Oleh :
Ali Musyafa’
TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Disusun Oleh :
• Ali Musyafa’
Diterbitkan Oleh :
PT REVKA PETRA MEDIA
Anggota IKAPI No.157/JTI/2014
Jl. Pucang Anom Timur no.5 Surabaya
Telp. 031-5051711 ; Fax. 031-5016848
e-mail: revkapetra.media@yahoo.com
16.10.082
Oktober 2016
ISBN : 978-602-4170-71-4
Dicetak oleh PT REVKA PETRA MEDIA
Ali Musyafa’
Judul ................................................................................................................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ..........................................................................................................................................................................................iii
Daftar Isi ..................................................................................................................................................................................................................iv
Daftar Simbol ..............................................................................................................................................................................................vii
Daftar Singkatan .................................................................................................................................................................................... ix
iv DAFTAR ISI
3.2. Metoda Kalibrasi Tegangan, Arus dan Tahanan ....................126
3.3. Kalibrasi Voltmeter ..........................................................................................................................139
3.4. Metrologi Waktu .................................................................................................................................. 147
3.5. Metrologi Frekuensi ..................................................................................................................... 149
DAFTAR ISI v
Bab 7 . International Thermal Scale ( ITS-90) .....................................................375
7.1. Komponen Standar Kawat Termokopel ................................................375
7.2. Koefisien Suhu Termometer Tahanan Platinum .................379
7.3. Toleransi Hubungan Suhu dan Tahanan ............................................. 386
7.4. Estándar dan Karakteristik Termokopel ............................................387
7.5. Model Matematika Kalibrasi ....................................................................................... 397
7.6. Perbedaan ITS-90 dan IPTS 68 .............................................................................. 399
7.7. Tabel Referensi Termometer Tahanan .....................................................402
7.8. Tabel Referensi Termometer Termokopel ...................................... 404
vi DAFTAR ISI
DAFTAR SIMBOL
Notasi Keterangan
A Amper
P Power
SI Standar Internasional
TC Technical Committee
DAFTAR SINGKATAN ix
x TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Bab 1
Bab 1
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
Bab 1 1
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
Perkembangan manajemen mutu laboratorium (ISO/IEC
17025) dan dan kaitannya dengan perubahan sistem
manajemen kualitas (ISO 9000) telah terjadi sinergi dan
berkembang menjadi sebuah kebutuhan masyarakat untuk
menjamin adanya layanan laboratorium yang bermutu. Pada
sistem manajemen mutu laboratorium diperlukan sebuah sistem
tatakelola berupa organisasi yang memiliki peran besar agar
laboratorium mampu memberi layanan terbaik. Organisasi ini
diharapkan mampu memberi perhatian penuh dengan
memasukkan semua persyaran ISO 9000 kedalam persyaratan
sistem manajemn mutu laboratorium sehingga lingkup
layanannya berupa kalibrasi dan pengujian menjadi conformitie.
Cara pengembangan sistem ialah ialah mengintegrasikan sistem
manajemen mutu ISO 9001 dengan sistem manajemen mutu
laboratorium ISO/IEC 17025.
2 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
adalah dengan memberi penekanan; tanggung jawab
manajemen puncak, komitmen dalam efisiensi serta efektifitas
sistem manajemen secara berkelanjutan dan berusaha memberi
peningkatan layanan atas kepuasan pelanggan. Penyesuaian
ISO/IEC 17025 terhadap
dap ISO 9001 ditunjukkan oleh Gambar 1.2.
Bab 1 3
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
konsumen, klien, pengguna akhir, pengecer, penerima dan
pembeli. Dengan catatan seorang customer dapat berasal dari
dalam atau luar organisasi.
Perubahan istilah ”Sistem Mutu” dengan “Sistem
Manajemen Mutu” atau “Sistem Manajemen”. Dalam sistem
manajemen ditetapkan kebijakan dan sasaran, serta upaya-
upaya untuk mencapai sasaran tersebut. Sistem manajemen
mutu merupakan sebuah sistem untuk mengarahkan dan
mengendalikan sebuah organisasi dalam rangkan memenuhi
pencapaian mutu.
Perubahan istilah, ”Manajemen Eksekutif” dengan
“Manajemen Puncak”. Manajemen puncak adalah orang atau
beberapa orang yang mengarahkan dan mengendalikan
organisasi pada tingkat tertinggi dan manajemen puncak yang
memiliki kewenangan untuk menentukan sumber daya yang
diperlukan untuk mengoperasikan laboratorium sesuai dengan
ISO/IEC 17025.
Perubahan istilah, “Conformance” dengan “Conformity”; dan
”Nonconformances” dengan “Nonconformities”. Conformity
adalah istilah yang digunakan untuk ”pemenuhan terhadap
persyaratan”. dengan catatan: istilah “conformance” merupakan
4 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
sinonimnya, akan tetapi telah dikembangkan dengan
penyempitan artinya [ISO 9000: 2000 (3.6.1)]..
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025,
dikembangkan melalui penggantian acuan ”ISO Guide 58”
dengan “ISO/IEC 17011” selanjutnya ISO/IEC 17011
menggantikan posisi ISO Guide 58 yang berisi persyaratan untuk
memenuhi badan akreditasi. perubahan atau penambahan
persyaratan ISO/IEC 17025 meliputi, Penambahan istilah dan
penambahan persyaratan yang dimuat pada bagian akhir sub-
klausul 1.4:
Bab 1 5
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
Gambar 1.3. : Badan Akreditasi dan Pemasok
6 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
merupakan pengakuan oleh pihak ketiga yang terkait dengan
lembaga penilai keseseuaian memberikan pernyataan formal
bahwa lembaga tersebut kompeten dalam melakukan kegiatan
penilaian kesesuaian.
Perubahan atau penambahan persyaratan ISO/IEC 17025
yang mengganti sub-klausul 1.6 yang menyatakan ”Apabila
laboratorium pengujian dan kalibrasi sesuai dengan persyaratan
standar, maka laboratorium akan menjalankan sistem
manajemen untuk kegiatan pengujian dan kalibrasi memenuhi
prinsip-prinsip ISO 9001. Pada lampiran standar, memuat acuan
silang antara standar mutu laboratorium (IEC 17025) dan
sistem manajemen mutu (ISO 9001), akan tetapi standar ISO
9001 tidak mencakup kompetensi teknis”.
Bab 1 7
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
dalam metrology yang dilaporkan oleh VIM, International
vocabulary of basic and general terms in metrology, oleh BIPM,
IEC, IFCC, ISO, IUPAC, IUPAP and OIML.
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025
mencakup istilah dan definisi yang digunakan dalam dokumen,
istilah dan definisi yang relevan diberikan dalam ISO/IEC 17000
dan VIM. catatan: definisi umum terkait dengan mutu diberikan
dalam ISO 9000, sedangkan ISO/IEC 17000 memberikan definisi
yang secara spesifik terkait dengan sertifikasi dan akreditasi.
Oleh karena ISO 9000 memberikan definisi yang berbeda, maka
dianjurkan untuk menggunakan istilah yang telah definisi dalam
ISO/IEC 17000.
8 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Gambar 1.4. : Konsep sistem manajemen mutu
Bab 1 9
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
1.3. Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC
17025
Perubahan terhadap IEC 17025 ditunjukkan oleh Gambar
1.5.
10
10 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
memelihara dan meningkatkan sistem manajemen,
mengidentifikasi penyimpangan kejadian-kejadian dalam sistem
manajemen atau prosedur-prosedur dalam pelaksanaan
pengujian dan/atau kalibrasi, dalam rangaka untuk melakukan
tindakan pencegahan atau meminimasi penyimpangan tersebut.
“Harus dipastikan bahwa tanggung jawab baru telah tercakup
dalam uraian tugas dan tanggung jawab yang dinyatakan dalam
panduan mutu.
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025
yang berisi menambahkan sub-klausul 4.1.5 k), adalah
“Menjamin bahwa personel menyadari relevansi dan pentingnya
kegiatan mereka dan bagaimana mereka dapat berkontribusi
dalam pencapaian tujuan sistem manajemen” harus diyakinkan
bahwa personel laboratorium diikutsertakan secara langsung
maupun tidak langsung dalam kegiatan kaji ulang manajemen
dan memahami hasil-hasilnya, mengambil kesimpulan dan
memutuskan tindakan apa yang dilakukan setelah kaji ulang
manajemen.
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025
dengan tambahan sub-klausul 4.1.6. bahwa “Manajemen Puncak
harus menjamin bahwa proses komunikasi yang tepat
ditetapkan dalam laboratorium dan teknik berkomunikasi
11
Bab 1 11
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
memegang peranan penting dalam rangka menjamin ke-
efektifan sistem manajemen”. Melakukan sosialisasi panduan
mutu yang terkait dengan peningkatan mutu berkelanjutan dan
peningkatan efektivitas sistem manajemen, Partisipasi aktif
dalam kaji ulang manajemen dan Kaji ulang isu dalam kegiatan
pelatihan atau penyelenggaran pelatihan yang menyangkut
permasalahan manajemen. Perubahan atau penambahan
persyaratan ISO/IEC 17025 juga telah merevisi sub-klausul
4.2.2: dengan harapan kebijakan atau tujuan sistem mutu
laboratorium harus ditetapkan dalam panduan mutu.
Tujuan keseluruhan sistem harus didokumentasi dan
dimuat dalam pernyataan kebijakan mutu. Pernyataan kebijakan
mutu harus diterbitkan dibawah kewenangan pimpinan
tertinggi organisasi. Pernyataan kebijakan mutusetidaknya
harus mencakup ”Kebijakan sistem manajemen laboratorium
yang terkait dengan mutu, termasuk pernyataan kebijakan mutu
harus dinyatakan dalam panduan mutu. Keseluruhan sasaran
mutu harus ditetapkan dan dikaji ulang dalam kegiatan kajiulang
manajemen. Pernyataan kebijakan mutu harus diterbitkan
dibawah kewenangan manajemen puncak. Paling sedikit harus
mencakup paling hal, perubahan atau penambahan Persyaratan
ISO/IEC 17025 yang meliputi, kebijakan mutu yang tidak perlu
12
12 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
lagi mencakup keseluruhan sasaran mutu, Sasaran mutu harus
ditetapkan dan dikaji ulang dalam kajiulang manajemen.
Pernyataan kebijakan mutu harus mencakup fungsi sistem
manajemen. Kebijakan mutu secara keseluruhan mewadahi
maksud dan arah organisasi dalam pengembangan mutu
(standar pelayanan) yang dinyatakan secara formal oleh
manajemen puncak, yang berisi :
• Tujuan sistem manajemen
• Komitmen manajemen terhadap praktek profesional yang
baik
• Komitmen manajemen terhadap mutu layanan
• Komitmen manajemen terhadap prinsip standar yang relevan
• Komitmen manajemen terhadap peningkatan berkelanjutan
Kebijakan mutu menyatakan bahwa laboratorium
dimaksudkan sebagai sebuah unit pemberi layanan untuk umum
yang dinyatakan dalam panduan mutu. Tujuan dari panduan
mutu adalah menjelaskan sasaran organisasi secara luas, yang
bersumber dari kebijakan mutu, yang menyatakan bagaimana
bentuk laboratorium dalam memberikan layanan untuk kurun
waktu tiga sampai lima tahun ke depan
13
Bab 1 13
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
Contoh:
• Laboratorium memiliki manajemen berdasar ISO/IEC
17025: 2005 dan diakreditasi oleh penandatangan ILAC
MRA
• Laboratorium memiliki program yang terencana,
terdokumentasi dan terimplementasi untuk menjamin
bahwa kompetensi staff dapat dipertahankan dan potensi
kemampuan dapat dimanfaatkan.
• Laboratorium memiliki sumber daya cukup, sesuai untuk
memberi layanan yang diperlukan customer dan pihak
yang berkepentingan
Sasaran Mutu, merupakan pernyataan rinci mengenai
unjuk kerja yang berorientasi pada hasil peningkatan yang
berasal dari sasaran mutu. Dengan hasil laboratorium , pihak
manajemen dapat mengurangi keluhan customer. Mengacu pada
standar, maka jumlah keluah saat ini sebesar 50 dan dengan
batas waktu yang ada sampai bula Desember 2016 dapat
diatasi.
Contoh:
• Menambah layanan baru dalam ruang lingkup laboratorium
pada akhir 2016
14
14 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Mempercepat waktu yang diperlukan untuk pekerjaan
kalibrasi dari 2 hari menjadi 1 hari tanpa mengurangi mutu
hasil pekerjaan
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025,
dengan merevisi sub-klausul 4.2.2 c). “Tujuan sistem manajemen
yang terkait dengan mutu” menjadi :
• Pernyataan kebijakan mutu tidak harus mencakup
keseluruhan sasaran mutu, tetapi harus mencakup tujuan
sistem manajemen yang berkaitan dengan mutu.
• Dalam hal implementasi yang terkait dengan semua sistem
administrasi dan teknis yang berkenaan dengan mutu pada
kegiatan laboratorium harus diatur.
• Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025,
yang mengubah sub-klausul 4.2.2 e) berubah menjadi
“Komitmen manajemen laboratorium harus sesuai dengan
standar, secara berkelanjutan mampu meningkatkan
efektivitas sistem manajemen ”
• Kebijakan mutu memerlukan perubahan, terutama yang
terkait dengan komitmen terhadap peningkatan /
penyempurnaan mutu secara berkelanjutan.
15
Bab 1 15
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
• Hal yang lebih penting adalah semua personel harus
menyadari dan berusaha mengimplementasi perubahan
sebagai pesan kebijakan mutu.
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025,
dengan mengubah nomor sub-klausul 4.2.3 and 4.2.4 menjadi
4.2.5 and 4.2.6 dan menambahkan sub-klausul 4.2.3; 4.2.4;
4.2.7:4.2.3. Dokumen tersebut berisi manajemen puncak harus
memberi bukti tentang komitmen pengembangan dan
implementasi sistem manajemen serta meningkatkan efektivitas
secara berkelanjutan” Perubahan atau Penambahan Persyaratan
ISO/IEC 17025 merupakan partisipasi aktif dari pihak
manajemen.
• Pembuatan dan revisi panduan mutu harus memantau dan
mengukur kejadian pekerjaan yang tidak sesuai, tindakan
perbaikan dan pengaduan
• Menggunakan tindakan perbaikan dan pencegahan untuk
melakukan peningkatan sistem.
Manajemen harus menyiapkan dan dapat menunjukkan
rekaman pemantauan dan peningkatan. Kaji ulang manajemen
merupakan mekanisme yang tepat untuk melihat efektifitas
peningkatan sistem.
16
16 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025 “
4.2.4 yang menyatakan bahwa manajemen puncak harus
mengkomunikasikan kepada organisasi, perihal pentingnya
memenuhi permintaan pelanggan dan pemenuhan persyaratan
perundangan dan peraturan”.
• Pihak manajemen hendaknya meyakini bahwa pesan ini telah
disampaikan kepada seluruh personel melalui panduan mutu
• Prosedur dan proses kaji ulang manajemen yang terkait
dengan permintaan, tender dan kontrak hendaknya semua
sesuai dengan kebutuhan customer, baik kebutuhan rutin
maupun khusus.
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025 “
4.2.7 yang menyatakan bahwa manajemen puncak harus
menjamin bahwa integritas sistem manajemen dipelihara saat
perubahan terhadap sistem manajemen yang direncanakan dan
diimplementasi “
• Manajemen harus melibatkan semua pihak yang
berpengaruh dalam membuat keputusan dalam rangka
melakukan perubahan
• Manajemen harus yakin bahwa perubahan tidak akan
menyebabkan hambatan untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan oleh laboratorium
17
Bab 1 17
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
• Manajemen harus memperhatikan bahwa perubahan
masih sesuai dengan persyaratan ISO/IEC 17025
18
18 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Jumlah umpan balik yang diperlukan diserahkan pada
laboratorium
Laboratorium harus mencari masukan yang baik maupun
tidak baik.
19
Bab 1 19
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
Peningkatan berkelanjutan, ditujukan untuk “menambah
kemungkinan meningkatnya kepuasan pelanggan dan pihak lain
yang berkepentingan” melalui:
• Menganalisis dan mengevaluasi situasi yang ada
• Menetapkan tujuan peningkatan
• Mencari kemungkinan solusi
• Mengevaluasi kemungkinan solusi dan menentukan pilihan
• Mengimplementasikan solusi yang dipilih
• Mengukur, memverifikasi, menganalisis dan mengevaluasi
hasil (apakah tujuan telah tercapai ?)
• Memformalkan perubahan ISO 9000: 2000 (2.9)
20
20 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
c) Indikator yang jelas yang menyatakan bahwa individu atau
sekelompok individu bertanggung jawab pada keputusan
untuk mengefektifkan laboratorium. manajer puncak
diartikan sebagai yang personal yang bertanggung jawab
terhadap kaji ulang manajemen.
21
Bab 1 21
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
tindakan tertentu harus dilakukan untuk mengkoreksi
permasalahan dan mencegah pelaporan hasil kesalahan“
• Batas keberterimaan harus ditentukan
• Harus terdapat mekanisme untuk memonitor
kecenderungan dan pergeseran
• Tindakan pencegahan harus dilakukan dan didokumentasi.
Perubahan atau Penambahan Persyaratan ISO/IEC 17025;
• Tanggung jawab yang lebih besar bagi MANAJEMEN
• Penekanan pada PENINGKATAN BERKELANJUTAN
• Kesadaran personel terhadap USAHA DAN PERUBAHAN
MUTU
• Persyaratan tentang penggunaan dan analisis UMPAN
BALIK CUSTOMER
• Evaluasi EFEKTIVITAS PELATIHAN
• Peningkatan dalam ANALISIS DATA PENGENDALIAN MUTU
1.4. Organisasi
1.4.1. Organisasi secara legal dapat dipertanggung
jawabkan
1.4.2 Laboratorium memenuhi standar ini dan memuaskan
customer, pihak yg berwenang, atau organisasi yg memberikan
pengakuan;
22
22 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
1.4.1.3 Sistem manajemen hrs mencakup pekerjaan:
• Dilakukan dlm fasilitas laboratorium yg permanen;
• Dilakukan diluar fasilitas laboratorium yg permanen;
• Atau dlm. fasilitas laboratorium yg sementara atau
bergerak.
1.4.1.4 Personil inti terhindar dari pertentangan kepentingan;
1.4.1.5 Memiliki personil manajerial dan teknis yg disamping
tugas dan tanggung jawabnya yg lain, hrs mempunyai
wewenang dan sumberdaya yg diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya, termasuk implementasi,
pemeliharaan dan peningkatan sistim manajemen, dan
untuk mengidentifikasi terjadinya penyimpangan dari
sistim manajemen atau dari prosedur pelaksanaan
pengujian / kalibrasi dan untuk memulai tindakan
pencegahan atau meminimalkan penyimpangan.
Menjamin bahwa personil menyadari relefansi dan
pentingnya kegiatan mereka dan bagaimana mereka
dapat berkontribusi dalam pencapaian tujuan sistem
manajemen.
1.4.1.6 Manajemen puncak hrs menjamin bahwa proses
komunikasi yang tepat ditetapkan dalam laboratorium
23
Bab 1 23
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
dan bahwa komunikasi memegang peranan dalam
kaitannya dengan efektifitas sistem manajemen.
24
24 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Persyaratan bahwa personil memahami dokumentasi
mutu dan menerapkan kebijakan serta prosedur
didalam pekerjaan mereka.
• Komitmen manajemen lab untuk kesesuaian dengan
Standar ini dan
• Secara berkelanjutan meningkatkan efektifitas sistem
manajemen.
1.4.2.3 Manajemen Puncak harus memberikan bukti komitmen
tentang pengembangan dan implementasi sistem
manajemen dan meningkatkan efektifitasnya secara
berkelanjutan.
1.4.2.4 Manajemen Puncak harus mengkomunikasikan kpd
organisasi mengenai pentingnya memenuhi persyaratan
customer demikian juga persyaratan perundang-
undangan dan peraturan lainnya.
1.4.2.5 Panduan Mutu hrs termasuk atau menjadi acuan untuk
prosedur pendukung termasuk prosedur teknisnya.
Harus ada outline struktur dokumentasi yg digunakan
dalam sistem manajemen.
1.4.2.6 Peranan dan tanggung jawab manajemen teknis dan
manajer mutu, termasuk tanggungjawabnya untuk
25
Bab 1 25
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
menjamin kesesuaiannya dgn standar ini, harus
ditetapkan dalam panduan mutu.
1.4.2.7 Manajemen Puncak harus menjamin bahwa integritas
sistem manajemen dipelihara, bila terjadi perubahan
pada sistem manajemen direncanakan dan
diimplementasikan.
26
26 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Perubahan dokumen harus dikajiulang dan disahkan
oleh fungsi yang sama dengan yang melakukan
sebelumnya.
• Mempunyai prosedur pengendalian perubahan
dokumen yang disimpan dalam sistem komputer.
27
Bab 1 27
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
• Rekaman kaji ulang, termasuk setiap perubahan yg
berarti, hrs dipelihara.
• Kaji ulang hrs juga mencakup setiap pekerjaan yg di
subkontrakkan oleh laboratorium.
28
28 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
1.4.6 Pembelian Jasa dan Perbekalan
• Harus ada kebijakan dan prosedur untuk memilih dan
membeli jasa dan perbekalan yang penggunaannya
mempengaruhi mutu pengujian/kalibrasi.
• Harus ada prosedur pembelian, penerimaan dan
penyimpanan pereaksi dan bahan habis pakai yang
relevan dengan pengujian/kalibrasi.
• Perlengkapan, pereaksi dan bahan habis pakai yang
dibeli yang mempengaruhi mutu pengujian dan/atau
kalibrasi tidak digunakan sebelum diinspeksi atau
dengan cara lain untuk memverifikasi kesesuaiannya
dengan spesifikasi standar atau metode yang
dipersyaratkan.
• Jasa dan perlengkapan yang digunakan harus sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
• Rekaman dari tindakan yang dilakukan untuk mengecek
kesesuaian harus dipelihara.
• Dokumen pembelian barang yang mempengaruhi hasil
uji/kalibrasi harus berisi data yang dibeli dan harus
dikaji ulang serta disahkan spesifikasi teknisnya terlebih
dulu sebelum diedarkan.
29
Bab 1 29
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
• Harus mengevaluasi pemasok bahan habis pakai,
perbekalan dan jasa yang penting dan berpengaruh pada
pengujian/kalibrasi serta memelihara rekaman evaluasi
dan daftar yang disetujui.
30
30 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
1.4.8 Pengaduan
• Laboratorium harus mempunyai kebijakan dan prosedur
untuk menyelesaikan pengaduan yang diterima dari
customer atau pihak-pihak lain. Rekaman semua
pengaduan dan penyelidikan serta tindakan perbaikan
yang dilakukan oleh laboratorium harus dipelihara
(lihat juga 4.11).
31
Bab 1 31
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
1.4.10 Peningkatan
Laboratorium harus meningkatkan efektifitas sistem
manajemen secara berkelanjutan melalui penggunaan
kebijkan mutu, sasaran mutu, hasil-hasil audit, analisis
data, tindakan perbaikan dan pencegahan serta kaji ulang
manajemen.
1.4.11 Tindakan Perbaikan
1.4.11.1 Laboratorium menetapkan kebijakan dan prosedur
untuk menunjuk seseorang yg berwenang untuk
menerapkan tindakan perbaikan atas pekerjaan yg
tidak sesuai atau berasal dari kebijakan dan prosedur
dlm sistem manajemen atau pelaksanaan teknis yg
teridentifikasi.
1.4.11.2 Tindakan perbaikan harus dimulai dgn analisa akar
penyebab permasalahan.
1.4.11.3 Melakukan tindakan perbaikan yang paling
memungkinkan
1.4.11.4 Memantau hasil tindakan perbaikan yang dilakukan
telah efektif
1.4.11.5 Jika timbul keraguan kesesuaian terhadap kebijakan
dan prosedur laboratorium atau terhadap Standar ini,
32
32 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
laboratorium harus memastikan segera dilakukannya
audit sesuai dengan 4.14.
1.4.12 Tindakan Pencegahan
1.4.12.1Peningkatan yg diperlukan dan penyebab ketidak-
sesuaian yang potensial, baik yang teknis maupun yang
berkaitan dengan sistem manajemen, harus
diidentifikasi. Jika peluang teridentifikasi atau tindakan
pencegahan diperlukan, rencana tindakan harus dibuat,
diterapkan dan dipantau untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kembali ketidaksesuaian yang
serupa dan untuk mengambil manfaat melakukan
peningkatan.
