Anda di halaman 1dari 10

KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

Anaerobik Co-digesi LimbahTanaman Jagung (Zea mays) dan Digested


Manure Sapi Terhadap Peningkatan Produksi Biogas Sebagai Energi
Terbarukan dengan Menggunakan Reaktor Mesophilic

Anaerobic co-digestion of corn stover with digested cow manure for enhancing
biogas production as renewable energy using mesophilic reactor

Darwin, Susi Chairani, Yusmanizar

Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala , Jl. Krueng Kalee,
Darussalam, Banda Aceh, 23111
Email: d4rwin_ae@yahoo.com

Ditulis untuk dipresentasikan pada


Seminar Nasional PERTETA dan HIPI
Kampus Unpad Jatinangor, Jalan Raya Bandung-Sumedang km 21
11 November – 12 November, 2014

ABSTRAK

Limbah tanaman jagung merupakan limbah biomassa lignoselulosa yang terdiri dari lignin,
selulosa dan hemiselosula. Hemiselulosa dan selulosa merupakan polimer yang dapat
dikonversikan menjadi biogas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi produksi biogas
melalui teknologi co-digesi limbah tanaman jagung yang memiliki kandungan karbon tinggi
dengan manure sapi yang memiliki kandungan karbon rendah dan tinggi kandungan nitrogen,
sehingga dapat meningkatkan effisiensi dan menyeimbangkan proses digesi untuk produksi
biogas dan digestate. Metode yang digunakan dalam penelitian antara lain: limbah tanaman
jagung yang sudah digiling ± 2 mm dicampurkan dengan manure sapi yang telah melalui
treatment anaerobik. Proses anaerobik yang dilakukan yaitu pada konsentrasi 3% total solids.
Reaktor yang sudah diisikan dengan substrat meliputi reaktor yang hanya berisi digested
manure sapi dan reaktor yang berisi digested manure sapi dan limbah jagung yang diletakkan
di dalam thermostatic waterbath yang suhunya dipertahankan pada kondisi mesophilic (30-32
o
C). Pengukuran produksi biogas dilakukan setiap hari dengan mencatat peningkatan level
gas pada gas meter. Dari hasil penelitian diketahui bahwa anaerobik co-digesi limbah jagung
dan digested sapi manure menghasilkan biogas jauh lebih tinggi (15969.5 mL) bila
dibandingkan dengan produksi biogas dari manure sapi yang tanpa ditambahkan limbah
jagung (887.5 mL).

Kata kunci: Limbah jagung, manure sapi, anaerobic digesi, biogas

ABSTRACT

Corn stover is waste lignocellulosic biomass composed of lignin, cellulose and hemiselosula.
Hemicellulose and cellulose is a polymer that can be converted into biogas. This study aims
to look at the potential of biogas production through technological co-digesi waste corn crop
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

that has a high carbon content with cow manure that has a high carbon content and low
nitrogen content, thereby increasing the efficiency and balance digesi process for the
production of biogas and digestate. The method used in the study include: corn crop waste
that has been milled ± 2 mm mixed with cow manure through anaerobic treatment. Anaerobic
processes are made at a concentration of 3% total solids. The reactor that has been loaded
with the substrate includes a reactor that contains only digested cow manure and reactor
containing digested cow manure and corn waste placed in a thermostatic water bath whose
temperature was maintained at mesophilic conditions (30-32 ° C). Measurement of biogas
production is conducted daily by noting the increase in the level of gas in the gas meter. The
survey results revealed that the co-digesi anaerobic waste corn and digested cow manure
produced biogas is much higher (15969.5 mL) compared with the production of biogas from
cow manure without added corn waste (887.5 mL).

