Anda di halaman 1dari 15

Pengembangan Pembuatan Keputusan

dan Business Intellegent

1.1 Keputusan dan Tipe Keputusan


Keputusan merupakan hasil pemecahan masalah (problem solving) dalam suatu
masalah (problem). Masalah itu sendiri didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana
terdapat perbedaan antara kondisi yang diharapkan (desire state) dengan kondisi yang
dihadapi (current state). Masalah atau problem yang dimaksud dapat dıbagi 3 (tiga)
golongan beşar yaitu :
a. Masalah Korektif adalah masalah yang timbul karena adanya penyimpangan dari
apa yang direncanakan. Seperti adanya pemangkasan anggaran untuk kegiatan I
(satu) tahun anggaran.
b. Masalah Progresif adalah suatu masalah yang terjadi akibat adanya keinginan
untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu prestasi atau hasil masa lalu. Misalnya,
suatu perusahaan ingin membuka cabang di wilayah lain.
c. Masalah Kreatif adalah suatu masalah yang muncul karena adanya keinginan untuk
menciptakan sesuatu yang sama sekali baru. Hal ini dapat dicontohkan sebuah
konveksi yang membuat jilbab ingin menciptakan model jilbab banı.

Beberapa peneliti telah memberikan definisi pembuatan keputusan (decision


making), diantaranya;
 GR Terry
Pembuatan keputusan adalah sebagai aktivitas pemilihan yang didasarkan
kriteria tertentu terhadap 2 (Dua) atau lebih alternatif yang mungkin

 Claude. S. Goerge, Jr
Mengatakan proses pengambilan keputusan itü dikerjakan oleh kebanyakan
manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk penimbangan,
penilaian dan pemilihan diantara sejumlah altematif.
 Horold dan Cyrii ODonnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternative menegnai suatu
cara bertindak. Bila dikaitkan dengan suatu organisasi, keputusan ini disebut dengan
system keputusan. System keputusan ini adalah salah satu bagian dari system
organisasi.

Sehingga jika disimpulkan pembuatan keputusan merupakan aktivitas


pemilihan alternative terbaik dari berbagai alternative yang tersedia berdasarkan
kriteria tertentu yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah (problem solving)

Jenis Keputusan
1. Berdasarkan pada sifat, struktur, dan kejelasan elemen keputusan yang ada di
dalamnya
a. Keputusan terstruktur (Structured decision)
Sifat keputusan ini berulang dan rutin, melibatkan prosedur yang jelas
dalam menanganinya, sehingga tidak diperlakukan seakan—akan masih baru.
Jenis pengambilan keputusan ini mengandung suatu respons otomatik
terhadap kebijaksanaan — kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Gambar 1.1
Jenis Keputusan Berdasarkan Sifat, Struktur dan
Kejelasan Elemen di dalamnya

Jenis Keputusan Contoh Keputusan

Tidak Perencanaan
penelitian &
terstruktur
pengembangan

Persiapan
anggaran
Semi
Terstruktur

Pengendalian
Terstruktur persediaan,
pencataan
pesanan

b. Keputusan tidak terstruktur (Unstructured decision)


Adalah keputusan yang pengambil harus memberikan penilaian,
evaluasi dan pengertian untuk memecahkan masalahnya. Pengambilan
keputusan jenis ini meliputi proses—proses pengambilan keputusan untuk
menjawab masalah — masalah yang kurang dapat didefinisikan. Untuk
menjawab masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambil
keputusan, ditambah dengan bantuan sistem informasi. Hal ini dimaksud untuk
mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik. Sebagai contoh;
keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah keputusan tidak
terstruktur yang jarang terjadi.
c. Keputusan Semi terstruktur (Semistructured decision)
Yaitu hanya sebagian masalahnya mempunyai jawaban yang jelas
tersedia dengan prosedur yang disetujui bersama. Keputusan tipe ini seringnya
bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan — perhitungan serta analisis
yang terperinci. Contoh dari keputusan tipe ini adalah membeli sistem
komputer yang lebih canggih.

