Ab Betalaktam
Ab Betalaktam
PENDAHULUAN
Bakteri umumnya menciptakan suatu resistensi terhadap antibiotik β-lactam ini dengan
mensintesis enzim β-lactamase. Mekanisme kerja dari enzim ini yaitu dengan menyerang
cincin β-lactam pada molekul antibiotik. Hal ini dapat diatasi dengan memfungsikan
antibiotik β-lactam bersama dengan inhibitor β-lactamase seperti asam.
Antibiotik yang seperti yang kita ketahui saat ini berasal dari bakteri yang telah dilemahkan,
tidak ada yang menduga bahwa bakteri yang telah dilemahkan tersebut dapat membunuh
bakteri lain yang berkembang didalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat atau membunuh
pertumbuhan dari mikroba lain.
Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai resisten terhadap pemberian
antibiotik. Pada tahun 1950-an telah muncul jenis bakteri baru yang tidak dapat dilawan
dengan penislin. Tetapi ilmuan terus menerus melakukan berbagai penelitian, sehingga
antibiotik−antibiotik baru terus ditemukan.
Berdasarkan penelitian oleh Waxman, D. J., Yocum ciri-ciri struktutural pada Antibiotik β-
lactam memiliki ciri-ciri sebagai inhibitor, hal ini didasari dari (1) Kesamaan struktural dari
substrat yang dikenali oleh enzim pembentuk dinding sel (2) Ikatan Antibiotik β-lactam yang
sangat kuat memfasilitasi akilasi active site enzim PBP (3) Ciri struktural yang
meminimalisir transfer ikatan kovalen penisiloil ke larutan maupun ke aseptor asam amino;
inhibisi harus secara lambat menjadi reversibel maupun ireversibel
Menurut Ogawara, H. 1981, mekanisme inhibisi oleh Antibiotik β-lactam dapat terjadi
secara langsung maupun tidak langsung, dimana secara langsung yaitu inhibisi kompetitif
dengan substrat maupun destruksi dinding sel karena aktivasi sistem autolisis peptidoglikan
hidrolase.
Merupakan grup Antibiotik yang terdiri beberapa sub grup yaitu Penicillin yang sangat aktif
terutama terhadap kokus gram positif, penghambat β-Lactamase (β-Lactamase inhibitor)
seperti asam clavulanat yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan penicillin dalam
melawan organisme penghasil β-Lactamase, Cephalosporins yang terbagi atas beberapa
generasi, Carbapenem yang memiliki spektrum antimikrobial yang terluas dan Monobactam
yang aktif terhadap kuman Gram negatif.
Resistensi bakteri terhadap obat-obat antibiotik golongan β-Lactam terus meningkat secara
memprihatinkan. Mekanisme resistensi itu tak hanya melalui produksi enzim β-Lactamase
yang dapat merusak antibiotik golongan β-Lactam, tetapi juga melalui perubahan pada
Penicillin-binding protein (PBP) dan pengurangan masuknya ataupun peningkatan
keluarnya dengan mekanisme efflux.
II.2 Mekanisme
a. Mekanisme kerja Antibiotik β-lactam
mekanisme kerja antibiotik β-lactam yaitu sebagai analo dari D-alanyl-D-alanine yang
merupakan residu dari prekursor subunit NAM/NAG-peptida dari lapisan muda peptidoglikan.
Kesamaan struktural antara antibiotik antibiotik β-lactam dengan D-alanyl-D-alanine
memungkinkan pengikatan antibiotik β-lactam ke active site dari PBP. Cincin β-lactam terikat
secara irreversibel (berakilasi) dengan residu Ser403 pada active site PBP.Inhibisi ireversibel ini
menyebabkan transpeptidasi dari lapisan peptidoglikan muda, menggagalkan sintesis dinding
sel.