Keywords: corn stover, cow manure, anaerobic digestion, biogas

I. PENDAHULUAN

Beberapa jenis limbah pertanian dan limbah proses hasil pertanian termasuk
diantaranya yaitu jerami padi, limbah tanaman jagung, kulit kakao. Sekitar 500 juta ton
limbah pertanian dihasilkan setiap tahunnya (Milbrandt, 2005). Limbah pertanian memiliki
karakteristik yang dapat dimanfaatkan untuk produksi energi terbarukan. Hal ini karena
limbah pertanian merupakan biomassa lignoselulosa yang mengandung selulosa dan
hemiselulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai substrat untuk produksi energi terbarukan.
Salah satu teknologi yang dapat mengkonversikan limbah pertanian menjadi energi
terbarukan yaitu teknologi anaerobik co-digesi yang memanfaatkan limbah pertanian sebagai
co-substrat untuk meningkatkan produksi biomethane sebagai energi terbarukan yang ramah
lingkungan.
Kadam dan McMillian (2003) menyatakan bahwa limbah jagung (corn stover)
merupakan bagian yang tersisa dari tanaman jagung setelah buah jagung dipanen yang berupa
batang, daun, buah jagung muda serta kulit jagung. Limbah jagung (corn stover) dapat terdiri
dari 50% batang, 22% daun, 15% bonggol, dan 13% kulit jagung (Kadam dan McMillian,
2003). Beberapa komponen utama dari limbah tanaman jagung yaitu selulosa, hemiselulosa
dan lignin.
Pembakaran sisa-sisa hasil panen produk pertanian dalam jumlah yang besar
merupakan tindakan yang harus dihindari; hal ini karena proses pembakaran limbah pertanian
dalam jumlah yang besar juga akan menghasilkan polusi yang berupa pasokan emisi karbon
ke atmosfir. Aktifitas ini sangat berbahaya apabila terus dibiarkan karena akan menyebabkan
penumpukan emisi karbon di atmosfir yang pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan
iklim dan pemanasan global. Penelitian dan pengembangan pemanfaatan limbah hasil
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

pertanian sebagai substrat untuk menghasilkan energi terbarukan mutlak harus dilakukan
karena dapat mendukung program pemerintah dan dunia dalam rangka pengembangan dan
penemuan sumber energi terbarukan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil (Xie et
al.,2011).
Adanya kecenderungan peningkatan harga bahan bakar fosil dunia yang signifikan
maka penelitian dan pengembangan energi alternatif sangat penting dilakukan oleh tiap-tiap
negara untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Meskipun
teknologi anaerobik digesi telah diketahui sekitar ratusan tahun yang lalu, saat ini masyarakat
di seluruh dunia khususnya di negara-negara maju kembali aktif dan intensif dalam
melakukan penelitian dan pengembangan teknologi anaerobik digesi untuk meningkatkan
produksi energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan
bakar fosil (Xiao et al.,2010).
Dengan penerapan teknologi anaerobik co-digesi dimana proses anaerobik digesi
yang terdiri dari substrat yang berbeda maka produksi biogas dan stabilitas proses dan
efisiensi digesi dapat ditingkatkan (Cuetos et al.,2011). Callaghan et al. (2002) menyatakan
bahwa dibandingkan dengan proses anaerobik digesi yang hanya menggunakan limbah
hewan seperti limbah sapi, co-digesi limbah kotoran hewan yang memiliki rasio carbon
nitrogen yang rendah atau memiliki kandungan nitrogen tinggi dengan substrat yang
memiliki kandungan nitrogen yang rendah atau memiliki rasio carbon nitrogen yang tinggi,
akan mampu menghasilkan produksi bio-methane yang lebih tinggi hal ini terjadi karena
anaerobic co-digesi dari substrat yang berbeda mampu menghasilkan proses digesi yang lebih
stabil dibandingkan dengan anaerobik digesi yang hanya menggunakan limbah hewan.
Limbah hasil panen tanaman jagung dapat digunakan sebagai bahan baku (feedstock)
untuk peningkatan produksi biogas sebagai energi alternatif. Penggunaan limbah hasil panen
tanaman jagung untuk peningkatan produksi energi terbarukan sangat berpotensi untuk
dikembangkan karena dapat bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan petani jagung
(Thompson and Tyner, 2011). Effluent ataupun digestate yang dihasilkan dari proses
anaerobik digesi juga dapat bermanfaat untuk aplikasi lahan pertanian karena mengandung
nutrisi yang dibutuhkan oleh tamanan. Dengan demikian petani jagung yang memanfaatkan
teknologi co-digesi tidak hanya memperoleh keuntungan dari biogas tetapi juga pupuk yang
dihasilkan juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi produksi biogas melalui teknologi co-digesi
limbah tanaman jagung dengan manure sapi untuk meningkatkan effisiensi dan
menyeimbangkan proses anaerobik digesi dalam memproduksi biogas dan digestate.
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

