Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup
perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru
mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan
rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian
orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan,
merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009). Citra tubuh
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh.
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter, 2005).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).
tubuhnya dan menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap diri,
menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari
rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu
terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain
pasien pada dirinya (Keliat, 1998). Citra tubuh adalah bagaimana cara individu
mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi
kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun
Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain fokus individu terhadap bentuk
aspek psikologis individu tersebut, citra tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh
sikap dan respon orang lain terhadap dirinya, dan eksplorasi individu terhadap
dirinya, gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh
akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri,
individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat
“persepsi, pikiran dan perasaan mengenai pengalaman tubuh” yang tertanam dan
dibentuk dalam konteks sosial budaya. Kita tidak hanya menyediakan rasa diri,
berhubungan dengan orang lain, yang tiba-tiba mengalami perubahan dalam satu
penampilan fisik yang dapat hadir signifikan dan kompleks sebagai tantangan
tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti
visual menghindari kontak dengan bagian tubuh yang berubah dan mengabaikan
kebutuhan perawatan diri. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu
tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara
signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit.
keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat
merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh
bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat,
pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan
pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu
respon penyesuaian yang menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock,
dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku
yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan
sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung
dengan keluarga dan respon maladaptif: menunjukkan rasa tanggung jawab akan
menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain dan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga
kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu
tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa
cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan
individu sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan
bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi.
Citra Tubuh yang tidak terganggu merupakan suatu persepsi yang benar
tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang
bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu
untuk mengkhawatirkan hal yang lain. Individu merasakan yakin dan nyaman
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat
dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh
negatif pada tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
2.1.6 Pengkajian
Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera
kecemasan pada pasien melalui penilaian pasien terhadap kondisi tubuhnya paska
operasi , penerimaan pasien pada keadaan sekarang dan dampak operasi terhadap
gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu
juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang
diri pasien dengan meninjau persepsi pasien terhadap perilaku yang telah
dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh pasien sendiri,
potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk
tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai
tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998). Setelah seluruh
tujuan diatas tercapai maka pasien dapat mengintegrasikan pada konsep dirinya
Tujuan Umum :
Tujuan khusus :
Intervensi
o Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
peran pentingbaginya.
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
Intervensi
o Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada
pasien.
2.1.9 Evaluasi
dapat terjadi pada saat pertama terjadinya fraktur maupun setelah post operasi
b. Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan
Pasien menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk
maka respon kehilangan/ berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai
2.2.1 Pengertian
kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka
terjadi fraktur, terjadinya fraktur disebabkan karena trauma, stress kronis dan
berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Menurut Apley (1995), fraktur
adalah suatu patahan kontinuitas struktur tulang, patahan mungkin lebih dari satu
retakan.
atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa
trauma langsung, misalnya yang sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah
yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula dan juga dapat berupa trauma
tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang
Beberapa jenis fraktur yang sering terjadi akibat trauma, cedera maupun
Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
komplet, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
2. Fraktur tertutup
Merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai
ke bagian yang fraktur. Fraktur terbuka digradasi menjadi; Gradasi I dengan luka
luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif; Gradasi yang
jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur
exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat
dengan ligamen didalam acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi,
terjadi pada wanita tua (60 tahun keatas) dimana tulang sudah mengalami
osteoporosis.
dari trochanter minor. Mekanisme fraktur biasanya trauma langsung dapat terjadi
pada orang tua biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan seperti jatuh dan
terpeleset dan pada orang muda biasanya karena trauma dengan kecepatan tinnggi.
kecelakaan lalu lintas dikota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah pada
menimbulkan shock pada penderita. Secara klinis penderita tidak dapat bangun,
bukan saja karena nyeri tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya
seluruh tungkai bawah terotasi keluar, terlihat lebih pendek dan bengkak pada
4. Fraktur patella
langsung. Trauma tidak langsung disebabkan karena tarikan yang sangat kuat dari
otot kuadrisep yang membentuk muskulotendineus melekat pada patella. Hal ini
sering disertai pada penderita yang jatuh dimana tungkai bawah menyentuh tanah
jatuh dalam posisi lutut fleksi, dimana patella terbentur dengan lantai.
lutut, dimana kakinya masih terfiksir ditanah. Gaya dari samping ini
menyebabkan permukaan sendi bagian lateral tibia akan menerima beban yang
sangat besar yang akhirnya akan menyebabkan fraktur intraartikuler atau terjadi
patahnya permukaan sendi bagian lateral tibia, dan kemungkinan yang lain
penderita jatuh dari ketinggian yang akan menyebabkan penekanan vertikal pada
permukaan sendi. Hal ini akan menyebabkan patah intra artikular berbentuk T
atau Y.
langsung. Secara langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian
lebih dari 4 cm, fraktur yang terjadi biasanya fraktur terbuka. Sedangkan yang
tidak langsung diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri. Biasanya fraktur tibia
fibula dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada tibia pada bagian distal
sedang fibula pada bagian proksimal. Trauma tidak langsung dapat disebabkan
oleh cedera pada waktu olah raga dan biasanya fraktur yang terjadi yaitu tertutup.
umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara keseluruhan,
1. Proses hematom
hematom (bekuan darah) pada daerah terjadinya fraktur tersebut, dan yang
berubah menjadi bekuan cairan semi padat (Dicson & Wright, 1992).