1. PENICILLIN
Penicillin merupakan salah satu grup obat antibiotika terpenting. Walaupun telah banyak
antibiotika lain yang ditemukan setelah penemuan Penicillin oleh Alexander Flemming
pada tahun 1928 dan penggunaannya untuk pertama kali oleh Florey, Chain dan
Abraham untuk menolong pasien dengan infeksi staphylococcal dan streptococcal pada
tahun 1941, namun antibiotik golongan β-Lactam tetap sering digunakan sebagai pilihan
pertama untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri
a. Struktur kimia
Struktur dasar penicillin adalah suatu inti yang terdiri dari cincin thiazolidine, cincin
β-Lactam dan sebuah rantai sisi (side chain). Inti dari struktur cincin, khususnya
cincin β-Lactam sangat esensial dalam aktifitas anti bakterial. Sedangkan rantai sisi
menentukan spektrum antibakterial dan aspek farmakologi dari beberapa obat
golongan Penicillin
b. Mekanisme kerja
Penicillin seperti obat β-lactam lainnya, bekerja dengan cara menghambat sintesis
peptidoglycan pada dinding sel bakteri, khususnya pada proses transpeptidasi yang
berguna untuk menstabilkan ikatan pada Peptidoglycan.
c. Mekanisme resistensi
Mekanisme resistensi bakteri terahadap Penicillin dan juga obat antibiotik golongan
β-Lactam ada empat yaitu:
- Destruksi/penghancuran antibiotik oleh enzim β-Lactamase.
- Kegagalan antibiotik untuk menembus membran luar bakteri Gram negatif untuk
mencapai PBPs
- Efflux obat melintasi membran bagian luar dari bakteri Gram negative
- Afinitas yang rendah antara antibiotika dan PBPs sasaran.
Destruksi antibiotik golongan β-Lactam oleh enzim β-Lactamase merupakan
mekanisme resistensi yang paling umum dijumpai, dan pada bakteri Gram negatif,
khususnya Pseudomonas aeruginosa sering bersama dengan mekanisme efflux.
Ada pula yang membagi Penicillin menjadi 6 grup berdasarkan penyerapan dan
aktifitasnya, yaitu menjadi
Ekskresi Penicillin terutama melalui ginjal, hanya sebagian kecil melalui cara lain.
10% dari ekskresi melalui ginjal adalah melalui filtrasi glomerulus, sedangkan 90%
melalui sekresi tubulus. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan penyesuaian dosis
pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal, terutama yang memiliki
creatinine clearance ≤ 10ml/min. Nafcillin terutama diekskresikan melalui saluran
empedu. Oxacillin, dicloxacillin, dan cloxacillin dieliminasi melalui ginjal dan
empedu, sehingga tidak perlu ada penyesuaian dosis untuk obat-obat tersebut pada
kasus dengan gangguan fungsi ginjal. Pada bayi yang baru lahir, proses ekskresi
penicillin belumlah berjalan dengan baik, sehingga perlu dilakukan penyesuaian
dosis berdasarkan berat badan. Penyesuaian dosis untuk pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal dapat dilihat pada tabel berikut di bawah.
f. Efek samping
Penicillin adalah obat yang relatif aman. Efek samping yang paling berbahaya adalah
reaksi hipersensitifitas (reaksi alergi). Semua penicillin memiliki “cross sensitizing”
dan “cross reacting”. Reaksi alergi yang terjadi dapat berupa syok anafilaktik,
uticaria, serum sickness, angioedema, pruritus, dsb. Riwayat alergi penicillin
sebelumnya tidaklah dapat dipercaya sepenuhnya. Dari sekitar 5 – 8 % yang
mengklaim memiliki riwayat reaksi alergi terhadap penicillin, ternyata hanya
sebagian kecil yang benar-benar mengalaminya ketika diberikan Penicillin.