1.4.12.2 Prosedur untuk tindakan pencegahan harus
mencakup inisiasi tindakan tersebut dan penerapan
pengendalian untuk memastikan efektivitasnya.
1.4.13 Pengendalian Rekaman
4.13.1 Laboratorium mempunyai prosedur untuk identifikasi,
pengumpulan, pemberian indek, pengaksesan,
pengarsipan, penyimpanan, pemeliharaan dan
pemusnahan rekaman mutu dan rekaman teknis.
33
Bab 1 33
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
Rekaman mutu harus mudah didapat bila diperlukan
dalam fasilitas yang memberikan lingkungan yang sesuai
untuk mencegah terjadinya kerusakan atau deteriorasi.
4.13.2 Waktu penyimpanan rekaman harus ditetapkan;
Laboratorium harus mempunyai prosedur untuk
melindungi dan membuat cadangan rekaman yang
disimpan secara elektronik dan untuk mencegah akses
dan amandemen yang tidak berwenang terhadap
rekaman tersebut.
34
34 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Audit harus dilaksanakan oleh personil yang terlatih dan
mampu yang, bila sumber daya mengizinkan,
independen dari kegiatan yang diaudit.
1.4.14.2 Temuan audit ditindaklanjuti dengan tindakan
perbaikan pada waktunya.
1.4.14.3 Bidang kegiatan yang diaudit, temuan audit dan
tindakan perbaikan yang dilakukan harus direkam.
1.4.14.4 Tindak lanjut kegiatan audit dari tindakan perbaikan
yang telah dilakukan.
35
Bab 1 35
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
banding antar lab dan uji profisiensi; perubahan
volume dan jenis pekerjaan; umpanbalik customer;
pengaduan dan rekomendasi tentang peningkatan,
faktor-faktor lainnya seperti kegiatan pengendalian
mutu, sumber daya dan pelatihan
1.4.15.2 Temuan kaji ulang manajemen dan tindakan yang
dilakukan harus direkam. Manajemen harus
memastikan tindakan tersebut dilaksanakan dalam
jangka waktu yang sesuai dan disepakati.
36
36 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Kontribusi masing-masing faktor terhadap ketidakpastian
pengukuran total berbeda pada (jenis dari) pengujian yang satu
dan yang lainnya dan pada (jenis dari) kalibrasi yang satu dan
yang lainnya. Laboratorium harus memperhitungkan faktor-
faktor tsb dalam mengembangkan metode dan prosedur
pengujian dan kalibrasi, dalam pelatihan dan kualifikasi
personil, dan dalam pemilihan dan kalibrasi peralatan yang
digunakan.
1.5.2 Personil
1.5.2.1 Memastikan kompetensi personil yg mengoperasikan
peralatan tertentu, melakukan pengujian dan/atau
kalibrasi, mengevaluasi hasil, dan menandatangani
laporan pengujian dan sertifikat kalibrasi.
1.5.2.2 Mempunyai kebijakan dan prosedur untuk
mengidentifikasi dan menyelenggarakan pelatihan yg
dibutuhkan personil.
program pelatihan relevan dgn tugas sekarang dan tugas
yang diantisipasi. Efektifitas pelatihan yang telah diikuti
harus dievaluasi.
1.5.2.3 Personil yang dikontrak dan personil teknis dan
pendukung inti tambahan harus disupervisi dan
37
Bab 1 37
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
kompeten dan mereka bekerja sesuai dengan sistem
manajemen laboratorium;
1.5.2.4 Menetapkan uraian tugas manajerial, teknik dan personil
pendukung kunci.
38
38 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
nasional dan yang merupakan edisi mutakhir yang
berlaku;
• Metode yang dikembangkan atau yang diadopsi dapat
juga digunakan bila sesuai penggunaannya dan bila telah
divalidasi;
• Jika menggunakan metode yang tidak dicakup oleh
metode baku, hal ini harus mendapat persetujuan
customer dan harus mencakup spesifikasi yang jelas dari
persyaratan customer dan tujuan dari pengujian
dan/atau kalibrasi.
39
Bab 1 39
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
• Komputer dan peralatan otomatis dipelihara untuk
memastikan kelayakan fungsinya.
1.5.6 Peralatan
• Peralatan dan piranti lunak yang digunakan harus
mampu menghasilkan akurasi yang diperlukan dan
harus sesuai dengan spesifikasi yang relevan;
• Jika menggunakan peralatan di luar pengawasannya
yang tetap, harus dimastikan persyaratan Standar ini
dipenuhi.
• Peralatan harus dikalibrasi atau dicek.
• Dioperasikan oleh personel yang berwenang dengan
instruksi yang mutakhir;
• Peralatan pengujian/kalibrasi, termasuk piranti keras
dan piranti lunak, dijaga keamanannya dari penyetelan
yang akan mengakibatkan ketidak-absahan hasil
pengujian/ kalibrasi
• Memelihara rekaman untuk setiap peralatan dan piranti
lunaknya yang signifikan pada pengujian/kalibrasi
40
40 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
dan pengukuran yang dilakukan laboratorium tertelusur
ke Sistem Satuan Internasional (SI);
• Mempunyai program dan prosedur untuk kalibrasi
standar-standar acuan yang dimilikinya. Standar acuan
harus dikalibrasi oleh suatu badan yang dapat
memberikan ketertelusuran ke standar
nasional/internasional;
• Bahan acuan harus, bila mungkin, tertelusur ke satuan
pengukuran SI, atau ke bahan acuan bersertifikat;
• Pengecekan yang diperlukan untuk memelihara
kepercayaan pada status kalibrasi dilakukan sesuai
dengan prosedur dan jadwal.
1.5.8 Pengambilan Sampel
• Mempunyai rencana dan prosedur pengambilan sampel;
• Pengambilan sampel harus ditujukan pada faktor-faktor
yang harus dikendalikan untuk memastikan keabsahan
hasil pengujian dan kalibrasi;
• Mempunyai prosedur untuk merekam data dan kegiatan
yang relevan yang berhubungan dengan pengambilan
sampel.
41
Bab 1 41
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
1.5.9 Penanganan Barang Yang Diuji / Dikalibrasi
42
42 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Keteraturan penggunaan bahan acuan bersertifikat
dan/atau pengendalian mutu internal menggunakan
bahan acuan sekunder;
• Partisipasi dalam uji banding antar laboratorium atau
program uji profisiensi;
• Replika pengujian atau kalibrasi menggunakan metode
yang sama atau berbeda;
• Pengujian ulang atau kalibrasi ulang pada barang yang
masih ada;
• Korelasi hasil untuk karakteristik yang berbeda dari
suatu barang.
1.5.10.2 Data pengendalian mutu harus dianalisis dan, bila
ditemukan berada diluar kriteria tindakan yang telah
ditentukan sebelumnya, tindakan tertentu harus
dilakukan harus dilakukan untuk mengoreksi
permasalahan dan mencegah pelaporan hasil yang
salah.
1.5.11 Pelaporan Hasil
• Hasil pengujian/kalibrasi harus dilaporkan secara
akurat, jelas, tidak meragukan dan obyektif, dan sesuai
dengan setiap instruksi spesifik dalam metode
43
Bab 1 43
Kalibrasi dan Sistem Manajemen Mutu
pengujian/kalibrasi dalam suatu laporan pengujian atau
sertifikat kalibrasi;
• Sertifikat kalibrasi harus tidak berisikan rekomendasi
apapun pada interval kalibrasi kecuali bila hal tersebut
telah disetujui oleh customer. Persyaratan ini dapat
dilampaui oleh peraturan legal;
• Bila pendapat dan interpretasi tercakup, laboratorium
harus mendokumentasikan dasar yang digunakan untuk
membuat pendapat dan interpretasi tersebut;
• Bila laporan pengujian berisi hasil pengujian yang
dilakukan oleh subkontraktor, hasil tersebut harus diberi
identitas yang jelas. Subkontraktor harus melaporkan
hasil secara tertulis atau secara elektronika.
44
44 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Bab 2
Bab 2
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
45
Bab 2 45
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
• Besaran dimensi: massa, berat, panjang, luas, volume.
46
46 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Sumber Ketidakpastian mencakup: Definisi besaran ukur
yang tidak lengkap; realisasi definisi besaran ukur yang tidak
sempurna; pengambilan sampel yang tidak mewakili
keseluruhan besaran ukur yang didefinisikan; bias personil
dalam membaca peralatan analog; resolusi dan diskriminasi
peralatan; nilai yang diberikan pada standar pengukuran atau
bahan acuan; nilai konstanta dan parameter lain yang diperoleh
dari sumber luar; variasi pengamatan berulang terhadap
besaran ukur dalam kondisi yang tampak sama.
Evaluasi Best Measurement Capability (BMC);
Didefinisikan sebagai ketidakpastian terkecil yang dapat dicapai
oleh laboratorium dalam lingkup akreditasinya, dalam
melakukan kalibrasi rutin standar pengukuran yang mendekati
ideal yang digunakan untuk mendefinisikan, merealisasikan,
memelihara atau mereproduksi suatu satuan dari besaran ukur
tersebut, atau satu nilai atau lebih dari nilai-nilainya; atau
peralatan ukur yang mendekati ideal yang digunakan untuk
mengukur besaran tersebut.
BMC dipengaruhi oleh : Pendidikan, pelatihan dan
pengetahuan teknis personel; kondisi lingkungan laboratorium
kalibrasi; pemeliharaan peralatan, termasuk interval kalibrasi
dan verifikasi; metode kalibrasi ; standar acuan dan alat ukur;
47
Bab 2 47
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
teknik pengukuran; Besaran yang berpengaruh dan spesifikasi
peralatan yang dapat dikalibrasi oleh laboratorium.
Keharusan bagi Laboratorium kalibrasi meliputi: Memiliki
personel manajerial dan teknis dengan wewenang dan sumber
daya yang diperlukan untuk keperluan kalibrasi; memiliki
pengaturan untuk memastikan agar manajemen dan
personelnya bebas dari pengaruh dan tekanan komersial,
keuangan dan tekanan intern dan ekstern ; memiliki kebijakan
dan prosedur untuk memastikan adanya perlindungan atas
kerahasiaan informasi dan hak kepemilikan pelanggan dan
memiliki manajemen teknis.
Beberapa istilah umum dalam pengukuran definisi dengan
himpunan operasi untuk menentukan nilai suatu besaran dari
suatu obyek. Yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu
besaran ukur. Dimulai dengan spesifikasi: besaran ukur; prinsip
pengukuran; metode pengukuran dan prosedur pengukuran.
Hasil Pengukuran hanyalah pendekatan atau taksiran dari nilai
(sebenarnya) besaran ukur; tidak lengkap tanpa disertai
pernyataan tentang ketidakpastian taksiran.
Metrologi pengukuran adalah Ilmu tentang ukur-mengukur
(science of measurement). Adapun Prinsip pengukuran
merupakan landasan ilmiah dari suatu metode pengukuran.
48
48 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
contohnya; gejala termoelektrik dalam pengukuran suhu; Gejala
Doppler dalam pengukuran kecepatan dan Gejala Raman dalam
pengukuran getaran molekular. Metode pengukuran adalah
urutan logis operasi-operasi dalam pengertian umum yang
pelaksanaan pengukurannya didasarkan prinsip yang dipilih.
Dengan catatan, metode pengukuran dapat dikualifikasikan
dalam berbagai cara misalnya : metode subtitusi; metode
diferensial dan metode nol.
Prosedur pengukuran merupakan himpunan operasi,
dalam pengertian khusus, yang digunakan dalam pelaksanaan
pengukuran berdasarkan metode yang dipilih dengan catatan;
Prosedur pengukuran biasanya dimuat dalam suatu dokumen
yang disebut “prosedur pengukuran” (atau “metode
pengukuran”), dan biasanya ditulis secara rinci untuk
memungkinkan operator pengukuran mampu melakukan tanpa
informasi tambahan.
Besaran merupakan sifat atau gejala dari suatu benda atau
bahan yang bisa dispesifikasikan secara kualitatif dan bisa
ditentukan secara kuantitatif, contohnya: Besaran dalam
pengertian umum; panjang, waktu, massa, suhu, tahanan lstrik,
konsentrasi suatu bahan. Besaran dalam pengertian khusus
49
Bab 2 49
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
misalnya panjang suatu batang tertentu, tahanan listrik suatu
sampel kawat, konsentrasi etanol dalam suatu sampel anggur.
Besaran Ukur (measurand): adalah Besaran khusus dari
suatu obyek yang diukur, contoh: tekanan uap air 20 °C dengan
catatan: suatu besaran ukur, jika perlu dispesifikasikan dengan
menyertakan besaran-besaran lain seperti waktu, suhu, atau
tekanan.
Nilai (suatu besaran): Besar dari suatu besaran yang secara
umum dinyatakan dengan satuan pengukuran kali suatu
bilangan. Contoh: Panjang suatu batang 5,34 m; Suhu suatu
benda - 50 °C. dengan catatan nilai suatu besaran bisa positif,
negatif atau nol. Nilai suatu besaran bisa dinyatakan dalam
berbagai cara; Satuan dari besaran tak berdemensi adalah
bilangan satu; Besaran yang tidak bisa dinyatakan dengan
satuan pengukuran kali suatu bilangan boleh dinyatakan dengan
acuan pada suatu skala konvensional atau pada suatu prosedur
pengukuran atau pada keduanya.
Nilai sebenarnya (dari suatu besaran) adalah nilai yang
konsisten secara sempurna dengan batasan besaran spesifik
yang bersangkutan. Dengan catatan: Ini adalah nilai yang ‘akan’
diperoleh dari pengukuran yang sempurna dan ini pada
dasarnya tidak bisa diketahui (ditentukan).
50
50 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Nilai konvensional (dari suatu besaran) adalah nilai yang
diberikan pada suatu besaran khusus dan diterima, kadang-
kadang melalui perjanjian atau kebiasaan, sebagai pemilik suatu
ketidak pastian yang sesuai dengan tujuan tertentu. Contohnya;
CODATA (1986) merekomendasikan nilai untuk tetapan
Avogadro (6,0221367±0,0000036) x 1023/mol. Dengan catatan:
Pada suatu lokasi, nilai yang diberikan pada suatu besaran yang
diwujudkan dengan suatu standar acuan bisa diambil sebagai
suatu nilai konvensional. Nilai konvensional kadang-kadang
disebut ‘nilai yang diberikan’ (assigned value), ‘taksiran terbaik’
(best estimate), atau ‘nilai acuan’ (refrence value) dan seringkali
nilai rata-rata dari sejumlah hasil pengukuran suatu besaran
diambil sebagai suatu nilai konvensional.
Besaran yang berpengaruh dalam kalibrasi adalah besaran
yang tidak termasuk dalam spesifikasi besaran ukur tetapi
mempengaruhi hasil pengukuran. Sebagai contoh : Suhu
mikrometer yang digunakan untuk mengukur panjang;
frekuensi dalam pengukuran tegangan listrik bolak-balik dan
konsentrasi bilirubin dalam pengukuran konsentrasi
hemoglobin dalam plasma darah manusia.
Hasil pengukuran adalah nilai yang diberikan pada suatu
besaran ukur, diperoleh dari pengukuran, dengan catatan
51
Bab 2 51
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
penggunaan istilah ‘hasil pengukuran’ perlu dijelaskan apakah
itu berupa penunjukan, hasil toleransi, atau hasil tak toleransi,
dan apakah nilai-nilai dirata-rata dan pernyataan lengkap hasil
pengukuran mencakup informasi tentang ketidakpastian
pengukuran.
52
52 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
disebut “prosedur pengukuran” atau “metode pengukuran”, dan
biasanya ditulis secara rinci, sehingga operator dimungkinkan
dapat melakukan pengukuran tanpa informasi tambahan.
53
Bab 2 53
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
alat ukur dengan tampilan keluaran dalam bentuk angka
desimal.
Baik alat ukur analog maupun alat ukur digital memiliki
karakteristik yang berbeda dalam memberikan respon terhadap
masukan yang diberikan. Karaktersitik ini dapat dinyatakan
dengan spesifikasi alat ukur. Walaupun keluaran suatu alat ukur
yang digunakan tidak sempurna akan tetapi harus benar-benar
mewakili besaran yang diukur. Oleh sebab itu setiap akan
menggunakan alat ukur harus memperhatikan spesifikasi alat
ukur yang dinyatakan dalam; Error, Akurasi, Presisi, Linieritas,
Histeresis, Resolusi dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya
dari masing-masing spesifikasi alat ukur akan diuraikan lebih
lanjut sebagai berikut.
Error atau kesalahan adalah penyimpangan nilai dari suatu
pengukuran terhadap harga sebenarnya, dapat dinyatakan
dalam error absolut atau proses error sebagai berikut ;
e = │Yn - Xn│ (2.1)
Dimana:
e = error absolut
Yn = nilai sebenarnya (expeeted value)
Xn = nilai terukur
54
54 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Jika ingin menyatakan error dalam prosen dapat dinyatakan
sebagai berikut: Prosen error = [Error absolut / nilai
sebenarnya] * (100)
Yn − Xn
Yn x(100) = [e / Yn] x (100) (2.2)
55
Bab 2 55
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
lain; Zero Draft, yaitu pergeseran nilai pengukuran dalam selang
waktu tertentu meskipun lingkungan sekitarnya tetap dan
Kesalahan statistic.
Contoh dari sebuah kegiatan pengukuran, dimana nilai
tegangan yang diinginkan pada pengukuran sebuah resistor
adalah 50 V, akan tetapi nilai hasil ukur yang ada adalah 49 V.
Pertanyaanya, hitung error absolute dan prosentase error.
Penyelesaian;
Absolute error (e), adalah,
e = Yn – Xn
= 50 v – 49 v = 1 v
50v − 49v 1v
= x100% = x100% = 2 %
50v 50v
56
56 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Pada beberapa aplikasi, akurasi dapat diartikan sebagai
batas penyimpangan pengukuran atau batas kesalahan
instrinsik. Akurasi relative dinyatakan dengan:
Yn − Xn
A=1- Yn (2.3)
Dimana,
A= akurasi relative
Yn= nilai yang sebarnya (expexted value)
Xn= nilai yang terukur
Akurasi dapat pula dinyatakan dalam prosen akurasi
sebagai berikut:
a = 100 % - Prosentase error
= A x 100 %
57
Bab 2 57
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Presisi adalah keterdekatan hasil pengukuran yang
dilakukan secara berulang terhadap rata-rata pengukuran. Suatu
alat ukur yang presisi belum menjamin nilai akurasi, karena
presisi hanya ditentukan oleh nilai yang dihasilkan oleh alat
ukur yang bersangkutan tanpa harus membandingkan dengan
besaran ukur yang sebenarnya yang dihasilakna oleh peralatan
ukur standard. Presisi secara matematik dinyatakan sebagai
berikut:
Xn − X n
Presisi = 1 - (2.4)
Xn
Dimana:
Xn = nilai dari pengukurtan ke-n
[x ] = nilai rata-rata dari suatu set pengukuran
58
58 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
6 103
7 98
8 106
9 107
10 99
Penyelesaian:
Xn − x 97 − 101,1
Presisi =1- =1- = 1 – 0,04 = 0,96
x 101,1
59
Bab 2 59
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Nilai Ambang /Resolusi dari suatu alat ukur adalah
perubahan terkecil dalam nilai yang diukur dimana instrument
ukur dapat memberikan respon atau dengan kata lain resolusi
adalah besarnya perubahan input minimum yang perlu
dimasukkan sedemikian rupa sehingga pada keluaran terdapat
perubahan yang dapat dibaca dengan benar.
Repeatibility dinyatakan sebagai besarnya simpangan
yang terjadi setelah alat ukur dipakai berulang-ulang sejumlah
sama dengan rata-rata yang dilakukan sewaktu test.
Span, Jangkauan pengukuran yang masih dapat
memberikan hasil pengukuran yang linier.
Sensitivitas alat ukur, adalah perbandingan antara
perubahan keluaran alat ukur terhadap masukan terkecil alat
ukur.
2.3. Kalibrasi dan Pengujian
60
60 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
kembali (traceability) ke standar nasional atau internasional.
Untuk menjaga keadaan tersebut perlu dilakukan kalibrasi.
Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan yang
membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh
instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau bisa juga nilai
yang diwakili bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah
diketahui dan berkaitan dengan besaran yang diukur dalam
kondisi tertentu. Dengan kata lain kalibrasi adalah kegiatan
untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan
alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukurnya yang mampu telusur (traceability) ke
standar nasional atau internasional untuk satuan ukuran.
Dari hasil kalibrasi diharapkan ;
• Dapat diketahui kesalahan penunjukan instrumen ukur,
sistem pengukuran atau bahan ukur, atau pemberian nilai
pada tanda skala tertentu.
• Dapat menentukan sifat-sifat metrologi lainnya.
• Dapat dicatat dalam suatu dokumen yang disebut sebagai
sertifikat kalibrasi atau laporan kalibrasi.
• Dapat dinyatakan sebagai suatu faktor kalibrasi atau sebagai
suatu deret faktor kalibrasi dalam bentuk kurva kalibrasi.
61
Bab 2 61
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Selain untuk menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan
ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya, tujuan kalibrasi
adalah :
62
62 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Respon frekuensi.
• Tingkat tegangan maksimum yang aman.
• Tahanan kebocoran ke ground.
• Tegangan baterai.
63
Bab 2 63
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Secara umum ada beberapa faktor yang menentukan
kebenaran dan kehandalan pengujian dan atau kalibrasi yang
dilakukan oleh laboratorium. Kontribusi masing–masing faktor
terhadap ketidakpastian pengukuran dan pengukuran total
berbeda pada (jenis dari) pengujian yang satu dengan yang
lainnya dan pada (jenis dari) kalibrasi yang satu dan yang
lainnya. Laboratorium harus memperhitungkan faktor–faktor
tersebut dalam mengembangkan metoda dan prosedur
pengujian dan kalibrasi, dalam pelatihan dan kualifikasi personil
dan dalam pemilihan dan kalibrasi peralatan yang digunakan.
Fakator tersebut meliputi :
• Personil ; Memastikan Kompetensi personil yang
mengoperasikan peralatan tertentu, melakukan pengujian
dan/atau kalibrasi, mengevaluasi hasil, dan menandatangani
laporan pengujian dan sertifikat kalibrasi. Mempunyai
kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi dan
menyelenggarakan pelatihan yang dibutuhkan personil,
Program pelatihan yang relevan dengan tugas sekarang dan
tugas yang diantisipasi; Personil yang dikontrak dan personil
teknis dan pendukung inti tambahan harus disupervisi dan
kompeten. Mereka bekerja sesuai dengan sistem mutu
64
64 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
laboratorium dan menerapkan uraian tugas dan kewenangan
tertentu kepada personil tertentu.
• Kondisi Akomodasi dan Lingkungan, dengan cara
memantau, mengendalikan dan merekam kondisi lingkungan
seperti yang dipersyaratkan oleh sertifikasi, metode dan
prosedur yang relevan atau bila kondisi tersebut
mempengaruhi mutu hasil; Mencegah kontaminasi silang;
Penggunaan ruangan yang mempengaruhi mutu pengujian
dan/atau kalibrasi harus dikendalikan dan tindakan harus
dilakukan untuk memastikan kerumahtanggaan yang baik
dalam laboratorium.
• Ketelusuran, Pengertiannya menghubungkan setiap
pengukuran ke besaran-besaran dasar yg telah disepakati
secara Internasional. Dengan definisi: Sifat suatu hasil
pengukuran yg dapat dihubungkan ke standar yg sesuai baik
standar Nasional/Internasional melalui rantai pembandingan
yg tidak terputus.
Definisi ketertelusuran (traceability) dari dewan
standarisasi nasional (DSN) adalah kemampuan dari suatu hasil
ukur secara individu untuk dihubungkan ke standar-standar
nasional atau internasional untuk satuan ukuran dan/atau
sistem pengukuran yang disahkan secara nasional maupun
65
Bab 2 65
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
internasional melalui suatu rantai perbandingan yang tak
terputus. Konsep ketertelusuran pengukuran (traceability of
measurement) dapat diartikan secara sederhana bahwa alat
ukur yang digunakan untuk melakukan suatu pengukuran harus
terkalibrasi terhadap alat ukur lain sejenis yang dapat berfungsi
sebagai acuan. Selanjutnya, alat acuan tersebut harus
terkalibrasi terhadap acuan yang lebih akurat. Demikian
seterusnya hingga sampai pada acuan yang paling akurat
(standar nasional).
66
66 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
perlengkapan yang memadai serta menjalankan sistem mutu
yang efektif.
67
Bab 2 67
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
menentukan nilai dari suatu besaran ukur. Pelaksanaan
pengukuran dimulai dengan: spesifikasi, besaran ukur,
prinsip pengukuran, metode dan prosedur pengukuran.
