Subjek Hukum M. Safiq IBrahim 1808015144
Subjek Hukum M. Safiq IBrahim 1808015144
SUBYEK HUKUM
Pengertian subyek hukum ialah siapa yang dapat mempunyai hak dan
cakap untuk bertindak di dalam hukum atau dengan kata lain siapa yang cakap
menurut hukum untuk mempunyai hak.1 Ada beberapa pengertian tentang
subyek hukum menurut para sarjana:2
Kansil, C.T.S. et al, 1995, Modul Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya Paramita, hlm. 84.
1
2Harumiati Natadimaja, 2009, Hukum Perdata Mengenai Hukum Orang Dan Hukum
Benda, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 7.
3 Kansil, C.S.T., Op.Cit., hlm. 82.
1
b. Rechts persoon yang disebut orang dalam bentuk badan hukum atau
orang yang diciptakan hukum secara fiksi atau persona ficta. Sedangkan
badan hukum (Rechts persoon) dibedakan pula dalam 2 macam yaitu :
1) Badan hukum publik (Publiek Rechts Persoon) yang sifatnya
terlihat unsur kepentingan publik yang ditangani oleh negara.
2) Badan hukum prifat (privaat Rechts persoon) yang sifatnya unsur-
unsur kepentingan individu dalam badan hukum swasta.
4 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta, PT
Raja Grafindo, hlm. 75-76.
5Rachmadi Usman, 2006, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di
2
2. Subyek Hukum Administrasi Negara
6 Aloysiur Entah, R., 1989, Hukum Perdata (Suatu Perbandingan Ringkas), Yogykarta,
Liberty. hlm. 59.
3
b. Subyek hukum diatur dalam KUH Perdata
Orang merupakan subyek hukum disamping badan hukum. Ini
merupakan hukum yang berlaku secara universal dalam sistem hukum
manapun. Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak (subyek hukum)
dimulai pada saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal
dunia. Terhadap hal ini terdapat suatu pengecualian, dimana anak yang
berada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah
dilahirkan. Apabila kepentingan si anak menghendakinya (Pasal 2 ayat (1)
KUH Perdata).
Pasal 2 KUH Perdata ini dapat dikatakan rechts fictie yaitu
anggapan hukum. Anak yang berada dalam kandungan seorang wanita
sudah dianggap ada pada waktu kepentingannya memerlukan, jadi yang
belum dianggap ada (fictie) dan Pasal 2 KUH Perdata juga merupakan
suatu norma sehingga disebut sebagai fixatie (penetapan hukum).7
Penjelasan mengenai Pasal 2 KUH Perdata apabila ia mati sewaktu
ia dilahirkan, maka ia dianggap tak pernah ada. Menurut Hardjawidjaja
adalah kalau bayi ketika lahir dalam keadaan hidup makan si bayi akan
memperoleh hak-hak dan kewajibannya sebagai subyek hukum.
Kemampuan akan mempunyai hak-hak ini tidak tergantung pada lamanya
anak itu hidup. Apabila ia hanya hidup satu jam atau dua jam maka ia
dapat memperoleh hak-hak, yang dengan matinya akan menjadi pewaris
keluarganya. Bayi telah dianggap dilahirkan hidup apabila ia sewaktu
dilahirkan bernafas.8
Ketentuan Pasal 2 KUH Perdata tersebut mempunyai arti penting
apabila dalam hal :9
1) Perwalian oleh bapak atau ibu (Pasal 348 KUH Perdata).
2) Mewarisi harta peninggalan ( Pasal 836 KUH Perdata).
3) Menerima wasiat dari pewaris ( Pasal 899 KUH Perdata).
4) Menerima hibah ( Pasal 1679 KUH Perdata).
