawatan medular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer dan
metode tim. Metode ini memilik kesamaan dengan metode primer dan metode tim (Gillies,
1994). Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat profesional
maupun non profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan di bawah
kepemimpinan seorang perawat profesional disamping itu dikatakan memiliki kesamaan
dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab
atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai
dengan waktu follow up care. Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode keperawatan medular, satu tim yang terdiri dari dua hingga tiga perawat memiliki
tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien sekitar 8-12 orang (Magargau, 1987). Hal ini
tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang dibutuhkan perawatan cukup memadai.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini
dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada
perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan
melatih non profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua tim tidak masuk tugas
dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya. Peran perawat kepala
ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan
anggota untuk bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta mivator.

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional Kasus


Metode manajemen kasus sering digunakan dalam perangkat pelayanan kesehatan
masyarakat, psikiatris, dan diadopsi dalam asuhan pasien rawat nginap, berfokus pada
populasi semua pasien penyakit dalam dan beresiko tinggi (Cardiac Arrest). Manajement
kasus adalah model yang digunakan untuk mengidentifikasi, koordinasi, dan monitoring
implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai asuhan yang diinginkan dalam periode
waktu tertentu.
Elemen penting dalam manajemen kasus meliputi:
1) Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayanan dan anggota kunci dalam
organisasi (administrator, dokter dan perawat).
2) Kualifikasi perawat manajer kasus.
3) Praktek kerjasama tim.
4) Kualitas system manajemen yang diterapkan.
5) Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerus.
6) Menggunakan “Critical pathway” (hasil) atau asuhan MAPS (Multidisciplinary
Action Plans) yaitu kombinasi “Clinical Path dengan Care Plans.
7) Promosi praktek keperawatan professional.
Dalam 1 unit diperlukan 2 manajer kasus yang bekerja mengkoordinasikan,
mengkomunikasikan, bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan memfasilitas asuhan
sekelompok pasien. Idealnya satu orang manajer kasus mempunyai 10-15 kasus pasien
dimana perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajar kasus dari masuk sampai
pulang. Bila diperlukan mengikuti perkembangan pasien dirawat jalan.
Keuntugan dari manajemen kasus meningkatnya mutu asuhan karena perkembangan
kesehatan pasien dimonitoring terus menerus sehingga selalu ada perbaikan bila asuhan yang
diberikan tidak memberikan perbaikan, dan adanya kerjasama yang harmonis antara manajer
kasus dengan tim kesehatan lain merupakan elemen penting yang mempengaruhi
meningkatnya mutu asuhan, menurunnya komplikasi dan biaya menjadi lebih efektif.
Manajer kasus melakukan monitoring terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh
tenaga perawat dan non keperawatan.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien, satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi intensive care. Metode ini berdasarkan
pendekatan holistic dan filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
dan observasi pada pasien terentu (Nursalam, 2002).
Metode ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk memberikan
asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien.
1) Keuntungan:
Asuhan yang diberikan komperhensi, berkesinambungan dan holistic.
2) Kerugian:
Kurang efisien karena memerlukan perawat professional dengan keterampilan tinggi
dan imbalan yang tinggi, sedangkan masih ada pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh
asisten perawat.
d. Model Asuhan keperawatan Profesional Primer
Adalah suatu metode pemberian askep dimana perawat profesional bertanggung jawab
dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam. Tanggung jawab
meliputi pengkajian pasien, perencanaan, implementasi, dan evaluasi askep dari sejak pasien
masuk ruma sakit hinggga pasien dinyatakn pulang, ini merupakan tugas utama perawat
primer yang dibantu oleh perawat asosiet. Menurut Gillies (1986) perawat menggunakan
metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer
(primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat komperhensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4-6 klien dan bertangggung jawabkan selama 24 jam selama klien dirawat di
rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang
klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggungjawab penuhselama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawatyang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
1) Keuntungan:
 Otonomi, motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat perawat meningkat.
 Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan
 Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien
 Terciptanya kolaborasi yang baik
 Penugasan pasien oleh seorang perawat primer
2) Kerugian
 Ruangan tidak memerlukan perawat pelaksana, harus perawat profesional
 Biaya yang diperlukan banyak
e. Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawtan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawtan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya koopreatif dan kolaboratif (Douglas, 1984).
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tangung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat.
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
1) Ketua tim sebagi perawat profesional harus mampu menggunakan teknik
kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruang.
Metode ini digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan dan kemampuannya. Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab anggota tim.
Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat
pada pasien. Ketua tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada
setiap pasien , dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan yang
telah di buat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua
tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota tim (konfrensi tim) guna
membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan membantu dalam
satu group kecil yang saling membantu.

1) Peran Kepala Ruangan


 Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf.
 Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
 Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan.
 Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan.
 Menjadi narasumber bagi ketua tim.
 Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
 Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
2) Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim
 Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan klien sejak masuk
sampai pulang
 Mengorientasikan klien yang baru dan keluarganya
 Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya
 Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
 Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim
 Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan
keperawatan
 Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan
 Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu
 Mengembangkan perencanaan pulang
 Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
anggota tim
 Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan lainnya
untuk membahas perkembangan kondisi pasien
 Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konfrensi
 Mengevaluasi pemeberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
pendokumentasiannya
3) Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Tim
 Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua tim.
 Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
 Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan
dan membuat rencana keperawatan.
 Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
 Membantu/bersama ketua tim mengorientasikan pasien baru.
 Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu
4) Tugas dan Tanggung Jawab Pembantu Keperawatan
 Membersihkan ruangan dan meja pasien.
 Menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk tindakan keperawatan.
 Membersihkan alat-alat yang telah digunakan.
 Membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.
 Mengurus pemberangkatan dan pemulangan pasien konsul.
 Mengatur urinal dan pispot pasien
Dalam keperawatan tim perawat profesional dapat mempraktikan kemampuan
kepemimpinannya secara maksimal. Kepemimpinan perawat ini menjadi kunci keberhasilan
praktek keperawatan dan menjamin asuhan keperawatan bermutu bagi pasien.

2.3 Metode Tim


1. Kelebihan Metode Tim
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
 Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
 Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim
2. Kelemahan Metode Tim
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu karena sulit untuk melaksanakannya pada waktu-waktu
sibuk.
3. Konsep Metode Tim
Secara garis besar,konsep keperawatan tim ini terdiri atas beberapa poin yang harus
dilaksanakan, yaitu:
 Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
tehnik kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
 Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
 Peran kepala ruangan dalam metode tim ini sangat penting. Artinya metode tim ini
akan berhasil dengan baik hanya bila didukung oleh keperawatan ruagan
4. Tanggung Jawab Anggota Tim
 Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.
 Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
 Memberikan laporan
5. Tanggung Jawab Ketua Tim
 Membuat perencanaan
 Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
 Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
 Mengembangkan kemampuan anggota
 Menyelenggarakan konferensi
6. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
1) Perencananaan
a) Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan
pulang bersama ketua tim
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengikuti visitedokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan
medis yang dilakukan yang akan dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:
 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
 Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
 Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
Rumah Sakit
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 2-3 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
h) Mendeegasikan tugas kepala ruangan tidak berada di tempat, kepada ketua tim
i) Memberi wewenangkepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
j) Identifikasi masalah dan cara penanganannya
3) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan dan penugasan kepada ketua tim
b) Memberikan pujian kepada anggota tim dan melaksanakan tugas dengan baik
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap pentingdalam berhubungan dengan
askep pasien
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
g) Menigkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain (Nursalam, 2011).

2.4 Pengelolaan Obat (Sentralisasi Obat)


2.4.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan di mana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuh oleh perawat ( Nursalam, 2007).
2.4.2 Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi.

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling mengapa obat perlu disentralisasi.
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih murah
dengan mutu yang terjamin memiliki efetifitas dan keamanan yang sama.
3. Merepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “ hanya untuk mencoba”.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa sesudah
batas kadarluasa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif.
8. Meletakan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc Mahon, 1999).
2.4.3 Teknik Pengelolaan Obat (Sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1. Penanggungjawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan obat.
a. Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang telah
diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
terima obat.
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila
perlu) dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau
pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan
penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut akan habis. Serta penjelasan
tentang 5T ( Jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapat salinan obat yang harus diminum
beserta kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat
( Nursalam, 2007).
4. Pembagian Obat.
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian
obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat; dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter dan kartu obat
yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat,
jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke
perawat setelah obat dikomsumsi. Pantau efek samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau
petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-
obatan yang hamper habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian
dimintakan resep (jika masih perlu dilajutkan) kepada dokter penanggungjawab
pasien (Nursalam, 2007).
5. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penamabahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat
dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
b. Pada pemberiaan obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masukann obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga pasien dengan kartu khusus obat (Nursalam,
2007).
6. Obat khusus.
a. Obat yang dikatagorikan khusus apabila sedian memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan
wadah obat sebaiknyadiserahkan atau ditunjukan kepada keluarga setelah
pemberian obat ( Nursalam, 2007).
Seorang manejer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan
cara-cara berikut ini:
 Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf;
 Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan gantungkan di
dinding;
 Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat;
 Beritahukan kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat;
 Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat setia
minggu pada waktu pertemuan staf;
 Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di perpustakaan
( Mc Mahon, 1999).