2.4. Standar Untuk Satuan Ukur
Standar untuk satuan ukur merupakan acuan yang
digunakan mengkalibrasi standar untuk satuan ukuran lain yang
tingkat akurasinya lebih rendah atau alat ukur yang digunakan
untuk mengukur atau memeriksa karakteristik proses. Standar
satuan ukuran diklasifikasikan sebagai berikut :
• Standar Nasional untuk Satuan Ukuran Tingkat I
Standar Nasional untuk satuan ukuran atau standar untuk
satuan ukuran tingkat I ditetapkan oleh suatu peraturan
pemerintah berdasarkan UU Metrologi legal Pasal 8, tahun
1981 oleh Dewan Standarisasi Nasional (DSN). Standar
Nasional untuk satuan ukuran merupakan standar yang
mempunyai tingkat akurasi dan realibilitas tertinggi di
Indonesia serta dapat merupakan standar untuk satuan
ukuran primer atau sekunder Internasional.
Ketertelusuran secara langsung ke standar nasional untuk
satuan ukuran internasional yang didukung oleh dokumen
resmi. Dikelola oleh laboratorium standar nasional untuk
satuan ukuran.
68
68 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Standar untuk Satuan Ukuran Tingkat II
Standar untuk satuan ukuran tingkat II merupakan
turunan langsung dari standar untuk ukuran tingkat I dan
mempunyai kemampuan telusur langsung ke standar
satuan ukuran tingkat I secara berkesinambungan.
Digunakan secara langsung hanya untuk pembanding
terhadap standar satuan ukuran tingkat III. Dan Dikelola
oleh institusi metrologi.
• Standar untuk Satuan Ukuran Tingkat III
Standar untuk satuan ukuran tingkat III merupakan
turunan langsung dari standar untuk ukuran tingkat II dan
mempunyai kemampuan telusur langsung ke standar
satuan ukuran tingkat II secara berkesinambungan.
Digunakan secara langsung hanya untuk pembanding
terhadap standar satuan ukuran tingkat IV.dan Dikelola
oleh pusat kalibrasi.
• Standar untuk Satuan Ukuran Tingkat IV
Standar untuk satuan ukuran tingkat IV merupakan
turunan langsung dari standar untuk ukuran tingkat III dan
mempunyai kemampuan telusur langsung ke standar
satuan ukuran tingkat III secara berkesinambungan.
69
Bab 2 69
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Digunakan secara langsung hanya untuk pembanding
terhadap standar kerja. Dan Dikelola oleh laboratorium.
• Standar Kerja
Standar kerja merupakan turunan langsung dari standar
untuk ukuran tingkat IV dan mempunyai kemampuan
telusur langsung ke standar satuan ukuran tingkat IV
secara berkesinambungan. Standar kerja digunakan secara
langsung sehari-hari untuk mengkalibrasi alat-alat ukur
milik masyarakat.
Nilai rata-rata
70
70 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• True Value / Nilai Sebenarnya
Nilai
sebenarnya Nilai rata-
rata
x
xxx
Nilai dari masing-
xxxx masing pengukuran
x xx x x x x x x x
xxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
x xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
kesalahan (Error)
Gambar 2.2 : Menentukan kesalahan
hasil ukur
71
Bab 2 71
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Ketidakpatian pengukuran Kurva dg tingkat
kepercayaan 95% pd
Nilai rata-rata distDistribution Normal
72
72 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Standar dan referensi, Harus dijaga nilai dan akurasinya,
harus dikalibrasi dengan alat ukur yg lebih tinggi akurasinya
dan Traceable ke standar Nasional/ Internasional.
• Alat Bantu Kerja, dari hasil suatu pengukuran merupakan
karakteristik dan resoltan dari beberapa faktor yang
mempengaruhi termasuk sarana pendukung tersebut dan
mempunyai pengaruh terhadap bobot/kualitas pengukuran.
• Alat ukur, perlu dilihat riwayat alat ukur yang dipergunakan
sebaiknya selalu dicatat yang meliputi tanggal pembelian,
kalibrasi, pemeliharaan atau adjustment, perbaikan dll. Dan
akurasi alat ukur tiap tahun mengalami penurunan
kualitas/akurasi yang sering disebut dengan istilah drift of
equipment dan selalu dicantumkan dalam perhitungan
ketidak-pastian (Uncertainty Budget).
• Metode pengukuran, dengan metode pengukuran yang baik
dan benar akan membantu mengurangi adanya kesalahan
dalam proses pengukuran untuk mendapatkan nilai yang
benar. Dengan metode yang berbeda akan menghasilkan nilai
yang berbeda pula meskipun kecil.
• Kondisi Lingkungan, yang meliputi temperatur,
kelembaban, getaran dan interferensi medan magnit
merupakan contoh yang dapat mempengaruhi dan
73
Bab 2 73
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
merupakan sumber yang memberikan nilai tambah terhadap
ketidak-pastian dalam pengukuran.
• Pelaksana (Test Officer), adalah hal yang paling dominan
dalam suatu pengukuran dan pelaksananya. Yang dapat
menjadi sumber ketidak-pastian adalah; panas badan (body
heat), cara melakukan adjustment dan kesalahan/ ketelitian
dalam melakukan pembacaan pada meter (alat ukur analog).
• Yang bukan termasuk sumber ketidak-pastian, Kesalahan
program computer, kesalahan transfer data, kesalahan
menentukan alat ukur dan profesionalisme pelaksana.
• Klasifikasi komponen ketidak-pastian : Pengukuran secara
umum adalah menentukan dan memastikan suatu nilai yang
diukur; Hasil suatu pengukuran hanya merupakan
pendekatan (approximation) atau perkiraan (estimate) dari
nilai yang diukur dan dilengkapi dengan nilai ketidak-
pastiaannya dan Kesalahan dalam pengukuran mempunyai
2(dua) komponen penting yang perlu diperhatikan, yaitu
Kesalahan Acak (Random Component) dan Kesalahan
Sistematik (Systematic component).
74
74 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Kesalahan Acak
Kesalahan Acak
Kesalahan Sistematik
Nilai Rata2
Rentang Nilai
75
Bab 2 75
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
nilai yang benar dari besaran yang diukur. Dalam kalibrasi
dibutuhkan kesesuaian hasil pengukuran dengan suatu batasan
nilai dimana pengambilan keputusan perlu diambil berdasarkan
kriteria yang disepakati secara konvensional dan dalam hal ini
perhitungan ketidakpastian digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Secara statistik terdapat dua tipe
ketidakpastian dalam kalibrasi untuk mengetahui kualitas
pengukuran dari suatu instrumen ukur.
76
76 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Tahapan Evaluasi Ketidakpatian Tipe A
a) Evaluasi Type A1 (pengukuran berulang satu titik) dari
Standard Uncertainty didasarkan pada beberapa metode
statistika yang valid dari pengamatan yang dilakukan
secara serial.
• Catatan:
• Perhitungan Statistik:
• Jumlah data (x) = terbatas (tertentu), misal : 5, 10, 20
dst.
• Perhitungan Type A:
• Jumlah data (x) = diasumsikan tidak terbatas (tak
terhinggga)
b) Komponen dari evaluasi Type A terhadap Standard
Uncertainty timbul dari adanya random effect. Hukum
Gauss atau Normal tentang adanya bentuk kesalahan-
kesalahan (error) didasarkan atas study analytical dari
random effect.
c) Dalam banyak hal, estimasi yang sesuai atas sejumlah
pengamatan (Xi) yang bervariasi dan acak, dengan nilai
rata-rata µ. Maka nilai µ untuk sejumlah data sebanyak n
buah berlaku formula sbb:
77
Bab 2 77
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
n
xi
u=∑ (2.6)
i =1 n
d) Hasil pengukuran = nilai rata-rata ± simpangan baku
x = µ ± σ
Dimana: µ= nilai rata-rata
σ2= variansi Simpangan baku (σ )= akar dari variansi
dan σ : ideal (sempurna, banyaknya pengukuran tak terhingga)
m dan s : pendekatan (banyaknya pengukuran terhingga),
sehingga formulanya dapat pula dituliskan sbb. :
x = m ± s Jumlah data (n) = terhingga
x = µ ± σ Untuk Jumlah data (n) = tak hingga
−X)
2
s( Xi ) =
∑(X i
(2.7)
(n − 1)
f) Experimental standard deviation of the mean (ESDM) :
s( Xi)
ESDM = S(X) = (2.8)
n
g) Standar Ketidakpastian U (Xi) dapat didekati menjadi :
78
78 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
h) Derajat kebebasan ν akan selalu diberikan/dihitung jika
evaluasi Type A dari ketidak-pastian didokumentasikan,
dimana ; ν = n – 1
Derajat Kebebasan,/Degrees of freedom ν. Dalam
perhitungan statistik, umumnya menggunakan beberapa nilai
yang telah diketahui sebagai derajat kebebasan dengan diberi
simbul ν dan dapat dijelaskan sebagai berikut: ‘v = n – 1; Dalam
distribusi Gauss : ν = ∞ ( ideal) dan dalam prakteknya nilai ν
adalah antara 1 s/d ∞ (lihat,distribusi-T Student )
i) Variance, σ : σ = s(Xi )2 (2.10)
j) Ketidak-pastian yang dinyatakan dengan s adalah
ketidakpastian baku (tingkat kepercayaan 68%). Untuk
tingkat kepercayaan yang lebih tinggi, maka : X = m ± k.s
Dimana k adalah faktor cakupan (coverage factor) yang
diperoleh dari Distribution T-Student. Umumnya diambil :
k=2 untuk tingkat kepercayaan (confidence level) 95%
k=3 untuk tingkat kepercayaan (confidence level) 99%
Contoh : Penerapan Perhitungan Ketidakpastian Tipe A1
79
Bab 2 79
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Dimana:
ΣXi = Jumlah nilai sampling
n = Banyaknya sampling
Mencari nilai simpangan (Deviation) adalah perbedaan
antara nilai yang sebenarnya (Xs) dengan nilai rata-rata (x’)
sehingga : D = x’ - xs, dimana :
D = Deviasi ( + atau - )
x’ = Nilai rata-rata
Xs = Nilai sebenarnya
Mencari nilai simpangan Baku (Standard Deviation) s( Xi )
digunakan untuk memberikan estimasi terhadap distribusi
x.
−X)
2
u1 = s(x1) =
∑(X i
(n − 1)
80
80 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Mencari Nilai rata-rata dan simpangan baku ;
Tabel 2.2. Perhitungan simpangan baku dan hasil pengukuran
Data Frek Simpan Deviasi Jumlah
uensi gan Kwadrat frekuensi
Deviasi
Kwadrat
X F f.X (x-x )
’
(x-x )
’ 2 ’ 2
f.(x-x )
5.0 1 5.0 -0.31 0.0961 0.0961
5.1 2 10.2 -0.21 0.0441 0.0882
5.2 5 26.0 -0.11 0.0121 0.0605
5.3 4 21.2 -0.01 0.0001 0.0004
5.4 4 21.6 0.09 0.0081 0.0324
5.5 3 16.5 0.19 0.0361 0.1083
5.7 1 5.7 0.39 0.1521 0.1521
Jumlah n=20 106.2 - - 0.538
tabel :
n
xi
• Nilai rata-rata = x = ∑ n = 106 . 2 / 20 = 5.31
i =1
−X)
2
• Simpangan baku s( Xi ) =
∑(X i
=
0.538
= 0.0283
(n − 1) 19
81
Bab 2 81
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
• Sehingga hasil pengukuran adalah = (5.31 ± 0.168) volt.
Dari semua data (x) dan hasil perhitungan diatas, maka dapat
dibuat gambar (diagram) penyebarannya sebagaimana dalam
gambar dibawah ini.
-3 S -2 S -S 0 +S +2S +3S
6-
5-
4-
3-
2-
frek. sample
1-
0
5.0 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6
Histogram Sample
Analisis Grafik:
Daerah dibawah kurve Gauss menggambarkan banyaknya hasil
pengukuran yang diharapkan dari pendekatan umum :
• 68% dari sebaran akan berada antara x’- S dan x’ +S
• 95% dari sebaran akan berada antara x’ - 2S dan x’ +2S
• 99% dari sebaran akan berada antara x’ - 3S dan x’ +3S
82
82 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Dengan;
• Range I = x’ ± S = 5.142 - 5.478 Tingkat kepercayaan =68%
• Range II = x’ ± 2S =4.974 -5.646 Tingkat kepercayaan =95%
• Range III= x’ ± 3S =4.806-5.814 Tingkat kepercayaan =99%
Jumlah data pada: Range I = 13
Range II = 19
Range III = 20
83
Bab 2 83
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
kurva yang ditarik (fitted kurve) derajat kebebasan, dan indikasi
ketepatan penarikan tersebut. Dengan demikian ini dapat
digunakan sebagai suatu evaluasi tipe A2.
y
∧
(xi,yi) y = a + b.x
Ei
84
84 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
n n 2
∧
SSR = ∑ Ei = ∑ yi − yi
2
i =1 i =1
n
SSR = ∑ ( yi − a − b.xi ) (2.12)
2
i =1
n n n
a.∑ xi + b.∑ xi = ∑ xi . yi (2.14)
2
i =1 i −1 i =1
i =1 i =1
85
Bab 2 85
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
n n
∑y i − b.∑ xi
a= i =1 i =1
= y − b.x (2.16)
n
dimana : a, b = konstanta
y = hasil pengukuran
x = besaran yang diukur
Dengan derajat kebebasan V = n – 2 (karena ada 2 konstanta
yaitu a dan b) maka didapat ketidakpastian tipe A2 sebagai
berikut :
SSR SSR
U A2 = = (2.17)
V n−2
86
86 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Untuk regresi linier sederhana bentuk persamaannya dapat
digambarkan melalui persamaan 2.12. y = a + b x+ ∈ , dimana: y
adalah hasil pengukuran, x adalah besara yang diukur, a, b
adalah konstanta dan ∈ adalah faktor residual (sisa) atau bisa
dilambangkan dengan notasi R, Sedangkan untuk mengetahui
ketidakpastian (uncertainty) dapat digunakan persamaan (2.1).
dimana:
• SSR adalah Sum of Squared Residual, atau bisa ditunjukkan
dengan persamaan (2.12) berikut ini.
• V adalah derajat kebebasan
• n adalah jumlah pengukuran yang dilakukan
• Var adalah jumlah variabel yang terdapat pada persamaan
regresi
2.5.4. Evaluasi Ketidakpastian Tipe B
Evaluasi ketidakpastian tipe B terhadap Standar
Ketidakpastian diperoleh dengan cara selain analisa statistik
dari data pengamatan yang dilakukan secara seri. Umumnya
diperoleh dari pertimbangan pengetahuan yang menggunakan
semua informasi yang relevan termasuk : data pengukuran
terdahulu; dengan pengalaman atau pengetahuan umum dari
prilaku komponen, material dan instrumen yang digunakan;
data diperoleh dari hasil kalibrasi atau laporan lainnya dan
87
Bab 2 87
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
ketidak-pastian yang diperoleh dari buku panduan atau manual
book.
a) Langkah-langkah penting yang perlu diperhatikan antara lain:
• Kumpulkan selengkap mungkin informasi tentang
kesalahan, jika mungkin, lakukan percobaan terpisah untuk
mengetahui dampak dari besaran yang berpengaruh
terhadap pengukuran.
• Berdasarkan informasi diatas, tentukan atau perkirakan
sebaran kesalahannya (misalnya: persegi-empat atau
Gauss atau sebaran sesungguhnya bila informasinya
cukup).
• Buatlah taksiran tingkat kepercayaannya.
• Tentukan nilai rata-rata dan simpangan bakunya. Nilai
rata-rata untuk koreksi, simpangan baku untuk ketidak-
pastian koreksi.
• Catatlah semua asumsi dan penalarannya secara rinci.
b) Ketika menggunakan ketidakpastian Type B, kita harus
mengubah kuota ketidakpastian ke standar ketidak-pastian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut.
Merubah kuota uncertainnty ke standar ketidak-pastian
dengan cara membagi dengan faktor cakupannya (k).
88
88 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Contoh: Pada laporan kalibrasi mencantumkan ketidak-
pastian hasil pengukuran adalah 8 mV dengan faktor cakupan
(k) = 2. Maka standar ketidak-pastian nya adalah : U(V)= 8 mV
: 2 = 4 mV.
c). Mengubah data nilai akurasi alat ukur terhadap
ketidakpastian standar dari suatu alat ukur voltmeter adalah
± 0.05 %. Ini berarti a = 0.05% (half-interval limit), sehingga
Standar Ketidakpastian nya adalah :
0 . 05 %
U(V) =
3
a a
-a
µ
+a
a a
µ − µ +
3 3
89
Bab 2 89
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
• Standar ketidakpastian dihitung dengan cara membagi “a”
dengan 3
90
90 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Distribusi segitiga ditunjukkan Gambar 2.8 sebagai berikut,
Range = 2a
Semirange = a
-a Mean +a
a
UB = (2.18)
6
91
Bab 2 91
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
U-Shape Probability Distribution
Type distribusi ini sering dipakai dalam hal menentukan
mismatch uncertainty pada sistem radio dan pengukuran
power microwave frekuensi. Power pada frekuensi
tinggi dikirim dari sumber ke beban (load) dan akan
terjadi refleksi jika impedansi perangkat (power source)
tidak match dengan impedansi beban.
Contoh perhitungan Mismatch uncertainty dapat
dihitung sebagai berikut : Missmatch = 2 Γs. ΓL, dengan
Γs adalah koefisien refleksi dari sumber dan ΓL
koefisien refleksi dari beban. Sehingga standar
2.Γs.ΓL
ketidakpastian dapat dihitung sbb: (μm) =
2
92
92 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Contoh perhitungan Output dari suatu alat ukur Signal
Generator diukur oleh Power Meter.. Besarnya koefisien
refleksi dari Signal Generator dan Power Meter masing-
masing adalah 0.200 dan 0.091. Standar deviasi dari
mismatch adalah:
2 x 0 . 2 x 0 . 091
μ(m) = = 0,026
2
93
Bab 2 93
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
P%
-a mean +a
Gambar 2.9 Distribusi Normal[2].
Perhitungan ketidakpastian tipe B didapatkan sebagai berikut :
a
UB = (2.19)
k
94
94 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
95% atau 99%. Standar ketidakpastian diperoleh dengan membagi
kuota ketidak-pastian dengan faktor cakupan-nya (k) lihat distribusi
T-student.
95
Bab 2 95
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Perbedaan tiap-tiap jenis distribusi pada evaluasi Type B dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Normal Distribution “
Dimana 50% kesempatan/resiko yang nilai kwantitasnya
U = 1.48 x a
berada antara ±a dari estimasi
Dimana 68% kesempatan/resiko yang nilai kwantitasnya
U=a
berada antara ±a dari estimasi
Dimana 90% kesempatan/resiko yang nilai kwantitasnya
U = a / 1.6
berada antara ±a dari estimasi
Dimana 95% kesempatan/resiko yang nilai kwantitasnya
U=a/2
berada antara ±a dari estimasi
Dimana 99% kesempatan/resiko yang nilai kwantitasnya
U = a / 2.6
berada antara ±a dari estimasi
Dimana 99.73% kesempatan/resiko yang nilai kwantitasnya
U=a/3
berada antara ±a dari estimasi
Rectangular Distribution
Nilai dari pada kwantitas yang berada antara ±a dari estimasi U=a/
dengan kemungkinan yang sama dimana saja diantara interval
Triangular Distribution
Nilai dari pada kwantitas yang berada diantara triangular U=a/
distribution berdasarkan senter panjang 2a pada estimasi
Trapezoidal Distribution
Nilai dari pada kwantitas yang berada diantara trapezoidal U=ax
distribution berdasarkan panjang 2a dan senter sisi panjang 2
√[(1+β )/6]
atas 2aβ pada estimasi, ( 0 ≤β≤ 1 )
96
96 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Catatan penting perhitungan ketidak
ketidak-pastian Type B dapat dilihat
bentuk distribusi data pengukuran sebagai berikut.
Contoh:
Dalam suatu laporan kalibrasi dic
dicantumkan
antumkan nilai ketidak-
ketidak
pastian ± 0.1 dB dengan faktor cakupan (k=2.63), untuk
0.1dB
menghitung standar ketidakpastian adalah sbb: U(x) =
2.63
97
Bab 2 97
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Spesifikasi suatu alat ukur Multimeter disebut ketidak-pastian
untuk voltmeter DC pada range 1 Volt adalah ± 5 ppm ,dengan
tingkat kepercayaan (confidence level) 99%. Dengan
menggunakan asumsi distribusi normal, maka standar ketidak-
pastian nya dapat dihitung sbb:
5
U(xi) = µV
2.576
98
98 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
• Uz2 = Uv2 + Uw2 + Ux2
Catatan:
• Jika ketidak-pastiannya bukan ketidak-pastian baku, maka
persamaan tersebut tidak eksak, melainkan sedikit
pesimistik.
Standar ketidak-pastian gabungan (untuk beberapa input yang
berbeda) dari suatu fungsi ƒ, berlaku formula sbb:
2
n ∂∫
∑( )U ( x i)
2
μc(y) = ∂ xi
i =1
∂∫
Nilai timbul dari persamaan : Y = ƒ(X1, X2, ……….,Xn)
∂ xi
Combined Variance:
Uc2(y) =
2
n ∂ ∫
∑ ( ) U ( x i)
2
i =1
∂ xi
∂∫
sesuatu yang timbul dari turunan suatu fungsi yang sering
∂ xi
99
Bab 2 99
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Suatu sumber arus listrik (I) diukur dengan menggunakan
voltmeter dan resistor (R), maka rumus matematiknya adalah
sbb. :
I = ƒ(V.R) = V/R
Jika V dan R masing-masing hanya mempunyai satu ketidak-
pastian dengan nilai mutlak, maka variansi kombinasinya
adalah sbb. :
Dimana:
U2(V) + V 4 U2(R)
2
1
Uc2(I) =
R R
2
100
101
Bab 2 101
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
U ( y)
4
c
νeff =
∑c U x
4 4
n ( )
i i
i =1 ν i
Dimana:
ci ≡∂ƒ/∂xi , semua U(xi) masing-masing memiliki sifat statistik
sendiri νi adalah derajat kebebasan dari U(xi), dan νeff ≤
n
∑ν
i =1
i
102
103
Bab 2 103
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
45 1.01 1.68 2.01 2.06 2.69 3.18
50 1.01 1.68 2.01 2.05 2.68 3.16
100 1.005 1.660 1.984 2.025 2.626 3.077
∼ 0.675 1.000 1.645 1.960 2.000 2.576 3.000
104
1.000 68.27
1.645 90.00
1.960 95.00
2.000 95.45
2.576 99.00
3.000 99.73
105
Bab 2 105
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
• hasil ukur
• ketidak-pastian diperluas
• tingkat kepercayaan yang digunakan untuk memperoleh
ketidak-pastian diperluas
• faktor cakupan k (jika perlu mencantumkan juga derajat
kebebasan) yang digunakan untuk memperoleh ketidak-
pastian diperluas
Contoh:
Hasil pengukuran adalah Y = y ± U untuk tingkat kepercayaan
95% dan faktor cakupan k = 2.23 serta derajat kebebasan
efektif νeff = 10.
2.6.5 Rekaman
Laboratorium harus memelihara sistem rekaman sesuai
dengan kebutuhan laboratorium dan memenuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Laboratorium harus
menyimpan dan memelihara catatan semua hasil pengamatan,
orisinil perhitungan dan data yang diperoleh, catatan kalibrasi dan
salinan sertifikat kalibrasi untuk jangka waktu tertentu (sesuai
Panduan Mutu yang berlaku). Rekaman untuk tiap kalibrasi harus
berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksaan
ulang. Rekaman harus mencakup identitas personil yang terlibat
dalam pengambilan contoh dan penyiapan kalibrasi. Semua
106
107
Bab 2 107
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
• Dari beberapa sertifikat standard resistorter terjadi koreksi
nilai (drift) RD = ± 2.0 ppm.
• Perubahan temperatur akan mempengaruhi nilai standard
resistor sebesar ± 0.5 ppm.
• Voltmeter dipakai untuk mengukur voltage pada standard
resistor Vs dan resistor (belum diketahui nilainya) Vx yang
dilalui oleh arus I. Ketidak-pastian voltmeter yang dipakai ±
0.2 ppm untuk setiap pengukuran.
• Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali (n=5) untuk
memperoleh nilai Vx/Vs (dalam ppm.) dengan hasilsbb. :
+10.4, +10.7, +10.6, +10.3 dan +10.5
b). Model Matematis
VS V
= X Rx = (RS + RD + RT)
( RS + RD + RT ) RX
Dimana:
Rs = nilai kalibrasi dari standard resistor
RD = drift dari Rs selama kalibrasi
RT = perubahan nilai resistor akibat perubahan temperature
Vx = voltage pada Rx
Vs = voltage pada Rs
c). Evaluasi type A Nilai Vx/Vs rata-rata :
n
Vi 10.4 + 10.7 + 10.6 + 10.3 + 10.5
V =∑ = = +10.5 ppm
i =1 n 5
Standar deviasi:
108
109
Bab 2 109
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
Vx Voltmeter 0.2 Rectangu √3 1.0 0.115 ∞
across Rx lar
V Repeatability 0.71 Normal 1. 1 0.071 4
110
111
Bab 2 111
Kalibrasi dan Sistem Pengukuran
112 TEKNIK KALIBRASI
STUDI KASUS : KALIBRASI KELISTRIKAN DAN SUHU
Bab 3
Bab 3 Metrologi Kelistrikan
Metrologi Kelistrikan
112
Bab 3 113
Metrologi Kelistrikan
Gambar 3.1. Skema Metrologi
3.1.1 Penerapan Konsep Angka Bermakna
Konsep Umum, Jika suatu kuantitas dinyatakan dengan nilai,
misalnya 12.340, maka satuan besaran yang bersangkuran adalah ,
• 3 digit terdepan dianggap angka pasti dan digit terakhir (angka
‘4’) dianggap hasil estimasi
• Jika tdk dibatasi ketidakpastian (toleransi), maka
kemungkinan digit terakhir antara 1 s.d 9
• Ada perbedaan makna antara 12 dgn 12.00
Skala Analog,Pembacaan pada skala analog dengan mengikuti
konsep angka bermakna. Hasil pembacaan operator misalkan
72,65…
Analisis: -digit
digit pertama: 7, ditentukan secara pasti
-digit
digit kedua : 2, ditentukan secara pasti
113
114
Bab 3 115
Metrologi Kelistrikan
Dengan langkah adjustment diharapkan dapat dicapai target
nilai absolut kesalahan, |E| dimana nilainya lebih kecil dari nilai
ekspektasi/spesifikasi yang ditetapkan. Nilai ini merupakan nilai
pelengkap dalam proses kalibrasi instrumen kelistrikan. Proses
kalibrasi selanjutnya diakhiri dengan proses verifikasi secara
lengkap berdasar konsep metrology yang disertai analisis
ketidakpastian.
Penetapan titik ukur kalibrasi
• Range pengukuran
• Linieritas panjang skala pada range pengukuran
• Lebar bidang respons frekuensi
• Histerisis
• Beban dan impedansi karakteristik
• Kondisi luar
Penentuan banyaknya titik ukur kalibrasi:
• Standar dokumen
• Rekomendasi pabrik pembuat instrumen
• Kebutuhan khusus pemilik/pengguna alat
• Keadaan-keadaan khusus dari alat
• Pengalaman dan pengetahuan operator kalibrasi
115
116
Bab 3 117
Metrologi Kelistrikan
• Konstanta Internasional (CIPM/CCE-1988) berlaku sejak 1 Januari
1990
K K 90 = 483597 .9Ghz / V
RK 90 = 25.812807 kΩ
117
118
Bab 3 119
Metrologi Kelistrikan
o Asesmen & akreditasi, dan
o Surveillance visit
• Pihak internal Laboratorium
o Audit internal
o Kajiulang manajemen (review)
• Pihak eksternal & internal
o Uji profisiensi
Sisi teknis sistem mutu laboratorium kalibrasi meliputi;
• Peralatan
• Personil
• Kondisi ruang ukur
• Dokumentasi
Penerapan ketidakpastian pengukuran kalibrasi, memilki
prosedur umum dan proses penetapan nilai ketidakpastian dengan
tahapan ,
• Identifikasi
• Estimasi
• Operasi Matematik
Ketiga tahapan tersebut dilaksanakan berdasarkan kaidah hukum
dalam teknik pengukuran, statistika dan pedoman praktis yang telah
ditetapkan dalam : ISO Guide to the Expression of Uncertainty in
Measurement.
119
120
Bab 3 121
Metrologi Kelistrikan
dengan s = sensitivitas masing2 ui terhadap u, Ketidakpastian
pengukuran
yang dinyatakan dengan,
U = k.u
Dengan : k= faktor cakupan > 1 .
Pada kondisi tertentu yg perlu diperhatikan adalah
perhitungan ganda, Dalam beberapa hal harus dicegah terjadinya
perhitungan ganda pada satu sumber/unsur ketidakpastian, satuan
dan prosentase. Pemberian satuan harus konsisten. Sebutan % atau
ppm harus dijelaskan acuan yg jelas (% of reading, % of scale dst).
Asumsi k=2, dalam kondisi umum yg normal ISO mengijinkan asumsi
k= 2 pada tingkat kepercayaan 95%.
3.1.4 Tegangan dan Arus
Pada metrologi tegangan dan arus, terdapat aspek sinyal
tegangan dan arus yang memiliki cirri-ciri sbb.
• Sinyal yang yang memiliki besar dan arah amplitudo
bervariasi menurut waktu dan berulang secara periodik
adalah sinyal AC.
• Sinyal yang memiliki besar maupun arah amplitude yang tidak
bervariasi sepanjang waktu , maka dia adalah sinyal DC
• Sifat sinyal yg terkondisikan pada tiap siklusnya sama seperti
sebelumnya disebut sinyal steady state
121
Gambar 3. 2: Sinyal DC
Diagram sinyal AC
• Berbentuk sinusioda murni
122
Bab 3 123
Metrologi Kelistrikan
Gambar 3.3 : Bentuk Sinusidal murni
123
124
Bab 3 125
Metrologi Kelistrikan
nilai rms, sehingga apabila terjadi kesalahan penunjukkan
alat maka, = {(fb.sinus/fb.x)-1 }x100%
Beberapa nilai rms yg dimiliki oleh gelombang sinusioda
tidak murni adalah sebagai betiku :
Bentuk Gelombang Nilai RMS Faktor Bentuk Faktor Puncak
Sinusoidal 0.707 Vm 1.110 1.414
Wave Rectifier 0.5 Vm 1.571 2.000
Wafe Rectifier 0.707 1.110 1.414
Square-Wave 1.00 Vm 1.000 1.000
Triangle-Wave 0.577 Vm 1.550 1.732
125
126
Bab 3 127
Metrologi Kelistrikan
• PROSEDUR KALIBRASI :
A. Prosedur kalibrasi alat ukur tegangan AC/DC
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan adalah
voltmeter. Untuk kalibrasi voltmeter ada hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan kalibrasinya, yaitu :
• Power Supply dari alat ukur
• Fungsi dari voltmeter tersebut sebagai AC voltage atau DC
voltage.
• Batas ukur dari alat ukur tersebut.
• Ketelitian yang diijinkan.
• Temperatur ruangan dan kelembaban.
• Alat yang digunakan untuk melaksanakan kalibrasi
( calibratornya ).
Pada umumnya alat ukur voltmeter itu ada 2 jenis yaitu :
• AC voltmeter.
• DC voltmeter,
• Kalibrasi AC voltmeter.
Alat yang digunakan :
• AC Calibrator
• Precision Power Amplifier.
Kondisi lingkungan :
• Suhu ruangan : 23°C ± 1°C
• Kelembaban/Humdity: 55 ± 5 % Rh
127
128
Bab 3 129
Metrologi Kelistrikan
yang kita buat (langkah naik) dan dari akhir kita kembali ke
awal (langkah turun).
g) Mengapa kita laksanakan demikian, karena memudahkan
dalam melaksanakananalisa hasil kalibrasi (menentukan
Uncertainty).
h) Setelah pengamatan/pengambilan data selesai yang perlu
kita ketahui adalah untuk output kalibrator hanya
mengeluarkan tegangan rendah dan untuk tegangan tinggi
akan keluar melalui output dari precision power amplifier.
i) Jadi untuk kalibrasi tegangan tinggi, Input AC voltmeter
dihubungkan dengan output precision amplifier, sedangkan
hubungan AC kalibrator dilepas.
j) Setelah pelaksanaan kalibrasi dan pengambilan data selesai,
copot semua instalasi yaitu hubungan dari kalibrator ke alat
ukur baru kalibrator dan alat ukur dimatikan.
AC Kalibrator
Output
AC Voltmeter
Precision power
Intput
amplifier
Output
129
130
Bab 3 131
Metrologi Kelistrikan
Langkah kalibrasinya :
a) Panaskan kalibrator dan alat ukur yang dikalibrasi selama 30
menit.
b) Hubungkan kalibrator ke alat ukur amperemeter dengan benar
(sesuai dengan pengukuran arus listrik)
c) Tentukan batas-batas nilai pengukuran dari penunjukan alat
ukur sesuai dengan batas skala yang ada (maksimal 90% dari
batas maksimal) baik untuk AC maupun DC.
d) Secara perlahan-lahan atur output/pengeluaran kalibrator
sesuai dengan batas-batas nilai pengukuran yang sudah dibuat.
Perhatikan jangan sampai ada hambatan dijalan (Analog).
e) Pengaturan output kalibrator dari skala minimum yang kita
buat sampai maksimal, dan setelah ini kita kembalikan dari
maksimal ke nol lagi.
f) Minimal setiap batas nilai pengeluaran kita lakukan tiga kali
dan dicatat dalam lembar kerja yang tersedia.
g) Untuk pengukuran arus lebih besar dari 5 ampere perlu
disejajarkan tahanan shunt dengan meter harus sama.
h) Untuk kalibrasi arus yang tinggi, pembacaan diambil dari
tegangan dropnya yaitu dalam mV.
i) Pengambilan datanya yaitu dengan menggunakan hukum ohm
I= E /R
131
Output Intput
Dari data yang kita peroleh diatas bisa kita analisa dan kita
tulis dalam laporan hasil kalibrasi sebagai berikut :
(a) Penunjukan/pengeluaran dari kalibrator
(b) Penunjukan alat ukur
(c) Penyimpangan/deviasi antara alat ukur dan kalibrator
(d) Ketidakpastian dari alat ukur
132
Bab 3 133
Metrologi Kelistrikan
b. Tahanan yang berdiri sendiri (Sumber)
Langkah kerjanya :
a) Hidupkan kalibrator atau alat ukur selama 30 menit untuk
pemanasan.
b) Tentukan nilai-nilai pengukuran sesuai dengan batas ukur dari
alat ukur yang dikalibrasi.
c) Sebelum alat ukur dihubungkan ke kalibrator, singkatkan
hubungan lead (kabel) penghubung sehingga alat ukur
menunjukkan nol ohm atau kita setting sampai nol ohm dulu.
d) sambungkan kalibrator denganalat ukur sesuai gambar.
e) Setelah sambungan dicek benar, lakukan pelaksanaan kalibrasi
yaitu dengan mengatur pengeluaran dari kalibrator sesuai
dengan nilai-nilai penunjukan yang kita buat.
f) Lakukan sampai skala penuh dan tiap nilai pengukuran
minimal kita ambil tiga data pengukuran.
133
134
Bab 3 135
Metrologi Kelistrikan
A. Dapat kita lakukan langsung dengan mengukur nilai tahanan
dengan digital multimeter fungsi ohm (dengan catatan
ketelitian DMM setingkat lebih tinggi dari tahanan yang
dikalibrasi).
• Tiap pengukuran minimal kita ambil minimal 5 kali
pengukuran.
• Dan suhu kita pertahankan 23°C
• Dan apabila diluar 23°C dapat kita hitung dengan rumus
sebgai berikut
RT = R23 [ 1 + α ( t – 23 ) + β ( t –23 )°C
Dimana :
Rt = Tahanan pada suhu t°C
R23 = Tahanan pada suhu 23°C
α = slape dan curve pada 23°C
α = - 0,09 x 10 –6
β = rate of changeof slape of the curve (ppm/°C)
β = - 0,034 x 10 –6
• Hasil pengukuran DMM kita catat dan kita tulis dalam
lembar kerja (untuk tiap penunjukan alat ukur)
• Apabila yang diukur satu nilai tahanan tiap langkah untuk
ke langkah selanjutnya minimal waktu 10 menit atau
lebih
135
136
Bab 3 137
Metrologi Kelistrikan
• Dan yang ditulis dalam laporan kalibrasi adalah nilai
tahanan yang diukur (resistance test)dan nilai tahanan
hasil perhitungan ( R standar).
• Setelah data kalibrasi diperoleh, hubungan instalasi
listrik kita copot.
Gambar :
I V
DMM
Power
Output R
Amplifier
137
Kalibrator
138
Bab 3 139
Metrologi Kelistrikan
g) Temperatur : 23°C±1°C
h) Kelembaban : 40℅±10℅
UUT (Alat yang dikalibrasi)
a) Nama alat : Multimeter
b) Merk : Fluke
c) Model : 5700A
d) No. Seri : 6495302 - 656001
e) Sertifikat : NATA, KAN
f) Fungsi : Kalibrasi
g) Temperature : 23 ± 2°C
h) Kelembaban : 55 ± 10℅
139
B. Prosedur Kalibrasi
140
Bab 3 141
Metrologi Kelistrikan
Untuk kalibrasi voltmeter ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan kalibrasinya, yaitu :
a) Power Supply dari alat ukur
b) Fungsi dari voltmeter tersebut sebagai AC voltage atau DC
voltage.
c) Batas ukur dari alat ukur tersebut.
d) Ketidaktelitian yang diijinkan.
e) Temperatur ruangan dan kelembaban.
f) Alat yang digunakan untuk melaksanakan kalibrasi
(kalibratornya).
g) Prosedur pelaksanaannya.
Pada umunya alat ukur voltmeter itu ada dua jenis yaitu :
a) AC Voltmeter.
b) DC Voltmeter.
Alat yang digunakan :
Temperatur
Pengkondisian lingkungan untuk pengkalibrasian voltmeter
harus dikontrol pada temperatur 23°C ± 2°C. Karena dengan
141
Kelembaban (Humidity)
Pengkondisian kelembaban juga harus dijaga, untuk kalibrasi
voltmeter yang diijinkan 55 ± 10 ℅ RH.
142
Bab 3 143
Metrologi Kelistrikan
penunjukan dari alat ukur dan masing-masing langkah
kita catat dalam lembar kerja yang sudah tersedia.
e) Tiap langkah minimal kita ambil tiga kali pengamatan
(untuk analog) dan empat kali pengamatan untuk digital
dengan cara yaitu dari langkah awal ke akhir dari batas
tegangan yang kita buat (langkah naik) dan dari akhir
kita kembali ke awal (langkah turun).
f) Mengapa kita laksanakan demikian, karena untuk
memudahkan analisa hasil kalibrasi (menentukan
Uncertainty).
g) Pengambilan data dilakukan tiap jangkauannya sebanyak
10 kali pengamatan.
h) Pada tiap range diamati perubahan nilai tegangan
terhadap suhu. Jadi setiap perubahan tegangan dalam
tiap pengamatan suhu pun dicatat juga.
i) Setelah pengamatan/ pengambilan data selesai yang
perlu kita ketahui adalah untuk output kalibrator hanya
mengeluarkan tegangan rendah dan untuk tegangan
tinggi akan keluar melalui output dari precision power
amplifier.
j) Setelah pelaksanaan kalibrasi dan pengambilan data
selesai, copot semua instalasi yaitu hubungan dari
143
C. Model Matematis
Digital multimeter dihubungkan secara langsung ke kalibrator,
maka model dari proses tersebut merupakan fungsi dari voltage :
VDMM = f (V) = VSTD + ∆ VDMM
Dimana :
VDMM = adalah voltage yang ditunjukan oleh multimeter.
VSTD = adalah input voltage yang berasal dari kalibrator.
∆ VDMM = adalah kesalahan (error) dari multimeter
144
Bab 3 145
Metrologi Kelistrikan
kalibrasi diakhiri dengan verifikasi secara lengkap berdasarkan
konsep metrologi, serta analisis ketidakpastian.
Selanjutnya nilai-nilai tersebut dianalisis untuk dilaporkan
kedalam suatu bentuk pelaporan kalibrasi atau uncertainty budget
terlihat dibawah ini :
Source Of Type Uncer Units Ci Prob. Cov Standart DOF
Uncertainty tainty Distrib erage Uncer. (vi)
Value Factor (ui)
Repeatability A1
Histerisis A1 (his)
Repeatability A2
Regresi
Sertifikat B1
Kalibrator
Resolusi B2
Multimeter
Koreksi B3
Temperature
Tegangan
langsung B4
Akurasi B5
Combined
Standart
Uncertainty Comb.
Expanded
Uncertainty Exp.
145
second/sekon s
Waktu t;T
hour h h = 3600 s
Frekuensi f;v hertz Hz Hz = s-1
Kuat Arus I ampere A
Tegangan V;U volt V
Resistansi R ohm Ω V A-1
146
Bab 3 147
Metrologi Kelistrikan
Lanjutan Tabel 3.1. Satuan Turunan Kelistrikan
Kelipatan ke bawah Kelipatan ke atas
sebutan simbol nilai sebutan simbol nilai
Gambar 3.8:Diagram
Diagram alir pengukuran selisih waktu x,sebagai fungsi
waktu, t.
147
148
Bab 3 149
Metrologi Kelistrikan
2 2
1 1
S y ( f ) = Sϕ ( f ) = f 2 Sϕ ( f ) (3.10)
2πvo vo
149
150
Bab 3 151
Metrologi Kelistrikan
GPS, segmen sistem kontrol (control system segment) yang terdiri
dari stasiun – stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen
pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat
– alat penerima, pengolah sinyal, dan data GPS [Abidin,2000]. Ketiga
segmen GPS ini digambarkan secara skematik di Gambar 3.10.
151
c. Segmen Pengguna
Segmen pengguna terdiri dari pengguna satelit GPS (GPS
receiver). Receiver untuk penentuan waktu (timing receiver)
didesain hanya untuk memberikan informasi tentang waktu maupun
frekuensi yang teliti. Receiver ini umumnya dilengkapi dengan
keluaran 1 pps (pulse-per-second).
Pemroses
Sinyal Osilator Catu Daya
• Sinyal GPS
Satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal – sinyal
gelombang pada 2 frekuensi L-Band yang dinamakan L1 and L2. Sinyal L1
152
Bab 3 153
Metrologi Kelistrikan
berfrekuensi 1575,42 MHz dan sinyal L2 berfrekuensi 1227,60 MHz.
kode (P-Code,
Sinyal L1 membawa 2 buah kode biner yang dinamakan kode-P
Precise or Private code) dan kode
kode-C/A (C/A-code,
code, Clear Acces or Coarse
Acquissation), sedangkan sinyal L2 hanya membawa kode
kode-C/A. Sinyal
satelit GPS yang disebutkan di atas dikendalikan sesuai dengan jam
atomic rubidium atau cesium yang dipasang pada satelit GPS. Dimana
frekuensi jam atomic adalah 10.23 MHz.
Gambar 3.12 Diagram Blok Portable Rubidium Frekuensi Standar – 102 [Efatrom,2000]
153
circuitry Divider
Time interval
GPS 1PPS
Measurement to 16 ns
GPS receiver
62.5 MHz clock
Serial Com Link
t = time difference
154
Bab 3 155
Metrologi Kelistrikan
102) yang belum diketahui ketelitiannya terhadap alat ukur waktu
standar yang sudah diketahui penyimpangannya secara pasti.
Kemudian dibuat laporan kalibrasi dan atau memperkecil
penyimpangan dengan melakukan pengaturan (adjusment) pada
alat ukur yang ketelitiannya belum diketahui.
155
156
Bab 3 157
Metrologi Kelistrikan
Pada t = t2, → (TA2 – TB2)
(TA2 – TB2) = (∆TA2 – ∆TB2) – (τA2 - τB2) (3.20)
Dimana :
h = jarak satelit dengan stasiun (km)
t1,2 = waktu ke-1,2 (detik)
TA1,2 = waktu ke-1,2 pada stasiun A (ns)
TB1,2 = waktu ke-1,2 pada stasiun B (ns)
τA1,2 = waktu tunda ke-1,2 antara stasiun A dengan satelit S (ns)
τB1,2 = waktu tunda ke-1,2 antara stasiun B dangan satelit S (ns)
157
158
Bab 3 159
Metrologi Kelistrikan
Kesalahan dan bias GPS harus diperhatikan secara benar dan
baik, karena besar dan karakteristik dari kesalahan dan bias tersebut
akan mempengaruhi ketelitian informasi (posisi, kecepatan,
percepatan, dan waktu) yang diperoleh. Berikut ini adalah gambar
kesalahan dan bias yang mempengaruhi penerimaan sinyal GPS dari
satelit GPS menuju receiver.
159
160
Bab 3 161
Metrologi Kelistrikan
pengaruh SA terhadap ketelitian SPS (Standard Positioning service),
penentuan waktu dengan menggunakan receiver navigasi.
Tabel 3.2 Pengaruh SA terhadap Ketelitian SPS dan Penentuan
Waktu (U.S. Naval Observatory Bulletin Board)[Abidin,2000]
Parameter Dengan SA Tanpa SA
Posisi Horizontal 100 m (95%) 20 m (95%)
300 m (99,99%)
Posisi Ellipsoid 140 m (95%) 30 m (95%)
Waktu 340 ns (95%) 40 ns (95%)
• Kesalahan Jam
Untuk mendapatkan waktu tempuh sinyal dengan teliti maka
kedua jam yang terlibat (jam satelit dan jam receiver) harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. mengacu ke sistem waktu yang sama (sistem waktu UTC),
b. singkron satu sama lain, dan
c. terjaga kestabilannya.
Untuk menghitung waktu tempuh sinyal dari satelit ke receiver
ditunjukkan pada bersamaan dibawah ini.
dt = (tr-tt) (3.21)
dimana:
dt = waktu tempuh sinyal
tr = waktu penerimaan sinyal di receiver yang ditentukan oleh jam
receiver
161
162
Bab 3 163
Metrologi Kelistrikan
dimana:
R = vektor posisi,
V = vektor kecepatan pada waktu yang bersangkutan
c = kecepatan cahaya
Waktu penunjukan jam satelit dalam sistem GPS (tGPS) akhirnya
dapat ditentukan sebagai berikut :
163
• Ketidakpastian Pengukuran
Tujuan pengukuran adalah untuk menentukan nilai besaran
ukur. Yang dimaksud dengan proses pengukuran adalah suatu
proses yang meliputi spesifikasi besaran ukur, metode pengukuran
dan prosedur pengukuran. Secara umum, hasil pengukuran hanya
merupakan taksiran atau pendekatan nilai besaran ukur.
Ketidakpastian adalah ukuran sebaran yang secara layak dapat
dikaitkan dengan nilai terukur. Yang memberikan rentang, terpusat
pada nilai terukur, dimana di dalam rentang tersebut terletak nilai
benar dengan kemungkinan tertentu. Ketidakpastian hasil
pengukuran mencerminkan kurangnya pengetahuan yang pasti
tentang nilai besaran ukur.
164
Bab 3 165
Metrologi Kelistrikan
Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan
sistematik dapat berupa taksiran nilai besaran ukur, karena terdapat
ketidakpastian yang berasal dari pengaruh acak dan koreksi
kesalahan sistematik yang tidak sempurna. Kesalahan pengukuran
terdiri dari dua komponen, yaitu :
a. komponen acak, komponen yang disebabkan oleh besaran
berpengaruh yang tidak dapat diramalkan, stokastik terhadap
waktu dan bervariasi terhadap ruang, dan
b. komponen sistematik, komponen yang disebabkan oleh besaran
berpengaruh yang dapat diamati terhadap hasil pengukuran.
• Sumber Ketidakpastian
Dalam kegiatan pengukuran, terdapat berbagai macam
kemungkinan sumber ketidakpastian pengukuran, antara lain
mencakup :
a. definisi besaran ukur yang tidak lengkap,
b. realisasi definisi besaran ukur yang tidak sempurna,
c. pengambilan sampel yang tidak mewakili keseluruhan besaran
ukur yang didefinisikan,
d. pengetahuan yang tidak memadai tentang pengaruh kondisi
lingkungan terhadap proses pengukuran atau pengukuran kondisi
lingkungan yang tidak sempurna,
e. bias personil dalam membaca peralatan analog,
f. Resolusi atau diskriminasi peralatan,
165
166
Bab 3 167
Metrologi Kelistrikan
b. Tipe B : yang dievaluasi dengan cara selain analisis statistik dari
serangkaian pengamatan.