4
c. Subyek hukum diatur dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
Subyek hukum adalah perbuatan manusia yang dituntut oleh Allah
SWT berdasarkan ketentuan hukum syara‟. Perbuatan yang dibebani
hukum dalam usul fikih dikenal dengan istilah mukallaf. Subyek hukum
terdiri dua macam, yaitu manusia sebagai subyek hukum tersebut
berkedudukan sebagai aqidain. Namun agar aqidain dapat mengadakan
bisnis secara sah, maka harus memenuhi syarat kecakapan (ahliyah) dan
kewenangan (wilayah) bertindak di depan hukum.10
Pengertian subyek hukum menurut Pasal 1 ayat 2 Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah adalah orang-perorangan, persekutuan, atau
badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang
memiliki kecakapan hukum untuk mendukung hak dan kewajiban.
10 Mardani, 2015, Hukum Sistem Ekonomi Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo, hlm. 117.
5
BAB II
1. Izin
2. Dispensasi
11
Bagir Manan, Ketentuan –Ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Hak Kemerdekaan
Berkumpul Ditinjau dari Perspektif UUD 1945, Makalah Tidak Dipublikasikan, Jakarta, 1995, hlm. 8
6
merupakan pengecualian terhadap suatu larangan atau perintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut Ateng Syafrudin, dispensasi bertujuan untuk menembus
rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, jadi dispensasi berarti
menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus (relaxatie legis).
Dispensasi (pelepasan/pembebasan) adalah pernyataan dan pejabat
administrasi yang berwenang, bahwa suatu ketentuan undang-undang tertentu
memang tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang didalam surat
permintaannya.
Pada dispensasi memang dimaksudkan sebagai perkecualian yang
sungguh-sungguh atas larangan sebagai aturan umum, yang diperkenankan
berhubungan erat dengan keadaan atau peristiwa secara khusus. Misalnya,
tentang dispensasi adalah diperkenankannya seorang PNS yang sakit untuk tidak
mengikuti upacara oleh atasannya padahal upacara merupakan suatu kewajiban.
3. Konsesi
7
kesejahteraan umum, suatu usaha yang dapat memenuhi kebutuhan rakyat
banyak yang karena sesuatu dan lain sebab pemerintah tidak dapat
melaksanakannya sendiri misal karena pemerintah kurang mempunyai tenaga
ahlinya untuk melaksanakan suatu proyek pembangunan dan sebagainya.
Menurut H.D. van Wijk,12 bentuk konsesi terutama digunakan untuk
berbagai aktivitas yang menyangkut kepentingan umum, yang tidak mampu
dijalankan sendiri oleh pemerintah, lalu diserahkan kepada perusahaan-
perusahaan swasta.
Pemberian konsesi itu dapat meliputi berbagai bidang, baik bidang
pendidikan, bidang perhubungan maupun bidang-bidang lain yang mempunyai
arti ekonomis bagi rakyat banyak. Contohnya, konsesi yang diberikan kepada
perusahaan seperti Pertamina, shell, dan caltec untuk melakukan eksploitasi
pertambangan, khususnya tambang minyak bumi.
Jadi, konsesi merupakan penetapan yang memungkinkan konsesionaris
mendapat dispensasi, izin, lisensi, dan juga semacam wewenang pemerintahan
yang memungkinkannya, misalnya membuat jalan, jembatan layang, dan
sebagainya. Pemberian konsesi haruslah dengan penuh kewaspadaan dan
pehitungan yang matang.
12 H.D. van Wijk en Willem Konjinenbelt, Hoofdstukken van Administratief Recht, Vuga’s–
Gravenhage, 1995 hlm. 224.
8
BAB III
1. Unsur Pidana
Menurut D. Simons, pengertian tindak pidana adalah tindakan orang yang
bertanggung jawab yang dapat dihukum, melanggar hukum, dan terkait dengan
kesalahan.
Atas dasar pandangan tentang tindak pidana tersebut di atas, unsur-
unsur tindak pidana menurut Simons adalah :
1) Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan).
2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld).
3) Melawan hukum (onrechtmatig).
4) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staad).
5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsyatbaar
persoon).13
2. Unsur PTUN
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Unsur-unsur PTUN :
13
Sudarto, 1990/1991. Hukum Pidana 1 A -1B. Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto. hlm. 32
9
3. Unsur Perdata
10