II. METOD
METODOLOGI
PENELITIAN

a. Bahan dan Alat

Bahan-bahan
bahan yang
dipergunakan adalah limbah
tanaman jagung yang diperoleh dari
perkebunan rakyat di Desa
Lambeugak, Kecamatan Kuta Cot
Gile, Aceh Besar, dan inoculums
yang digunakan sebagai starter
untuk mempercepat proses
anaerobik digesi dalam
memproduksi biogas diperoleh dari digester semi kontinu yang dioperasikan pada kondisi
steady state.. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pH meter, oven untuk
mengukur kadar air dan total solids bahan, furnace untuk mengukur volatile solids, hammer
mill untuk pengecilan ukuran limbah tanaman jagung kering, gasmeter untuk mengukur
biogas yang dihasilkan, thermostatic waterbath untuk tempat reaktor anaerobik beroperasi,
corong (funnel),
), anaerobik digester berukuran 2 liter, gelas ukur plastik untuk persiapan
bahan, syringe untuk stimulasi pengeluran bahan hasil digesi serta alat penunjang penelitian
lainnya.

Keterangan:

1. Digester
2. Selang gas penghubung
3. Tabung gas meter
4. Tabung air
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

Gambar 1. Sistem anaerobik digesi

b. Metode Penelitian

Pada tahap ini dilakukan desain dan pembuatan system anaerobik digesi yang
meliputi anaerobik digester, gas meter, dan waterbath. Pada penelitian ini reaktor/digester
yang digunakan yaitu berukuran 1,5 liter dengan volume kerja yang digunakan yaitu 1 liter
(1000 mL). Gas meter yang gunakan yaitu berdasarkan sistem water displacement method
dimana untuk satu gas meter memerlukan 2 gelas ukur plastik yang masing-masingnya
berukuran 500 mL dan 250 mL. Setiap gas meter dihubungkan dengan digester menggunakan
pipa plastik lunak dengan diameter ± 1 inchi. Reaktor/digester diletakkan di dalam
thermostatic waterbath dengan temperaturnya dipertahankan konstan pada level meshophlic.

Parameter anaerobik digesi yang diamati yaitu produksi biogas per hari, pengukuran
pH, total solids (TS), volatile solids (VS), total dissolved solids (TDS), total kjedahl nitrogen
(TKN) terhadap bahan yang dimasukkan (influent) dan bahan yang dikeluarkan (effluent)
setelah selesainya proses anaerobik digesi yang ditandai dengan berhentinya produksi biogas.
Durasi proses anaerobik digesi serta pengukuran produksi biogas ditentukan berdasarkan
seberapa lama proses anaerobik digesi dari tiap-tiap reaktor menghasilkan biogas.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proses anaerobik co-digesi


manure sapi dengan limbah tanaman jagung mampu menghasilkan produksi biogas jauh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan produksi biogas yang dihasilkan dari proses anaerobik digesi
manure sapi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2, dimana anaerobik co-digesi manure sapi
dengan limbah tanaman jagung mampu memberikan total produksi biogas sebesar 15.97 liter
selama 48 hari proses digesi. Hasil ini jauh lebih tinggi sekitar hampir 20 kali lipat total
produksi dari proses anaerobik digesi yang hanya menggunakan manure sapi sebagai substrat
utamanya dimana proses anaerobik digesi ini hanya mampu menghasilkan produksi biogas
sebesar 0.88 liter selama 48 hari proses digesi.
Dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui performansi proses anaerobik digesi
yang terjadi dari masing-masing proses digesi. Berdasarkan studi literature diketahui bahwa
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

proses penambahan limbah biomassa lignoselulosa mampu meningkatkan produksi biogas