Sebaliknya sekitar 1% dari mereka yang pernah menerima Penicillin dan tak
menunjukan reaksi hipersensitifitas, ternyata justru mengalami reaksi alergi pada
pemberian Penicillin yang berikutnya. Sebagian besar pasien yang alergi terhadap
Penicillin dapat diobati dengan menggunakan obat lainnya. Tetapi pada keadaan
tertentu dan jika memang sangat diperlukan (misalnya pada enterococcal
endocarditis atau neurosyphilis pada pasien yang memang alergi dengan Penicillin),
desensitisasi dapat dilakukan dengan cara secara bertahap meningkatkan dosis
Penicillin.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, pmeberian penicillin dosis tinggi akan
dapat menyebabkan kejang. Nafcillin dapat menyebabkan neutropenia, Oxacillin
dapat menyebabkan hepatitis dan methicillin dapat menyebabkann nephritis
interstitial (sehingga tidak dipergunakan lagi). Pemberian penicillin secara oral
dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan, terutama mual,
muntah dan diare. Ampicillin dihubungkan dengan kejadian pseudomembran colitis
g. Penggunaan Klinis
Antibiotik golongan β-Lactam dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit
infeksi. Obat-obat golongan ini terdistribusi secara luas dan secara rutin sering
digunakan untuk penatalaksanaan sinusitis, otitis, pharyngitis, epiglottitis, infeksi
gigi, bronchitis, pneumonia, meningitis, infeksi saluran kemih, peritonitis, infeksi
bilier dan saluran pencernaan, infeksi kulit dan jaringan lunak, osteomyelitis, septic
arthritis dan infeksi pada pemasangan alat prosthetic, termasuk pula pada
pemasangan i.v line. Penicillin G merupakan pilihan utama untuk penatalaksanaan
infeksi oleh Streptococcus pyogenes, penicillin susceptible strain dari Streptococcus
pneumoniae dan enterococci. Penicillin G yang diberikan secara intravena tetap
merupakan terapi pilihan pada pneumococcal dan meningococcal meningitis,
streptococcal dan enterococcal endocarditis. Tak ada penicillin yang lebih baru
ataupun antibiotik dari kelas lainnya yang terbukti lebih efektif. Streptococcus
Pneumoniae yang masih susceptible gterhadap Penicillin dihambat pada konsentrasi
kurang dari 0,1μg Penicillin. Penicillin lainnnya juga sangat aktif namun minimal
inhibitory concentration (MIC) yang dimilikinya melebihi Penicillin G. Penicillin,
ampicillin dan amoxicillin merupakan senyawa yang paling aktif, dengan MIC yang
jarang melebih 4μg/mL, jika dibandingkan dengan MIC sebesar 128 μg/mL dari
ticarcillin untuk strain resisten penicillin.
Untuk infeksi pneumococcal yang berat yang disebabkan oleh strain Penicillin
resisten dengan MIC > 1 μg/mL, terutama pada pasien yang immunicompromised,
vancomycin maupun obat-obat antibiotik dari golongan non β-Lactam menjadi
pilihan dibandingkan penicillin maupun β-Lactam lainnya. Penicillin dapat
digunakan untuk mengatasi pneumococcal meningitis hanya jika isolat tersebut
merupakan penicillin susceptible. Pada umumnya semua Neisseria meningitidis
susceptible terhadap penicillin sedangkan Neisseria gonorrhoae seringkali resisten
terhadap Penicillin sehingga tidak lagi direkomendasikan untuk penatalaksanaan
Gonorrhea.
Penicillin G merupakan obat pilihan utama (drug of choice) untuk semua stadium
penyakit Syphilis. Infeksi pada masa nifas terjadi karena streptococci anaerob
ataupun grup B streptococci (Streptococcus agalactiae), mapun infeksi genital oleh
Clostridial juga menggunakan Penicillin G. Penggunaan Penicillin dan obat-obat
golongan β-Lactam lainnya beserta spektrum, dan cara pemberiannya serta dosisnya
ada dalam tabel berikut.
2. BETA LACTAMASE INHIBITOR (PENGHAMBAT BETA LACTAMASE)
β-Lactamase inhibitor adalah derivat dari asam clavulanat (Clavulanic Acid) dan derivat
dari penicillanic acid sulfone dan biasa disebut pula “β-Lactam compounds”. Memiliki
aktivitas antibakteri yang lemah tetapi merupakan inhibitor yang potent bagi Amber class
A β-Lactamase dan dapat melindungi hydrolyzable penicillin dari inaktivasi oleh enzim
tersebut.
Ada 3 β-Lactam inhibitor yang dimanfaatkan secara klinis yaitu clavulanic acid,
sulbactam dan tazobactam. Ketiganya memiliki perbedaan dalam aspek farmakologi,
stabilitas, potency, dan aktifitas. Tetapi perbedaan tersebut hanyalah memiliki makna
klinis yang sangat kecil. Setiap inhibitor tersebut hanya tersedia dalam bentuk
fixedcombination antara β-Lactamase inhibitor dengan Penicillin yang spesifik.
Spektrum antibakterial dari kombinasi tersebut tergantung pada Penicillin yang
membentuk kombinasi dengan β-lactamase inhibitor tersebut.