Dengan demikian, tipe keputusan ini dapat kita gambarkan pada gambar
dibawah ini.

2. Jenis Keputusan Berdasarkan Waktu Keputusan Tersebut Dibuat


a. Keputusan Terprogram
Keputusan terprogram merupakan keputusan yang waktu pembuatan
keputusannya telah diketahui dengan baik dan umumnya terjadi berulang-
ulang. Keputusan seperti ini hanya dapat diterapkan pada keputusan yang tidak
lagi banyak melibatkan judgment pembuat keputusan. Umumnya keputusan
terstruktur dapat dibuat menjadi keputusan yang terporgram.
b. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan tidak terprogram merupakan keputusan yang tidak dapat
ditentukan kapan dibuatnya. Sehingga frekwensi keputusan seperti ini tidak
dapat benar-benar diidentifikasi. Keputusan tidak dapat terprogram umumnya
dikarenakan keputusan tidak dapat dibuat seketika dikarenakan adanya faktor
judgment yang harus di aplikasikan oleh pembuat keputusan. Keputusan semi
terstruktur dan tidak terstruktur merupakan keputusan yang pada umumnya
tidak dapat diprogram.

Tipe informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan terdiri dari 3


(tiga), yaitu :
1) Informasi pengumpulan data (Scorekeping information)
Tipe informasi ini merupakan informasi berupa pengumpulan data yang
berguna untuk menjawab pertanyaan "Apakah saya sudah mengerjakan
laporan dengan baik atau belum?". Informasi ini berguna untuk manajer
bawah guna mengevaluasi kinerja personel personelnya.
2) Informasi pengarahan perhatian (Attention directing information)
Merupakan tipe informasi yang berguna untuk membantu manajemen
memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang menyimpang maupun
ketidakefisienan. Informasi untuk menjawab pertanyaan "Permasalahan
apakah yang harus diamati?". Informasi tipe ini dapat membantu manajemen
menengah untuk melihat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
3) Informasi pemecahan masalah (Problem solving information)
Tipe informasi yang ke-3 ini dapat membantu manajer untuk mengambil
keputusan guna memecahkan masalah yang tsedang terjadi. Informasi ini
untuk menjawab pertanyaan” Alternatif mana yang terbaik untuk
melaksanakan proyek A?”

1.2 Proses Pembuatan Keputusan


Proses pembuatan keputusan memiliki beberapa tahapan. Namun sebelum
pembahasan proses pembuatan keputusan, perlu juga dipahami prinsip-prinsip yang
mendasari pembuatan keputusan, yaitu :
1) Keputusan pada dasamya ditujukan untuk memecahkan masalah karena itu setiap
alternatif solusi hendaknya tepat untuk masalah yang dituju.
2) Setiap keputusan hendaknya merupakan alternatif terbaik dengan resiko yang amat
rendah.
3) Keputusan hendaknya sudah mempertimbangkan lingkup dan resiko secara
sistematik dan sistemik.
4) Keputusan hendaknya tidak berada diluar zona ofacceptance manusia.
5) Keputusan yang efektif adalah keputusan yang dapat dilaksanakan.
6) Keputusan hendaknya memecahkan masalah yang generik bukan masalah yang
oprasional teknis.
7) Pembuatasan keputusan terdiri dari tahap perumusan keputusan dan implementasi
keputusan.
8) Pembuatan keputusan hendaknya menghasilkan suatu hasil yang dapat diukur.
9) Keputusan tidak selalu harus dimulai dari data, tapi dari judgement.