Klasifikasi komponen ketidakpastian ke dalam Tipe A dan Tipe
B tidak selalu mempunyai hubungan langsung dengan klasifikasi
komponen ketidakpastian sebagai ketidakpastian acak dan
sistematik. Dalam pengukuran, sebuah komponen ketidakpastian
yang berasal dari pengaruh sistematik yang dalam suatu kasus
dievaluasi dengan evaluasi Tipe A, dalam kasus yang lain dengan
evaluasi Tipe B, demikian juga komponen ketidakpastian yang
berasal dari pengaruh acak.
• Koefisien Sensitifitas
Koefisien sensitifitas merupakan salah satu aspek dalam
evaluasi ketidakpastian pengukuran. Koefisien sensitifitas
mengkonversikan semua komponen ketidakpastian ke dalam satuan
yang sama dengan satuan besaran ukur. Hal ini merupakan kondisi
yang harus dipenuhi untuk menggabungkan ketidakpastian baku
yang mempunyai satuan berbeda. Koefisien sensitifitas juga
memberikan skala fungsi pembobot untuk setiap komponen
ketidakpastian; yang menjelaskan bagaimana taksiran keluaran
bervariasi dengan perubahan nilai taksiran masukan. Evaluasi
koefisien sensitifitas dapat dilakukan berdasarkan turunan parsial
dari fungsi yang mewakili model matematis pengukuran,
167
168
Bab 3 169
Metrologi Kelistrikan
UExp = Ketidakpastian bentangan
uc = Ketidakpastian kombinasi
k = Faktor cakupan dengan Cl 95%
169
170
Bab 3 171
Metrologi Kelistrikan
c) Efek Selective Availability (SA effect)
Adanya degradasi sinyal secara acak sehingga menurunkan
ketelitian.
• Peralatan Pada Kalibrasi Waktu
Peralatan yang digunakan pada kalibrasi waktu antara lain
adalah sebagai berikut :
Kalibrator
a) Nama alat : GPS
b) Merk : Odetics GPStatTM
c) Model : SCL 016, 3450036-9631
d) Sertifikat : SNI, NIST, NPL, KAN
e) Temperatur : 23° ± 2°C
f) Kelembaban : 55 ± 10℅
171
172
Bab 3 173
Metrologi Kelistrikan
•
Prosedur Standar Pengoprasian Kalibrasi Waktu PRFS-102
Menggunakan Kalibrator Odetics GPStatTM
Berikut ini merupakan Prosedur Standar Penggoprasian atau
Standard Operating Prosedure (SOP) dari PRFS-102.
a. Panasi kalibrator dan alat yang dikalibrasi sesuai dengan
petunjuk pengoperasian masing-masing alat (rata-rata
selama 30 menit).
b. Pasang antenna dengan menghubungkan connector antenna
TNC ke Odetics GPStatTM.
c. Hubungkan output UUT/PRFS – 102 dengan input dari
Odetics GPStatTM dengan menggunakan connector.
d. Hubungkan output Odetics GPStatTM dengan D connector RS
232 9 pin ke komputer IBM Compatible dengan connector
BNC sebagai input ke port komputer.
e. Pastikan connector terhubung dengan benar (lihat gambar
3.1).
f. Tentukan output dan putar selector pada PRFS – 102 dengan
output 5 MHz atau 10 MHz.
g. Nyalakan komputer dan Start software GPStatTM.
h. Klik time pada controls yang ber-icon jam (untuk
menunjukkan bahwa waktu telah sinkron dengan waktu
UTC).
173
174
Bab 3 175
Metrologi Kelistrikan
kita harus mengulang – ulang prosedur (g) sebanyak 100
kali/restart 100 kali.
o. Untuk out put 10 MHz, kita lakukan prosedur no.f (dengan
mengganti selector ke output 10 MHz.) sampai dengan
prosedur (p).
p. Pada tiap restart diamati perubahan suhu yang terjadi.
q. Setelah pelaksanaan kalibrasi dan pengambilan data selesai
tutup softwere GPStatTM dan windows.
BNC Connector
IBM Compatible
Gambar 3.16. : Gambar k one ksi PRFS – 102 meng gunaka n kal ibrator Odetics GPStatTM
175
176
Bab 3 177
Metrologi Kelistrikan
b. Menghitung rata-rata dan deviasi tiap titik dengan persamaan
(2.11) dan (2.12).
c. Menghitung standar deviasi dengan persamaan (2.13)
d. Menentukan Experimental Standard Deviation of The Mean
(ESDM) atau Ketidakpastian Tipe A1
e. Menentukan ketidakpastian terbesar dari ke 100 titik set point
untuk tiap output 5 MHz dan 10 Mhz.
f. Menghitung ketidakpastian Tipe A2 dari faktor regresi linier
Ketidakpastian Tipe B
a. Menghitung ketidakpastian dari sertifikat, sesuai dengan
persamaan (2.23).
177
178
Bab 3 179
Metrologi Kelistrikan
Tabel 3.6 Lembar laporan ketidakpastian kalibrasi
Source Of Type Uncertainty Units (Ci) Prob. Cov. Standard DOF
Uncertainy Value Distrib Factor Uncertainty (vi)
(ui)
Repeatability A1
Repeatability
A2
Regresion
Certificate B1
Accuracy
B2
GPS
Resolution
B3
GPS
Temperature B4
SA effect B5
Combined
Comb.
Standard
Expanded Exp.
179
Suhu Vi voltmeter
No. V standar
Lingkungan dikalibrasi
180
Bab 4 181
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
9 24,50 1000,0000 1000,0008
181
Tabel 4.1c. Pembacaan Standar V-DC (100 mV), dan pengolahan datanya
No. Suhu Vi (Vi -Vrata) (Vi - Vrata)²
182
Bab 4 183
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Tabel 4.1d. Pembacaan Standar V-DC (1 V), dan Pengolahan datanya
No. Suhu Vi (Vi -Vrata) (Vi - Vrata)²
1 23,30 1,0000040 1,00E-07 1,00E-14
2 23,40 1,0000038 -1,00E-07 1,00E-14
3 23,48 1,0000038 -1,00E-07 1,00E-14
4 23,50 1,0000037 -2,00E-07 4,00E-14
5 23,51 1,0000039 0,00E+00 0,00E+00
6 23,50 1,0000038 -1,00E-07 1,00E-14
7 23,49 1,0000039 0,00E+00 0,00E+00
8 23,50 1,0000038 -1,00E-07 1,00E-14
9 23,48 1,0000039 0,00E+00 0,00E+00
10 23,51 1,0000041 2,00E-07 4,00E-14
23,47 1,0000039 1,30E-13
Tabel 4.1e. Pembacaan Standar V-DC (10 V), dan Pengolahan datanya
No. Suhu Vi (Vi-Vrata) (Vi - Vrata)²
1 23,25 10,0000100 -2,40E-06 5,76E-12
2 23,50 10,0000110 -1,40E-06 1,96E-12
3 23,55 10,0000120 -4,00E-07 1,60E-12
4 23,50 10,0000120 -4,00E-07 1,60E-12
5 23,52 10,0000140 1,60E-06 2,56E-12
6 23,50 10,0000140 1,60E-06 2,56E-12
7 23,52 10,0000120 -4,00E-07 1,60E-12
8 23,50 10,0000120 -4,00E-07 1,60E-12
9 23,53 10,0000140 1,60E-06 2,56E-12
10 23,51 10,0000130 6,00E-07 3,60E-13
23,49 10,0000124 2,22E-11
183
Tabel 4.1g. Pembacaan Standar V-DC (12 V), dan Pengolahan data
No. Vi (Vi - Vrata) (Vi - Vrata)²
1 11,99997 1,00E-06 1,00E-12
2 11,99997 1,00E-06 1,00E-12
3 11,99995 -1,90E-05 3,61E-10
4 11,99999 2,10E-05 4,41E-10
5 12,00000 3,10E-05 9,61E-10
6 11,99998 1,10E-05 1,21E-10
7 11,99995 -1,90E-05 3,61E-10
8 11,99993 -3,90E-05 1,00E-10
9 11,99997 1,00E-06 1,00E-12
10 11,99998 1,10E-05 1,21E-10
11,99997 2,47E-10
184
Bab 4 185
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Faktor Koreksi range (100 -1000000) mV
Faktor koreksi diperlukan untuk member koreksi terhadap
hasil pengukuran. Dari data pengukuran voltmeter DC sebanyak 5
setpoint, nilai koreksi dicari disetiap data untuk setpoint tersebut.
Adapun perhitungan koreksi menggunakan rumus [K = Vstandart sertifikat
– Vuut rate]. Faktor koreksi untuk seluruh setpoin range pengukuran
ditunjukkan pada Tabel 4.2.
185
5
1000000 1000000,91 0,3633945 0,1149154
186
Bab 4 187
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
SD 0,36339449
Ketidakpastian Pengukuran, UA1 = = = 0,00011 V ;
10 10
i =1 i =1
187
b = -2,246031991E-6
n n
∑y i − b.∑ xi
a= i =1 i =1
= y − b.x
n
Dari tabel 4.8 diatas diperoleh nilai SSR yaitu 0,61741 mV ≈ 0,00061741
V, untuk mencari uncertainty sebagai berikut, Va2 = n–2 = 5–2 = 3.
Sehingga :
− 0,00061741
Ua 2 = S q = = 0,001434 V
5−2
188
Bab 4 189
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Dengan cara yang sama untuk setpoin yang lain dapat dihitung UA2
meliputi ; 0,0 ; 0,0009 ; 0,0161 dan 0,20 seperti ditunjukkan dalam
Tabel 4.6.
189
1200000,00000
1000000,00000
800000,00000
Vi naik
600000,00000
Vi
Vi turun
400000,00000
200000,00000
0,00000
0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000
Set Kalibrator
Sertifikatkalibrasi 4 ppm
Ub1 = = = 2 × 10-6 V
2 2
190
Bab 4 191
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Analisa ketidakpastian multimeter didapat dari nilai resolusi.
Resolusi dari suatu multimeter adalah 100 mV, berarti interval (2a)
= 100 mV, sehingga a = ± 0,05 V. Jadi standart uncertaintynya
0,05
Ub2 / U(R) = = 0,02886 V
3
1000,0016
1000,0014
1000,0012
1000,001
Voltmeter
1000,0008 Series1
1000,0006 Poly. (Series1)
1000,0004
1000,0002
1000
999,9998
0
0
,5
,5
,5
,5
,5
,4
,4
,4
,5
,5
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
191
1,2 × 10 −6
Ub3 = = 692 × 10-9 V
3
s(Vi) 52387 × 10 −9
s( V ) = = = 1656 × 10-9 V
n 10
192
Bab 4 193
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Standart Deviasi : s (Vi ) = 52387 × 10-9 V
Derajat Kebebasan : V = n - 1 = 10 – 1 = 9
Standart Uncertainty : Ub5 (V ) = s ( V ) = 1656 × 10-9 V
193
Derajat Kebebasan : V = n - 1 = 10 – 1 = 9
Gambarr 4.3 Respon distribusi normal voltmeter DC pada set point 1000 V.
V
C1 = ∂ VDMM / ∂ VSTD
194
Bab 4 195
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
= 1000000,91 mV / 1000000 mV = 1 ; C2 = C1 = 1
Uc = (0,00011)2 + (0,06969)2 + (0,01434)2 + (2E − 6)2 + (0,02886)2 + (692E − 9)2 + (146,35E − 6)2 + (16566E − 9)2
= 0,07679 V.
Uc4 (V )
Veff =
[Ci×Ua1(V)]4 + [Ci×Ua1histerisis(V )]4 + [Ci×Ua2(V)]4 + [Ci×Ub1(V)]4 + [Ci×Ub2(V)]4 + [Ci×Ub3(V)]4 + [Ci×Ub4(V)]4 + [Ci×Ub5(V)]4
Va1 Va2 Va3 Vb1 Vb2 Vb3 Vb4 Vb5
Veff =
[0,07679]4
[114915E − 9]4 + [69696E − 8]4 + [14345E − 9]4 + [2 × 10−6 ]4 + [0,02886]4 + [692 × 10−9 ]4 + [146,35 × 10−6 ]4 + [16566× 10−9 ]4
9 4 3 9 ∞ 9 ∞ 9
=5
195
• Budget Ketidakpastian
Tabel 4.9. Laporan kalibrasi voltmeter DC dengan menggunakan
faktor koreksi temperatur dan pengaruh jaring listrik DC 12 V.
196
Bab 4 197
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Tegangan B5 - V 1 Norm 1,0000 16566E-9 9
DC 12 V
Combined Comb − V − Norm − 0,07679 5
Standart
Uncertainty
Expanded Exp. 0,197 V − Norm 2,57 − 5
Uncertainty 35
Dengan
an menggunakan tabel 4.9, maka diperoleh histogram sebagai berikut;
197
198
Bab 4 199
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
4.2.b. Pembacaan Standar V-AC (1000 V), dan Pembacaaan alat
yang dikalibrasi, Deviasi dan Deviasi kwadrat.
No. Suhu Vi (Vi - Vrata) (Vi - Vrata)²
1 24,50 1000,005 0,0015 2,25E-06
2 24,51 1000,008 0,0045 2,03E-05
3 24,50 1000,006 0,0025 6,25E-06
4 24,52 1000,007 0,0035 1,23E-05
5 24,50 1000,004 0,0005 2,50E-07
6 24,49 1000,004 0,0005 2,50E-07
7 24,48 1000,000 -0,0035 1,23E-05
8 24,50 1000,001 -0,0025 6,25E-06
9 24,50 1000,001 -0,0025 6,25E-06
10 24,50 999,999 -0,0045 2,03E-05
24,50 1000,0035 8,65E-05
199
4.2.e. Pembacaan Standar V-AC (100 mV), dan alat yang dikalibrasi
No. Suhu Vi (Vi - Vrata) (Vi - Vrata)²
1 23,45 100,015 0,2251 0,05067001
2 23,44 99,910 0,1201 0,01442401
3 23,48 100,005 0,12151 0,04626801
4 23,55 99,659 -0,1309 0,01713481
5 23,51 99,873 0,0831 0,00690561
6 23,52 99,694 -0,0959 0,00919681
7 23,49 99,935 0,1451 0,02105401
8 23,52 99,998 0,2081 0,04330561
9 23,48 99,413 -0,3769 0,14205361
10 23,51 99,397 -0,3929 0,15437041
23,50 99,7899 0,5053829
200
Bab 4 201
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
4.2.f. Pembacaan Standar V-AC (1 V), dan Pembacaaan alat dikalibrasi.
No. Suhu Vi (Vi - Vrata) (Vi - Vrata)²
23,50 0,99998 -0,00003 9,00E-10
1
2 23,52 0,99999 -0,00002 4,00E-10
4.2.g. Pembacaan Standar V-AC (10 V), dan Pembacaaan alat dikalibrasi
No. Suhu Vi (Vi - Vrata) (Vi - Vrata)²
1 23,80 10,00007 9,00E-05 8,00E-09
2 23,75 9,99997 -1,00E-05 1,00E-10
3 23,82 9,99997 -1,00E-05 1,00E-10
4 23,85 9,99998 0,00E+00 0,00E+00
5 23,86 9,99999 1,00E-05 1,00E-10
6 23,88 9,99999 1,00E-05 1,00E-10
7 23,89 9,99993 -5,00E-05 2,00E-09
8 23,90 9,99993 -5,00E-05 2,00E-09
9 23,90 10,00000 2,00E-05 4,00E-10
10 23,89 9,99999 1,00E-05 1,00E-10
23,85 9,99998 1,29E-08
201
4.2.i. Pembacaan Standar V-AC (1000 V), dan Pembacaaan alat dikalibrasi
No. Suhu Vi (Vi - Vrata) (Vi - Vrata)²
1 24,50 1000,005 0,0015 2,25E-06
2 24,51 1000,008 0,0045 2,03E-05
3 24,50 1000,006 0,0025 6,25E-06
4 24,52 1000,007 0,0035 1,23E-05
5 24,50 1000,004 0,0005 2,50E-07
6 24,49 1000,004 0,0005 2,50E-07
7 24,48 1000,000 -0,0035 1,23E-05
8 24,50 1000,001 -0,0025 6,25E-06
9 24,50 1000,001 -0,0025 6,25E-06
10 24,50 999,999 -0,0045 2,03E-05
24,50 1000,0035 8,65E-05
202
Bab 4 203
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Ketidakpastian Pengukuran Tipe A
203
204
Bab 4 205
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
n
n n
n.∑ xi . y i − ∑ xi . ∑ y i
b= i =1 i =1 i =1
2
n
n
n.∑ xi − ∑ xi
2
i =1 i =1
b=
(7 )(− 3536788,99) − (1111111)(− 3,649944)
(7 )(1,010 × 1012 ) − (1,234 × 1012 )
b = -3547E-9
∑y i − b.∑ xi
a= i =1 i =1
= y − b.x
n
205
Va2 = n – 2 = 7 – 2 = 5
− 0,000149635722
Ua2 = S q = = 0,0054 V
7−2
No. Set Kalibrator (mV) Vi naik (mV) Vi turun (mV) histerisis (mV)
1 1 1,000004 1,000004 0
2 10 10,00004 10,00021 0,00017
3 100 99,7899 100,0754 0,2855
4 1000 1000,01 1001,24 1,2300
5 10000 9999,98 10001,34 1,3600
6 100000 100000,37 100007,24 6,8700
7 1000000 1000003,5 1000007,8 4,3000
206
Bab 4 207
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
sumbu (x) sebagai tegangan dibandingkan sumbu y (standar deviasi)
seperti terlihat dibawah pada Gambar 4.8. :
1200000
1000000
800000
Vi naik
600000
Vi
Vi turun
400000
200000
0
0 20000 40000 60000 80000 1E+06 1E+06
0 0 0 0
Set Kalibrator
207
0,5
Ub2 / U(R) = = 0,28867E-3 V
3
208
Bab 4 209
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
−
∆T = T - Tstd = 24,5°C - 23°C = 1,5°C
3E − 6
Ub3 = = 1732E-9 V
3
209
Ub5 = s ( V ) = 0,0157 V
210
Bab 4 211
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Dari data pengukuran berulang diperoleh,
211
Va1 = ndata – 1 = 10 – 1 = 9
SD 0,0031037
Ub6 = = = 0,0009 V
10 10
212
Bab 4 213
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Gambar 4.6 Respon distribusi normal voltmeter AC pada set point 1 kV.
213
1000,010
1000,008
1000,006 Perbandingan
1000,004 voltmeter terhadap
V oltm eter
1000,002 temperatur
1000,000 Poly. (Perbandingan
999,998 voltmeter terhadap
999,996 temperatur)
999,994
999,992
0
,50
,5
,5
,5
,4
24
24
24
24
24
Temperatur
• Koefiseisn Sensitivitas ( Ci )
C1 = ∂ VDMM / ∂ VSTD
= 1000,0035 V / 1000,0000 V = 1
C2 = C1 = 1
Uc = (981495E − 9)2 + (987395E − 9)2 + (0,0054)2 + (0,0005)2 + (0,288675E − 3)2 + (1732E − 9)2 + (1833E − 8)2 + (0,0157)2
= 0,0059 V.
214
Bab 4 215
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Faktor Cakupan (k)
Dari persamaan rumus (2.23) dan (3.13) didapatkan harga dari
derajat kebebasannya (Veff).Dengan melihat tabel distribusi T-
Student pada CL = 95 %, diperoleh nilai faktor cakupan (k).
Uc 4 (V )
Veff =
[Ci × Ua1(V )]4 +
[Ci × Ua1histerisis (V )]4 +
[Ci × Ua 2(V )]4 +
[Ci × Ub1(V )]4 + [Ci × Ub 2(V )]4 +
[Ci × Ub 3(V )]4 +
[Ci × Ub 4(V ) ]4 +
[Ci × Ub 5(V ) ]4
Va 1 Va 2 Va 3 Vb1 Vb 2 Vb 3 Vb 4 Vb 5
Veff =
[0 , 00592 ] 4
[981495 E − 9]
4
+
[9873 E − 9]
4
+
[54 E − 8 ]4 + [5285 E − 7 ]4 + [0 , 2886 E − 3 ]4 + [1732 E − 9 ]4 + [1833 E − 9 ]4 + [0 , 0157 ]4
9 6 5 9 ∞ 9 ∞ 9
=1
Faktor cakupan, k = 12,71 dan CL = 95℅
• Budget Ketidakpastian
215
216
Bab 4 217
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Dengan mengikuti tabel 4.20, maka didapatkan grafik histogram.
8,00E-02
7,00E-02
Ketidakpastian
6,00E-02
5,00E-02
4,00E-02
3,00E-02
2,00E-02
1,00E-02
0,00E+00
b
1
xp
s)
om
Ua
Ua
Ub
Ub
Ub
Ub
Ub
isi
Ue
er
UC
st
hi
1(
Ua
Uncertainty Budget
217
218
Bab 4 219
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Std. uncertainty (% Ur) = 0.0149 % Ur*100/ Mean Reading
219
• Veff= 4178028 = ∞
Expanded Uncertainty at approximately 95% level of confidence, the
coverage factor k=2, Thus
U = k*Uc= 2 * 0.423 Volts
U = 0.85 Volts
% U = 0.34 % U * 100/ Mean Reading
220
Bab 4 221
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Budget ketidakpastian
221
222
Bab 4 223
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
U1= 0.141 * 50.248 * 0.01 = 0.0708 kAmp.
Estimate = 0.281 * 50.248 * 0.01 = 0.1412 kAmp.
Degree of freedom V2= infinity
223
Veff= 4178028 = ∞
224
Bab 4 225
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Expanded Uncertainty for approximately 95 % level of confidence,
the coverage factor k=2,
Thus
U = k * Uc= 2 * 0.310 kAmp.
U = 0.620 kAmp.
% U = 1.234 % U * 100/ Mean Read in
• Budget Ketidakpastian
Reporting of results:
Current = 50.248 ±0.620 kAmp.
225
226
Bab 4 227
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran Tipe B
• Uncertainty of watt meter from its calibration certificate
The distribution is normal and the coverage factor for
approximately 95% confidence level is 2
U1(%) = A1/ 2 = 0.0953/2 = 0.04765 %
U1= 0.04765 * 0.678 * 0.01 = 0.323 * 10-3 W
Degree of freedom V2= infinity
227
% Uc= 0.59 %
Veff = 64
Expanded Uncertainty for approximately 95% level of confidence,
the coverage factor k=2, Thus
U = k*Uc= 2* 0.00402 = 0.008 W
% U = 1.18 % U* 100/mean Reading
• Ketidakpastian Budget
Reporting of results:
Power loss = 0.678 ±0.008 Watt
228
Bab 4 229
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
4.5 Kalibrasi Karakteristik Tripping MCB
• Digital AC Ammeter
Range used : 0-10 A
Accuracy : 0.5 % of Reading
Uncertainty of time interval meter from its calibration certificate
: 0.0281 % , Resolution : 0.01
229
230
Bab 4 231
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• From time interval Meter specification (Accuracy)
A2= 0.5% of reading = 0.5 * 18.3740 * 0.01 = 0.092 seconds
For rectangular distribution, the standard uncertainty = U2= A2/
sqrt(3)
U2= 0.0531 second
% U2= 0.289 % U2* 100/ Mean Reading
Degree of freedom V3= infinity
231
232
Bab 4 233
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Ketidakpastian Kombinasi (Uc)
Uc=sqrt(Ur*Ur)+(U1*U1)+(U2*U2)+(U3*U3)+(U4*U4)+(U5*U5)+
(U6*U6)+(U7*U7)+(U8*U8)
% Uc= 0.900 % Uc* 100/ Mean Reading
= 6.375
233
Reporting of results:
Tripping time = 18.374 seconds ±2.205 %
= 18.374 ±0.405 seconds
234
Bab 4 235
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
4.6 Kalibrasi Transformer
Product : Distribution transformer
Test : Separate Source Voltage Withstand Test (Power Frequency
Voltage Withstand Test)
• Standards used :
Capacitive voltage Divider and peak Voltmeter Range used for
testing 0-50 kV
Accuracy : 0.03 % of FSD
Uncertainty of Capacitive voltage Divider and peak voltmeter
from its calibration certificate : 0.0443 %
Resolution : 0.2 kV
• Digital Stop watch
Range used for testing : 0-99.99 sec.