β-lactamase inhibitor memperluas spektrum antibiotik yang telah ada karena inaktivasi
obat oleh enzim β-lactamase tak terjadi.
b. Farmakologi
Clavulanate diabsorbsi cukup dari saluran pencernaan. Kadar puncak dalam serum
4μg/mL dalam anak dan dewasa tercapai dalam waktu 40 – 120 menit setelah
pemberian sebanyak 125 mg. Kombinasi Clavulanate dengan Amoxicillin tidak
mengubah secara signifikan parameter farmakologi kedua obat tersebut. Absorpsi
Clavulanate tidak dipengaruhi pemberian makanan, susu, ataupun antasida
Alumunium hydroxide.
Melalui pemberian secara intra vena, clavulanate yang dikombinasi dengan
amoxxicillin ataupun ticarcillin, clavulanate terdistribusi secara cepat, dan
menghasilkan kadar puncak 8μg/mL sesudah pemberian secara intravena. Waktu
paruh di dalam serum adalah sekitar 1 jam. Tidak terjadi akumulasi clavulanate
kecuali jika creatinine clearance ≤ 10 mL/min. Penyesuaian dosis tergantung pada
dosis Amoxicillin ataupun Ticarcillin.
c. Efek samping
Tidak ada efek samping yang bermakna dalam penggunaan clavulanate yang
dikombinasikan dengan amoxicillin maupun ticarcillin. Insiden reaksi kulit sama
besarnya dengan penggunaan Penicillin lainnya secara tunggal. Diare merupakan
efek samping tersering, terutama jika diberikan dosis oral selama beberapa hari.
Dosis Clavulanate yang dianjurkan adalah tidak boleh melebih 125 mg dua atau tiga
kali pemberian/hari.
d. Penggunaan klinis
Amoxicillin-Clavulanate terbukti berguna untuk terapi otitis media pada anak-anak
yang disebabkan oleh kuman penghasil β-lactamase seperti H. influenzae dan M.
Catarrhalis. Juga dipergunakan untuk pengobatan sinusitis ataupun pneumonia yang
disebabkan oleh kuman penghasil β-lactamase yang masih susceptible maupun untuk
kuman non penghasil β-lactamase. Juga sangat berguna untuk pengobatan
polymicrobial infection.
Ticarcillin-Clavulanate (Timentin) memiliki spektrum pengobatan yang mencakup
gram positif cocci selain enterococci dan methicillinresistant staphlococci,
enterobacteriaceae, termasuk pula strain resisten obat, P.aeruginosa dan gram positif
dan gram negatif anaerob. Terbukti sangat efektif pula untuk mengatasi berbagai
macam infeksi, termasuk pula community acquired penumonia, hospital acquired
dan ventilator associated pneumonia, infeksi ginekologi, infeksi intraabdominal,
infeksi kulit dan jaringannya serta osteomyelitis.
3. Sulbactam
Sulbactam adalah 6-desaminopenicillin sulfone. Sulbactam merupakan β-lactamase
inhibitor yang memiliki spektrum yang lebih luas dibandingkan clavulanic acid, tapi
potensiasinya tak sekuat clavulanate. Sulbactam dalam bentuk kombinasi dengan
Ampicillin (Unasyn).
a. Rumus struktur
b. Farmakologi
Dalam tubuh manusia, Sulbactam memiliki farmakokinetik yang serupa dengan
Ampicillin. Kadar puncak rata-rata setelah pemberian secara i.v 1 gram adalah
sebesar 68μg/mL. Waktu paruh dalam plasma adalah 1 jam. Sulbactam diekskresikan
melalui ginjal dengan "urinary recovery rate” sebesar 70 – 80 %. Ekskresi bilier
minimal. Waktu paruh tak banyak berubah kecuali jika cratinine clearance berkurang
hingga menjadi 30 mL/min. Waktu paruh menjadi 9,2 jam pada creatinine clearance
5 – 15 mL/min. Penetrasi melalui meningen yang mengalami inflamasi adalah
rendah.
c. Efek samping
Hasil uji klinis menunjukan bahwa kombinasi sulbactam dengan ampicillin tidak
memiliki efek terhadap sistem hematologi, ginjal, hati ataupun sistem saraf pusat.