Agar keputusan yang diambil tepat dan benar, pengambil keputusan perlu
menggunakan metode-metode yang tepat juga. Proses penurunan suatu keputusan
mengandung empat unsur .
a. Model : Model menunjukkan gambaran suatu masalah secara kuantitatif atau
kualitatif.
Secara umum, terdapat dua pendekatan dalam pengambilan keputusan, yaitu;
1) pendekatan kualitatif, dan
2) pendekatan kuantitatif.
Sederahananya, pendekatan kualitatif mengandalkan penilaian subyektif
terhadap suatu masalah, sedangkan pendekatan kuantitatif mendasarkan
keputusan pada penilaian obyektif yang didasarkan pada model matematika
yang dibuat.
b. Kriteria: Kriteria yang dirumuskan menunjukkan tujuan dari keputusan yang
diambil. Jika terdapat beberapa kriteria yang saling bertentangan, maka
pengambilan keputusan harus melalui kompromi (misalnya menambah jasa
langganan dan mengurangi persediaan, maka keputusan mana yang diambil perlu
kompromi).
c. Pembatas: Faktor-faktor tambahan yang perlu diperhatikan dalam memecahkan
masalah pengambilan keputusan. Misalnya dana yang kurang tersedia.
d. Optimalisasi: Apabila masalah keputusan telah diuraikan dengan sejelas jelasnya,
maka manajer menentukan apa yang diperlukan (kriteria) dan apa yang
diperbolehkan (pembatas). Pada keadaan ini pengambil keputusan siap untuk
memilih pemecahan yang terbaik atau yang optimal.

Proses untuk mengambil keputusan umumnya melibatkan 4 (empat) tahapan


berbeda dalam mengambil keputusan yaitu :
1. Kecerdasan (intelligence)
Terdiri atas menemukan, mengindentifikasi dan memahami masalah yang
terjadi pada organisasi. Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian
dari lingkup problematika serta pengenalan masalah.
2. Rancangan (design)
Melibatkan identifikasi dan pencarian berbagai solusi masalah. Dalam tahap
ini adalah proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif yang
bisa dilakukan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pembentukan model
tahap perancangan ini adalah strukturisasi model, pemilihan kriteria untuk
evaluasi, pengembangan alternatifdan memperkirakan hasil dikaitkan dengan
ketersediaan informasi yang mungkin dijalankan dan diimplementasikan dalam
proses pengambilan keputusan.
3. Pemilihan (choice)
Adalah tentang memilih alternatif solusi yang ada. Hasil dari pemilihan
kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
4. Implementasi (implementation)
Adalah membuat alternatif yang dipilih dapat bekerja dan tetap mengawasi
seberapa baik kerja solusi tersebut. Dengan kata lain, tahap ini merupakan
pelaksanaan dari keputusan yang diambil.
Gambar 1.2
Tahapan Pembuatan Keputusan

Namun secara detail pembuatan keputusan terstruktur dalam Sistem Infoemasi


Manajemen dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pembentukan persepsi terhadap situasi yang dihadapi
Langkah langkah dalam prosedur ini meliputi sebagai berikut :
a. Membaca lingkungan yang memerlukan keputusan
b. Mengumpulkan informasi situasi yang dihadapi sebanyak mungkin terutama
dari sudut pandang waktu dan biaya.
c. Membentuk persepsi terhadap setiap situasi dengan menggunakan informasi
yang ada
d. Menetapkan setiap situasi dalam kategori yang sesuai dengan karaktristik.
Pemahaman akan situasi suatu peristiwa itu sangatlah penting karena jika
salah dalam mengartikan situasi yang sebenarnya, maka salah dalam membuat
suatu keputusan, kunci utama dalam pembuatan keputusan adalah informasi. Jika
informasi yang kita dapat itu benar maka keputusan yang di ambil akan benar.
Peter Deucker menjelaskan beberapa kondisi dalam pembuatan keputusan secara
tersetruktur adalah sebagai berikut:
a. Sebuah kejadian yang sering ditemui dan dapat diklasifikasikan sebagai
keadaan terstruktur
b. Sebuah kejadian yang baru pertama kali ditemui oleh organisasi atau
departemen dan mungkin akan berulang dimasa depan, tetapi merupakan
keputusan terstruktur dan dihadapi oleh organisasi.
c. Sebuah kejadian yang unik terjadi dari situasi structural sering terjadi dimasa
depan.
d. Sebuah kejadian yang unik yang tidak mungkin terjadi lagi dalam bentuk yang
sama.