dikarenakan limbah pertanian dan biomassa mampu meningkatkan kapasitas buffer pada
culture di dalam bioreactor sehingga dapat mempertahankan pH kondisi optimum untuk
memproduksi biogas (Callaghan et al., 2002; Cheng, 2010). Penambahan limbah biomassa
juga mampu mengurangi resiko kegagalan proses digesi akibat kondisi alkali yang terjadi
pada proses anaerobik digesi yang hanya menggunakan limbah kotoran hewan sebagai
substrat utamanya.
Berdasarkan Gambar 2 dapat juga diketahui bahwa produksi biogas dari manure sapi
mengalami puncaknya yaitu hari ke 38 sebesar 790 mL, selanjutnya mengalami penurunan
produksi harian sampai pada hari ke 48 dengan total produksi rata-rata sebesar 887.5 mL.
Pada anaerobik co-digesi manure sapid an limbah jagung, produksi biogas mengalami
puncaknya pada hari ke 45 sebesar 15704.5 mL, selanjutnya produksi biogas mengalami
penurunan produksi hariannya sampai pada hari ke 48 dengan total produksi biogas dari
proses co-digesi limbah jagung dan manure sapi yaitu sebesar 15969.5 mL.
Lebih lanjut, produksi biogas maksimum dari anaerobik digesi manure sapi terjadi
pada hari ke 16 dengan rata-rata total produksi sebesar 50 mL per hari, selanjutnya produksi
biogas mulai mengalami penurunan produksi harian dengan rata-rata produksi sebesar 5
sampai 30 mL per hari. Pada anaerobik co-digesi limbah jagung dan manure sapi, produksi
harian maksimum terjadi pada hari ke 33 dengan rata-rata total produksi sebesah 333 mL per
hari, selanjutnya mengalami penurunan produksi biogas harian dengan rata-rata produksi
biogas sebesar 75 mL sampai 222.5 mL per hari. Walaupun terjadi penurunan produksi
harian setelah hari ke 33 proses digesi, anaerobik co-digesi limbah jagung dan limbah manure
sapi masih jauh labih tinggi dibandingkan dengan produksi biogas dari anaerobik digesi
manure sapi.
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

18000

16000

14000
Produksi Biogas (mL)

Manure Sapi
12000

10000 Manure Sapi +


Limbah Jagung
8000

6000

4000

2000

0
0 10 20 30 40 50
Waktu (Hari)

Gambar 2. Perbandingan produksi biogas dari manure sapi dan anaerobic co-digesi
manure sapi dan limbah jagung

Tabel 1. Analisis parameter influent

TDS TS TKN K
Limbah pH VS (%)
(ppm) (%) (ppm) (mg/L)
Manure 6.55 1.05 1.13 56.79 155.06 3.6292
Manure + Limbah Tanaman
5.83 1.68 4.44 78.79 462.16 5.1723
Jagung

Tabel 2. Analisis parameter Effluent

TDS TS TKN K
Limbah pH VS (%)
(ppm) (%) (ppm) (mg/L)
Manure 6.95 1.74
30.88 0.97 231.03 489.17
Manure + Limbah Tanaman
6.76 2.24 1.34 6.48 412.53 540.05
Jagung
Berdasarkan Tabel 1 dan 2, secara keseluruhan proses anaerobik digesi yang
dilakukan pada penelitian ini berjalan dengan stabil, hal ini dapat diketahui dari nilai pH dari
kedua proses digesi yang mendekati pada rentang pH optimum untuk produksi biogas melalui
proses anaerobik digesi. Berdasarkan literature, pH optimum untuk produksi biogas terjadi
pada rentang pH 6.4 dan 7.2 (Dinamarca et al., 2013; Cheng, 2010). Dari Tabel 1, dapat
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