2.4.4 Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2002)

DOKTER
Koordinasi dengan Perawat
PASIEN/KELUARGA

FARMASI/APOTIK
- Surat Persetujuan
Sentralisasi Obat dari
PASIEN/KELUARGA
Perawat
- Lembar serah terima obat
- Buku Serah Terima /
PP/PERAWAT YANG MENERIMA Masuk Obat

PENGATURAN & PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

PASIEN/KELUARGA

Gambar 2.1 Diagram Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

2.4.5 Menyimpan persedian obat


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan persediaan obat, antara lain
sebagai berikut:
1. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis etiket
dan alamat pasien. Penyimpanan stok (persedian) yang teratur dengan baik
merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam
buku besar persedian atau dalam kartu persedian.
2. Sistem kartu persedian.
Sebuah kartu persedian (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikan
buku besar persedian. Kartu ini berfungsi seperti buku besar persediaan, yakni neraca
diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan
jumlah barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu
persedian, masing-masing barang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
3. Lemari obat .
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari
pendingin.Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan oral
(untuk diminum) dan obat luar.
Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis
karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat
diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus ada dalam persedian setiap
rumah sakit sebagai bahan utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health
provider. Manajemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang
dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu penujang untuk tercapainya tujuan serta
sasaran didirikannya suatu rumah sakit. Upaya dan kegiatan ini meliputi: penetapan standar
obat, perencanaan pengadaan obat, penyimpanan, pendistribusian/ saran/ informasi tentang
obat, monitoring efek samping obat.
Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan yang cepat, ramah disertai
jaminan tersedianya obat dengan kualitas yang baik. Obat yang baik akan memberi manfaat
kepada pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya rumah sakit. Persedian
obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek
sampingseperti kadaluarsa dan rusak. Tujuan sistem manajemen obat adalah penggunaan obat
yang tepat untuk pasien yang memerlukan pengobatan. Obat-obatan yang dikeluarkan dari
tempat penyimpanan yang terkunci atau dalam lemari penyimpanan, oleh orang yyang
bertugas menangani persediaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu. Obat
digunakan secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui: hal ini memungkinkan
pemantauan (observasi) dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam
mengawasi pengeluaran obat akan memungkinka n perawat mengetahui kapan pemesanan
ulang, mencocokan pemakaian obat dengan pengobatan pasien, segera sadar akan
ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa perubahan pemakaian obat (Mc Mahon,
1999).
2.5 perencanaan pulang (discharge planinng)
Perencanaan pulang (discharge planinng) merupakan komponen yang terkait dengan
rentang ners. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan yang
berkelanjutan yang artinya keperawatan keperawatan yang selalu dibutuhkan dimanapun
pasien berada. Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari progam keperawatan
pasien yang dimulai segera setelah pasien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses
yang mengambarkan usaha kerjasama antara tim kesehatan, keluarga, pasien, dan orang yang
penting bagi pasien, perencanaan pulang merlukan proses yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan
mandiri dirumah yang didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan professional
pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan menggantur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah
pasien yaitu pencegahan, terapiutik, rehabilitative, serta keperawatan rutin dan sebagainya
(Nursalam, 2014).
1. Alur discharge planning

Dokter dan tim


Ners PP
kesehatan lain
dibantu PA

Penentuan keadaan pasien

1 klinis dan pemeriksaan


penujangg lain

2. tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang
Penyelesaian administrasi Lain -lain

Program HE
 Control dan obat nersan
 Nutrisi
 Aktivitas dan istirahat
 Perawatan diri

Monitor
( sebagai program service safty)
Oleh keluarga dan petugas

Gambar 2.1 Diagram Alur perencanaan Pulang


(

BAB III
PENGKAJIAN

3.1. Gambaran umum Rumah Sakit

3.1.1 Sejarah RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Commented [W82]: Masukan bab 2

Gagasan untuk mendirikan rumah sakit milik pemerintah Kabupaten


Pasuruan, berawal dari keberadaan Puskesmas Bangil sebagai puskesmas
perawatan dengan fasilitas sebanyak 77 tempat tidur. Dalam perkembangannya
karena tuntutan kebutuhan akan pelayanan rujukan yang belum dimiliki Kabupaten
Pasuruan, maka perlu untuk didirikan Rumah Sakit yang merupakan Rumah Sakit
milik Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
1. Rumah Sakit Umum Daerah Bangil sebagai Rumah Sakit Kelas D
Pada tanggal 19 Desember 1979 oleh Gubernur Jawa Timur diresmikan
Rumah Sakit Umum Bangil yang berlokasi di Jalan dr. Soetomo No. 101
Bangil.
2. Rumah Sakit Umum Daerah Bangil sebagai Rumah Sakit Kelas C
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 206/Menkes/SK/II/1993
tanggal 26 Februari 1993, RSUD Bangil meningkat kelasnya menjadi Rumah
Sakit Umum Kelas C.
3. RSUD Bangil pindah di Jalan Raya Raci Bangil
Mengingat makin meningkatnya jumlah kunjungan ke RSUD Bangil serta
makin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang lebih canggih
dikaitkan dengan keterbatasan lahan untuk pengembangan rumah sakit maka
pada tanggal 18 Maret 2008 RSUD Bangil dilakukan relokasi dari yang berada
di Jalan dr. Soetomo No. 101 Bangil ke Jalan Raya Raci Bangil.
4. Rumah Sakit Umum Daerah Bangil sebagai Rumah Sakit Badan Layanan
Umum Daerah.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam pemberian
jasa pelayanan kesehatan dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan maka pada tanggal 24 Februari 2012 RSD Bangil ditetapkan sebagai
Rumah Sakit BLUD. Dengan status BLUD tersebut maka RSUD Bangil lebih
mengembangkan kegiatan pelayanan, baik medik maupun non medik terutama
melalui kerja sama dengan pihak lain.
3.1.2 Visi dan Misi RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Commented [W83]: Masukan bab 2

Ketetapan mengenai Visi dan Misi RSUD Bangil tertuang dalam Keputusan
Bupati Nomer 800/360/HK/424.013/2009, Visi RSUD Bangil adalah ‘Rumah Sakit
BLUD yang Profesional dan berorientasi kepada Pelanggan’. ‘Rumah Sakit
BLUD’ dalam arti RSUD Bangil dapat mencukupi seluruh pembiayaan operasional
pelayanan dengan pendapatan fungsionalnya melalui pengelolaan manajemen dan
pelayanan kesehatan dengan baik. ‘Profesional’ yang berarti pelayanan diberikan
oleh tenaga yang berkompeten di bidangnya, pelayanan yang diberikan tidak
membeda-bedakan jenis pasien serta mengedepankan service excellent dalam
pemberian pelayanan. ‘Berorientasi kepada Pelanggan’ yaitu kepuasan pasien dan
keluarganya serta seluruh stakeholder (eksternal dan internal) harus menjadi fokus
dari seluruh komponen dan fungsi di RSUD Bangil.
Misi RSUD Bangil adalah sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan prima.
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
(SPO), Standar Profesi serta Pedoman Diagnosis dan Terapi yang dilaksanakan
oleh SDM yang profesional serta didukung pelayanan informatif yang mudah
dipahami oleh pelanggan.
2. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan SDM rumah sakit.
Seluruh karyawan di rumah sakit telah memiliki kompetensi yang sesuai dengan
tugas masing-masing serta menerima penghargaan sesuai dengan kontribusinya
terhadap kinerja rumah sakit.
3. Meningkatkan Mutu Sarana dan Prasarana Rumah Sakit.
Seluruh sarana dan prasarana rumah sakit selalu disesuaikan dengan
perkembangan teknologi kesehatan/kedokteran dan tetap terjaga dalam keadaan
siap pakai. Mengelola sumber daya rumah sakit secara efektif dan efisien.
Menerapkan prinsip efisiensi dan efektifitas serta pertimbangan ekonomi yang
logis dalam pengelolaan sumber daya rumah sakit menuju peningkatan
kemampuan pembiayaan operasional.

3.1.3 Motto RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Commented [W84]: Masukan bab 2

Motto pelayanan RSUD Bangil adalah ‘Lebih Peduli dan Berkualitas


dalam Pelayanan’. ‘Peduli’ berarti seluruh jajaran petugas memberikan
pelayanan dengan sepenuh hati atau ikhlas tanpa memandang tingkat
Pendidikan, Sosial dan Ekonomi masyarakat. ‘Berkualitas’ berarti menunjukkan
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan RSUD Bangil dalam menimbulkan
rasa puas pada diri setiap pasien dan keluarganya (customer satisfaction).
Untuk mendukung visi, misi dan motto pelayanan tersebut, nilai-nilai
dasar yang digunakan di RSUD Bangil sebagai acuan bagi seluruh karyawan
yang selanjutnya dalam jangka panjang diharapkan menjadi karakter dan budaya
organisasi dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Nilai-nilai dasar
tersebut adalah :
a. Jujur, berperilaku sebagai insan yang beriman, jujur dan bekerja keras
dalam segala aspek pelayanan.
b. Tanggungjawab, keyakinan terhadap tatanan dalam memberikan pelayanan
yang berlandaskan pada kaidah ilmiah dankaidah profesi serta tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
c. Visioner, berkomitmen dan mendahulukan kepentingan organisasi, serta
selalu menjaga keseimbangan Intelectual Quotion (IQ), Emotional Quotion
(EQ), dan Spiritual Quotion (SQ).
d. Disiplin, melaksanakan pekerjaan tepat waktu dan mengikuti aturan yang
telah ditetapkan.
e. Kerjasama, penuh empati dan mampu bekerjasama dengan sejawat, atasan,
bawahan dan pelanggan menuju pemberian pelayanan yang bermutu.
f. Adil, berpikir positif, ikhlas, terbuka dan mampu menerima kritik dan
masukan untuk pembaharuan dalam mewujudkan keberhasilan bersama.
g. Peduli, memberikan perhatian dan solusi terhadap kesulitan dan keluhan
dari rekan kerja dan pelanggan.
Implementasi dari nilai-nilai dasar tersebut di atas dalam wujud sikap dan
perilaku yang diharapkan dari seluruh petugas dalam memberikan pelayanan
adalah :
a. SENYUM, memberikan senyum dengan tulus pada setiap orang yang temui
di rumah sakit.
b. SALAM, menyapa dengan perkataan yang baik, menyebarkan kedamaian
di lingkungan rumah sakit.
c. SABAR, bersabar menghadapi segenap keluhan pelanggan karena mereka
mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda.