Identifikasi situasi yang tcpat tcrhadap kondisi yang diamati serta keakuratan
persepsi terhadap gejala situasi (simptom) adalah syarat utama terciptanya solusi
yang efektif Dengan memperlakukan sebuah keadaan yang kontinyu sebagai
situasi baru dan unik akan berakibat upaya yang mubazir dan tidak efektif Di Sisi
lain, kesalahan persepsi terhadap situasi baru dan unik yang diperlakukan sebagai
hal rutin akan mengakibatkan kesulitan yang lebih besar. Huber dalam Ashar
Kasim (1994) mengatakan ada tiga kecenderungan yang dapat mengganggu
penjajakan masalah:
a. Kecenderungan untuk merumuskan masalah menurut penyelesaian yang
ingin diusulkan. Dengan memfokuskan permasalahan kepada satu
kemungkinan penyelesaian dan mengurangi kesempatan untuk mencari
alternative-alternatif penyelesaian yang lain.
b. Kecenderungan untuk merumuskan masalah secara sempit dan menurut
tujuan-tujuan yang lebih rendah. Hal ini bisa menyebabkan masalah yang
dirumuskan lebih sempit daripada yang seharusnya sehingga tidak
menunjang usaha organisasi secara keseluruhan.
c. Kecenderungan untuk melakukan diagnosis masalah berdasarkan gejala-
gejala yang terlihat (symptoms). Umumnya para manajer cenderung untuk
hanya menyelidiki suatu masalah dalam batas-batas gejala yang terlihat atau
diketahui, mereka terlalu sering menghabisskan waktunya menghadapi
”symptoms” yang sama yang timbul lagi berulang-ulang.

2. Membangun model yang mewakili situasi dalam pembuatan keputusan, dengan


dasar :
a. Persepsi dan rumusan situasi keputusan yang dilengkapi
b. Penjelasan faktor-faktor yang terlibat
c. Hubungan yang antara faktor-faktor

3. Penentuan ukuran kuantitatif biaya (disbenefit) dan manfaat


Pencarian ukuran kuantitatif yang mewakili manfaat dan biaya bagi setiap
alternatif sangat penting, ukuran ini juga harus terkait langsung dengan tujuan
pembuatan keputusan
4. Menentukan alternatif yang dimiliki secara spesifik
Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau
alternatif untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi. Ini berarti,
sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari
konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif itu
harus dapat memberikan memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena
merupakan salah satu aspek paling penting dalam keputusan.

Simon (1984) mengemukakan bahwa perilaku pembuatan putusan yang


sesunguhnya tak memenuhi syarat rasionalitas obyektif paling tidak dalam tiga hal,
yaitu:
1. Ketidak-lengkapan pengetahuan
2. Kesulitan kesulitan membuat dugaan, dan
Hanya sedikit dari kemungkinan-kemungkinan alternatif yang terpikirkan.
Jadi batas-batas kemungkinan-kemungkinan untuk pengembangan alternatif
adalah kelengkapan pengetahuan dan kemampuan berpikir membuat dugaan dan
memperoleh sebanyak alternatif yang relevan dengan suatu keputusan meliputi
segi-segi ekonomi, moral, lingkungan, dan beberapa segi Iain yang relevan.