Diare bukanlah suatu persoalan setelah pemberian secara intra vena. Terkadang
terjadi peningkatan nilai transaminase.
d. Efek samping
Ampicillin – Sulbactam memiliki spektrum antibakterial yang serupa dengan
amoxicillin-clavulanate. Biasa digunakan untuk mixed bacterial infections seperti
pada infeksi intra abdominal. Infeksi dalam bidang obstetri dan ginekologi, infeksi
jaringan lunak dan infeksi pada tulang.
4. Tazobactam
Tazobactam merupakan penicillanic acid sulfone β-lactamase inhibitor dengan struktur
yang menyerupai sulbactam. Spektrum yang dimilikinya menyerupai sulbactam namun
potensi yang dimiliki menyerupai clavulanic acid. Tersedia dalam bentuk sediaan
parenteral dengan kombinasi hanya dengan piperacillin.
a. Farmakologi
Nilai rerata kadar puncak dalam serum dalam 30 menit setelah pemberian 375mg
Tazobactam yang dikombinasikaan dengan piperacillin adalah 25𝜇g/mL.
Tazobactam terutama diekresikan melalui ginjal dan penyesuaian dosis perlu
dilakukan untuk creatinine clearances ≤ 40 mL/min. Kombinasi tazobactam dengan
piperacillin akan mengurangi clearance tazobactam tetapi tidak berpengaruh pada
piperacillin. Waktu paruh Tazobactam adalah 1 jam pada subyek yang sehat dengan
fungsi ginjal normal. Meningkat menjadi 3.6 jam pada subyek yang memiliki
creatinine clearance < 20mL/min dan menjadi 7 jam pada pasien ginjal stadium akhir.
Tazobactam dapat menembus meningen yang mengalami inflamasi.
b. Efek samping
Data yang dimiliki masih sangat terbatas.
c. Penggunaan klinik
Kombinasi Piperacillin-Tazobactam memiliki spektrum terapi yang terluas
dibandingkan kombinasi antibiotik dengan β-lactamase inhibitor lainnya. Terutama
digunakan untuk pneumonia, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intraabdominal,
infeksi polymicrobial, dan febril neutropenia.
5. CEPHALOSPORINS
Pertama kali ditemukan pada tahun 1945 oleh Giuseppe Brotzu, hasil dari isolasi
Cephalosporin acremoniumCephalosporins menyerupai Penicillin namun lebih stabil
terhadap berbagai bakteri penghasil β-lactamase dan memiliki spektrum aktifitas yang
lebih luas. Namun ada strain tertentu dari E.coli dan Klebsiella sp. yang
mengekspresikan “extended spectrum β-lactamase”yang dapat menghidrolisa sebagian
cephalosporins dan menimbulkan persoalan. Cephalosporins tidak aktif terhadap
enterococci dan L. Monocytogenes.
a. Struktur
Struktur dasar dari antibiotik golongan Cephalosporins adalah cincin β-lactam dan
molekul 7-aminocepahlosporanic acid (7-ACA).
c. Mekanisme resistensi
Ada empat mekanisme utama terjadinya resistensi terhadap antibiotik
golongan Cephhalosporin yaitu:
- Destruksi antibiotik oleh enzim β lactamase
- Pengurangan penetrasi antibiotik melalui lapisan lipopolisakarida
- Peningkatan efflux obat dari ruang periplasmic
- Perubahan pada PBP sehingga terjadi penurunan afinitas.
Biasanya mekanisme resistensi hanya terjadi melalui salah satu dari
mekanisme tesebut, namun persentase mikroorganisme yang memiliki
mekanisme resistensi multipel semakin meningkat. Produksi enzim β
lactamase yang dapat menghidrolisa β lactam merupakan mekanisme
resistensi yang paling dominan bagi kebanyakan kuman gram negatif.
d. Farmakologi
Cephalosporins adalah senyawa polar yang larut dalam air. Untuk generasi
I, II, dan III tersedia dalam bentuk sediaan oral dan parenteral. Sedangkan
untuk generasi IV dan MRSA active cephalosporin hanya tersedia untuk
penggunaan parenteral. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.
Semua formulasi parenteral tersedia untuk pemberian secara intramuscular
maupun secara intra vena. Semua formulasi parenteral kecuali cephradine,
stabil pada larutan yang disimpan dalam suhu ruangan selama 24 jam atau
lebih. Sedangkan sediaan oral tersedia dalam bentuk tablet, kapsul maupun
suspensi. Sebagian besar Cephalosporin dieliminasi melalui ginjal, dengan
waktu paruh 1 hingga 2 jam. Mekanisme utama untuk ekskresi melalui
ginjal iti terutama melalui sekresi tubulus. Pemberian Probenecid dapat
memperpanjang waktu paruh beberapa obat Cephalosporins.