3.1.4 Tujuan dan Sasaran RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Commented [W85]: Masukan bab 2

1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan adalah
‘Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat’.
2. Sasaran
Sasaran yang ingin diwujudkan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
meliputi:
a. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya kunjungan masyarakat.
c. Meningkatnya layanan rawat inap.
d. Meningkatnya mutu layanan ibu dan anak.
e. Meningkatnya mutu pelayanan pada pasien.

3.1.5 Kebijakan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Commented [W86]: Masukan bab 2

Kebijakan peningkatan kepuasan pelanggan melalui fokus pelanggan


dilakukan melalui:
1. Kebijakan pengendalian biaya dan penata usahaan keuangan untuk
memperbaiki pengelolaan keuangan BLUD.
2. Kebijakan rekruitmen tenaga profesional dan peningkatan kompetensi SDM.
3. Kebijakan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat di Kabupaten Pasuruan.
4. Kebijakan penyediaan sarana dan prasarana layanan yang memadai.
3.1.6 Gambaran Umum Ruangan Krisan RSUD Bangil. Commented [W87]: Masukan bab 2

a. Analisa Situasi Rumah Sakit dan Ruang Krisan


Ruang Krissan (Neuro) merupakan salah satu ruang Rawat Inap dewasa
khusus pasien dengan gangguan sistem saraf. Ruang Krissan (Neuro) adalah
salah satu ruangan di RSUD Bangil yang digunakan sebagai ruangan untuk
praktik manajemen Keperawatan Program Studi Profesi Ners STIKes
Kendedes Malang. Ruangan ini berada di lantai 1 serta di batasi oleh :
1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan menuju IGD
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Ruangan Bangsal Melati
3. Sebelah timur berbatasan dengan Ruang Hemodialisa
4. Sebelah Barat berbatasan dengan IGD
Fasilitas untuk perawat :
1. Nurse Station
- Terdapat 2 Nurse station
- Administrasi
2. Kamar mandi dan WC
- Terdapat 3 kamar mandi (1 kamar mandi perawat dan 2 kamar mandi
pasien).
- Dan 1 kamar cuci tangan sekaligus pembersihan alat
3. Ruang Alat kesehatan (Ruang bersih)
4. Gudang
3.1.7 Visi, Misi Dan Motto Keperawatan Ruang Krissan (Neuro) Commented [W88]: Masukan bab 2

3.1.7.1 Visi :

Menjadikan ruang Neuro sebagai ruang rawat inap yang aman


dan nyaman dalam proses asuhan keperawatan yang profesional.
3.3.7.2 Misi :
1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia keperawatan
Neuro
2. Memberikan asuhan keperawatan Neuro yang optimal
3. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan (patient savety) di
Ruang Neuro
4. Memberikan perlindungan terhadap pasien, keluarga dan tenaga
paramedis dari resiko infeksi nosokomial
5. Terwujudnya ruang Neuro sebagai ruang rawat inap percontohan
di RSUD Bangil.
3.3.7.3 Motto Commented [W89]: Masukan bab 2

“3R (Rawat, Rapi, Resik)”


3.3.8 Struktur Organisasi
Ruang Krissan (Neuro) dipimpin oleh seorang kepala ruangan di bantu oleh 1
orang administrasi, 1 orang logistik, 1 orang SDM, 1 orang mutu pelayanan,
2orang Ka.Tim, dan beberapa perawat, dan cleaning service dengan struktur
organisasi sbb:
A. Struktur Organisasi dan Tupoksi

Kepala Ruang

Titik Fadilah, Amd.Kep

Administrasi Logistik SDM Asuhan Keperawatan

Dina R, Amd.Kep Hertha W, S.Kep, Ns Titik F, Amd. Kep Kurniawati, Amd. Kep

Katim I Katim II

Dina Rochmawati, Amd.Kep Kurniawati, DS, Amd. Kep

Pagi Sore Malam

PJS PJS PJS

PA PA PA

Gambar : 2.2 Struktur organisasi ruang Krissan


A. PENGUMPULAN DATA

1. Sumber Daya Manusia (M1-MAN) Commented [W810]: Inti dari M1 adalah mengetahui
perbandingan antara jumlah perawat dan jumlah pasien dengan
pegaplikasian model asuhan keperawatan yang ada di ruangan
A. Ketenagaan tersebut

 Struktur Organisasi

 Jumlah Tenaga di Ruang Krissan

a). Keperawatan

NO NAMA Di krissan Pendidikan Golongan

1 Titik Fadilah , Amd.Kep April 2014 D III II C

2 Kurniawati DS , Amd.Kep 1 bulan D III III A

Dina Rochmawati ,
3 April 2014 D III II C
Amd.Kep

4 Hertha W , S.Kep,Ns April 2014 S1 III A

5 Kharisma H , S.Kep,Ns April 2014 S1

6 Mastufa , Amd.Kep Juli 2014 D III

Desember
7 Yuni Rafika , Amd.Kep D III
2015

8 Iwan Fanani , S.Kep,Ns April 2014 S1

Desember
9 Aden M , Amd.Kep D III
2015

10 Eka Devi , Amd.Kep Juli 2014 D III

Desember
11 Nunuk Tri , Amd.Kep D III
2014

12 Isni , Amd.Kep April 2014 D III


No Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis

1 Karyawan tetap/ PNS : 1 org


S1 Karyawan Magang: 2 org
3 org 2,5 Th : 3 org
keperawatan
2. D3 Karyawan PNS 3 org
Keperawatan 9 org Karyawan Magang 6 org

3 Mahasiswa 3 minggu 35 mahasiswa


19 org
Profesi 6 minggu
Mahasiswa 1 minggu
16 org
Keperawatan

Mahasiswa 0 minggu
0 org
Kebidanan
Total 47 org
b). Tenaga Non Keperawatan

No Kualifikasi Jumlah Jenis


1 Dokter 7 - Saraf 2 org
- Bedah saraf 1 org
- Ipd 1 org
- Jantung 1 org
- Paru 2 org

2 Administrasi 1

3 Cleaning Service (pagi) 1

4 Ahli Gizi 1

Total 10 10

B. Kebutuhan Tenaga

Presentase total pasien tingkat ketergantungan klien di Ruang krissan berdasarkan pengkajian

tanggal 13 desember 2016

NO NAMA KAMAR DX MEDIS M P T


1 Tn. Ak A1 CVA Bleeding + HT 
2 Tn. S A2 ICH 
3 Tn. A A3 CVA Infark 
4 Tn. Dj A4 CVA Infark 
5 Tn. K A5 CVA Bledding 
6 Tn. M A6 CVA Infark 
7 Tn. Sm A7 S.GBS + Retensi Urin 
8 Tn. S A8 CVA Infark 
9 Tn. Sl A9 Spondilitis TB + CKD 
10 Ny. L B1 CVA Infark 
Tn.
11 B2 CVA Infark + AVF 
SLH
12 Ny. Su B3
13 Ny. Ns B4 CVA Infark 
14 Ny. Sm B5 CVA Bleeding + HT 
15 Ny. Ws B7 CVA Infark 
Ny.
16 B8 TIA + HT Stage I 
Hus
17 Ny. Fr B9 CVA Infark 
Ny.
18 B11 CVA Bleeding + TB Paru 
Tar
19 Ny. Hf B12 ICH 
20 Ny. Sn B11 CVA Infark 
21 Ny. Sw B5 CVA Infark 
22 Ny. Kh B3 Epilepsi 

1) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari yaitu :

a. Keperawatan Langsung

Keperawatan mandiri 0 orang pasien × 2 jam = 0 jam

Keperawatan parsial 9 orang pasien × 3 jam = 27 jam

Keperawatan total 10 orang pasien ×6 jam = 60 jam

Jumlah 87 jam

b. Keperawatan Tidak langsung 19 orang pasien × 1 jam = 19 jam

c. Penyuluhan kesehatan 19 orang pasien × 0,25 jam = 4,75 jam

Total jam keseluruhan = 23,75 jam

2) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah

23,75 jam ÷ 19 pasien = 1,25

3) Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung dengan

menggunakan rumus Gillies di atas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut :

= 13,71
4 jam/pasien/hari × 19 pasien/hari × 365 hari

( 365 hari – 76 ) × 7 jam

20 % x 22 = 4,4

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 14 + 4 = 18 orang

4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu :

19 orang x 5,28 jam = 14,33 = 14 perawat

7 jam

5) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu :

a. Sif pagi 47 % x 14 = 6,58 perawat = 6 perawat

b. Sif sore 36 % x 14 = 5,04 perawat = 5 perawat

c. Sif malam 17 % x 14 = 2,38 perawat = 2 perawat

Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari:

Libur /tahun x jumlah kebutuhan perawat / jumlah efektif sif pertahun =

86 x 19 / 297 = 5,69= 6

– = orang

Keterangan : tenaga tersedia = perawat

Kekurangan tenaga = perawat

Prosentase total pasien tingkat ketergantungan klien di Ruang krissan berdasarkan pengkajian

tanggal 14 desember 2016

NO NAMA KAMAR DIAGNOSE MEDIS M P T


1 Tn. Abd. A1 CVA. Bleeding + HT 
2 Tn. S A2 ICH 
3 Tn. A A3 CVA Infark 
4 Tn. AL A4 CVA Bleeding 
5 Tn. S A5 Abs. Serebri 
6 Tn. S A6 CVA Bleeding 
7 Tn. SF A7 GBS + Retensi Urine 
8 Tn. S A8 CVA Infark 
9 Tn. M A9 CVA Bleeding 
10 Tn. M A10 CVA Bleeding 
11 Ny. Kh B1 CVA Infark 
12 Ny. S. B2 CVA Bleeding + TB Paru 
13 Nn. Kh B3 Epilepsi 
14 Ny. N B4 CVA Bleeding 
15 Ny. S B5 CVA Infark + Melena 
16 Ny. L B6 Vertigo 
17 Ny. H B7 TIA + HT Stage I 
18 Ny. S B8 CVA + HT 
19 Ny. F B9 CVA Infark 
20 Ny. Aw B10 CVA Infark + DM 
21 Ny. S B11 CVA Infark 
22 Ny. H B12 IPD + BS 

1) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari yaitu :

d. Keperawatan Langsung

Keperawatan mandiri 2 orang pasien × 2 jam = 4 jam

Keperawatan parsial 7 orang pasien × 3 jam = 21 jam

Keperawatan total 13 orang pasien × 6 jam = 78 jam

Jumlah 103 jam

e. Keperawatan Tidak langsung 22 orang pasien × 1 jam = 22 jam

f. Penyuluhan kesehatan 22 orang pasien × 0,25 jam = 5,5 jam

Total jam keseluruhan = 27,5 jam

2) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah

27,5 jam ÷ 22 pasien = 1,25

3) Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung dengan

menggunakan rumus Gillies di atas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut :

4 jam/pasien/hari × 22 pasien/hari × 365 hari

( 365 hari – 76 ) × 7 jam = 15,87 = 16

20% x 22 = 4,4

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 14 + 4 = 18 orang

4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu :

19 orang x 5,28 jam = 14,33 = 14 perawat


7 jam

5) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu :

d. Sif pagi 47 % x 14 = 6,58 perawat = 6 perawat

e. Sif sore 36 % x 14 = 5,04 perawat = 5 perawat

f. Sif malam 17 % x 14 = 2,38 perawat = 2 perawat

Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari:

Libur /tahun x jumlah kebutuhan perawat / jumlah efektif sif pertahun =

86 x 19 / 297 = 5,69= 6

19 – 6 = 13 orang

Keterangan : tenaga tersedia = perawat

Kekurangan tenaga = perawat

pengkajian tanggal 14 desember 2016 Commented [W811]: Ini kok tanggal 14 lagi?

NO NAMA KAMAR DIAGNOSE MEDIS M P T


1 Tn. Abd. A1 CVA. Bleeding + HT 
2 Tn. S A2 ICH 
3 Tn. A A3 CVA Infark 
4 Tn. AL A4 CVA Bleeding 
5 Tn. S A5 Abs. Serebri 
6 Tn. S A6 CVA Bleeding 
7 Tn. SF A7 GBS + Retensi Urine 
8 Tn. S A8 CVA Infark 
9 Tn. M A9 CVA Bleeding 
10 Tn. M A10 CVA Bleeding 
11 Ny. Kh B1 CVA Infark 
12 Ny. S. B2 CVA Bleeding + TB Paru 
13 Nn. Kh B3 Epilepsi 
14 Ny. N B4 CVA Bleeding 
15 Ny. S B5 CVA Infark + Melena 
16 Ny. L B6 Vertigo 
17 Ny. H B7 TIA + HT Stage I 
18 Ny. S B8 CVA + HT 
19 Ny. F B9 CVA Infark 
20 Ny. Aw B10 CVA Infark + DM 
21 Ny. S B11 CVA Infark 
22 Ny. H B12 IPD + BS 

6) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari yaitu :

g. Keperawatan Langsung

Keperawatan mandiri 2 orang pasien × 2 jam = 4 jam

Keperawatan parsial 7 orang pasien × 3 jam = 21 jam

Keperawatan total 13 orang pasien × 6 jam = 78 jam

Jumlah 103 jam

h. Keperawatan Tidak langsung 22 orang pasien × 1 jam = 22 jam

i. Penyuluhan kesehatan 22 orang pasien × 0,25 jam = 5,5 jam

Total jam keseluruhan = 27,5 jam

7) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah

27,5 jam ÷ 22 pasien = 1,25

8) Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung dengan

menggunakan rumus Gillies di atas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut :

4 jam/pasien/hari × 22 pasien/hari × 365 hari

( 365 hari – 76 ) × 7 jam = 15,87 = 16

20% x 22 = 4,4

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 14 + 4 = 18 orang

9) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu :

19 orang x 5,28 jam = 14,33 = 14 perawat

7 jam

10) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif, yaitu :

g. Sif pagi 47 % x 14 = 6,58 perawat = 6 perawat

h. Sif sore 36 % x 14 = 5,04 perawat = 5 perawat


i. Sif malam 17 % x 14 = 2,38 perawat = 2 perawat

Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari:

Libur /tahun x jumlah kebutuhan perawat / jumlah efektif sif pertahun =

86 x 19 / 297 = 5,69= 6

19 – 6 = 13 orang

Keterangan : tenaga tersedia = perawat

Kekurangan tenaga = perawat

C. BOR

perhitungan BOR

a. BOR pasien diruang krissan

TANGGAL Jumlah BOR KETERA

Bed Bed NGAN


NO
keseluru terpakai

han

1 13 Desember 2016 22 22 22/22 x 100%= 100 %

2 14 Desember 2016 22 22 22/ 22 x 100% = 100%

3 15 Desember 2016 22 22 22/22 x 100% = 100%

D. Diagnosis Terbanyak

Dari tanggal 13 des – 15 des diagnosis terbanyak adalah :

1. CVA Infark = 18

2. Hipertensi =5

3. ICH =4

4. CVA Bleeding = 18
E. Perhitungan Beban Kerja Perawat

Adapun pembagian jam kerja secara normative pada setiap sif pada ruang Krissan

sebagai berikut :

a. Sif pagi dimulai pukul 07.00-14.00 (7 jam)

b. Sif sore dimulai pukul 14.00-20.00 (6 jam)

c. Sif malam dimulai pukul 20.00-07.00 (11 jam)

F. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Langsung Pada Sif Pagi Commented [W812]: Ini tidak usah

1. Memberikan obat kepada pasien

2. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, nutrisi

3. Memenuhi kebutuhan eliminasi BAB

4. Memenuhi kebutuhan Eliminasi Urine

5. Memenuhi kebutuhan rawat luka

6. Memenuhi kebutuhan oksigen

7. Menyiapkan specimen lab

8. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aman

9. Observasi Px

10. Melakukan tindakan ECG

11. Mengukur TTV

12. Pendidikan Kesehatan

13. Persiapan operasi

G. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Tidak Langsung Pada Sif Pagi Commented [W813]: Ini tidak usah

1. Pendokumentasian catatan medic

2. Telekomunikasi dengan ruang lain

3. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan lingkungan


4. Persiapan dan sterilisasi alat

H. Pelaksanaan Kegiatan Non Produktif

1. Pergi keperluan pribadi

2. Makan dan minum

3. Toilet

4. Telepon pribadi

5. Duduk di Ners Station.

Alur Pasien Masuk Ruang Krissan Commented [W814]: Ini lebih tepat masuk di metode di
penerimaan pasien baru

PASIEN
DATANG

UGD POLI KLINIK

REKAM MEDIK

RUANG LAIN RUANG krissan

 Pulang Sembuh
PINDAH RUANG
 Pulang Paksa PERAWATAN

 Meniggal

ICU RUANG LAIN


Gambar 1.2 Alur Penderita Masuk Ruang krissan

2. Sarana dan Prasana (M2-Material) Commented [W815]: Tabel yang masih kosong tolong di isi

Proses manajemen keperawatan dan kegiatan pembelajaran manajemen

keperawatan mahasiswa Program Praktek Profesi S1 Keperawatan UNITRI Malang

mengambil tempat di ruang Krissan RSUD Bangil. Pengkajian data awal pada tanggal

13-15 Desember 2016. Adapun data yang didapat sebagai berikut:

a. Lokasi dan Denah Ruangan

Pintu masuk

Ruang Bersih

Toilet Petugas dan


Pasien

Sekat Tembok
Sekat Tembok

Ruang Konsultasi/ Ruang


Ruang transit IGD Dokter

Sekat Tembok
Sekat Tembok

Ruang Ruang Perawat Spoel Hock


Karu

Sekat Tembok

Ruang Krissan A
Sekat Tembok

Ruang Krissan B
u
T B
Gambar 3.3 Denah Ruang Krissan

b. Lingkungan Kerja
S
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 13-15 des didapatkan gambaran
kapasitas tempat tidur di ruang Krissan 22 tempat tidur dengan rincian sebagai
berikut:
1. Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang krissan:
Krissan A : 10 bed

