Anda di halaman 1dari 10

BAB I

SUBYEK HUKUM

1. Pengertian Subyek Hukum

Pengertian subyek hukum ialah siapa yang dapat mempunyai hak dan
cakap untuk bertindak di dalam hukum atau dengan kata lain siapa yang cakap
menurut hukum untuk mempunyai hak.1 Ada beberapa pengertian tentang
subyek hukum menurut para sarjana:2

a. Subyek hukum menurut Mertokusumo adalah segala sesuatu yang dapat


memperoleh hak dan kewajiban dari hukum. Hanya manusia yang dapat
menjadi subyek hukum.
b. Subyek hukum menurut Chaidir Ali adalah manusia yang berkepribadian
hukum, dan segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan
masyarakat demikian itu dan oleh hukum diakui sebagai pendukung hak
dan kewajiban.

Berdasarkan pendapat para sarjana di atas dapat disimpulkan


bahwasannya subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak
dan kewajiban dari hukum sehingga segala sesuatu yang dimaksud dalam
pengertian tersebut adalah manusia dan badan hukum. Jadi, manusia oleh
hukum diakui sebagai penyandang hak dan kewajiban sebagai subyek hukum
atau sebagai orang.

Orang sebagai subyek hukum dibedakan dalam 2 (dua) pengertian,


yaitu:3

a. Natuurlijke persoon atau menselijk persoon yang disebut orang dalam


bentuk manusia atau manusia pribadi.

Kansil, C.T.S. et al, 1995, Modul Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya Paramita, hlm. 84.
1

2Harumiati Natadimaja, 2009, Hukum Perdata Mengenai Hukum Orang Dan Hukum
Benda, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 7.
3 Kansil, C.S.T., Op.Cit., hlm. 82.

1
b. Rechts persoon yang disebut orang dalam bentuk badan hukum atau
orang yang diciptakan hukum secara fiksi atau persona ficta. Sedangkan
badan hukum (Rechts persoon) dibedakan pula dalam 2 macam yaitu :
1) Badan hukum publik (Publiek Rechts Persoon) yang sifatnya
terlihat unsur kepentingan publik yang ditangani oleh negara.
2) Badan hukum prifat (privaat Rechts persoon) yang sifatnya unsur-
unsur kepentingan individu dalam badan hukum swasta.

Subyek hukum atau disebut juga rechtsubject merupakan pendukung hak


dan kewajiban. Di dalam KUH Perdata ada dua macam subyek hukum yang
meliputi manusia dan badan hukum. Ada dua pengertian manusia yaitu biologis
dan yuridis. Manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lainnya).
Chidir Ali mengartikan manusia adalah makhluk yang berwujud dan
rohaniah, yang secara berasa, yang berbuat dan menilai, berpengetahuan dan
berwatak.4
Van Aperldorn mengemukakan bahwa secara yuridis manusia sama
dengan orang person dalam hukum. Ada dua alasan dikemukakan oleh para ahli
tersebut, karena:
a. Manusia mempunyai hak-hak subyektif
b. Manusia mempunyai kewenangan hukum.
Pendukung hak berdasarkan ilmu pengetahuan hukum barat disebut
dengan istilah lain yakni person (Latin = persona, Prancis = personne, inggris=
person, Jerman = person dan Belanda = persoon).5 Seseorang (person) berarti
pendukung hak dan kewajiban yang juga disebut juga dengan subyek hukum.
Pembawa hak padanya dapat diberikan hak (hak menerima warisan, hak
menerima hibah, dan sebagainya) dan dapat dilimpahkan kewajiban. Pada saat
sekarang ini boleh dikatakan, bahwa setiap manusia itu adalah pembawa hak
(subyek hukum).

4 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta, PT
Raja Grafindo, hlm. 75-76.
5Rachmadi Usman, 2006, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di

Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika hlm. 72.

2
2. Subyek Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara memiliki ruang lingkup yang luas, di


antaranya membicarakan mengenai aparatur pemerintah sebagai bagian dari alat
Administrasi Negara yang dapat melakukan tindakan-tindakan khususnya
tindakan yang berakibat hukum dilakukan oleh subyek hukum. Tindakan hukum
ini bisa dilakukan oleh manusia atau orang yang telah dilekati berbagai status
dan kedudukan dalam hal ini aparatur negara atau aparatur pemerintah yang
biasanya dilakukan oleh pegawai negri maupun badan hukum public yang
bertindak sebagai organ negara.
Dapat dikatakan bahwa subyek hukum dalam Undang-undang nomor 30
tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan adalah Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan unsur yang melaksanakan Fungsi Pemerintahan yang meliputi
fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan, pemberdayaan, dan pelindungan.,
baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya.