Accuracy : 0.02 % of RDG
Uncertainty of Digital Stop watch from its calibration certificate :
0.0146 %
Resolution : 0.0001
Reading No. Voltage (kV)
1 28
2 28
3 28
4 28
5 28
235
236
Bab 4 237
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
U2 = 0.0086 kV
% U2= U2* 100/ Mean Reading
= 0.0086 * 100/ 28 = 0.031 %
Degree of freedom V3= infinity
• Uncertainty due to resolution of Capacitive voltage Divider
and peak voltmeter
A3= 0.2/ 2 = 0.1 kV = Estimate
A3(%) = 0.1 * 100/ 28 = 0.357 %
For rectangular distribution, the standard uncertainty = U3 =A3/
sqrt(3)
U3 = 0.0577 kV
% U3= U3* 100/ Mean Reading
= 0.0577 * 100/ 28 = 0.206 %
Veff = infinity
237
U = k*Uc= 2 * 0.21 %
• Budget Ketidakpastian
A. Parameter Voltage
238
Bab 4 239
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
B. Parameter Waktu
239
240
Bab 4 241
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Accuracy of Wattmeter from its calibration certificate
A2= 0.5 %
For rectangular distribution, the standard uncertainty = U2= A2/
sqrt(3)
U2(%) = 0.289 %
U2= 0.289 * 3273.4 * 0.01 = 9.46 W
Estimate = 0.5 * 3273.4 * 0.01 = 16.367 W
Degree of freedom V3= infinity
241
242
Bab 4 243
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
For rectangular distribution, the standard uncertainty is = U7=
A7/ sprt(3)
U7(%) = 0.246
Degree of freedom V8= infinity
• Ketidakpatian standard kombinasi (Uc)
Uc= sqrt(Ur*Ur+ U1*U1+ U2*U2+ U3*U3+ U4*U4+ U5*U5+ U6*U6+
U7*U7)
% Uc= 0.459 %
Veff= 222.9
Expanded Uncertainty for approximately 95% level of confidence,
the coverage factor k = 2,
Thus
U = k*Uc= 2 * 0.459
% U = 0.918 %
243
Reporting of results:
Measured Power = 9820.2 W ±0.918%
9820.2 ± 90.1W
244
Bab 4 245
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
4.8 Kalibrsi Waktu
245
246
Bab 4 247
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
7 35 103.74 58.55 5.86
8 40 109.56 60.09 6.01
9 45 106.50 60.71 6.07
10 50 105.96 59.58 5.96
11 55 115.28 59.32 5.93
12 60 109.38 60.40 6.04
13 65 111.60 62.06 6.21
14 70 132.32 54.89 5.49
15 75 117.74 66.24 6.62
16 80 118.88 57.48 5.75
17 85 119.44 64.41 6.44
18 90 123.26 65.07 6.51
19 95 126.32 61.70 6.17
20 100 125.76 70.28 7.03
21 105 135.02 67.98 6.80
22 110 126.90 65.15 6.51
23 115 129.74 65.28 6.53
24 120 133.16 69.89 6.99
25 125 133.64 70.04 7.00
26 130 141.70 70.72 7.07
27 135 137.04 71.94 7.19
28 140 142.90 68.92 6.89
29 145 147.98 73.94 7.39
30 150 146.64 76.24 7.62
31 155 148.06 75.16 7.52
32 160 147.82 76.29 7.63
33 165 154.72 78.61 7.86
34 170 154.32 76.81 7.68
35 175 156.00 86.40 8.64
36 180 165.12 70.48 7.05
37 185 153.60 75.94 7.59
38 190 163.06 84.55 8.46
39 195 168.18 74.39 7.44
40 200 168.18 82.37 8.24
41 205 177.08 81.07 8.11
42 210 183.38 71.2 7.12
43 215 178.08 81.41 8.14
44 220 190.12 84.90 8.49
45 225 193.39 77.08 7.71
46 230 188.38 89.26 8.93
47 235 194.16 86.95 8.69
247
248
Bab 4 249
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
89 445 231.45 87.59 8.76
90 450 277.50 94.35 9.43
91 455 252.52 93.99 9.40
92 460 283.52 90.64 9.06
93 465 289.22 95.87 9.59
94 470 302.74 90.07 9.01
95 475 288.33 94.04 9.40
96 480 303.08 93.26 9.33
97 485 288.09 59.85 5.99
98 490 316.98 58.57 5.86
99 495 353.40 59.68 5.97
100 500 340.15 58.85 5.89
Keterangan : ESDM = Ketidakpastian Tipe A1
• Ketidakpastian Pengukuran Tipe A1
Setelah diperoleh nilai ketidakpastian pengukuran tipe A
seperti ditunjukan Tabel 4.7 selanjutnya dipilih nilai ketidakpastian
pengukuran tipe A1 (uA1) terbesar, yaitu berada pada titik ukur 465
sekon, Nilia terbesar ini akan menjadi nilai paling kritis dan dapat
mewakili nilai ketidakpastian dari selutuh range pengukuran.
Adapaun hasil perhitungan adalah sebagai berikut.
Nilai rata-rata :x = 289.22 ns
Standar Deviasi : σ(xi) = 95.87 ns
Hasil pengukuran = (289.22 ± 95.87) ns.
Jadi waktu yang diperbolehkan atau waktu yang terdata pada
sistem adalah berada pada interval waktu (289.22 ± 95.87) ns.
Adapun nilai batas bawah adalah 193.35 dan nilai batas atas 385.09
ns.
249
250
Bab 4 251
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
25 125 165.28 93.40 9.34
26 130 165.88 95.66 9.57
27 135 170.93 91.27 9.13
28 140 178.66 92.74 9.27
29 145 148.36 97.92 9.79
30 150 155.63 94.51 9.45
31 155 157.76 99.49 9.95
32 160 160.56 86.41 8.64
33 165 166.52 101.77 10.18
34 170 174.94 101.85 10.18
35 175 169.60 102.11 10.21
36 180 176.20 99.35 9.940
37 185 187.87 96.59 9.66
38 190 174.38 99.50 9.95
39 195 177.38 89.73 8.97
40 200 180.38 97.75 9.78
41 205 172.38 78.41 7.84
42 210 170.50 83.72 8.37
43 215 171.94 80.65 8.07
44 220 175.68 82.90 8.29
45 225 179.60 87.68 8.77
46 230 182.68 90.58 9.06
47 235 181.16 92.72 9.27
48 240 175.31 92.70 9.27
49 245 184.17 90.32 9.03
50 250 186.20 80.88 8.09
51 255 191.60 94.93 9.49
52 260 189.52 91.45 9.14
53 265 190.64 86.86 8.69
54 270 200.98 92.92 9.29
55 275 218.82 96.49 9.65
56 280 233.22 108.53 10.85
57 285 236.82 104.83 10.48
58 290 243.31 101.56 10.16
59 295 243.12 104.82 10.48
60 300 251.84 100.72 10.07
61 305 249.68 103.41 10.34
62 310 226.84 99.09 9.91
63 315 234.12 101.35 10.13
64 320 229.04 98.69 9.87
65 325 218.54 104.45 10.45
251
Dari data pada tabel 4.7 selanjutnya dipilih nilai uA1 terbesar, berada
pada titik ukur 360 s, Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
252
Bab 4 253
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Nilai rata-rata :x = 250.78 ns
Standar Deviasi : σ(xi) = 109.23 ns
Hasil pengukuran = 250.78 ± 109.2 ns, dengan k=2 dan CL = 95
%
Jadi waktu yang diijinkan pada output 10 MHz berada pada
titik ukur 360 sekon. dengan range 250.78 ± 109.2 ns. Adapun batas
bawah = 141.58 ns dan batas atas = 359.98 ns.
Dimana,
x = besaran yang diukur
y = hasil pengukuran
253
vA2 = 100 – 2 = 98
13244.26
uA2 = = 11.63 ns
100 − 2
254
Bab 4 255
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Berikut ini adalah analisa ketidakpastian tipa A2 pada output
10 MHz.
9239 . 57 − ( 0 . 18 × 19995 . 3 )
a = = 56.95
100
Dari tabel 4.3 diperoleh nilai ∑SSR pada output 10 MHz yaitu
10752.34 ns, maka nilai uA2 adalah sebagai berikut :
vA2 = 100 – 2 = 98
10752.34
uA2 = = 10.47 ns
100 − 2
255
= 200 ns
Usertifikat 200 × 10 −9
uB1 = = = 100 ns; vB1 = 50
2 2
• Ketidakpastian diperluas
Rubidium Frequency Standard pada output 10 MHz adalah 8.15 x
10-10 Hz. Maka ketidakpastian sertifikat pada Rubidium
Frequency Standard adalah 10 x 106 ± 8.15 x 10-10 Hz. Berikut ini
adalah hasil konversi besaran frekuensi ke besaran waktu.
1
t = = 100 ns
10 × 10 6 ± 8.15 × 10 −10
Usertifikat 100 × 10 −9
uB1 = = = 50 ns ; vB1 = 50
2 2
256
Bab 4 257
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Ketidakpastian Standard Akurasi Frequency Rubidium satelit
GPS
100
uB2 = = 57.74 ns
3
vB2 =∞
vB3 =∞
257
−
∆T = T - Tstd = 24.21°C - 23°C = 1.21 0C
97.75 × 10 −9
UB4 = = 56.44 ns
3
vB4 = 99
258
Bab 4 259
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Perhitungan Ketidakpastian Akibat Pengaruh SA
Jika sinyal GPS mendapat pengaruh SA maka ketidakpastian pada
tingkat kepercayaan 95 % adalah 340 ns (dapat dilihat pada tabel
2.1). maka ketidakpastian standar akibat pengaruh SA adalah
340
UB5 = = 170 ns
2
vB5 = 50
• Koefisien Sensitifitas
Perhitungan koefisien sensitifitas berfungsi untuk
mengkonversikan semua komponen ketidakpastian ke dalam
satuan yang sama dengan satuan besaran ukur. Berikut ini adalah
analisa perhitungan koefisien sensitifitas untuk:
uA1, uA2, uB1, uB2, uB3, uB4, dan uB5.
259
dimana,
uA1 9.59 99
uA2 11.63 98
uB1 100 50
uB2 57.74 ∞
uB3 4.62 ∞
uB4 56.44 99
uB5 170 50
260
Bab 4 261
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Perhitungan Ketidakpastian Kombinasi (Uc)
Ketidakpastian kombinasi merupakan gabungan dari semua
sumber-sumber ketidakpastian yang meliputi gabungan
ketidakpastian Tipe A dan Tipe B. Berikut ini hasil perhitungan
ketidakpastian kombinasi.
Uc = (C A1U A1 ) 2 + (C A 2U A 2 ) 2 + (C B1U B1 ) 2 + (C B 2U B 2 ) 2 + (C B 3U B 3 ) 2 + (C B 4U B 4 ) 2 + (C B 5U B 5 )
2 2 2 2 2 2 2
= 9 . 59 + 11 . 63 + 100 + 57 . 74 + 4 . 62 + 56 . 44 + 170
= 213.70 ns
261
Uc4
Veff =
(C A1U A1 )4
(C U ) 4
(C U ) (C U ) 4 (C U ) 4 (C U ) 4 (C U )
4
+ A2 A2 + B1 B1 + B 2 B 2 + B3 B3 + B 4 4 + B5 5
v A1 v A2 v B1 vB2 v B3 vB4 v B5
4
213 . 70
V eff =
( 9 . 59 ) 4 ( 11 . 63 ) 4 (100 ) 4 ( 57 . 74 ) 4 ( 4 . 62 ) 4 ( 56 . 44 ) 4 (170 ) 4
+ + + + + +
99 98 50 ∞ ∞ 99 50
= 110.89
262
Bab 4 263
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Student pada CL = 95 % dan pada derajat kebebasan effektif Veff =
110.89 ≈ ∞ diperoleh nilai faktor cakupan k = 1.96.
• Ketidakpastian Diperluas
UExp = k.Uc
= 1.96 x 213.70
= ± 418.85 ns
263
Repeatability
A2 - ns 1 Norm 1 11.63 98
Regresion
Resolution
B3 8 ns 1 Rec 1.73 4.62 ∞
GPS
Combined
Comb. - ns 1 Norm - 286.42 -
Standard
Dimana :
264
Bab 4 265
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Laporan kalibrasi dibuat untuk melaporkan kegiatan kalibrasi,
dimana dalam laporan tersebut tercantum nilai ketidakpastian
bentangan (Uexp), faktor cakupan (k), dan tingkat kepercayaan (cl).
Nilai-nilai
nilai tersebut dapat digunakan utnuk meningkatkan
performansi dari alat ukur waktu.
265
uA1 9.59 99
uA2 11.63 98
uB1 100 50
uB2 57.74 ∞
uB3 4.62 ∞
uB4 20 50
266
Bab 4 267
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Perhitungan Ketidakpastian Gabungan (Uc)
Berikut ini hasil perhitungan ketidakpastian gabungan dari
seluruh ketidakpastian standar pada output 5 MHz tanpa pengaruh
suhu dan SA.
Uc = (C A1U A1 ) 2 + (C A 2U A2 ) 2 + (C B1U B1 ) 2 + (C B 2U B 2 ) 2 + (C B 3U B 3 ) 2 + (C B 4U B 4 ) 2
= 63.11 ns
V eff =
63 . 11 4 = 7.92 ≈ 8
( 9 . 59 ) 4 (11 . 63 ) 4 (100 ) 4 ( 57 . 74 ) 4 ( 4 . 62 ) 4 ( 20 ) 4
+ + + + +
99 98 50 ∞ ∞ 50
267
• Budget Uncertainty
Tabel 4.7g. Laporan Kalibrasi Waktu PRFS-102 Pada Output 5 MHz
Menggunakan Kalibrator GPS Tanpa Pengaruh Suhu Dan SA
Source Of Type Uncer. Units (Ci) Prob. Cov Standard DOF
Uncertainty Value Distrib erage Uncertainty (vi)
Factor (ui)
Repeatability A1 - ns 1 Norm 1 9.59 99
Repeatability
A2 - ns 1 Norm 1 11.63 98
Regresion
Accuracy
B2 100 ns 1 Rec 1.73 57.74 ∞
GPS
268
Bab 4 269
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
Resolution
B3 8 ns 1 Rec 1.73 4.62 ∞
GPS
Without SA
B4 40 ns 1 Norm 2 20 50
effect
Combined
Comb. - ns 1 Norm - 63.11 -
Standard
Dimana :
Uncer .Value ( dalam _ ns ) × sent .Coeff
Standard Uncertainty = Cov . Factor
269
270
Bab 4 271
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Ketidakpastian Pengukuran Waktu PRFS-102 Output 10 MHz
Dengan Pengaruh Suhu Dan Selective Availability (SA)
2 2 2 2 2 2 2
= 9.59 + 11.63 + 50 + 57.74 + 4.62 + 56.44 + 170
= 195.37 ns
271
U c4
V eff =
( C A 1U A 1 ) 4 (C A 2U A 2 ) 4 ( C B 1U B 1 ) 4 (C B 2U B 2 ) 4 ( C B 3U B 3 ) 4 (C B 4U 4 ) 4 (C B 5U 5 )
+ + + + + +
v A1 v A2 v B1 vB2 vB3 vB4 vB5
195 . 37 4
V eff =
( 9 . 59 ) 4 (11 . 63 ) 4 ( 50 ) 4 ( 57 . 74 ) 4 ( 4 . 62 ) 4 ( 56 . 44 ) 4 (170 ) 4
+ + + + + +
99 98 50 ∞ ∞ 99 50
= 86.04 ≈ 86
86 − 50 k − 2,01
=
100 − 50 1,984 − 2,01
k = 1.99
272
Bab 4 273
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
• Ketidakpastian Bentangan (UEXP.)
• Budget Uncertainty
Tabel 4.7i. Laporan Kalibrasi Waktu PRFS-102 pada Out put 10 MHz
dengan Kalibrator GPS Dengan Pengaruh Suhu Dan SA
Source Of Type Uncer. Units (Ci) Prob. Cov Standard DOF.
Uncertainty erage Uncertainty
Value Distrib Factor (ui) (vi)
Repeatability
A2 - ns 1 Norm 1 11.63 98
Regresion
Accuracy
B2 100 ns 1 Rec 1.73 57.74 ∞
GPS
Resolution
B3 8 ns 1 Rec 1.73 4.62 ∞
GPS
Combined
Comb. - ns 1 Norm - 195.37 -
Standard
273
274
Bab 4 275
Studi Kasus Kalibrasi Kelistrikan
pengaruh pada proses kalibrasi yang kurang teliti, disamping itu
secara tidak langsung mengurangi performansi alat ukur waktu
Rubidium Frequency Standard.
275
276
Bab 5 277
Kalibrasi Suhu
Rentang ukurnya berkisar -200 ~ 1800°C, bergantung pada jenis
termokopel.
277
278
Bab 5 279
Kalibrasi Suhu
Alat ukur suhu dianggap bermutu dan terpercaya, seperti
termometer, harus terkalibrasi dan tertelusur ke standar
nasional/internasional. Kalibrasi merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur
dengan cara membandingkan terhadap standar ukurnya yang
tertelusur ke standar nasional dan/atau internasional. Adapun yang
dimaksud dengan Tertelusur adalah karakter hasil pengukuran yang
dapat dihubungkan ke standar yang sesuai, baik nasional dan/atau
internasional, melalui mata rantai pembandingan yang tak terputus.
Metoda kalibrasi yang diterapkan pada alat ukur seperti
thermometer, dilaksanka dengan bebrapa macam meliputi; metode
perbandingan, metode titik tetap dan metode simulasi.
Rantai Telusur dalam Kalibrasi ditunjukkan Gambaar 5.1. sebgai
berikut.
Standar Internasional
Standar Nasional
Standar Acuan
Standar Kerja
Alat Ukur
279
280
Bab 5 281
Kalibrasi Suhu
Nilai titik-tetap dari definisi ITS-90. Menyatakan bahwa Hasil
kalibrasi dapat dicari melalui persamaan interpolasi dan
umumnya diterapkan untuk kalibrasi termometer standar.
281
282
Bab 5 283
Kalibrasi Suhu
5.3. Termometer Gelas
Termometer Glas, adalah merupakan termometer cairan dalam
gelas yang Konstruksi berupa; Bulb dan tabung gelas tipis pada
bagian ujung bawah yang berisikan cairan Merkuri atau bahan
organik seperti etanol, pentana dll. Bagain lain berupa Stem/Batang
yang mempunyai lubang kapiler sebagai tempat pemuaian cairan
suhu naik. Bagian lain adalah markings yang merupakan skala dan
informasi lain yang terdapat pada batang.
283
284
Bab 5 285
Kalibrasi Suhu
selanjutnya dinginkan ke suhu ruang. Lakukan kalibrasi pada titik es
dengan segera, kesalahan tidak boleh lebih dari satu skala dan
lakukan kembali kalibrasi pada titik es setelah tiga hari kesalahan
kurng dari 1/5 skala.
Cara penggunaan termometer yang baik antara lain meliputi;
Jangan dibanting (tidak dapat diperbaiki), Pegang secara vertikal
pada batang. Jangan dijadikan bulb sebagai tumpuan, Senantiasa
lindungi bulb (dari benturan) dan jangan digunakan untuk
melakukan pengukuran melebihi suhu tertinggi dari skala.
Kegunaan Termometer cairan organic adalah untuk mengukur
suhu dibawah suhu -38°C (merkuri membeku pada suhu tersebut),
nilai pembelian lebih murah, akurasi kurang dan relative sulit dibaca
karena sifat cairan yang sangat bening dengan meniskus konkaf.
Disarankan menggunakan pewarna dan lubang kapiler yang lebar.
Teknik Penyimpanan Termometer gelas dianjurkan diletakkan
pada posisi horizontal untuk menghindari beban dan tekanan
terhadap bulb. Untuk menghindari getaran temasuk menghindari
sampai menggelinding. Termometer organic harus dilindungi dari
sumber cahaya dikarenakan akan menurunkan kwalitas cairan .
Beberapa sumber-sumber Kesalahan dalam termometer gelas
antara lain; effek time constant, efek kapasitas termal, efek tekanan,
cairan yang terputus, kesalahan pembacaan dan kesalahan
pencelupan. Dicontohkan cairan terputus pada Gambar 5.3.
285
286
Bab 5 287
Kalibrasi Suhu
Koreksi pencelupan, Dalam termometer pencelupan parsial
untuk cairan dalam termometer pada bagian yang tidak tercelup
akan mempunyai suhu berbeda dengan bagian yang tercelup
sehingga tingkat kontraksi-pun akan berbeda. Koreksi ini disebut
sebagai koreksi pencelupan. Karena itu suhu bagian bawah yg tdk
tercelup harus dimonitor baik pada saat kalibrasi maupun pada saat
pemakaian.
Persamaannya : Δ = K n δt
Dimana : Δ = koreksi suhu
n = panjang skala yg tdk tercelup
K = koefisien ekspansi cairan
δt = suhu kolom tdk tercelup waktu kalibrasi
Termometer pencelupan total, Termometer ini mempunayi
masalah tersendiri dari sisi penggunaan maupun kalibrasi.
Permasalahan timbul apabila terdapat media yg diukur tidak
memungkinkan termometer tuntuk dicelup secara total, sebagai
contoh kedalaman media yg kurang. Untuk itu diperlukan koreksi
pencelupan. Terdapat dua cara menentukan koreksi pencelupan tadi,
yakni : Metode Faden dan Metode Stem-Thermometer.
Penerapan metode Faden memiliki keuntungan lebih akurat
dan eksperimennya hanya memerlukan satutambahan termometer
bantu. Dari hasil pembacaan, dapat dihitung nilai rata-rata, koreksi
pencelupan dengan persamaan sebagai berikut.
287
288
Bab 5 289
Kalibrasi Suhu
Gambar 5.5 : Metoda Pengukuran koreksi pencelupan dengan (a) Metoda
Faden (b) metoda steam-termometer.
Kalibrasi termometer cairan dalam gelas, Termometer ini
dikalibrasi terhadap Termometer Tahanan Platina (TTP) dgn
ketidakpastian 0,03°C pada tingkat kepercayaan 95%. Gambar
berikut menunjukkan set up kalibrasi termometer cairan dalam gelas
terhadap tahanan platina standar (TTPS).
Media Kalibrasi
289
290
Bab 5 291
Kalibrasi Suhu
Tabel 5.2: Beberapa organisasi standar besar yang memiliki dokumen
standar yang terkait dengan termometer
291
292
Bab 5 293
Kalibrasi Suhu
Namun demikian, dengan melakukan perencanaan dan analsis
terbaik, kita tidak lagi tahu dan yakin dan pasti bahwa keputusan
kita akan benar; disini selalu ada risiko, kesempatan terbatas
menjadi salah. Untuk alasan risiko ini dan ketidakpastian yang
dicirikan dalam probabilitas. Dengan mengukur simpangan
pengukuran pada Gambar 5.7, kita dapat memperkirakan
probabilitas dari keputusan yang salah berdasarkan pada salah satu
atau semua pengukuran. Prinsip ini mendasari semua analisis
ketidakpastian:
293
294
Bab 5 295
Kalibrasi Suhu
simpangan pada kegiatan pengukuran. Terdapat kasus yang dapat
dipertimbangkan, Histogram Gambar 5.7 memiliki hubungan satu
profile dengan distribusi normal.
295
296
Bab 5 297
Kalibrasi Suhu
penting, Terdapat sekitar satu dari enam kinerja insrumen di luar
spesifikasi yang ditetapkan pabrikan, komplekssitas untuk
instrumen yang memiliki multirange hampir selalu menghasilkan
data pengukuran yang keluar dari spesifikasi. Terutama untuk
pengukuran pada beberapa titik ukur dalam range pengukurannya.
Skala Temperatur ITS-90
Pada prinsipnya, suhu didefinisikan secara penuh oleh
termodinamika, ilmu panas. Namun demikian seperti yang kita
bahas pada Bab 1, termometer bekerja didasarkan hukum
termodinamika yang tidak nyaman atau cukup akurat untuk
pengukuran praktis. Sebaliknya, masyarakat Intersainoal
mendefinisikan pengukuran suhu dalam skala praktis yang
direproduksi untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang ilmu
pengetahuan, perdagangan dan kesehatan.
Skala is revised berkala digunakan untuk memastikan bahwa
skala mampu mencakup rentang pengukuran temperatur yang luas,
dan tersedia secara praktis untuk semua pengguna alat ukur. Yang
paling mendasar adalah pada tahun 1990, sehingga skala saat ini
dikenal sebagai Skala Suhu Internasional 1990, atau hanya dengan
menyingkat ITS-90. ITS-90 memiliki struktur dasar yang sama
seperti timbangan praktis sebelumnya, yaitu tahun 1968, 1948 dan
1927. Secara pendekatan kita mendekati skala termodinamika ini
menggunakan sejumlah suhu yang didefinisikan (titik tetap) dan
297
298
Bab 5 299
Kalibrasi Suhu
kemampuan komersial dari kebutuhan komponen yang diperlukan
untuk membangun bagian-bagian yang luas dari skala, secara relatif
kemudahan dalam penggunaan komponen ini. Seperti yang kita
harapkan keguaaannya lebih maju, semakin menarik umengadopsi
rute/cara ini, telah diperkenalkan beberapa prosedur untuk
merealisasi ITS-90.