dilihat bahwa pH influent culture dari anaerobik co-digesi limbah jagung dan manure sapi
cukup rendah yaitu 5.83. Hal ini terjadi karena pada saat ditambahkan limbah jagung sebagai
co-substrate akan meningkatkan keasaman pada culture tersebut. Lebih lanjut peningkatan
keasaman disebabkan meningkatnya produksi volatile fatty acids pada culture setelah
mengalami proses hidrolisis. Setelah beberapa hari melalui proses anaerobik digesi volatile
fatty acids tersebut terurai menjadi acetic acids, hidrogen dan karbondioksida, yang
selanjutnya pada tahap akhir proses anaerobik digesi yaitu tahapan methanogenesis dimana
acetic acids dari hasil proses acetogenesis dikonversikan menjadi biogas yang terdiri dari
methane, dan karbon dioksida. Hal ini juga dapat dilihat pada Tabel 2, dimana pH effluent
dari anaerobik co-digesi limbah jagung dan manure sapi meningkat menjadi 6.76 dimana pH
ini termasuk pada pH optimum untuk produksi biogas.
Meskipun anaerobik digesi manure sapi memiliki pH optimum untuk produksi biogas,
akan tetapi anaerobik digesi yang hanya menggunakan manure sapi tidak memiliki cukup
nutrisi yang dibutuhkan bakteri anaerobik untuk menghasilkan biogas. Hal ini dapat terlihat
dari rendahnya kandungan total solids (TS) dan volatile solids (VS) dari manure sapi yaitu
sebesar 1.13 % TS dan 56.79 % TS. Sedangkan anaerobik co-digesi limbah jagung dan
manure sapi memiliki kandungan total solids dan volatile solids lebih tinggi dari anaerobik
digesi dengan manure sapi yaitu sebesar 4.44 % TS dan 78.79 % VS. Total dissolved solids
(TDS) pada kedua proses anaerobik digesi juga terjadi peningkatan dari influent dan effluent.
Hal ini terjadi karena pada proses anaerobik digesi terjadinya proses penguraian senyawa
organik kompleks menjadi molekul-molekul sederhana yang larut dalam air yang selanjutnya
digunakan untuk proses produksi biogas. TDS dari anaerobik co-digesi limbah tanman jagung
dan manure sapi juga lebih tinggi dibandingkan dengan anaerobik digesi manure sapi (Tabel
1 dan 2).
Perbaikan nutrisi (recovery nutrition) digestate juga terjadi pada kedua proses digesi
setelah melalui proses anaerobik digesi, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 dimana
kandungan potassium dari kedua system digesi baik anaerobik digesi manure sapi maupun
anaerobik co-digesi limbah jagung dan manure sapi yang mengalami peningkatan kandungan
potassium setelah mengalami proses anaerobik digesi selama 48 hari. Untuk total kjedahl
nitrogen (TKN) pada anaerobik digesi manure sapi terjadi peningkatan dari 155.06 ppm
menjadi 231.03 ppm. Hal ini terjadi karena anaerobik digesi yang hanya menggunakan
manure sapi memiliki kapasitas buffer yang rendah, sehingga akumulasi ammonia dapat
terjadi pada proses anaerobik digesi yang pada akhirnya juga dapat menghambat proses
anaerobik digesi untuk menghasilkan biogas. Hal yang berbeda terjadi pada anaerobik co-
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

digesi limbah jagung dan manure sapi, dimana kandungan TKN terjadi sedikit penurunan dari
462.16 ppm menjadi 412.53 ppm. Hal ini terjadi karena pada proses anaerobik digesi dengan
menggunakan limbah jagung sebagai co-substrat mampu memberikan kapasitas buffer
selama proses sehingga dapat menstabilkan proses anaerobik digesi untuk mengurangi resiko
kegagalan proses akibat akumulasi ammonia di dalam reaktor anaerobik sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan produksi biogas.
Dari penelitian ini juga dapat diketahui bahwa proses anaerobik co-digesi mampu
memberikan keunggulan dalam memproduksi biogas karena adanya nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhan mikroorganisme methanogen untuk menghasilkan biogas serta anaerobik co-
digesi juga memberikan peningkatan kapasitas buffer selama proses digesi di dalam reaktor
sehingga proses anaerobik yang terjadi sangat stabil. Hal ini juga terlihat dari Tabel 1 dan 2,
dimana pengurangan kandungan volatile solids dari anaerobik co-digesi limbah jagung dan
manure sapi yaitu lebih besar (78.79 %VS influent - 6.48 %VS effluent) daripada penurunan
kandungan volatile solids dari anaerobik digesi manure sapi (56.79 %VS influent - 30.88
%VS effluent).
Berdasarkan Tabel 1 dan 2, effisiensi proses digesi juga dapat diketahui dengan
melihat persentase pengurangan kandungan volatile solids (volatile solids reduction).
Persentase pengurangan kandungan volatile solids dari proses anaerobik co-digesi limbah
jagung dan manure sapi yaitu sebesar 98.14%, sedangkan persentase pengurangan volatile
solids dari anaerobik digesi manure sapi yaitu hanya sebesar 66.01 %. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa proses anaerobik co-digesi limbah jagung memiliki efisiensi proses
digesi yang lebih baik jika dibandingkan dengan effisiensi proses dari anaerobik digesi yang
hanya menggunakan manure sapi sebagai substrat tunggal.