5. Evaluasi manfaat dan biaya (disbenefit) untuk semua alternatif langkah Dalam
konteks pengambilan keputusan, analisis manfaat-biaya merupakan alat tradisional
yang digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya di antara seperangkat
aktivitas. Alat tersebut juga dimaksudkan untuk mengetahui besaran
biaya/pengorbanan dan manfaat/perolehan sehubungan dengan suatu altenatif
keputusan.
Tujuan dan Manfaat Analisis Manfaat-Biaya adalah untuk melihat sejauh mana
suatu keputusan memberikan manfaat yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan
terutama dalam konteks ekonomi. Pada analisis biaya dan manfaat, ada beberapa
metode kantitatif yang digunakan dalam menentukan layak tidaknya proyek.
Adapun metode kuantitatif yang digunakan adalah:

 Net Present Value (NPV)


 Internal Rate of Return (IRR)
 Benefit Cost Ratio (BC Ratio)
 Payback period

Manfaat dari analisis manfaat biaya antara lain:

 Membantu proses pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian setiap


alternatif keputusan yang ada.
 Mendorong munculnya ide baru terkait alternatif keputusan.
 Mengantisipasi timbulnya biaya yang tidak efektif dari suatu alternative
keputusan.

6. Menetapkan kriteria dalam memilih langkah terbaik


Kriteria untuk memilih alternatif dalam model normatif adalah pemaksimalan
laba, kegunaan, nilai yang diharapkan dan scbagainya. Tujuan ini apabila
dinyatakan dalam bentuk kwantitatif disebut fungsi objektif untuk suau keputusan.

7. Penyelesaian situasi keputusan


Setelah menyelesaikan semua langkah diatas, pembuat keputusan akan
memilih langkah yang dirasa sesuai untuk dijadikan referensi dalam pembuatan
keputusan. Selanjutnya, langkah ini diaplikasikan dengan segala konsekuensi dan
memberikan segenap komitmen yang dibutuhkan.

1.3 Peran Manajer dalam Pembuatan Keputusan


Manajemen suatu organisasi Manajemen suatu organisasi diharapkan memainkan
berbagai peranan strategis demi keberhasilan organisasi sebagai keseluruhan. Peranan
tersebut berangkat dari pandangan bahwa kelompok manajemen harus mampu
menerapkan kepemimpinan yang efektif. Pada umumnya kepemimpinan yang efektif
tercermin pada dua kegiatan utama, yaitu memainkan peranan yang menjadi tanggung
jawabnya selaku unsur pimpinan dalam organisasi dan kemahirannya memimpin
organisasi dalam menempuh seluruh proses manajerial yang memang harus terlaksana
dengan sebaik mungkin.

1.3.1. Managerial Role


Manajer memainkan bagian integral dalam pertumbuhan dan evolusi
organisasi. pertumbuhan organisasi yang merupakan proses yang kompleks,
terutama dalam organisasi yang lebih besar. Manajer harus melakukan lebih
dari menerima perubahan: mereka harus memfasilitasi proses evolusi. Dalam
situasi ini, organisasi memerlukan manajer yang dapat memenuhi beberapa
peran, termasuk pemimpin, negosiator, sebagai pemimpin, dan komunikator.
Di masing-masing peran, tujuan manajer adalah untuk membantu karyawan
melalui perubahan dengan jumlah paling mungkin dari konflik dan masalah.

Peran Manajer Sebagai:

 Pemimpin
Manajer perlu menjadi pemimpin yang baik. Manajer harus
mengatur dan merencanakan perubahan dan menggunakan keterampilan
kepemimpinan untuk menginspirasi karyawan untuk menerimanya. Ini
adalah keterampilan yang kompleks. Kepemimpinan adalah istilah yang
luas yang menggabungkan berkomunikasi dan inspirasi orang orang
disekitar Anda untuk merangkul prespektif.
 Negosiasi
Seorang negosiator mirip dengan pemimpin. Ketika organisasi
berkembang atau mengalami perubahan, manajer seringkali diperlukan
untuk bernegosiasi dengan jelas dan tabah dengan pesaing, kontraktor,
pemasok, dan karyawan. Seorang manajer harus mampu bernegosiasi dengan
semua pihak tersebut dengan cara yang efektif melayani kepentingan terbaik
organisasi.
 Sebagai Figur
Seorang manajer juga perlu bertindak sebagai tokoh organisasi.
Manajemen. Manajer yang membangun hubungan positif dengan pelanggan
dan karyawan akan menciptakan asosiasi positif dari dirinya / dirinya dengan
organisasi pada umumnya.
 Penghubung dan Communicator
Manajer efektif mengkomunikasikan visi mereka untuk organisasi,
agar karyawan lebih terlibat dengan pekerjaan mereka dan mengerahkan
dirinya untuk organisasi. Komunikasi adalah inti dari mengelola perubahan
secara efektif. Transparansi dan empati merupakan bagian integral membuat
karyawan sadar dan nyaman dengan perubahan yang terjadi.
Berbagai kemampuan tersebut memang harus dimiliki Oleh manajer.
Mengingat tantangan yang dihadapi manajer tidak ringan, seperti;
1. Tantangan tentang cara birokrasi manangani problem

2. Tantangan kekuatan-kekuatan yang menolak perubahan


3. Tekanan dari kelompok-kelompok berkepentingan
4. Tantangan tentang kesukaran untuk membagi rata keputusan dengan
individu maupun organisasi Iain diluar organisasi kita.
5. Tantangan kelima tidak lagi efektifitas serta efisiensi suatu organisasi.

1.3.2 Interpersonal Role


Menejer merupakan orang yang bertindak sebagai figur utama dalam
organisasi ketika mereka mewakili perusahaan mereka kepada dunia luar dan
melakukan tugas-tugas simbolik. Peranan yang bersifat interpersonal antara Iain
dimaksudkan untuk menumbuhsuburkan iklim solidaritas dan kebersamaan dalam
organisasi. Peranan ini sering menampakkan dirinya dalam tiga bentuk utama,
yaitu:
1. Peranan yang bersifat simbolis
Tidak dapat disangkal dari pengalaman banyak orang menunjukkan bahwa
eksistensi suatu organisasi sering diidentikkan dengan orang orang yang
menduduki jabatan manajemen puncak dalam organisasi tersebut. Salah satu
akibat peranan tersebut ialah kesediaan manajemen untuk terlibat dalam
berbagai kegiatan sosial dan seremonial. Tapi, tidak sedikit pula orang yang
menduduki posisi manajerial penting dalam organisasi yang tidak senang
memainkan peranan tersebut karena paling sedikit dua alasan utama, yaitu
(a) Keterlibatan termasuk kategori kegiatan periferal dalam arti tidak
memberikan kontribusi secara langsung kepada pencapaian tujuan
organisasi dan berbagai sasarannya dan

(b) Kegiatan sosial dan seremonial seperti itü menyita banyak waktu, tenaga,
dan bahkan juga biaya. Akan tetapi sesungguhnya, memainkan peranan
simbolis sangat penting, paling sedikit ditinjau dari segi penciptaan citra
positif organisasi yang bersangkutan

2. Peranan selaku pimpinan


Jika kepemimpinan didefinisikan sebagai "kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain sehingga orang lain İtü bersedia melakukan
hal-hal yang diinginkan oleh pimpinan, maka ini disebut kemampuan
memimpin yang efektif.