Krissan B : 12 bed

2. Gambaran jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktek manajemen


keperawatan.
Krissan A : 10 bed

Krissan B : 12 bed

c. Peralatan dan Fasilitas


1. Peralatan
2. Inventaris Barang
Daftar-Daftar Inventaris Barang
No Nama Alat Baik Rusak Tambahan Usulan
1 Bed Pasien 22
3 Meja Pasien 22
4 Kasur Pasien 22
7 Papan story 1
8 Standart infus bed side 22
9 Kursi bundar sandaran 4
10 Kursi sandaran 2
beronda
11 Meja Kayu 1
12 Meja nurse 1
station/computer
13 Lemari kayu 1
14 Lemari alkes/aldok 1
15 lemari obat emergensi 1
16 Lemari linen 1
17 lemari obat pasien 1
18 Lemari perlengkapan 1
19 Loker besi petugas 1
20 Troli injeksi 2
21 Troli o2 transport 1
22 Troli o2 tabung 1
23 Troli Barang 1
25 AC 5
26 Lemari 2
Dokumen+map
37 Wayer / kipas dinding 1
39 Lemari es 1
40 Dispenser 1
42 Galon Air 2
44 Tempat Sampah 3
45 Tempat sampah Injak 3
46 Tempat tenun kotor 1
48 Tempat besar hijau 1
49 Rak Sepatu 1
50 Kabel listrik panjang 1
51 Kursi duduk pasien isi 2
3

2. Inventaris Alat

Daftar-Daftar Inventaris Alat

No Nama Alat Baik Rusak Tambaha Usulan


n

5 Tensi meter jarum 1


6 Tensi meter berdiri 1
7 Tensi meter lipat 1
10 Stetoskop dewasa 3
11 Termometer manual
12 Termometer digital 1 1
13 Lampu tindakan 1
14 Lampu baca rontgen 1
15 Manometer tabung 2
16 Manometer sentral 10
17 Tabung O2 besar 3
18 Tabung O2 transpot 1
19 Suction 1
20 Nebulezer 1
21 Infus Pump 2
22 Syinge pump 2
23 Ambag
25 Senter 1
26 Tromol besar 2
27 Tromol sedang 1
28 Bak intrumen putih
29 Bak intrumen steinlles
30 Kom tutup
31 Kom tanpa tutup
32 Bengkok steinlles
33 Gunting lancip
34 Gunting verban
35 Gunting AJ
36 Gunting jaringan 1
37 Korentang 0
38 Klem 2
39 Klem jarum/nalvoider
40 Klem arteri
42 Pinset anatomi
43 Pinset chirurgie
44 Tongstatel
45 Kunci inggris
46 Kabel liktrik panjang 1
47 EKG 1
48 Monitor 1
49 Spuit Gleserin 3

3. Inventaris Alat Tenun


Laporan Inventaris Alat Tenun di Ruang Anak

Tanggal
No Nama Alat Baik Rusak Tambahan Jumlah Terima
Laken (sprei) 30 Kembali
1 ke loundry
2 Perlak 31
Sarung Bantal 30 Kembali
3 ke loundry
5 Sarung Guling 20
6 Stik laken 20
7 Waslap 8
8 Scort kain 12
9 Scort Plastik 6
10 Tutup meja
11 Selimut 22
Korden plisket kecil
12 hijau - - -
Korden plisket besar
13 putih - - -
14 Korden Vitran besar - - -
15 Korden Vitran kecil - - -
16 Kasur spon lama - - -
17 Bantal 10
18 Guling 10
4. Inventaris Alat Pencatatan

Laporan Inventaris Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Anak

Kondisi Kondisi Kondisi Keterangan


No Nama Alat Jmlh Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1 Kertas Hvs 70 Gr - V Habis Terpakai
1
2 Amplop Sedang PAK V Habis Terpakai
4
3 Buku Skrip BIJI V Habis Terpakai
1
4 Buku Folio 100 BIJI V Habis Terpakai
4
5 Blanko Resep PAK V Habis Terpakai
3
6 Isi Staples Kecil PAK V Habis Terpakai
SPIDOL BESAR 6
7 Permanen BIJI V Habis Terpakai
8 Tip-X 1 V Habis Terpakai
Spidol White
9 Board 1 Habis Terpakai
Tinta Komp.
10 Warna 0 V Habis Terpakai
Klip Kertas
11 Kecil/Besar 2/1 V Habis Terpakai
12 Stamp Pad 1 V
13 Penghapus 0 V
14 Glukol 1 V Habis Terpakai
15 Staples Besar 1 V
16 Binder Klip 1 V Habis Terpakai
17 Pensil 2 V Habis Terpakai
Amplop 1/1/
18 Kcl/Bsr/Coklat 1 V Habis Terpakai
19 Spidol Blu/ Red 1/1 V Habis Terpakai
20 Stabilo 0 V Habis Terpakai
21 Penggaris 2 V

5. Inventaris Alat Medis

Daftar-Daftar Inventaris Alat Medis di Ruang Anak

Kondisi Kondisi Kondisi Ideal Usulan


No Nama Alat Jmlh Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1 Ambo bag 3 3 -
2 ECG 1 1 -
3 Infus Pump 1 1 -
5 Manometer O2 -
Manometer -
6 sentral 10 10
7 Syring Pump 2 2 -
8 Suction Pump 4 4 -
10 Monitor 1 1 -

6. Fasilitas
a. Fasilitas Pasien
1. Kelas III ( Krissan A)
1 kamar terdapat 10 bed untuk 10 pasien, memiliki fasilitas :

 Bed pasien
 Meja
 AC
 Kursi penunggu
 Lemari
 Sketsel
 Jam dinding
2. Kelas III ( Krissan B )
Kamar terdapat 12 bed untuk 12 pasien, masing-masing memiliki fasilitas :
 Bed pasien
 Meja
 AC
 Kursi penunggu
 Lemari
 Sketsel
 Jam dinding
b. Fasilitas Petugas Kesehatan
1. Kamar mandi perawat/WC ada 2
2. Nursing station berada di samping ruang Krissan B
3. Komputer dan telephone ada 1
c. Buku Protap dan Acuan
1. Buku Protap Rekam Medik
2. Protap Keperawatan
a. Menyuapi pasien
b. Memberikan kompres
c. Memandikan pasien di tempat tidur
d. Pelayanan kebutuhan privasi rekam medis pasien
e. Membantu pasien membersihkan mulut
f. Prosedur perubahan kelas rawat atau status pasien
g. Penerimaan pasien baru diruangan
h. Timbang terima
i. Pemakaian alkohol
j. Perawatan kateter wanita
k. Perawatan kateter pria
l. Pemasangan jalur intravena umbilikal
m. Injeksi intramuscular
n. Injeksi intravena
o. Injeksi intracutan
p. Pemasangan NGT
q. Pemberian tranfusi darah
r. Injeksi intrasubcutan
s. Tindakan injeksi
t. Nebulezer
u. Perawatan infus
v. pemasangan jalur intravena perifer
w. pemasangan infus
x. melakukan pemasangan monitor EKG
y. Pemakaian GDA stik
z. Merekam EKG
aa. Penerimaan pasien baru diruangan
bb. Permintaan layanan kerohanian pasien dan keluarganya
cc. Persetujuan umum
dd. Pemberian informasi hak-hak pasien atau keluarga
ee. Oral hygiene pasien tidak sadar
ff. Menolong pasien BAB
gg. Mengukur tekanan darah
hh. Mengukur suhu badan per aksila
ii. Menyuapi pasien
jj. Memberikan obat melalui mulut
kk. Jahit luka
ll. Perawatan luka
mm. Pemasangan dower cateter
nn. Protap persiapan pasien pra operasi
3. Buku Jaga Laporan Harian
4. Buku TTV
5. Buku Injeksi
6. Buku Konsultasi

d. Persediaan obat
1. Persedian obat pasien diruang Krissan
No Nama
1 Ceftriaxon

2 Levoflocaxim
2 Citicolin
3 Paracetamol inf
4 Omeprazol
5 Santagesik
6 Diazepam
7 ASA
8 Piracetam
9 Ventolin
10 Antrain/Santagesik
11 Ketorolac
12 Ondansetron
13 Ranitidin
14 Asam Traneksamat
15 Piracetam
16 Dexamentason
17 Mecobalamin
18 Herbezeer
19