3. Dasar Hukum Subyek Hukum

a. Subyek hukum diatur dalam UUD 1945


Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, kemudian
setelah Indonesia merdeka jelas semua orang (manusia pribadi) adalah
pendukung hak dan kewajiban (Subyek Hukum) dalam hubungan-
hubungan hukum sehingga melarang sistem perbudakan, perhambaan,
maupun peruluran. Hal ini dapat dibuktikan dalam UUD 1945, yaitu:6
1) Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 “Segala warga negara bersamaan
dengan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”.
2) Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

6 Aloysiur Entah, R., 1989, Hukum Perdata (Suatu Perbandingan Ringkas), Yogykarta,
Liberty. hlm. 59.

3
b. Subyek hukum diatur dalam KUH Perdata
Orang merupakan subyek hukum disamping badan hukum. Ini
merupakan hukum yang berlaku secara universal dalam sistem hukum
manapun. Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak (subyek hukum)
dimulai pada saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal
dunia. Terhadap hal ini terdapat suatu pengecualian, dimana anak yang
berada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah
dilahirkan. Apabila kepentingan si anak menghendakinya (Pasal 2 ayat (1)
KUH Perdata).
Pasal 2 KUH Perdata ini dapat dikatakan rechts fictie yaitu
anggapan hukum. Anak yang berada dalam kandungan seorang wanita
sudah dianggap ada pada waktu kepentingannya memerlukan, jadi yang
belum dianggap ada (fictie) dan Pasal 2 KUH Perdata juga merupakan
suatu norma sehingga disebut sebagai fixatie (penetapan hukum).7
Penjelasan mengenai Pasal 2 KUH Perdata apabila ia mati sewaktu
ia dilahirkan, maka ia dianggap tak pernah ada. Menurut Hardjawidjaja
adalah kalau bayi ketika lahir dalam keadaan hidup makan si bayi akan
memperoleh hak-hak dan kewajibannya sebagai subyek hukum.
Kemampuan akan mempunyai hak-hak ini tidak tergantung pada lamanya
anak itu hidup. Apabila ia hanya hidup satu jam atau dua jam maka ia
dapat memperoleh hak-hak, yang dengan matinya akan menjadi pewaris
keluarganya. Bayi telah dianggap dilahirkan hidup apabila ia sewaktu
dilahirkan bernafas.8
Ketentuan Pasal 2 KUH Perdata tersebut mempunyai arti penting
apabila dalam hal :9
1) Perwalian oleh bapak atau ibu (Pasal 348 KUH Perdata).
2) Mewarisi harta peninggalan ( Pasal 836 KUH Perdata).
3) Menerima wasiat dari pewaris ( Pasal 899 KUH Perdata).
4) Menerima hibah ( Pasal 1679 KUH Perdata).

7 Harumiati Natadimaja, Op.Cit, hlm. 8


8 Aloysiur Entah, R., Op.Cit, hlm. 58.
9 Simanjuntak, P.N.H., 2015, Op.Cit, hlm. 20.

4
c. Subyek hukum diatur dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
Subyek hukum adalah perbuatan manusia yang dituntut oleh Allah
SWT berdasarkan ketentuan hukum syara‟. Perbuatan yang dibebani
hukum dalam usul fikih dikenal dengan istilah mukallaf. Subyek hukum
terdiri dua macam, yaitu manusia sebagai subyek hukum tersebut
berkedudukan sebagai aqidain. Namun agar aqidain dapat mengadakan
bisnis secara sah, maka harus memenuhi syarat kecakapan (ahliyah) dan
kewenangan (wilayah) bertindak di depan hukum.10
Pengertian subyek hukum menurut Pasal 1 ayat 2 Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah adalah orang-perorangan, persekutuan, atau
badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang
memiliki kecakapan hukum untuk mendukung hak dan kewajiban.

10 Mardani, 2015, Hukum Sistem Ekonomi Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo, hlm. 117.

5
BAB II

IZIN, DISPENSASI, KONSESI

1. Izin

Menurut Undang-undang nomor 30 tahun 2014 tentang Admisintrasi


Pemerintahan, Izin adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang
sebagai wujud persetujuan atas permohonanWarga Masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Izin (Vergunning) adalah suatu persetujuan/pembolehan dari penguasa
berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan
tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperoleh melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum
dilarang.11
Dalam hukum administrasi, pemerintah menggunakan izin sebagai sarana
yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan
pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-
ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Dengan memberi izin,
penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan
bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan
khusus atasnya.

2. Dispensasi

Menurut Undang-undang nomor 30 tahun 2014 tentang Admisintrasi


Pemerintahan, Dispensasi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang
berwenang sebagai wujud persetujuan atas permohonan Warga Masyarakat yang

11
Bagir Manan, Ketentuan –Ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Hak Kemerdekaan
Berkumpul Ditinjau dari Perspektif UUD 1945, Makalah Tidak Dipublikasikan, Jakarta, 1995, hlm. 8

6
merupakan pengecualian terhadap suatu larangan atau perintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut Ateng Syafrudin, dispensasi bertujuan untuk menembus
rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, jadi dispensasi berarti
menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus (relaxatie legis).
Dispensasi (pelepasan/pembebasan) adalah pernyataan dan pejabat
administrasi yang berwenang, bahwa suatu ketentuan undang-undang tertentu
memang tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang didalam surat
permintaannya.
Pada dispensasi memang dimaksudkan sebagai perkecualian yang
sungguh-sungguh atas larangan sebagai aturan umum, yang diperkenankan
berhubungan erat dengan keadaan atau peristiwa secara khusus. Misalnya,
tentang dispensasi adalah diperkenankannya seorang PNS yang sakit untuk tidak
mengikuti upacara oleh atasannya padahal upacara merupakan suatu kewajiban.