Pada saat ini kita fokuskan perhatian kita pada bagian skala
yang berada pada kisaran sekitar-200°C sampai 960°C, Skala yang
didasarkan pada thermometer tahanan platinum, karena sealama ini
themost sudah lebih umum digunakan bagian dari skala. Prinsip-
prinsip yang mendasari penggunaan titik tetap dan interpolasi pada
kalibrasi berasal dari termometer pula. Hal ini menjadi bagian
menarik dan secara langsung berlaku pada termometer secara lebih
umum. Pada pembahasan ini bagaimanapun juga , secara prinsip
telah diperkenalkan perihal skala. Ketika dibutuhkan informasi yang
lebih rinci tentang prosedur pemeliharaan alat dan skala harusnya
dikonsultasikan pada pihak yang memiliki pedoman resmi.
299
300
Bab 5 301
Kalibrasi Suhu
Diagram fase untuk air murni didtunjukkan oleh Gambar 3.1.
Fase tersebut tergantung pada suhu dan tekanan, air dapat eksis
sebagai es, cairan atau uap. Dalam beberapa kondisi air
kemungkinan air ada dalam dua tahap; kondisi yang ditunjukkan
dengan kurva leleh, titik didih dan sublimasi, masing-masing
keaddan ini sensitif terhadap tekanan. Hanya ada satu suhu dan
tekanan di mana kesemua tiga fase dapat hidup berdampingan
dalam keseimbangan termal: titik triple. Pada suhu dan tekanan di
atas ini titik kritis, fasa uap dan fasa cair tampak berbedakan.
301
Gambar 5.10: Bak Suhu Standar serutan suhu sebelah kiri, dan slusing kanan
302
Bab 5 303
Kalibrasi Suhu
termometer beberapa kali dengan interval waktu beberapa menit
untuk memastikan bahwa keseimbangan telah tercapai. Untuk
termometer berselubung baja, ada peluang kita perlu menekankan
stem ke es dengan cukup kuat agar dapat dicapai akurasi sampai
0,01 ° C.
303
304
Bab 5 305
Kalibrasi Suhu
Titik tetap metal
Titik tetap dari sistem yang memiliki suhu akan ditetapkan
dengan beberapa proses fisik dan bersifat universal dan
direproduksi kembali. Sistem yang paling sukses untuk
mendapatkan temperatur standar adalah transisi fase yang
melibatkan perubahan keadaan besar. Gambar 5.10, menunjukkan
sebuah diagram fase air, yang merupakan karakteristik diagram fase
untuk penyederhanaan banyak zat, dan memberikan beberapa
panduan dasar untuk pilihan titik tetap. In kasus air, kita siap
mengeksploitasi titik triple, dimana terjadi pada suhu tunggal yang
didefinisikan pada suhu dan tekanan tertentu.
Kegunaan kedua pada Gambar 5.8 terdapat garis yang hampir
vertikal mewakili titik leleh. Kurva leleh vertikal merupakan
karakteristik banyak zat dan berarti bahwa titik leleh (atau titik
beku kuivalen entlil ) relatif tidak sensitif terhadap tekanan. Kurva
titik didih dibanding dengan perbandingan sisi miring yang bagian
rendah menunjukkan bahwa sensitivitas tekanan adalah sangat
tinggi. Ambi sebagai contoh, jika kita membandingkan kedua normal
titik leleh dan titik didih air dimana titik thetriple kita pandang
sebagai perubahan suhu dengan perubahan suhu 1 atmosfir, kira-
kira sekitar 13 000 kali lebih besar untuk titik didih disbanding
dengan titik leleh. Dengan demikian titik leleh lebih disukai
disbanding titik didih untuk referensi suhu.
305
Seperti yang diharapkan dari leleh dan titik beku, tekanan akan
memiliki pengaruh terhadap suhu titik tetap. Sementara titik tetap
didefinisikan berada pada standar tekanan atmosfir, 101,325 kPa,
Nilai koreksi harus diterapkan jika kondisi atmosfer ekstrim,
306
Bab 5 307
Kalibrasi Suhu
pengukuran dilakukan pada ketinggian, atau sistem gas inert yang
dijaga pada standar tekanan yang lain Tabel 5.3 mendaftar semua
titik yang dikembangkan secara tetap pada ITS-90, dan koefisien
tekanan untuk titik tertentu.
Table 5.3 : Pendefinisian Titik Tetap dari Skala ITS-90
*) Semua zat kecuali 3He adalah komposisi isotop alam: e-H2 adalah
hidrogen pada konsentrasi kesetimbangan dari orto dan bentuk
para-molekul. Simbol ini memiliki arti sebagai berikut: V, titik
tekanan uap; T, titik triple; G, Titik termometer gas; M, F, titik leleh,
titik beku (suhu, pada tekanan 101 325 Pa, di mana fase andliquid
padat berada dalam keseimbangan). dT/DP adalah laju perubahan
307
Koreksi=S.D.=
3. Sertfikat TTPS 2
4. Sertifikat Bridge 2
6. Distribusi media 2
308
Bab 5 309
Kalibrasi Suhu
Ketidakpastian
Gabungan
Faktor cakupan
Ketidakpastian
Bentangan (U95)
5.5 Termokopel
Pada tahun 1821, Ilmuwan Jerman bernama Thomas Johann
Seebeck melakukan percobaan sebagai berikut:
A
A
C
309
Volmeter
B Cu
310
Bab 5 311
Kalibrasi Suhu
Kawat Sambungan Kawat Tembaga Kawat termokopel sampai
T1
Awan elektron bergerak ke sambungan
T2 dingin Menyebabkan polarisasi dan
timbulnya medan listrik
311
εA
t1 Cu t3 VAB
Gambar 5.16 : Termokopel Tegangan Seebeck
312
Bab 5 313
Kalibrasi Suhu
bergantung pada jenis bahan dan beda suhu antar sambungan ukur
(t1) dan sambungan acuan (t2)
Tabel 5.5 : Jenis-jenia Termokopel yang populer*
Jenis Bahan
Tipe
Kaki Positif Kaki Negatif
B Paduan Platina-30% Rhodium Platina
E Paduan Nickel-Chromium (Chromel) Paduan Tembaga-Nickel
J Besi Paduan Tembaga-Nickel
K Paduan Nickel-Chromium (Chromel) Paduan Nikel-Aluminium
N Nicrosil Nisil
R Paduan Platina-13% Rhodium Platina
S Paduan Platina-10% Platina
T Tembaga Paduan Tembaga- Nikel
*ASTM E-230-96: Kaki positif suatu termokopel diberi notasi P dan kaki negatifnya
diber notasi N. Contohnya kaki positif termokopel tipe KP dan kaki negatifnya KN dan
seterusnya. Batas Maksimum Suhu (°C)* ASTM E-230-96: Suhu diatas dicapai dengan
memasang insulasi keramik yg tertutup pada satu ujung. Suhu yg lebih tinggi dapat
dicapai dengan kompensasi sehingga umur kestabilan termokopel terjaga.
Tabel 5.6 : Kode Warna termokopel dgn isolasi duplex*
Tipe Warna Bungkus
Kaki positif Kaki negatif Warna Bungkus Keseluruhan
E Ungu Merah Coklat
J Putih Merah Coklat
K Kuning Merah Coklat
T Biru Merah Coklat
R (Hitam) (Merah) (Coklat)
S (Hitam) (Merah) (Coklat)
*ASTM E-230-96
Cuplikan tabel ASTM E-230-96 untuk termokopel tipe S
313
0 0.000 0.005 0.011 --- --- --- --- 0.044 0.050 0.055
10 0.055 0.061 0.067 --- --- --- --- 0.101 0.107 0.113
20 0.113 0.119 0.125 --- --- --- --- 0.161 0.167 0.173
….. ---- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
…. ---- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
100 0.646 0.653 0.661 --- --- --- --- 0.705 0.713 0.720
110 0.720 0.727 0.735 --- --- --- --- 0.780 0.788 0.795
120 ---- --- --- --- 0.826 0.834 --- --- --- ---
Penentuan koefisien Seebeck dari dimbil dari tabel acuan ITS 90.
314
Bab 5 315
Kalibrasi Suhu
• Penyelesaian
315
316
Bab 5 317
Kalibrasi Suhu
Termometer standar yg digunakan adalah standar tipe S dan
termokopel yang dikalibrasi adalah termokopel tipe K. Media
kalibrasi (furnace)) yg digunakan harus diketahui keseragaman
suhunya. Pengaruh ketidakseragaman Suhu media dapat dikurangi
dgn meletakkan kedua termokopel sedekat mungkin
317
… … …. …. …. …. … …
… … …. …. …. …. … …
… …. … … … … … …
Kolom II dan III adalah hasil pembacaan DVM utk kedua termokopel.
Pembacaan biasanya dilakukan lima kali dan hitung rata-ratanya.
Kolom IV adalah koreksi luaran termokopel standar yang nilainya di
dapatkan dari sertifikat kalibrasi termokopel. Kolom V adalah hasil
penjumlahan kolom II dan IV disebut nilai terkoreksi. Kolom VI di
dapatkan dgn melakukan konversi nilai tegangan pada kolom V ke
besaran suhu disebut suhu acuan, Tstd. Kolom VII adalah hasil
konversi nilai suhu pada kolom VI menggunakan tabel termokopel
tipe K disebut tegangan acuan, Vref. Kolom VIII selisih antara
tegangan acuan dgn tegangan termokopel. Kalibrasi biasanya
dilakukan pada 5-8 titikukur, misalnya 400°C, 600°C, 800°C,1000°C.
318
Bab 5 319
Kalibrasi Suhu
Untuk mendapatkan koreksi pada nilai suhu yang lain, melakukan
interpolasi Tstd thd koreksi
Tabel 5.9 : Perhitungan Ketidakpastian dengan table buget
No. Sumber Ketidakpastian Tipe A + B*t
1 Pengukuran Berulang A + 0
2 Regresi A + 0
3 Sertifikat Standar B +
4 Sertifikat DVM (std) B + 0
5 Sertifikat DVM (test) B + 0
6 Distribusi media B + 0
7 Titik es (std) B + 0
8 Titik es (test) B + 0
9 Ketidakseragaman termokopel B 0 + 0,001
Keidakpastian Kombinasi (Uc) +
Faktor Cakupan
Ketidakpastian Bentangan (U95) +
319
320
Bab 5 321
Kalibrasi Suhu
• SPRT suhu tinggi adalah SPRTbatang panjang yang dibuat
untuk paparan suhu yang lebih tinggi dengan kekususan range
suhu antara 0,01 ° C s.d. 962 ° C. Dalam termometer ini, semua
komponen isolasi terkena suhu tinggi pada kuarsa. tahan
Thenominal adalah 0,25, jauh lebih rendah dari tahanan
termometer-temperatur rendah batang-panjang, hal ini untuk
mengurangi efek kebocoran karena pengaruh isolasi. Ketiga
jenis termometer adalah tersedia secara komersial dalam
bentuk yang memuaskan dan memenuhi persyaratan ITS-90.
Untuk thermometer tahanan platinum kuantitas yang menarik
bukanlah termomeer tahanan absolut, R (T90), tapi W (T90),
perbandingan tahanan adalah berbanding terbalik pada triple
point air:
321
322
Bab 5 323
Kalibrasi Suhu
(a)
(b)
Gambar 5.20 : Satu stem SPRT untuk kebutuhan ITS-90. Rakitan lengkap
bagian atas (a) , dengan kontruksi detail dari elemen bagain bawah.(b)
(5.1)
323
(5.2)
Fungsi invers dari persamaan 5.2 dengan 0,1 mK. Adalah ;
(5.3)
Pada range dari 0 oC samapai 961,78 oC persamaan
referensinya,
(5.4)
324
Bab 5 325
Kalibrasi Suhu
Fungsi invers persamaan 5.4. dengan 0,13 mK adalah;
(5.5)
Dimana koefisien Ai, Bi, Ci dan Di adalah sekeumpulan keluaran yang
ditunjukkan pada table 5.10.Dua fungsi referensi dapat dijadikan
untuk mengidealkan thermometer platinum, termasuk kita dapat
menurunkan data nyata untuk dua thermometer yang mereka
menggambarkan pendekatan pada perilaku SPRT. Pendekatan
inisangat dimungkinkan.
Tabel 5.10 : Konstanta Ai, Bi, Ci dan Di merupakan fungsi referensi dari
persamaan 5.1 s.d. 5.4.
325
*Untuk sub-range 13,8033 Ks.d. 0,01 oC, dua titik kalibrasi ditentukan oleh thermometer gas atau
thermometer tekanan uap. Untuk sub-range 0,01 oC s.d. 981,78 oC koefisian a,b,c adalah sama untuk sub
range 0,01 s.d. 660,323 oC dan koefiseien d adalah ditentukan dari titik perak(silver).
326
Bab 5 327
Kalibrasi Suhu
suhu media yang diukur. Termometer Tahanan memiliki
keuntungan dalam penggunaannya meliputi : Lebih teliti & stabil
daripada termokopel. Rentang ukur suhu lebih sempit daripada
termokopel dan lebih kuat dan rentang suhu lebih lebar daripada
Thermistor. Kawat termometer Tahanan yang terbaik adalah
kawat platina, karena:
• Memiliki repeatability dan kestabilan yg sangat baik
• Tahan terhadap koreksi dan perngaruh bahan2 kimia
• Mudah diperoleh dalam bentuk yg murni
Jenis Termometer Tahanan Platina (TTP) :
Media/benda ukur :
• Jenis kedalaman
• Jenis permukaan
Ketelitian :
• Kelas standar (Pt-25, Pt-2,5)
• Kelas standar industri (Pt-100)
• Kelas industry
Konstruksi TTP tersusun dari:
• Sensor suhu (kawat platina)
• Dudukan sensor
• Selubung
• Kawat sambungan
327
328
Bab 5 329
Kalibrasi Suhu
TTP
Objek Ukur Tahanan Alat Ukur
Gambar 5.21: Konfigurasi kawat sambungan TTP
a. Sistem 2 kawat:
- Ada pengaruh kawat sambungan
- Digunakan bila jarak antara TTP dgn alat ukur tahanan adalah
pendek
b. Sistem 3 kawat:
- Tdk ada pengaruh kawat sambungan
- Digunakan bila jarak antara TTP dgn alat ukur tahanan cukup
jauh
- Cocok utk industry
c. Sistem 4 kawat
- Tdk ada pengaruh kawat sambungan
- Lebih teliti dari sistem 3 kawat
- TTP kelas standar
Pengukuran Suhu dengan TTP
• Kontak termal yg baik antara termometer dgn benda yg diukur
• Pencatatan data pengukuran dilakukan pada saat sudah terjadi
setimbang termal
329
330
Bab 5 331
Kalibrasi Suhu
C = − 4.27 x1012 / 0 C 4
Konversi W(t) ke-t secara iterasi :
W (t ) − 1
tn = 2
A + Bt n −1 + Ct n −1 .(tn −1 − 100)
331
1 160,5
2 160,4
3 160,6
4 160,5
5 160,6
332
Bab 5 333
Kalibrasi Suhu
TTP tersebut digunakan mengukur suatu suhu benda t dan
diperoleh R(t) seperti ditunjukkan pada tabel. Bila dimisalkan
rangkaian jembatan memiliki ketidakpastian ±0,001°C, maka
berapakah nilai t beserta ketidakpasiannya (t.k. = 95%) B. TTP
dgn output berupa suhu (Termometer Digital)
Contoh:
Diketahui suatu termometer digital dgn spesifikasi:
- Sensor platina
- Resolusi temperatur indicator: 0,1°C
- Ketidakpastian CL, 95% , k=2; adalah =±0,3°C mengukur suhu
benda t,
Pengukuran dilaksanakan sebanyak 5 kali dgn hasil sbb:
No. T (oC)
1 125,6
2 125,6
3 125,7
4 125,6
5 125,7
333
TTP TTPS
a0 N ∑ ti ∑ ti ∑ R1
2
a = t
1 ∑ i ∑ ti ∑ ti ∑ Ri ti
2 3
a2 t 2 t 3 t 4
∑ i ∑ i ∑ i ∑ Ri ti
2
A= at/ao, B=a2/ao
Dimana : t1 = suhu penunjukkan standar
334
Bab 5 335
Kalibrasi Suhu
R1 = tahanan yang ditujukkan alat
b. Metode NML
Misalkan untuk rentang -40 - 250°C :
T = a.[W(t)-1] + b.[W(t)-1]² + c[W(t)-1]³
Dimana:
T = suhu termometer standar, hasil konversi Rttps(t)
W(t) = R(t)/R(0°C)
R(t) = tahanan termometer yg dikalibrasi pada suhu t
R(0°C) = tahanan termometer yg dikalibrasi pada suhu 0°C
Dari kumpulan pasangan data (t1, W(t1)-1), dgn polinominal
curve fitting, dicari suatu polinominal orde - 3 antara t dan
W(t) sehingga diperoleh nilai a,b dan c.
• TTP dengan output suhu (Termometer Digital)
Sensor
• Callendar van Dussen
• NML
Temperatur Indicator
• Simulasi (Temperature Calibrator)
Sensor + Temperatur Indicator
• Comparison
• Temperatur Calibrator
335
Thermocouple Type-K
400.0
•
Digital Thermometer
Temperatur chamber di
set pada 400 oC
336
Bab 6 337
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
• Thermocouple
Thermocouple type K telah dikalibrasi tiap tahun. Hasil
kalibrasi tahun lalu pada laporan didapatkan nilai uncertainty ±
2.0oC dengan confidence level 99%. Koreksi thermocouple pada
suhu 400oC adalah 0.5oC.
1 400.1 6 400.0
2 400.0 7 400.1
3 400.1 8 400.2
4 399.9 9 400.0
5 399.9 10 399.9
• Model Matematis
T = D + Koreksi
Dimana :
T = Temperatur hasil pengukuran
D = Temperatur yang ditunjukan pada display digital thermometer
337
• Perhitungan Uncertainty
Combined standard uncertainty (Uc) termasuk uncertainty dari
repeatability dari hasil pembacaan, digital thermometer dan
thermocouple.
2 2 2
Uc = U 1 +U 2 +U 3
Dimana :
Uc = combined standard uncertainty
U1 = standard uncertainty dari repeatability
U2 = standard uncertainty dari digital thermometer
U3 = standard uncertainty dari thermocouple
338
Bab 6 339
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
1 n 2
s2(Ti) = ∑
n − 1 i =1
(T i −T )
1
= (0.096)
9
= 0.0106 oC2
Evaluasi type B :
Dari spesifikasi, uncertainty dari digital multimeter adalah ± 0.6
oC. Dengan asumsi memiliki distribusi rectangular, maka standard
uncertainty, U2 adalah :
0.6
U2 = = 0.35 oC
3
Degrres of freedom : ν2 = ∞
339
Uncerta int y 2 .0
U3 = = = 0.78 oC
k 2.58
Degrres of freedom : ν3 = ∞
= 0.86 oC
(U 1 ) (U 2 ) (U 3 )
4 4 4
+ +
ν 1 ν 2 ν 3
= ( 0 . 86 )
4
( 0 . 03 ) ( 0 . 35 ) ( 0 . 78 )
4 4 4
+ +
9 ∞ ∞
340
Bab 6 341
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
Degrees of freedom pada combined uncertainty (Uc) adalah ∞. Hal
ini akan memberikan coverage factor (k) 2 pada confidence level
95%.
Dimana : Uexp. = k. Uc = 2 x 0.86 oC = 1.7 oC.
• Budget uncertainty
Source of Type Ui Uncertain Sensiti Probabilit Cov. Standard Degr
uncertain ty value vity y Factor uncertai ee of
ty (oC) coeffic distributio nty freed
ient n (oC) om
Repeatabil A U1 0.03 1 Distribusi-T 1 0.03 9
ity
Thermome B U2 0.6 1 Rectangular √3 0.35 ∞
ter
Thermoco B U3 2.0 1 Normal 2.58 0.78 ∞
uple
Temp. Combi Uc - - Normal - 0.86 ∞
Mean ned
Temp. Exp. Uex 1.7 - Normal 2 - ∞
Meas. p
• Laporan
Temperatur chamber yang terukur dalam proses kalibrasi ini
adalah 400.5oC dengan uncertainty ± 1.7oC Temperatur = (400.5
± 1.7) oC. Perkiraan confidence level mendekati 95% dengan coverage
factor k = 2.
341
STANDAR ACUAN
Standar ASTM : E 77 – 1998 : Standard test method for
inspection and verification of thermometers.
PERALATAN
a) Ice Bath
b) Calibration Bath
c) Metal Blok Bath
d) Platinum Resistance Thermometer (PRT)
e) Stop Watch
f) Kaca Pembesar
PROSEDUR
• PEMERIKSAAN SECARA VISUAL
342
Bab 6 343
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
Dipastikan bahwa Thermometer UUT dalam kondisi baik dan
siap dikalibrasi, jika terdapat hal-hal berikut harus dilakukan
perbaikan terlebih dahulu atau ditolak untuk dikalibrasi.
• Gelembung Gas
Jika terdapat gelembung gas pada thermometer yang sedang
dikalibrasi.
• Benda Asing
Yang dimaksud benda asing adalah adanya benda selain
cairan itu sendiri, misalnya serpian kaca, kain tiras (lint),
oksida air raksa seperti merah, kuning atau hitam, batu atau
bintik-bintik besi yang semua akibat dari fabrikasi
• Kesalahan Kaca (gelas)
Jika terjadi kesalahan bahan pada kaca atau gelas, sehingga
menimbulkan kesulitan dalam pembacaan atau terjadi
pemuaian atau retak..
VERIFIKASI
• Verifikasi Keakurasian Skala
• Cara pembacaan thermometer untuk menghindari parallax.
343
344
Bab 6 345
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
T = Penunjukan thermometer.
t = Suhu reta-rata bagian thermometer yang tidak
tercelup.
345
346
Bab 6 347
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
b. Setelah tercapai keseimbangan pada kedua thermometer
tersebut, lalu bacalah dengan interval waktu yang sama,
misalnya 10 detik sebagai berikut :
Ts2
Tc1
Ts1
°C
Detik
Catatan :
Ts1,2,3 = Pembacaan PRT ke – 1,2,3
Tc1,2 = Pembacaan thermometer contoh ke – 1,2
347
Pengolahan Data
• Kesalahan atau Error
Hitung kesalahan yang didapat dari hasil kalibrasi pada titik es
dan suhu-suhu verifikasi yang lain.
Buat rata-rata pembacaan sebagai berikut :
Kesalahan ( Error ) E = Tc – Ts
348
Bab 6 349
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
60 60,8 60,2 60,8 60,0 60,8 60,10 +0,70
90 89,6 90,0 89,6 90,0 89,6 90,00 +0,40
349
• Ketidakpastian Gabungan, Uc
Ketidakpastian Gabungan , Uc = √ Σ ( Cn . µn)² dimana Cn = 1
350
Bab 6 351
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
6.3 KALIBRASI THERMOMETER DIAL
RUANG LINGKUP
Metode ini menetapkan cara kalibrasi Thermometer Dial,baik
yang berisi cairan, gas maupun uap,dengan kepasitas dari 0 s/d
400 °C.
TANDA ACUAN
British Dtandard 5235-1975 : Specification For Dial-Type
Expansion Thermometers.
TANGGUNG JAWAB
Yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan metode kalibrasi
ini adalah Kepala Laboratorium Kalibrasi.
PERALATAN
• Thermometer Standar sebagai Kalibrator.
• Temperatur Bath.
• Ice Bath.
• Stop Watch.
KONDISI LINGKUNGAN
Suhu Ruangna : 23 ± 1°C
Kelembaban : 60 ± 5% RH
PROSEDUR
• Thermometer Dial-Type cairan, gas dan uap.
• PERSIAPAN
a) Pastikan bahwa thermometer contoh dalam kondisi baik.