2. Proses proliferasi
minggu. Callus merupakan proses pembentukan tulang baru, dimana callus dapat
callus). Proses perbaikan tulang terjadi sedemikian rupa, sehingga trabekula yang
dibentuk dengan tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara bersatu dengan
(Pakpahan, 1996).
(ossificasi) dan antara 12-26 minggu (matur). Tahap ini disebut dengan
5. Proses remodeling
remodeling antara 1-2 tahun setelah terjadinya callus dan konsolidasi (Smeltzer &
Bare, 2002).
kesatuan jaringan tulang putus. Dalam proses penyembuhan fraktur ada beberapa
1. Usia
bervariasi pada tulang dibandingkan dengan jaringan jaringan lain pada tubuh.
diafisis femur yang akan bersatu (konsolidasi sempurna) sesudah 12 (dua belas)
minggu pada usia 12 tahun, 20 (dua puluh) minggu pada usia 20 tahun sampai
Fraktur pada tulang yang dikelilingi otot akan sembuh lebih cepat dari
pada tulang yang berada di subkutan atau didaerah persendian. Fraktur pada
tulang berongga (cancellous bone) sembuh lebih cepat dari pada tulang
kompakta.Fraktur dengan garis fraktur yang oblik dan spiral sembuh lebih cepat
3. Dislokasi fraktur
penyembuhannya dua kali lebih cepat daripada yang mengalami dislokasi. Makin
berkurangnya aliran darah atau kerusakan jaringan lunak yang berat, maka proses
A. Jenis Pembedahan
konservatif dan operasi sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap mental
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Menurut Smeltzer & Bare (2002)
bawah meliputi :
fixation/ORIF).
3. Fiksasi eksterna,
jaringan lunak. Alat ini dapat memberikan dukungan yang stabil untuk
hancur dapat ditangani dengan aktif. Fraktur complicated pada femur dan
tibia serta pelvis diatasi dengan fiksator eksterna, garis fraktur direduksi,
kedalam fragmen tulang. Pin yang telah terpasang dijaga tetap dalam
kenyamanan bagi pasien, mobilisasi dini dan latihan awal untuk sendi
disekitarnya.
4. Graft Tulang
tergantung pada lokasi fraktur, kondisi tulang dan jumlah tulang yang
hilang karena injuri. Graft tulang mungkin dari tulang pasien sendiri
(autograft) atau tulang dari tissue bank (allograft). Graft tulang dengan
autograft biasanya diambil dari bagian atas tulang iliaka, dimana terdapat
dari ileum, olecranon, atau distal radius; cortical graft mungkin diambil
dari tibia, fibula atau iga. Graft tulang dengan allograft dilakukan ketika
tulang dari pasien itu tidak tersedia karena kualitas tidak baik atau karena
1999).
atau tanpa kehilangan kesadaran. Ini mungkin terjadi sebagai hasil dari penyakit
dan cedera atau proses kerja obat atau gas. Dua tipe yang menyebabkan anastesi
adalah general yang membuat pasien tidak sadar dan anastesi regional
depresi susunan saraf pusat yang ditandai analgesia dan tidak sadar dengan
hilangnya refleks dan tonus otot (Groah, 1996). Proses anastesi dimulai dengan
obat yang dipilih adalah golongan barbiturat, narkotik dan anti kolinergik
ke dan dari daerah khusus dengan memblok lintasan sodium pada membran saraf.
Fungsi pergerakan mungkin terganggu tetapi bisa juga mungkin tidak terganggu,
lokal yang digunakan termasuk topikal, lokal infiltrasi, blok saraf, epidural dan
neurovaskuler setiap 1-2 jam, monitor tanda vital selama 4 jam, kemud ian setiap
4 jam sekali selama 1-3 hari dan seterusnya. Monitor hematokrit dan hemoglobin.
Observasi karakteristik dan cairan yang keluar, laporkan pengeluaran cairan dari
100 -150 mL/hr setelah 4 jam pertama. Rubah posisi klien setiap 2 jam dan
perubahan posisi. Letakkan bantal kecil di antara kaki klien untuk memelihara
kesejajaran tulang. Anjurkan dan bantu pasien malakukan teknik nafas dalam dan