6. CARBAPENEM
Struktur Carbapenem masih berhubungan dengan antibiotik golongan β-lactam lainnya.
Di United States telah ada empat obat dari golongan ini yang beredar yaitu Ertapenem,
Doripenem, Imipenem, dan Meropenem. Sedangkan yang ke-lima yaitu Panipenem telah
beredar di Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Carbapenem merupakan obat antibiotik
golongan β-lactam dengan spektrum pengobatan yang terluas karena mereka sangat
stabil terhadap enzim β-lactamase. Carbapenem merupakan derivat dari thienamycin,
suatu senyawa yang dihasilkan oleh Streptomyces cattleya.
a. Rumus struktur
Carbapenem memiliki inti yang berbeda dibandingkan penicillin di mana terjadi
penggantian methylene untuk sulfur dan ikatan ganda pada struktur cincin
b. Mekanisme kerja
Carbapenem terikat dengan afinitas yang kuat pada molekul dengan berat yang
tinggi, Penicillin Binding Protein (PBP) dari gram positif dan gram negatif.
Carbapenem menembus lapisan membran luar (outer membrane) dari bakteri gram
negatif melalui outer membran protein spesifik yaitu, OprD. Ini membedakannya
dengan Cephalosporins atau penicillin yang menggunakan OmpC ataupun OmpF.
Permeabilitas membran yang berbeda dan stabilitas terhadap enzim β-lactamase yang
luar biasa. Carbapenem tidak mengalami hidrolisis ataupun mengalami hidrolisis tapi
sangat lambat oleh kuman yang biasa tergolong penicillinase dan cephalosporinase
(Ambler class A & C enzyme), yaitu Staphlococcus aureus, Escherichia coli,
Enterobacter cloacae, Citrobacter freundii, Proteus rettgeri, Seratia marcescens,
Proteus vulgaris
c. Mekanisme resistensi
Carbapenem mengalami hidrolisis oleh Ambler class B enzyme, zincdependent
metalloenzyme ditemukan pada Stenotrophomonas maltophilia, Bacillus dan species
lainnya. Selain itu ada pula plasmid-borne class A carbapenemase, yaitu KPC-1,
KPC-2, dan KPC-3, di mana KPC merupakan akronim dari Klebsiella pneumoniae
Producing Carbapenemase. Dinamakan demikian karena ditemukan dalam strain
yang resisten terhadap Carbapenemase dari Klebsiella pneumoniae. Sedangkan
pengurangan produksi atau tidak adanya OprD berperan dalam resistensi
P.aeruginosa, Enterobacter spp, dan kuman gram negatif lainnya. Doripenem,
ertapenem dan meropenem merupakan substrat dari multidrug efflux system MexA-
MexB-OprM yang terdapat pada P.aeruginosa.
d. Farmakologi
Doripenem, ertapenem, imipenem dan meropenem diabsorpsi sangat jelek pada
pemberian secara oral sehingga harus diberikan secara parenteral. Semuanya
dieksresikan melalui ginjal. Doripenem, imipenem dan meropenem secara
farmakologis mirip. Waktu paruh untuk ketiga obat tersebut adalah 1 jam sedangkan
untuk ertapenem adalah 4 jam. Waktu paruh yang panjang memungkinkan ertapenem
diberikan secara once-daily dosing. Imipenem biasa diberikan setiap 6 jam
sedangkan doripenem dan meropenem diberikan setiap 8 jam. Semua carbapenem
memerlukan penyesuaian dosis pada pasien yang mengalami gangguan/penurunan
fungsi ginjal.
e. Efek samping
Carbapenem umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan memiliki profil toksisitas
yang serupa dengan penicillin. Rash, urticaria, immediate hipersensitivity, reaksi
silang, diare, dan mual merupakan efek samping yang biasa terjadi. Semua
carbapenem dikaitkan dengan terjadinya kejang terutama imipenem. Ertapenem dan
meropenem tampaknya kurang bersifat epileptogenic.
f. Penggunaan klinis
Carbapenem diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman yang masih
susceptible namun resisten terhadap obat-obat lain yang tersedia. Misalnya untuk
infeksi oleh Pseudomonas aeruginosa dan untuk penatalaksanaan infeksi campuran
antara aerob dan anaerob. Carbapenem juga aktif terhadap banyak kuman yang
tergolong “highly penicillin resistant strain of pneumococcus.