2. Persedian Obat Emergensy Pasien


Daftar Obat-Obat Emergensy Yang Tersedia di Ruang Krissan

NO Nama Obat Emergency


1 Dexamenthason
2 Epinefrin
3 D40 %
4 Miniaspi
5 Mg So4 40%
6 Mg So4 20%
7 Diazepam
8 Nifedipin 10mg
9 ISDN 5 mg
10 Clopidogrel
11 KCL
12 Lidocain
13 Atropin
14 Furosemid
15 Atropin Sulfat
16 Fargoxin
17 Digoxin
18 Phenitoin
19 NE / Levosol
20 Combivent
21 Ventolin
22 Aminophylin
23 Ca Cluconas
24 Meylon
25 Atropin Sulfat
26 Metoclopramide

3. Persedian Cairan Infus

Daftar Cairan Infus Yang Tersedia


No Nama Cairan
1 NaCl
2 Asering
3 Ringer Laktat
4 Wida KN
5 Manitol

Tabel 2.6 Daftar Obat-obat yang Tersedia di Krissan

4. Alur pengadaan obat Commented [W816]: Ini lebih tepat masuk d metode di bagian
pengelolaan obat

Dokter visite
Dokter memberi resep kepada perawat

Resep obat dicatat perawat dalam lembar pencatatan dan diserahkan pada keluarga

Keluarga pasien mengambil obat di instalasi


farmasi

Obat diserahkan oleh keluarga pasien ke perawat

Perawat mengatur jadwal pemberian obat

Obat injeksi disimpan dimeja Obat oral diberikan ke pasien


pasien

Perawat memberikan obat ke pasien

Bagan 2.2 Alur Pengadaan Obat untuk Pasien di Ruang Krissan


B. Analisa SWOT Commented [W817]: Tidak boleh menganalisa kalau
pengkajiannya belum selesai.
1. M1-MAN

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREATENED

M1 1. Jenis ketenagaan 1. Beban kerja perawat cukup 1. Adanya program 1. Ada tuntutan tinggi dari
a. S-I Kep 3 orang tinggi pelatihan/seminar khusus masyarakat untuk
b. D-III Kep 9 orang 2. Sebagian perawat belum tentang manajemen pelayanan yang lebih
c. Magang 8 orang mengikuti pelatihan MAKP keperawatan dari diklat. professional
d. PNS 4 orang 2. Adanya kesempatan 2. Makin tingginya
e. Mahasiswa profesi 19 melanjutkan pendidikan ke kesadaran masyarakat
orang jenjang yang lebih tinggi akan hokum
f. Mahasiswa praktek 35 3. Adanya kerja sama yang 3. Makin tingginya
orang baik antarmahasiswa kesadaran masyarakat
g. Dokter 7 orang fakultas keperawatan akan pentingnya
h. Administrasi 1 orang dengan perawat kesehatan
i. Ahli gizi 1 orang 4. Adanya kebijakan 4. Persaingan antar RS
j. Cleaning Servic 1 orang pemerintah tentang yang semakin kuat.
2. Masa kerja >2 tahun 9 orang, professionalisasi perawat. 5. Terbatasnya kuota
<1 tahun 1 orang, 1 tahun 2 5. Adanya program akreditasi tenaga keperawatan yang
orang, RS dari pemerintah dimana melanjutkan pendidikan
3. Tersedianya sarana dan MAKP merupakan salah tiap tahun
prasarana untuk tenaga satu nilai
kesehatan seperti tenaga
administratif dan lembar
dokumentasi

2. M2-SARANA PRASARANA

WEAKNESS OPPORTUNITY THREATENED


STRENGTH
M2 1. Mempunyai sarana dan 1. Sarana administrasi 1. Adanya pengadaan sarana 1. Kesenjangan antara
prasana yang memadai penunjang sebagian masih dan prasarana yang rusak dari jumlah pasien dengan
untuk pasien, tenaga ada yang belum bagian pengadaan alat. peralatan yang ada.
kesehatan, dan keluarga dimanfaatkan 2. Makin tinggi
pasien 2. Prasarana ruang pasien kesadaran masyarakat
2. Tersedianya Nurse Station. masih sebagian ada yang akan pentingnya
belum optimal kesehatan.
3. Ada tuntutan tinggi
dari masyarakat untuk
melengkapi sarana dan
prasarana.

3. M3-METHODE

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREATENED

M3 MAKP 1. Persaingan dengan


1. RS memiliki visi, misi, dan 1. Pelaksanaan model MAKP 1. Adanya mahasiswa S-1 Rumah Sakit yang
motto sebagai acuan sudah dilaksanakan tetapi keperawatan manajemen semakin ketat
melaksanakan kegiatan sosialisasi kepada semua tim keperawatan. 2. Adanya tuntutan
pelayanan. masih kurang. 2. Adanya kebijakan masyarakat yang
2. Sudah ada model MAKP yang 2. Ada perawat yang tidak puas pemerintah tentang semakin tinggi
digunakan yaitu MAKP TIM dengan penerapan MAKP. profesionalisme perawat. terhadap peningkatan
3. Supervisi sudah dilakukan 3. Adanya kebijakan RS pelayanan keperawatan
kepala ruangan. tentang pelaksanaan yang lebih profesional.
4. Ada kemauan perawat untuk MAKP 3. Makin tinggi kesadaran
berubah. masyarakat akan
5. Mempunyai standar asuhan hokum
keperawatan. 4. Makin tinggi kesadaran
6. Mempunyai protap setiap masyarakat akan
tindakan pentingnya kesehatan.
7. Terlaksananya komunikasi 5. Persaingan dengan
yang adekuat perawat dan tim masuknya perawat
kesehatan lain. asing.
8. Ketenagaan keperawatan 6. Bebasnya pers yang
sudah memenuhi syarat untuk dapat langsung
MAKP (S-1 Keperawatan 3 menyebarkan informasi
orang). dengan cepat.

SENTRALISASI OBAT
1. Tersedianya sarana dan
prasarana untuk pengelolahan 1. Pelaksanaan sentralisasi obat 1. Adanya mahasiswa S-1 1. Adanya tuntutan pasien
sentralisasi obat. menggunakan sistem unit keperawatan yang praktik untuk mendapatkan
2. Kepala ruangan mendukung dose dispending (UDD) , manajemen keperawatan. pelayanan yang
kegiatan sentralisasi obat. namun pada praktiknya 2. Kerja sama yang baik antara profesional.
3. Sudah dilaksanakan kegiatan masih one day dose (ODD). perawat dan mahasiswa S-1 2. Makin tinngi kesadaran
sentralisasi obat oleh perawat 2. Belum tersedianya Ruang keperawatan masyarakat akan
berkolaborasi dengan depo khusus sentralisasi obat hukum
farmasi.
4. Adanya kemauan perawat
untuk melakukan sentralisasi
obat.
5. Adanya buku injeksi dan obat
oral bekerja sama dengan depo
farmasi.
6. Ada lembar pendokumentasian
obat yang diterima disetiap
status pasien.

SUPERVISI
1. Supervisi telah dilakukan 1. Belum mempunyai format 1. Adanya mahasiswa S-1 1. Tuntutan pasien sebagai
diruang krissan. yang baku dalam pelaksanaan keperawatan yang praktik konsumen untuk
2. Kepala ruangan mendukung supervisi. manajemen keperawatan. mendapatkan pelayanan
dan melakukan supervisi. 2. Supervisi belum terstruktur 2. Adanya timbal balik bagi yang profesional
dan tidak ada formulir yang melakukan pekerjaan
penilaian yang tetap. dengan baik.
3. Belum adanya dokumentasi 3. Adanya teguran dari kepala
supervisi yang jelas. ruangan bagi perawat yang
tidak melakukan tugas
dengan baik.
4. Hasil supervisi dapat
dilakukan sebagai pedoman
untuk Daftar Penilaian
Prestasi Pegawai ( DP3).
TIMBANG TERIMA
1. Kepala ruangan memimpin
kegiatan timbang terima 1. Adanya mahasiswa S-1
2. Adanya laporan juga setiap Keperawatan yang praktik
shift. 1. Timbang terima sudah manajemen keperawatan. 1. Adanya tuntutan yang
3. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP 2. Adanya kerja sama yang lebih tinggi, dari
merupakan kegiatan rutin yang melaporkan identitas pasien, baik antara mahasiswa S-1 masyarakat untuk
telah dilaksanakan. keluhan utama, DS, DO< keperawatan yang mendapatkan pelayanan
4. Adanya kemauan perawat MK, dan intervensi) tetapi praktikdengan perawat keperawatan yang
untuk melakukan timbang intervensi masih bersifat ruangan. profesional.
terima. umum tidak berdasarkan MK 3. Kebijakan RS ( bidang 2. Meningkatnya
5. Adanya buku khusus untuk dan evaluasi tidak lengkap. Perawatan ) tentang timbang kesadaran
pelaporan timbang terima. 2. Format timbang terima sudah terima. masyarakattentang
mencakup nama dan paraf tanggung jawab dan
perawat pada kedua sif’ tanggung gugat perawat
3. Pelaksanaan timbang terima sebagai pemberi asuhan
masih belum optimal keperawatan.
4. Pelaksanaan timbang terima
tidak selalu tepat waktu