IV. KESIMPULAN

1. Produksi biogas dari anaerobik co-digesi limbah jagung lebih tinggi (15969.5 mL)
daripada anaerobik digesi yang hanya menggunakan manure sapi 887.5 mL.
2. Produksi biogas maksimum dari anaerobik digesi manure sapi terjadi pada hari ke 16
dengan rata-rata total produksi sebesar 50 mL per hari. Produksi biogas maksimum
dari anaerobik co-digesi limbah jagung dengan manure sapi terjadi pada hari ke 33
dengan rata-rata total produksi sebesah 333 mL per hari.
3. Perbaikan nutrisi (recovery nutrition) digestate juga terjadi pada kedua proses digesi
setelah melalui proses anaerobik digesi dimana kandungan potassium dari kedua
KODE ABSTRAK: SNP2014 - C32

system digesi baik anaerobik digesi manure sapi maupun anaerobik co-digesi limbah
jagung dan manure sapi yang mengalami peningkatan kandungan potassium setelah
mengalami proses anaerobik digesi selama 48 hari.
4. Proses anaerobik co-digesi limbah jagung memiliki efisiensi proses digesi yang lebih
baik (98.14 %VSreduction) dibandingkan dengan effisiensi proses dari anaerobik
digesi yang hanya menggunakan manure sapi sebagai substrat tunggal (66.01 %
VSreduction).

DAFTAR PUSTAKA

Callaghan, F.J., D.A.J. Wase., K. Thayanithy., and C.F. Forster. 2002. Continuous co-
digestion of cattle slurry with fruit and vegetable wastes and chicken manure.
Biomass and Bioenergy 22 (1): 71–77.

Cheng, J. 2010. Biomass to Renewable energy process. USA: CRC Press.

Cuetos, J.M., Fernandes,C.,Gomes,X., and Mora, A. 2011. Anaerobic Co-digestion of Swine


Manure with Energy Crop Residues. Biotechnology and Bioprocess Engineering 16
(5): 1044-1052.

Dinamarca, S., Aroca, G., Chamy, R., and Guerrero L. 2003. The influence of pH in the
hydrolytic stage of anaerobic digestion of the organic fraction of urban solid waste.
Water Science Technology 48 (6): 249-254.

Kadam, K.L., McMillian, J.D., 2003. Availability of corn stover as a sustainable feedstock
for bioethanol production. Bioresource Technology. 100(4): 1515-1523.

Milbrandt, A. 2005. A geographic perspective on the current biomass resource availability in


the United States. Golden, CO:National Renewable Energy Laboratory. USA.

Thompson, J., and W.E. Tyner. 2011. Corn stover for Bioenergy Production: Cost estimates
and Farmer supply response. Department of Agricultural Economics. Purdue
University.

Xie, S., P.G. Lawlor., J.P. Frost., Z. Hu., and X. Zhan. 2011. Effect of pig manure to grass
silage ratio on methane production in batch anaerobic co-digestion of concentrated
pig manure and grass silage. BioresourceTechnology 102 (10): 5728 – 5733.

Xiao W., Yao, W., Zhu, J.,and Curtis Miller, C. 2010.Biogas and CH4 productivity by co-
digesting swine manure with three crop residues as an external carbon source.
Bioresource technology 101 (11) : 4042 – 4047.

Anda mungkin juga menyukai