7. MONOBACTAM
Monobactam aktif hanya terhadap kuman gram negatif aerob. Aztreonam merupakan
satu-satunya monobactam yang tersedia di pasaran dan strukturnya berupa monocyclic
β lactam yang merupakan hasil modifikasi dari senyawa yang dihasilkan oleh
Chromobacterium violaceum. Tidak bermanfaat untuk kuman Gram positif dan
anaerobic. Aztreonam melakukan penetrasi membran bagian luar dari kuman gram
negatif., dan resisten terhadap hydrolsis oleh class A plasmid dan chromosomal β
lactamase dan class B enzyme. Diinaktifasi oleh class A carbapenemase, ESBL dan class
C β-lactamase. Aztreonam menghambat enterobacteriaceae pada konsentrasi <
0,5μg/mL P. aeruginosa, E. cloacae, dan C.freundii. Aztreonam tidak diabsorpsi melalui
saluran pencernaan. Pemberian aztreonam sebanyak 500 mg secara intramuscular akan
menghasilkan konsentrasi dalam serum sebesar 21-27 μg/mL pada 1 jam pertama dan
akan menjadi 4 – 6 μg/mL 6 jam sesudahnya. Konsentrasi dalam serum 1 jam sesudah
pemberian secara intramuskular memberikan hasil yang sama dengan pemberian secara
intra vena.
Aztreonam diekskresikan melalui ginjal. Pada dewasa dengan fungsi ginjal dan hati yang
normal, waktu paruh aztreonam sekitar 2 jam. Pada neonatus usia 7 hari dan berat badan
<2,5 kg, waktu paruh aztreonam berkisar antara 5,5 – 9,9 jam. Sedangkan pada dewasa
dengan gangguan fungsi ginjal, maka waktu paruhnya berubah menjadi 8 jam pada
keadaan creatinine clearance <10 μg/mL. Sedangkan pada pasien dengan gangguan
fungsi hati yang ringan maka tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Aztreonam ditoleransi dengan sangat baik. Skin rash dapat muncul. Aztreonam adalah
obat β lactam yang dapat digunakan dengan aman pada pasien dengan rash ataupun
dengan reaksi hipersensitifitas terhadap penicillin maupun obat golongan β lactam
lainnya karena tidak ada cross reactivity. Reaksi hematologi, gastrointestinal,
nephrotoxic, maupun neurotoxic jarang terjadi.
Aztreonam jarang digunakan untuk terapi empiris karena spektrum aktifitas yang
dimilikinya terbatas pada kuman aerobic gram negatif. Aztreonam telah digunakan
dengan aman bersamaan dengan clindamycin, erythromycin, metronidazole, penicillins
dan vancomycin. Penggunaan yang paling utama adalah untuk infeksi yang disebabkan
oleh kuman aerob gram negatif pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap
penicillin maupun β lactam lainnya. Juga bisa digunakan untuk terapi infeksi yang
disebabkan metallo-β-lactamase. Dosis yang biasa diberikan adalah 1 – 2 gram secara
intra vena maupun secara intra muskular setiap 6 – 8 jam.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Mandell GL, Bennett JE, Dollin R. Mandell, Douglas, and Bennett’s Principle and Practice
of Infectious Diseases. 7th ed. Philadephia: Elsevier Churchil Livingstone, 2010.
2. Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Disease 3rd ed. Elsevier Mosby, 2010.
3. Bennet PM, Brown MJ. Clinical Pharmacology 9th ed.Churchil Livingstone, 2003.
4. Guilfoile Patrick. Antibiotic-Resistant Bacteria.Infobase Publishing, 2007.
5. Bauman RW. Microbiology: with Diseases by Body System, 3rd ed. Pearson, 2012.
6. Customer Education: Antibiotics Classification and Modes of Action. Biomerieux, 2008.
7. Katzung BG, Masters BS, Trevor AJ, Basic and Clinical Pharmacology, 11th ed. Lange,
2009.