3. Peranan sebagai penghubung


Peranan manajer selaku wakil organisasi dalam menghadapi berbagai
pihak di luar organisasi menyebabkan manajer berperan juga sebagai
penghubung antaa perusahaan dengan pihak lainnya.
1.3.3. Information Role
Berkaitan dengan peran manajer sebagai penyedia informasi maka manajer
bertindak sebagai pusat saraf dari organisasi, menerima informasi terkini yang
paling konkret dan mendistribusikannya kembali kepada mereka yang memerlukan.
Peran informasional merupakan peran dalam mengatur informasi yang dimiliki baik
yang berasal dari dalam maupun luar organisasi, meliputi:
1. Monitor : Mengawasi, memantau, mengikuti, mengumpulkan dan merekam
kejadian atau peristiwa yang terjadi baik didapat secara langsung maupun tidak
langsung. Manajer harus menjalankan peran dalam hal mencari, menerima
berbagai informasi pengembangan pemahaman yang dapat memberikan
pegaruh terhadap industry.
2. Disseminator / Penyebar : Manajer harus menjalankan peran sebagai
desiminator yaitu dalam penyebaran informasi baik kepada internal maupun
eksternal perusahaan atau industry. Manajer harus dapat membedakan antara
informasi yang berasal dari fakta (kebenaran) atau informasi yang bersifat
interpretasi.
3. Spokeperson / Juru Bicara : Manajer mempunyai peran yang sangat sebagai juru
bicara yaitu dalam hal menyampaikan dan menyebarkan informasi kepada pihak
luar kegitan-kegiatan ataupun produk dan hasil yang dicapai.

Manajer adalah penyebar informasi dan juru bicara dalam organisasinya.


Selaku penerima informasi, manajemen memperoleh berbagai jenis informasi dari
banyak sumber, baik secara internal maupun secara ekstemal Melimpahnya
informasi yang diterima Oleh manajemen dapat menimbulkan masalah paling
sedikit dalam dua bentuk, yaitu:
(a) Tidak sedikit waktu dan tenaga manajemen yang digunakan untuk menyeleksi
informasi apa saja yang betul-betul dibutuhkannya yang berarti mengurangi
waktu yang tersedia untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang lebih
strategis sifatnya, dan
(b) Tidak adanya jaminan bahwa informasi yang diterima itu bermutu tinggi
Biasanya informasi yang diterima Oleh manajemen dikategorikan menjadi dua
jenis, yaitu informasi yang digunakan sendiri Oleh manajemen dalam
memainkan peranan manajerialnya dan informasi yang didistribusikan kepada
para manajer yang lebih rendah untuk digunakan sebagai alat pendukung
kegiatan para bawahan tersebut. Kategori kedua inilah yang mengakibatkan
timbulnya peranan manajemen selaku pembagi informasi. Dengan peranan ini
manajemen menyampaikan informasi tentang berbagai segi kehidupan
organisasi seperti strateginya, rencananya, kebijaksanaankebijaksanaannya,
tindakan operasional dan hasil yang dicapai kepada berbagai pihak yang
memerlukannya.

1.3.4. Decision Role


Setiap manajer berperan selaku pengambil keputusan, baik yang sifatnya
strategis, fungsional, dan teknis operasional. Peranan tersebut timbul karena
manajemen memiliki wewenang untuk bertindak selaku:

(a) Wirausahawan.
Manajer bertindak sebagi wirausahawan dalam mengusulkan jenisjenis
aktivitas baru, menangani gangguan-ganguan yang muncul dalam organisasi,
mengalokasikan sumber daya kepada para staf yang membutuhkan dan
menegosiasikan konflik serta menjadi penengah antara kelompok-kelompok
yang bertikai.
(b) Perdam ketidaktenangan (disturbance handler)
(c) Penentu alokasi sarana, prasarana, sumber daya manusia dan dana (resource
allocator), serta
(d) Selaku perunding (negotiator).
Peranan terakhir yang penting dan harus dimainkan dengan efektif ialah
selaku perunding bagi organisasi vis a vis berbagai pihak di luar organisasi.

Seorang pemimpin dalam membuat keputusan harus memiliki sifat khusus yaini:
a. Analytical skills yaini kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan
motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
b. Flexibility atau adaptability skills yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya
kepemimpinan yang palin tepat berdasarkan analisis terhadap situasi
c. Communication skills adalah kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang anda terapkan

Anda mungkin juga menyukai