1. Keterbatasan waktu dan


tenaga perawat.
DISCHARGE PLANNING . 1. Adanya tuntutan yang
1. Tersedianya sarana dan 2. Tersedianya leaflet pasien lebih tinggi, dari
prasarana discharge planning pulang tetapi belum 1. Adanya mahasiswa S-1 masyarakat untuk
di ruangan untuk pasien sepenuhnya terlaksana keperawatan yang mendapatkan
pulang ( format atau kartu diberikan ke pasien/keluarga. melakukan praktik pelayanan keperawatan
DP). manajemen keperawatan. yang profesional.
2. Adanya kartu kontrol berobat 2. Adanya kerja sama yang 2. Makin tingginya
3. Perawat memberikan baik antara mahasiswa S-1 kesadaran masyarakat
pendidikan kesehatan secara keperawatan yang akan pentingnya
informal kepada praktikdengan perawat kesehatan.
pasien/keluarga selama klinik 3. Persaingan antar RS
dirawat atau pulang. yang semakin ketat

RONDE KEPERAWATAN
1. Adanya Penyuluhan diruangan 1. Adanya tuntutan yang
2. Adanya morning report 5. Ronde keperawatan adalah lebih tinggi dari
3. Adanya pelatihan…………. kegiatan yang belum pernah 1. Adanya pelatihan dan masyarakat untuk
4. Banyaknya khasus yang dilaksanakn diruang krissan seminar tentang manajemen mendapatkan
memerlukan perhatian khusus. 6. Karakteristik tenaga yang keperawatan. pelayanan yang
5. SDM banyak mempunyai memenuhi kualifikasi belum 2. Adanya kesempatan dari professional.
pengalaman dalam bidang merata. kepala ruangan untuk 2. Persaingan antar ruang
keperawatan medis. 7. Jumlah tenaga yang tidak mengadakan ronde semakin kuat dalam
6. Sertifikat perawat sesuai seimbang dengan jumlah keperawatan pada pemberian pelayanan.
keahliannya. tingkat ketergantungan mahasiswa praktik.
pasien.
DOKUMENTASI
KEPERAWATAN
1. Tersedianya sarana dan 1. Tingkat kesadaran
prasarana dokumentasi untuk 1. Dari observasi respon pasien masyarakat ( pasien
tenaga kesehatan ( sarana pasca tindakan kurang 1. Adanya program pelatihan. dan keluarga) akan
administrasi penunjang). terpantau. 2. Peluang perawat untuk tanggung jawab dan
2. Sudah ada sistem 2. SAK dan SOP belum meningkatkan pendidikan ( tanggung gugat.
pendokumentasian SOR. maksimal digunakan. pengembangan SDM). 2. Persaingan RS dalam
3. Format asuhan keperawatan 3. pendokumentasian belum 3. Mahasiswa S-1 memberikan pelayanan
sudah ada. dilakukan secara optimal. Keperawatan praktik keperawatan.
4. Adanya kesadaran perawat manajemen untuk
tentang tanggung jawab dan mengembangkan sitem
tanggung gugat. dokumentasi PIE.
4. Kerja sama yang baik antara
mahasiswa dan perawat.
5. Sistem MAKP yang
diterapkan mahasiswa S-1
keperawatan.
4. M4-MONEY

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREATENED

M4 1. Adanya pendapatan tambahan 1. Administrasi pembayaran 24 1. Adanya kerja sama dengan 1. Adanya tuntutan dari
berupa jasa medik. jam perusahaan asuransi. pasien tentang
2. Pengelolaan RSUD Bangil 2. Ketika hari libur administrasi 2. Tersedianya dana untuk administrasi yang
Pasuruan di kelola oleh libur sehingga urusan pasien operasional ruangan terperinci sesuai
pemerintah daerah Pasuruan. administrasi dirangkap oleh tindakan yang
3. Pengadaan dana dan perawat ruangan. diberikan oleh perawat
operasional ruangan di dan dokter
dapatkan dari RSUD Bangil
Pasuruan bekerjasama dengan
asuransi (BPJS,SPM,
UMUM).
4. Daftar biaya perawatan dan
tarif diruangan Krissan sudah
tertera
1. M5-MUTU

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREATENED

M5 1. Kepuasan pasien terhadap 1. Los yang memanjang karena 1. Mahasiswa S1 keperawatan 1. Adanya peningkatan
pelayanan kesehatan di RS perawatan yang sama praktek manajemen standar masyarakat
sudah terealisasi 2. Kerjasama yang baik antara yang harus dipenuhi
2. Rata-rata BOR cukup baik perawat dan mahasiswa 2. Persaingan RS dalam
3. Adanya variasi karakteristik memberikan pelayanan
dari pasien (UMUM, BPJS keperawatan
&SPM)
4. Sebagai tempat praktek
mahasiswa keperawatan DIII
maupun S1
3. Metode Asuhan Keperawatan (M3-Methode)

3.3.1 Peneraparan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Commented [W818]: Jelaskan MAKP yang ada di ruangan
tersebut tolong lebih di deskripsikan

1. Kurangnya jumlah tenaga perawat yang membantu optimalisasi


penerapan model yang digunakan
2. Sebagian besar perawat belum mengerti dengan model MAKP yang
digunakan di Ruang Krissan
3. Kegiatan dan pembagian tugas diruang anak sudah dijalankan sesuai
tupoksi (tujuan, pokok, dan fungsi) tetapi belum optimal
3.3.2 Ronde Keperawatan
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum pernah di laksanakan
di ruang krissan
2. Sebagian besar perawat di ruang krissan belum memahami ronde
keperawatan
3. Tim pelaksanaan kegiatan ronde keparawatan di ruang krissan belum
pernah di
bentuk
3.3.3. Sentralisasi Obat Commented [W819]: Belum optimal yang seperti apa?tolong
dijelaskan mulai dari penerimaan obat, pemberian obat dan
1. Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal penyimpanan obat

2. Diruangan krissan belum terdapat ruangan khusus obat (ruang SO)


3. Pada pemberian obat, perawat sudah menjelaskan macam obat,
kegunaan, jumlah obat, dan efek samping obat tetapi belum optimal
3.3.4. Supervisi Commented [W820]: Belum optimal yang seperti apa?tolong
lebih dideskripsikan
1. Supervisi telah dilakukan di ruang krissan tetapi belum optimal
2. Supervise diruangan belum mempunyai format yang baku
3.3.5 Timbang Terima Commented [W821]: Tolong lebih di deskripsikan mulai
persiapan timbang terima, plaksanannya dan setelah
1. Timbang terima dilakukan sebanyak 3 kali (pagi, siang, malam) pelaksanaannya

2. Timbang terima telah di lakukan di depan pasien yang disertai dengan


menanyakan keadaan pasien tetapi belum optimal
3. Di ruangan krissan sudah mempunyai buku khusus untuk
mendokumentasikan hasil timbang terima tetapi format belum standar
4. Timbang terima tidak selalu dilakukan tepat waktu
3.3.6 Penerimaan Pasien Baru Commented [W822]: Tolong lebih di deskripsikan mulai
persiapan, pelaksanaan dan menjelasan 3P (pengenalan, Peraturan
1. Perawat melakukn pengkajian ulang dan pemeriksaan fisik sebagai dan Penyakit)

kelengkapan data pada pasien baru


2. Leaflet sudah tersedia saat melakukan penerimaan pasien baru tetapi
belum optimal pelaksanaannya
3.3.7 Discharge Planning Commented [W823]: Belum optimalnya seperti apa?

1. Discharge planning telah dilaksanakan tetapi belum optimal


2. Tersedianya brosur atau leaflet untuk pasien saat melakukan discharge
planning tetapi masih belum optimal.
3. Pemberian penkes dilakukan secara lisan pada setiap pasien/keluarga
3.3.8 Dokumentasi Keperawatan Commented [W824]: Baku itu seperti apa?Pengisiannya
bagaimana?lengkap?akurat?relevan?
1. Format pengkajian yang baku telah digunakan diruangan krissan
2. Pengkjian dilakukan secara komprehensif sehingga pendokumentasian
terlaksana dengan optimal
3. Sebagian perawat mengatakan model dokumentasi yang digunakan
tidak menambah beban kerja perawat

4. Keuangan (M4-Money)

Pengelolaan RSUD Bangil Pasuruan di kelola oleh pemerintah daerah

Pasuruan. Pengadaan dana bagi ruangan dan operasional ruangan didapatkan

dari RSUD Bangil Pasuruan, kerjasama dengan asuransi (BPJS, JPS, UMUM).

