Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK 10
PROGRAM S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBASAN
2.1 Defini Governance
2.2 Struktur utama Corporate Governance
2.3 Budaya Etis
2.4 Corporate Code of conduct
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap organisasi memiliki sebuah kode etik dimana setiap individu baik pemimpin
dan karyawan yang berada dalam organisasi tersebut harus patuh dan mengikuti kode
etik tersebut. Adanya kode etik tersebut dapat menjadi tolak ukur setiap individu
untuk berperilaku sesuai dengan peraturan. Kode etik juga dapat menjadi tindakan
pencegahan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi pada
organisasi.
Oleh karena permasalahan di atas, maka penulis bermaksud untuk menulis makalah
dengan judul Ethical Governance (Etika Pemerintahan).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1 Untuk menjelaskan pengertian Governance
2 Untuk menjelaskan Struktur Corporate Governance
3 Untuk menjelaskan Budaya Etis
4 Untuk menjelaskan Code of Conduct
BAB II
PEMBAHASAN
Hingga kini perdebatan terhadap terminologi ini tetap terbuka lebar, apalagi
interpretasi terhadapnya seringkali dilakukan secara longgar. Muhadjir Darwin (2000)
misalnya, menjelaskan kesulitan untuk menemukan padanan makna yang memadai,
acapkali penggunaan istilah ini dibiarkan apa adanya, karena sulit dicari padanannya
dalam bahasa Indonesia. Bondan Winarno pernah menawarkan sinomim istilah ini
dengan penyelenggaraan. Muhadjir Darwin juga menegaskan bahwa notion ini tidak
semata-mata menjelaskan fungsi pemerintah untuk menjalankan fungsi governing,
tetapi juga aktor-aktor lain diluar negara dan pemerintah. Pemerintah adalah salah
satu institusi saja yang menjalankan peran ini. Bahkan dapat terjadi peran pemerintah
dalam fungsi governing ini digantikan dan dipinggirkan oleh aktor-aktor lain, akibat
bekerjanya elemen-elemen diluar pemerintah . Hal ini sejalan dengan pemaknaan
yang dilakukan oleh Pierre dan Peters (2000) yang menyatakan governance sebagai
thinking about governance means thinking about how to steer the economy and
society and how to reach collective goals;
Inti dari GCG pada dasarnya adalah komitmen, aturan main dan praktik
penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika oleh RUPS, Dewan Komisaris dan
Direksi untuk memaksimalkan nilai Pemegang Saham. Penyelenggara bisnis pada
suatu perusahaan adalah struktur yang memiliki kewenangan dalam menentukan arah
tujuan dan mengendalikan jalannya perusahaan. Struktur-struktur tersebut adalah :
Para pemilik badan usaha yang membagi modalnya serta membatasi kewajibannya
dalam saham-saham suatu perseroan terbatas disebut sebagai para Pemegang Saham.
Agar dapat menjalankan haknya sebagai pemilik perusahaan, para Pemegang Saham
tersebut membentuk atau mengadakan suatu wadah yang disebut Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Struktur Utama selanjutnya yang menjalankan fungsi penting sebagai pengelola
perusahaan adalah Direksi yang salah seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur
Utama. Sesuai dengan pola two tiered board yang dianut Indonesia, Direksi
merupakan suatu struktur eksekutif perusahaan sehari-hari yang terpisah secara tegas
dengan struktur yang mengawasinya yaitu Dewan Komisaris.
Menurut Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada
BUMN Pasal 1 butir 4, ketiga pihak yang memainkan peranan penting dalam
perusahaan disebut sebagai struktur persero. Struktur utama pada Perusahaan
Perseroan (Persero) adalah RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi. Sedangkan struktur
utama pada Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah
Pemilik Modal (Menteri), Dewan Pengawas dan Direksi. Dalam penerapan GCG,
struktur persero, perum atau perjan disebut sebagai struktur utama GCG.
Dalam pelaksanaan tugasnya, struktur utama tersebut dapat dibantu oleh struktur
lainnya atau disebut dengan struktur pendukung GCG yang memberikan dukungan
kepada Dewan Komisaris, yaitu komite Dewan Komisaris seperti Komite Audit,
Komite Remunerasi, Komite Strategi, dan Komite emantau Manajemen Risiko.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Etika pemerintahan adalah seperangkat nilai moral dan ajaran tentang berperilaku
baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia. Dalam Ethical Governance (Etika Pemerintahan) terdapat juga masalah
kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat, aparatur, struktur dan lembaganya. Etika
pemerintahan tidak terlepas dari filsafat pemerintahan.
Perusahaan-perusahaan memiliki budaya etis dimana berisi nilai-nilai etika dan moral
dan dijadikan acuan dalam berperilaku dalam perusahaan tersebut. Budaya etis
diterapkan melalui 3 metode yaitu penetapan credo perusahaan, penetapan program
etika, dan penetapan kode etik perusahaan.
Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu
harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau
etika. Code of Conduct merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis dalam
bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam berinteraksi
dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan
Kode perilaku korporasi dievaluasi dengan diawali oleh evaluasi tahap awal
(Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman. Pedoman Good
Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan telah
diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.
DAFTAR PUSTAKA
https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/04/ethical-governance/
https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/
http://datakata.wordpress.com/2014/11/12/ethical-governance/
http//wahyudanu93.blogspot.co.id/2014/10/nama-wahyu-danu-s.html
http://www.academia.edu/9195264/Perilaku_dan_Budaya_Etis_dalam
https://www.psychologymania.com/2013/05/pengertian-code-of-conduct.html