351
LANGKAH KERJA
a) Persiapkan Ice Bath untuk mendapatkan suhu nol (0°C), Sesuai
prosedur pengoperasiannya.
b) Masukkan thermometer contoh pada ice bath tersebut berikut
thermometerstandar, dengan posisi ujung sensor saling
berdekatan.
c) Tunggu beberapa saat hingga kira-kira suhu stabil dan
kemudian catat penunjukkan suhu kedua alat tersebut, dengan
tahapan pembacaan sebagai berikut :
Pada detik ke-0 catat suhu pada termometer standar (Ts 1)
Pada detik ke-15 catat suhu pada termometer standar (Ts 2)
Pada detik ke-30 catat suhu pada termometer contoh (Tc)
Pada detik ke-45 catat suhu pada termometer standar (Ts 3)
352
Bab 6 353
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
Pada detik ke-60 catat suhu pada termometer standar (Ts 4)
6400 4
350 2300
D e tik
TTss34
T 2s 3
Tc
c2
Ts
TTcs12
Ts1
°C
D e tik
PERHITUNGAN
• Hasil pada langkah 6.2.3, dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Pembacaan standar : { (Ts1 + Ts2 + Ts3 + Ts4) / 4} = Ts
Pembacaan alat : Tc
Kesalahan (E) : Tc – Ts
353
E = (1.0/100) x 50 = ± 0,50 °C
354
Bab 6 355
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
Jadi kesalahan (penyimpangan) maksimum yang
diijinkan adalah :
E = (1,5/100) x 50 = ± 0,75 °C
355
356
Bab 6 357
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
Tabel 6.3.2 : Rentang skala untuk thermometer dial
A. Untuk cairan dan gas
Scale Range (°C) Ketelitian (°C) Resolotion
-60 s/d 40 10
-30 s/d 70 5
20 s/d 120 5 0,67 s/d 1,25%
0 s/d 250 10
50 s/d 650 20
-100 s/d 20 2
0 s/d 100 2 0,33 s/d 0,62%
0 s/d 400 10
0 - 160 5 0,625%
B. Untuk Uap
Scale Range (°C) Scale Effective (°C) Ketelitian (°C) Resulotion
-70 s/d 30 -30 s/d 30
-10 s/d 50 10 s/d 50
0 s/d 80 30 s/d 80
20 s/d 120 60 s/d 120 0,67 s/d 1,25 %
50 s/d 200 100 s/d 200
150 s/d 300 200 s/d 300
200 s/d 340 240 s/d 340
357
358
Bab 6 359
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
= 0,0058 °C,R = 0, maka Vb3 = tak terhingga
d. Pengaruh suhu lingkungan, jika diasumsikan tidak
melebihi 1 divisi dari alat, misalnya resolusi 1 °C,
estimasi dist. Rectangular maka ketidakpastiannya
standar,
Ub4 = (1/2) / √3 = 0,288 °C ,
R = 0, maka Vb4 = tak terhingga
Pengaruh suhu lingkungan ini dapat diasumsikan jika
memang pengarunya tidak signifikan.
e. Resolusi alat bila skal terkecil 1° C, dist. Rectangular
maka Ub5 =(½/1,732) = 0,288 °C, R=0,
maka Vb5 = tak terhingga
• Ketidakpastian Gabungan
Uc = √ Σ (Ua)2 + Σ (Ub)2
Uc = √ (0,11)2 + (0,05)2 + (0,058)2 + (0,288)2 +
(0,288)2
Uc = 0,429
• Ketidakpastian diperluas, U95
U95 = k . Uc, diasumsikan k = 1,96
= 1,96 x 0,429
= 0,84 °C
359
Data
Bath
360
Bab 6 361
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
6.4 KALIBRASI TERMOMETER DIGITAL
RUANG LINGKUP
Metoda ini digunakan untuk mengkalibrasi Termometer
Digital, Temperatur Controller dan Temperatur Recorder,
dengan rentang kemampuan kalibrasi –150 °C hingga + 2000°C
untuk kalibrasi indikatornya dengan sisem simulasi suhu
dengan kalibrator, dan dari suhu 0°C hingga 100°C untuk
kalibrasi satu sistem Termometer digital yang terdiri dari
termokopel dan indikatornya, dengan sistem perbandingan
langsung. Khusus untuk temperatur recorder digunakan acuan
JIS C 1802, untuk memberikan batasan kesalahan yang
diperbolehkan.
Yang dimaksud Termometer Digital adalah sebuah alat ukur
suhu yang terdiri dari termokopel sebagai sensornya atau jenis
sensor lainnya dan indikator suhu yang ditampilkan secara
digital.
Sedangkan Temperature Controller adalah alat pengontrol
suhu yang terdiri dari bagian setting suhu, indikator suhu dan
sensor suhu setta bagian pengatur pemanas.
Dan Tempereture Recorder adalah alat ukur suhu dengan
indikator analog atau digial dan dilengkapi Chart Recarder
sebagai bagian yang tidak terpisahkan yang berfungsi
merekam data setiap saat.
361
362
Bab 6 363
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
e) Atur/Set posisi output kalibrator pada nilai suhu yang lebih
tinggi, ulangi prosedur sebelumnya, pilih titik-titik ukur
dengan jarak yang sama.
f) Ulangi prosedur sebelumnya hingga nilai suhu terbesar dari
rentang kemampuan Termometer Digital.
g) Atur/Set kembali posisi output kalibrator dengan arah terbalik,
yaitu nilai suhu terbesar hingga suhu terkecil dengan prosedur
sama dengan e), hingga f), dengan pencatatan satu pada kolom
Pembacaan Alat (Turun).
h) Hitung rata-rata, Perbedaan Naik-Turun, dan koreksinya.
Rata-rata = I/2 ( Naik + Turun)
Perbedaan (Naik – Turun) = Selisih nilai naik dan turun
Koreksi = (Rata-rata) – (penunjukan alat)
SIMULASI SUHU DARI TERMOMETER DIGITAL (CONTOH)
a) Jika termometer digital dilengkapi dengan sumber suhu
(simulator), maka kalibrasi dengan cara Simulasi Suhu dari
termometer digital (batang) harus dilakukan.
b) Pasang termokopel Wire pada posisis output (source) pada
termometer digital dan pada posisi input (measure) pada
kalibrator.
c) Nyalakan dan atur/set posisi input kalibrator dan output
(source) termometer digital pada suhu 30°C, kemudian
363
364
Bab 6 365
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
KALIBRASI DENGAN PERBANDINGAN LANGSUNG
a) Siapkan ice bath, untuk menghasilkan suhu 0°C
b) Masukkan termometer digital maupun termometer ASTM
Standar yang sesuai rentangnya ke dalam ice bath tersebut.
c) Tunggu beberapa saat hingga kedua alat telah mencapai
kondisi stabil.
d) Catat penunjukan kedua alat.
e) Keluarkan kedua sensor dari ice bath.
f) Biarkan kedua sensor kering dengan sendirinya, atau atur
dengan alat bantu tertentu hingga suhunya mencapai suhu
lingkungan
g) Setelah kering, masukkan kedua alat dalam temperature bath
kemudian atur/set temperature bath tersebut pada suhu yang
dikehendaki.
h) Tunggu hingga temperature bath stabil pada set nilai suhu
yang disesuaikan dengan nilai yang ada pada termometer
digital, kemudian pastikan juga kedua alat baik termometer
Digital maupun kalibrator telah stabil.
i) Catat penunjukkan pada kalibrator, sebanyak tiga kali
pembacaan dengan selang pembacaan masing-masing sekitar
10 detik.
j) Lakukan untuk nilai-nilai suhu yang lebih tinggi hingga
kemampuan maksimum dari termometer digital.
365
366
Bab 6 367
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
900,0 899,5 899,6 899,55 0,1 +0,45
1000,0 999,7 999,3 999,5 0,4 +0,5
1200,0 1199,7 1199,4 1199,55 0,3 +0,45
1400,0 1399,8 1399,5 1399,65 0,3 +0,35
1600,0 1599,2 1599,6 1599,4 0,4 +0,6
1800,0 1799,5 1799,6 1799,55 0,1 +0,45
2000,0 19999,7 19999,7 19999,77 0 +0,3
367
368
Bab 6 369
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
Pada contoh data diatas :
Distribusi normal = 0,4/2 = ± 0,2 °C,
uA = (0,2) /√3 = 0,115 °C
R = 10 %, v = 50
• Ketidakpastian standar dari data kalibrasi perbandingan
langsung :
Ketidakpastian standar dari kalibrasi perbandingan
langsung didapat dengan cara menetapkan nilai terbesar
dari standar deviasi serangkaian data pengamatan,
kemudian dibagi dengan akar jumlah pengamatan, dalam
hal ini dibagi dengan akar 3.
= (1/√3 ) Standar deviasi maksimum = Ketidakpastian
Standar
Pada contoh diatas didapat :
Nilai standar deviasi terbesar = 0,153 °C
Maka uA : ( 0,153 / √3) = ± 0,088 °C
V = 3 –1 = 2
• Ketidakpastian diperluas, U95
Untuk mendapatkan ketidakpastian diperluas terbagi atas
ketidakpastian untuk indikator dan satu sistem termometer
digital.
U95 = k . Uc, Dimana k = faktor cakupan,
Uc= ketidakpastian gabungan
369
370
Bab 6 371
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
standar : 0,115 °C, jika keduanya beda maka dipilih yang
terbesar.
• Untuk perbandingan langsung telah didapat ketidakpastian
standar 0,088°C
Ketidakpastian Gabungan, Uc
Ketidakpastian gabungan, Uc, pada kalibrasi simulasi :
Uc = [(0,115)² + (0,1) ² + (0,0289) ² ] 0,5
= 0,1656 °C
Derajat kebebasan efektif V,eff :
Uc 4
V,eff = , c=1
Σ {(c1 4 . U1 4)/Vi}
= 0,1592 °C
• Derajat kebebasan effektif, V. Eff :
Uc 4
V,eff = , c=1
Σ {(c1 4 . U1 4)/Vi}
371
Toleransi Kesalahan
• Untuk Termometer Digital :
Secara simulasi untuk indikatornya maupun dengan
perbandingan langsung, persyratannya biasanya ditetapkan
oleh pabrik pembuat, jika tidak, dapat ditentukan sendiri
berdasarkan pemakaian yaitu yang dinyatakan dengan
toleransi atau akurasi. Untuk menghitung akurasi ini dapat
digunakan rumus sederhana sebagai berikut :
Penyimpangan terbesar
Akurasi (%) = x 100%
Kapasitas maksimum alat
372
Bab 6 373
Studi Kasus Kalibrasi Suhu
• Pada Temperature Recorder
Grade 0,5 1,0
Penunjukan ±0,5 ±1,0
(Indicating)
(% terhadap input
span)
Pencatatan (Record) ±1,5 ±2,0
(% terhadap input
span)
Daerah mati 0,2 ±0,4
(% terhadap input
span)
373
374
Bab 7 375
International Thermal Scale (ITS-90)
Table 7.2: Koefisien persamaan kalibrasi untuk EMF sebagai fungsi
temperatur termokopel tipe J,
375
Lanjutan…
376
Bab 7 377
International Thermal Scale (ITS-90)
Tabel 7.3. : Koefisien persamaan kalibrasi untuk temperature
fungsi EMF
377
378
Bab 7 379
International Thermal Scale (ITS-90)
Lanjutan Tabel 7.4. …….
379
380
Bab 7 381
International Thermal Scale (ITS-90)
Lanjutan Tabel 7.5. ……
381
382
Bab 7 383
International Thermal Scale (ITS-90)
Tabel 7.6. : Hubungan Suhu dan Tahanan Mengacu pada IEC751/ITS-90
383
384
Bab 7 385
International Thermal Scale (ITS-90)
7.3. Hubungan Toleransi suhu dan tahanan
385
386
Bab 7 387
International Thermal Scale (ITS-90)
Tabel 7.8. Pembacaan Toleransi Temperatur , Mengacu Pada Beberapa Standar
387
388
Bab 7 389
International Thermal Scale (ITS-90)
Tabel 7.9. : Batasan suhu operasi maksimum terhadap diameter konduktor
(mm).
389
• Sambungan
ngan kawat termokpel
Sebelum kawat disambung, yakinkan bahwa kawat adalah
bersih. Untuk sambungan yang berukuran kecil, dua kawat dapat di
butt welded.. Untuk tegangan mekanik terbaik, kedua pasangan kawat
secara bersama metal termokopel adalah dalam keadaan kontak
390
Bab 7 391
International Thermal Scale (ITS-90)
dengan logam termokopel. Kawat secara bersama permanen dengan
disolder pada suhu rendah, dan dosolder dangan silver, brazing, arc,
gas dan spot welding untuk suhu tinggi; atau di crimping untuk
kecepatan operasi.
391
392
Bab 7 393
International Thermal Scale (ITS-90)
Gambar 7.2. Perlindungan multi lapis yang diperlukan penggunan termokopel
pada lingkungan yang bersuhu tinggi
393
• Assembly
Banyak faktor untuk perakitan sukses dari termokopel dan
rangakaian pengukuran yang telah dibahas dalam pembahasan pada
bagian sebelumnya. Perakiatan yang benar adalah penting dan
tertertelusur dari pengukuran thermocouple, karena dari sini akan
menghasilkan kesalahan atau kegagalan dapat memberikan
pembacaan palsu, tidak mudah dilihat dari pembacaannya. Berikut
adalah poin utama yang perlu diperhatikan:
394
Bab 7 395
International Thermal Scale (ITS-90)
• Pastikan perakitan yang dilakukan oleh tenaga terampil.
• Pastikan bahwa bahan yang digunakan bersih, terutama untuk
suhu tinggi.
• Pastikan bahwa bahan akan mampu menahan suhu operasi .
- Sebagian besar bahan kehilangan kekuatan yang cukup baik
sebelum mereka mengalami kegagalan pada suhu di tinggi suhu.
Suhu rata rata yang tinggi pada material mungkin menjadi suhu
keruntuhannya dan memungkin penurunan kekuatan mekanik.
- Banyak bahan yang kelihatan mirip tetapi dapat memiliki
peringkat suhu yang sangat berbeda. Perlu diuji apakah mereka
Manahan menahan suhu saat pertama.
395
t=A+Bt+Ct2+Dt3
396
Bab 7 397
International Thermal Scale (ITS-90)
A.1.3 Persamaan Callendar–van Dusen untuk PRT
397
398
Bab 7 399
International Thermal Scale (ITS-90)
Tabel 7.12. Koefisian ai, bi and ci, adalah sbb.:
(t90−t68)°C = −0.25[(t+273.15)/1337.33]2.
399
400
Bab 7 401
International Thermal Scale (ITS-90)
7.7 Tabel Referensi Termometer Tahanan
A=3.9083×10−3°C
−1B=−5.775×10−7°C
Tolerances (in°C)
Klas A: 0.15+0.2%
Klas B: 0.3+0.5%
401
402
Bab 7 403
International Thermal Scale (ITS-90)
7.8 Tabel Referansi Termokopel
403
404
Bab 7 405
International Thermal Scale (ITS-90)
• Koefisien fungsi referensi Tipe B
405
• D.4 Tipe E
406
Bab 7 407
International Thermal Scale (ITS-90)
Toleransi (Bisa jadi lebih besar )
407
• D.5 Tipe J
408
Bab 7 409
International Thermal Scale (ITS-90)
• Referensi koefisien fungsi Tipe J
• Toleransi
Klas 1: 1.5°C atau 0.4% untuk −40°C sampai 750°C
Klas 2: 2.5°C atau 0.75% untuk −40°C sampai 750°C
• Properties
Komposisi nominal: Iron-constantan, besi dibandingkan 55%
tembaga - 45% nickel. Tipe J adalah salah satu dari beberapa
termokopel yang cocok untuk digunakan dalam mengurangi
pengaruh lingkungan. Hal ini juga cocok untuk digunakan dalam
409
• D.6 Tipe K
410
Bab 7 411
International Thermal Scale (ITS-90)
• Toleransi
Klas 1: 1.5°C atau 0.4% untuk −40°C sampai 1000°C
Klas 2: 2.5°C atau 0.75% untuk −40°C sampai 1200°C
Klas 3: 2.5°C atau 1.5% untuk −200°C sampai 40°C
• Referensi -Koefisien fungsi Tipe K
411
• D.7 Tipe N
412
Bab 7 413
International Thermal Scale (ITS-90)
413
Toleransi
Klas 1: 1.5°C atau 0.4% untuk −40°C sampai 1000°C
Klas 2: 2.5°C atau 0.75% untuk −40°C sampai 1200°C
Klas 3: 2.5°C atau 1.5% untuk −200°C sampai 40°C
Properties
Komposisi nominal: Nicrosil - Nisil, 84,4% nikel - 14,2%
kromium - 1,4% silikon dibandingkan 95,5% nikel - 4,4% silikon -
0,1% magnesiumTipe N adalah pengganti nominal Jenis K dengan
suhu yang sangat mirip reproduktifitas rangebut jauh lebih tinggi.
Hal ini cocok untuk mengoksidasi dan lingkungan lembam adan
terbatas pada paparan vakum dan mengurangi lingkungan. Dalam
414
Bab 7 415
International Thermal Scale (ITS-90)
bentuk MIMS dengan Nicrosil atau dudukan adalah yang paling
stabil dari termokopel-logam dasar untuk range the(300-1200)°.
Kawat dan instrumentasi menjadi lebih tersedia.
• D.8 Tipe R
415
416
Bab 7 417
International Thermal Scale (ITS-90)
Type R sangat rentan terhadap kontaminasi, terutama dari uap
logam. Jenis R dan S adalah dua yang paling akurat dari termokopel
yang ditunjuk untuk suhu tinggi (200 ° C untuk 1400 ° C).
• D.9 Tipe S
417
• Properties
Komposisi Nominal: Platinum - 10% rhodium dibandingkan
platinum Type S cocok untuk digunakan pada suhu tinggi di
pengoksidasi dan atmosfer. Hal ini juga dapat digunakan sebentar-
sebentar dalam ruang hampa. Pada suhu di atas 1100 ° C hasil
penggunaan jangka panjang pertumbuhan gandum di leg platinum,
membuat termokopel rapuh. Jenis S sangat rentan terhadap
418
Bab 7 419
International Thermal Scale (ITS-90)
kontaminasi, terutama dari uap logam. Jenis R dan S adalah dua yang
paling akurat dari termokopel yang ditunjuk untuk suhu tinggi (200
° C to1400 ° C).
• D.10 Tipe T
Toleransi :
Klas 1: 1.5°C atau 0.4% untuk −40°C sampai 350°C
Klas 2: 1.0°C atau 0.75% untuk −40°C sampai 350°C
Klas 3: 1.0°C atau 1.5% untuk −200°C samapai 40°C
419
420
Bab 7 421
International Thermal Scale (ITS-90)
rentang suhu di bawah 150 ° CITS reproduksi sangat baik. Kawat dan
instrumentasi yang tersedia.
421
422
Bab 8 423
Lembar Kerja
423
Bab 8 425
Lembar Kerja
425
Bab 8 427
Lembar Kerja
Data Pengukuran
Temp. IUT: Temp. Ruang: Kelembaban Nisbi: Tanggal: No.
Nominal Kompensasi Hasil Pengukuran Rata-
Metode
IUT Null 1 2 3 4 5 rata
1 0.__Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
2 0.___Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
3 __000 Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
4 __0000Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
5 _00000 Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
427
1 0.__Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
2 0.___Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
3 __000 Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
4 __0000Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
5 _00000 Ω 2 wires
4 wires
2 wires √
4 wires √
Lembar Kerja
Bab 8
429
8.2. Lembar Kerja Kalibrasi Suhu ,
LABORATORIUM KALIBRASI TEKFIS
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
ALAT
Equipment
Pemilik
Owner
1. Nama :
Name
2. Alamat :
Address
Standar
Standard
1.Nama : 3. Ketelusuran :
Name Traceability
2.Nomor sertifikat :
Certificate Number
TANGGAL DITERIMA :
Date of Acceptance
TANGGAL DIKALIBRASI :
Date of Calibration
LOKASI KALIBRASI :
Location of calibration
KONDISI LINGKUNGAN KALIBRASI :
Environment Condition of calibration
METODA KALIBRASI :
Calibration method
ACUAN :
Reference
HASIL KALIBRASI DAN KETIDAKPASTIAN KALIBRASI : ( Terlampir )
Result of calibration uncertaintyof calibration Attached
HASIL KALIBRASI : Terlampir
DISETUJUI OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISIAPKAN OLEH :
TANGGAL : TANGGAL : TANGGAL:
359
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
Nomor :
Tanggal Terbit :
1. HASIL KALIBRASI
Catatan :
2. EVALUASI
360
Bab 8 431
Lembar Kerja
LABORATORIUM KALIBRASI TEKFIS
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
361
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
362
Bab 8 433
Lembar Kerja
LABORATORIUM KALIBRASI TEKFIS
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
No.Sertifikat : Tgl.Diterima :
Nama Alat : Standar :
Kapasitas : °C Nama :
Resolusi : No. Sertifikat :
Tipe/Model : Ketelusuran :
Nomor Seri : Lokasi Kalibrasi :...............±..............°C
Merk/Buatan : Kondisilingkungan:...............±..............%RH
Metoda Kalibrasi :
Acuan :
363
Metoda Kalibrasi :
Acuan :
HASIL KALIBRASI
Pembacaan Suhu
364
Bab 8 435
Lembar Kerja
LABORATORIUM KALIBRASI TEKFIS
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
Pengulangan °C Normal
Data
Std °C Normal
Termometer
Kestabilan °C Rect.
Bath
Pengaruh °C Rect.
Lingkungan
Sums
Ketidakpastian Bentang U = K . Uc
365
ALAT
Equipment
1. Nama : 4. Nomor Seri :
Name Serial Number
2. Kapasitas : 5. Merek/Buatan :
Capacity Manufacture
3. Tipe/Model : 6. Lain-lain :
Type/Model Others
Pemilik
Owner
1. Nama :
Name
2. Alamat :
Address
Standar
Standard
1.Nama : 3. Ketelusuran : Name
Traceability
2.Nomor sertifikat :
Certificate Number
TANGGAL DITERIMA :
Date of Acceptance
TANGGAL DIKALIBRASI :
Date of Calibration
LOKASI KALIBRASI :
Location of calibration
KONDISI LINGKUNGAN KALIBRASI :
Environment Condition of calibration
METODA KALIBRASI :
Calibration method
ACUAN :
Reference
HASIL KALIBRASI DAN KETIDAKPASTIAN KALIBRASI : ( Terlampir )
Result of calibration uncertaintyof calibration Attached
366
Bab 8 437
Lembar Kerja
LABORATORIUM KALIBRASI TEKFIS
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
Catatan :
367
Nomor :
Tanggal Terbit :
b. Simulasi Suhu dari Termometer Contoh
1. HASIL KALIBRASI
PENUNJUKAN ALAT PEMBACAAN KALIBRATOR KOREKSI
(° ) (° ) (° )
Catatan :
368
Bab 8 439
Lembar Kerja
LABORATORIUM KALIBRASI TEKFIS
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
Nomor :
Tanggal Terbit :
c. PERBANDINGAN LANGSUNG
1. HASIL KALIBRASI
Catatan :
369
Metoda Kalibrasi :
Acuan :
Pembacaan Kalibrator
Setting (°C) Rata-rata Perbedaan Koreksi
Suhu (°C) Naik-Turun (°C)
(°C) Naik Turun (°C)
Diperikasa : Dikalibrasi :
Tanggal Tanggal
370
Bab 8 441
Lembar Kerja
LABORATORIUM KALIBRASI TEKFIS
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
No.Sertifikat :
Pembacaan Kalibrator
Setting (°C) Rata-rata Perbedaan Koreksi
Suhu (°C) Naik-Turun (°C)
(°C) Naik Turun (°C)
371
No.Sertifikat :
c. Perbandingan Langsung
Pembacaan Kalibrator
Setting (°C) Rata-rata Koreksi Standar
Suhu (°C) (°C) Deviasi
(°C) Ke-1 Ke-2 Ke-3 (°C)
372
Bab 8 443
Lembar Kerja
LABORATORIUM KALIBRASI TEKFIS
Jl. A.R. Hakim, Kampus ITS,Surabaya, 60111. Telp. 021-5947188, Fax. 031-5923626
E-Mail : alimusyafa@yahoo.com
Daya Ulang °C
Termometer °C
Acuan
Resolusi °C
Pengaruh °C
Lingkungan
Sums
Ketidakpastian baku gabungan, Uc, °C
Faktor cakupan, K-Student’s Veff dan Cl 95 %
373
374
Bab 8 445
Lembar Kerja
Ketidakpastian Tipe B
Menghitung ketidakpastian yang ada selanjutnya tabelkan dalam
table 3.8.3.
Repeatability A1
Repeatability
A2
Regresion
Certificate B1
Accuracy GPS B2
Resolution
B3
GPS
Temperature B4
SA effect B5
Combined Comb
Standard .
Expanded Exp.
375
376
377
INDEX 449
probability,64,66,67,81,279
reliability,68,302
resistance,86,99,101,102,267,280,326
standard deviation,55,56,81,135,173,176,186,184,189,192,277
thermometer,227,229,230,231,233,234,242,243,244,246
thermowell,248
time constant,232
traceability,42,45,358,361,365
triple point,262
Type A,54,55,68,69,80,293
450 INDEX