Gaji karyawan perbulan dan gaji intensif

1. Gol III A : 5.000.000 – 6.000.000

2. Gol II C : 5.000.000 – 6.000.000


3. Honorer : 3.000.000 – 4.000.000

Tabel 3.1 Daftar Tarif Keuangan Di Ruang Krissan RSUD Bangil Pasuruan
Yang Berlaku Saat Ini

Krissan A dan B Tarif


Kamar Rp 65.000

Visite Rp Rp 45.000 (Sps)


Rp. 25.000 (dr. Umum)

Tabel 3.3 Daftar Jenis Tindakan Serta Biaya Perawatan Yang Berlaku Saat Ini Di
Ruang Krissan

Jenis tindakan Biaya


Ambil darah vena Rp. 10.000
Avf drain Rp. 5.000
Avf infuse Rp. 5.000
Avf heating 1-10 ikat Rp. 15.000
Avf heating > 10 ikat Rp. 20.000
Avf kateter Rp. 5.000
Avf Nasal Rp. 5.000
Avf tampon hidung Rp. 5.000
Verbet Rp. 3.500
Ekg Rp. 65.000
GDA / stik Rp. 22.000
Injeksi (IM/SC) Rp. 2.450
Irigasi (mata) Rp. 20.000
Kumbah lambung Rp. 80.000
Lavement Rp. 22.000
Observasi TTV Rp. 8.000
Pasang infuse Rp. 11.000
Pasang kateter Rp. 23.000
Pasang NGT Rp. 23.000
Pasang oksigen Rp. 15.000
Nebulizer Rp. 18.000
Rawat luka biasa Rp. 13.000(K)
Rp. 16.000(S)
Rawat luka gangrene Rp. 32.500(K)
Rp. 40.000(S)
Rp. 50.000(B)
RJP Rp. 40.000
Skin test Rp. 6.000
Slem suction Rp. 9.000
Suppositoria Rp. 5.000
Syring pump Rp. 6.000
EEG Rp. 200.000
Endoscopy Rp. 600.000
Audiometri Rp. 50.000
Funduscopy Rp. 75000
Biometri Rp. 50.000
Broncoscopy Rp. 600.000
Colonoscopy Rp. 600.000
Hysteroscopy Rp. 225.000
Kardiotokgrafi (NST) Rp. 175.000
Intravaginal
Kardiotokgrafi (NST) sekali Rp. 65.000
periksa
Kardiotokgrafi (NST) observasi Rp. 150.000
Kolposcopy Rp. 250.000
Laringoscopy Rp. 600.000
Slit Lamp Rp. 20.000
Konsultasi Gizi Rp. 12.000
Diit Sonde/porsi Rp. 17.500
Konseling Psikologi Rp. 20.000
Irigasi Kateter Rp. 20.000
Masukkan Diit personde Rp. 15.000
Antar Sample ke laborat Rp. 5.000
Denda Kehilangan Kartu pasien Rp. 10.000

5. Mutu Pelayanan (M5-Mutu) Commented [W825]: Untuk keselamatan pasien (pasien safty)
tolong tambahkan 6 sasaran
A. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
a. Kejadian Dekubitus

Jumlah kejadian dekubitus


FORMULA = Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus x 100%
13 Desember – 15 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total


13 14 15
1 Jumlah Kejadian 1 1 1 3
Dekubitus
2 Jumlah Pasien Beresiko 1 5 4 10
Terjadi Dekubitus

Angka kejadian dekubitus = 30 %


Kejadian dekubitus dari data yang didapatkan pada kamar A dan B tanggal 13
Desember – 15 Desember 2016 terdapat pasien yang mengalami dekubitus
(30%) dari total pasien 22 orang.
b. Kejadian Flebitis
Jumlah Kejadian Flebitis
FORMULA = Jumlah pasien beresiko terjadi flebitis x 100%
13 Desember – 15 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total


13 14 15
1 Jumlah Kejadian
Flebitis
a. Mechanikal 1 1 1 3
b. Bactenal
c. Chemikal
2 Jumlah Pasien Beresiko 3 3 3 9
Terjadi Flebitis

Angka kejadian flebitis

Kejadian flebitis dari data yang didapatkan pada kamar A dan B tanggal 13
Desember – 15 Desember 2016 mengalami kejadian flebitis ( 33%) dari total
pasien 22 orang

c. Kejadian Pasien Jatuh


Jumlah Pasien Jatuh
FORMULA =Jumlah Pasien Yang Beresiko Jatuh x 100%
13 Desember – 15 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total


13 14 15
1 Jumlah pasien jatuh 0 0 0 0
2 Jumlah Pasien yang 0 0 0 0
Beresiko jatuh
Angka kejadian pasien jatuh =

Dari data pada kamar A dan B pada tanggal 13 Desember – 15 Desember


2016 didapatkan bahwa (0) % pasien tidak mengalami jatuh selama dilakukan
perawatan oleh perawat ruangan.
d. Medication Error

FORMULA
Angka KTD dalam pemberian obat:

Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat
x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

Angka KNC dalam pemberian obat

Jumlah pasien yang terkena kejadian nyaris cedera dalam pemberian obat
x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

KTD 13 Desember – 15 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total


13 14 15
1 Jumlah pasien yang terkena
kejadian tidak diharapkan
dalam pemberian obat
(6 Tepat)
a. Tidak tepat pasien 0 0 0 0
b. Tidak tepat obat
c. Tidak tepat waktu
pemberian
d. Tidak tepat dosis obat
e. Tidak tepat cara
pemberian
f. Tidak tepat dokumentasi
2 Jumlah Pasien pada hari 0 0 0 0
tersebut
Angka kejadian KTD = 0

KNC 13 Desember – 15 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total


13 14 15
1 Jumlah pasien yang terkena
kejadian nyaris cidera dalam 0 0 0 0
pemberian obat
a. Tidak tepat pasien
b. Tidak tepat obat
c. Tidak tepat waktu
pemberian
d. Tidak tepat dosis obat
e. Tidak tepat cara pemberian
f. Tidak tepat dokumentasi
2 Jumlah Pasien pada hari 0 0 0 0
tersebut

Angka kejadian KNC =

Kejadian kesalahan pengobatan tidak terjadi pada Kamar A dan B pada tanggal
13 Desember – 15 Desember 2016, pemberian obat dilakukan secara benar
dan sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter.

B. Perawatan Diri
perawatan
Jumlah pasien yang tidak terpenuhi
FORMULA = Jumlah pasien dirawat dan ketergantungan totalminggu
dan partian care
x 100%
13 Desember – 15 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total


13 14 15
1 Makan Porsi diet
2 Mandi : - Gigi dan
Bersih pada mulut
- Mata
- Rambut 4 5 5 14
- Kulit
- Kuku
- Telinga
- Tidak bau
badan
- Perineal
3 Berpakaian - Baju bersih 2 1 2 5
dan dan kering
berpenampilan - Wajah segar
4 Eliminasi - Berkemih 1 1 1 3
- Defekasi
Perawatan diri tidak terpenuhi 7 7 8 22
Jumlah pasien dirawat dengan 19 19 21 59
ketergantungan total
Dari data perawatan diri pada kamar A dan B tanggal 13 Desember – 15
Desember 2016 didapatkan jumlah pasien yang perawtan diri tidak terpenuhi
sebanyak 37.2 % orang dan jumlah pasien di rawat dengan ketergantungan total
sebanyak 59 orang.

C. Kepuasan Pasien

FORMULA =
Angka kepuasan =
Jumlah pasien yang menyatakan puas pada layanan kesehatan
x 100%
Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode tertentu
Sebelum dikelola

No Elemen Indikator Tanggal Commented [W826]: Tolong diisi


Pre Post
1 Reability (Keandalan)
2 Assurance (Jaminan)
3 Tangibels (Kenyataan)
4 Empaty (Empati)
5 Responsibles (Tanggung jawab)

Dari data pada kamar A dan B tanggal 13 Desember – 15 Desember 2016


mengenai kepuasaan pasien dengan kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi
menggunakan kuesioner yang berisi …………. soal berbentuk pertanyaan
pilihan yang dibagikan kepada …………. responden secara umum menyatakan
bahwa pelayanan perawat di Ruang Krissan puas yaitu sebanyak …. orang
(….%) dan sisanya ….. orang ( ……..%) menyatakan cukup puas. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien di ruang Krissan terhadap kinerja
perawata adalah puas.

D. Pengetahuan

Pengetahuan tentang Perawatan Penyakitnya


Jumlah pasien yang kurang pengetahuan
FORMULA = Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu x 100%

Sebelum dikelola-setelah dikelola

No Variabel Tanggal
Pre Post
1 Jumlah pasien yang kurang 3 1
pengetahuan
2 Total pasien 22 22

Angka Pengetahuan
3
Pre = 22 x100% =13,6 %

1
Post = 22 x100% = 4, 54 %

Dari data pada kamar A dan B tanggal 13 Desember – 15 Desember 2016


mengenai pengetahuan pasien didapatkan jumlah pasien yang kurang
pengetahuan pada pre sebanyak 13,6 % orang sedangkan pada post sebanyak
4,54 % orang.

E. Kecemasan

Identifikasi kecemasan pasien


FORMULA =
angka kejadian cemas pada ruang rawat umum =
Jumlah pasien cemas
100%
Jumlah pasien yang dirawat
13 Desember – 15 Desember 2016

No Variabel Tanggal
Pre Post
1 Jumlah pasien 22 22
Cemas ringan
Cemas sedang 1 1
2 Jumlah pasien yang dirawat 22 22

Angka kecemasan :
1
Pre : 22 x100%= 4,54 %

1
Post : 22 x100%= 4,54%

Dari data pada kamar A dan B tanggal 13 Desember – 15 Desember 2016


mengenai kecemasan pasien didapatkan jumlah pasien yang mengalami cemas
ringan pada pre sebanyak 4,54 % orang dan pada post sebanyak 4,54 % orang,
dengan total pasien 22 orang
F. ALOS (Average Lenght of Stay)

a. Secara umum
Lama rawat inap pasien di ruang krissan mulai tanggal 13-15 hari dari
total pasien 66 orang.
b. Secara khusus
Lama rawat inap pasien di ruang krissan mulai tanggal 13 Desember-15
Desember CVA infark sebanyak 18 orang, CVA Bleeding sebanyak 18
orang, HT sebanyak 5 orang, ICH 4 Orang,
dari total pasien 66 orang.

Anda mungkin juga menyukai