3. Konsesi

Menurut Undang-undang nomor 30 tahun 2014 tentang Admisintrasi


Pemerintahan, Konsesi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang
sebagai wujud persetujuan dari kesepakatan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dengan selain Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam
pengelolaan fasilitas umum dan/atau sumber daya alamdan pengelolaan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Konsesi dalam KBBI mengandung pengertian kelonggaran atau
kemudahan setelah melewati proses diplomasi atau diskusi. Oleh karena itu,
politik kosesi menjadi bagian wajar dari seni berpolitik itu sendiri.
Maka yang disebut konsesi itu ialah bilamana orang-orang partikulir
setelah berdamai/bekerja sama dengan pemerintah, melakukan sebagian dari
pekerjaan pemerintah. Menurut rumus ini telah terjadi suatu delegasi kekuasaan
dari pemerintah kepada seseorang partikulir/swasta untuk melakukan suatu
pekerjaan atau tugas dari pemerintah dengan syarat-syarat tertentu. Yaitu
syarat-syarat yang harus mengutamakan kepentingan umum daripada mencari
keuntungan semata-mata. Tujuan pemberian konsesi adalah untuk

7
kesejahteraan umum, suatu usaha yang dapat memenuhi kebutuhan rakyat
banyak yang karena sesuatu dan lain sebab pemerintah tidak dapat
melaksanakannya sendiri misal karena pemerintah kurang mempunyai tenaga
ahlinya untuk melaksanakan suatu proyek pembangunan dan sebagainya.
Menurut H.D. van Wijk,12 bentuk konsesi terutama digunakan untuk
berbagai aktivitas yang menyangkut kepentingan umum, yang tidak mampu
dijalankan sendiri oleh pemerintah, lalu diserahkan kepada perusahaan-
perusahaan swasta.
Pemberian konsesi itu dapat meliputi berbagai bidang, baik bidang
pendidikan, bidang perhubungan maupun bidang-bidang lain yang mempunyai
arti ekonomis bagi rakyat banyak. Contohnya, konsesi yang diberikan kepada
perusahaan seperti Pertamina, shell, dan caltec untuk melakukan eksploitasi
pertambangan, khususnya tambang minyak bumi.
Jadi, konsesi merupakan penetapan yang memungkinkan konsesionaris
mendapat dispensasi, izin, lisensi, dan juga semacam wewenang pemerintahan
yang memungkinkannya, misalnya membuat jalan, jembatan layang, dan
sebagainya. Pemberian konsesi haruslah dengan penuh kewaspadaan dan
pehitungan yang matang.

12 H.D. van Wijk en Willem Konjinenbelt, Hoofdstukken van Administratief Recht, Vuga’s–
Gravenhage, 1995 hlm. 224.

8
BAB III

UNSUR-UNSUR PIDANA, PTUN, PERDATA

1. Unsur Pidana
Menurut D. Simons, pengertian tindak pidana adalah tindakan orang yang
bertanggung jawab yang dapat dihukum, melanggar hukum, dan terkait dengan
kesalahan.
Atas dasar pandangan tentang tindak pidana tersebut di atas, unsur-
unsur tindak pidana menurut Simons adalah :
1) Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan).
2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld).
3) Melawan hukum (onrechtmatig).
4) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staad).
5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsyatbaar
persoon).13

2. Unsur PTUN
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Unsur-unsur PTUN :

1) Adanya aturan hukum yang abstrak dan mengikat umum.


2) Adanya perselisihan hukum yang konkrit.
3) Adanya sekurang-kurangnya dua pihak.
4) Adanya aparatur peradilan yg berwenang memutus perselisihan.
5) Adanya hukum formal dalam rangka menerapkan dan menemukan
hukum in concreto untuk menjamin ditaatinya hukum materiil.

13
Sudarto, 1990/1991. Hukum Pidana 1 A -1B. Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto. hlm. 32

9
3. Unsur Perdata

Hukum perdata dalah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku


setiap orang terhadaporang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang
timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga. Adapun unsur-
unsur hukum perdata :
1) Adannya kaidah hukum.
2) Mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan yang lain.
3) Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata meliputi hukum orang,
hukum keluarga, hukum benda, hukum waris, hukum perikatan, serta
hukum pembuktian dan kadaluarsa.

10

Anda mungkin juga menyukai