Anda di halaman 1dari 33

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan diagnostik)


untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis,
gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan USG ginjal bersifat noninvaif,
tidak bergantung faal ginjal, tanpa kontras, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita , tidak
dijumpai efek samping, dapat dilakukan dengan cepat, aman, dan data yang diperoleh
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontraindikasinya, karena pemeriksaan ini
sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik
ultrasonik berkembang pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan penting untuk
menentukan kelainan berbagai organ tubuh.

Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat
struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan
diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan. Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada
abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain itu USG juga
dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor.

Ginjal terletak retroperitoneal terhadap dinding belakang abdomen. Kutub bawah dan
bagian tengah ginjal lebih mudah dilihat karena letaknya jauh di bawah iga. Namun demikian,
posisi ginjal sangat variable.Sonic window yang digunakan adalah otot perut belakang dan
postero-lateral serta celah iga. Pada ginjal kanan, hepar digunakan sebagai sonic window, sedang
pada ginjal kiri, lambung yang berisi air sebagai sonic window.

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan refarat ini adalah untuk mengetahui sejarah ultrasonografi, prinsisp dan
cara kerja USG, jenis –jenis USG, anatomi ginjal normal, teknik dan pedoman pemeriksaan USG
ginjal, juga kelainan-kelainan ginjal.

1
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi ginjal normal 1,2


a. Letak : ginjal terletak di retroperitoneal, antara vertebrae lumbal I sampai vertebrae
lumbal III. Ginjal kanan letaknya sedikit inferior dibandingkan dengan ginjal kiri.
b. Ukuran : kedua ginjal harus memiliki ukuran yang kurang lebih sama. Pada orang
dewasa, perbedaan panjang yang lebih dari 2 cm merupakan keadaan abnormal.
- Panjang 9 – 12 cm dan pada bayi baru lahir sekitar 4 cm
- Lebar 4 – 6 cm, tetapi mungkin sedikit bervariasi dengan perubahan sudut skening
dan pada bayi baru lahir sekitar 2 cm.
- Ketebalan < 3,5 cm, tetapi mungikn sedikit bervariasi dengan perubahan sudut
skening.
- Kompleks eko sentral (Sinus renalis) tampak sangat ekogenik dan normalnya
menempati sekitar sepertiga ginjal
c. Bagian – bagian ginjal :
1. Pembungkus ginjal :
- Fasia gerota (lapisan luar)
- Lemak perirenal (lapisan tengah)
- Kapsul renalis (lapisan dalam). Bagian tampak sebagai garis yang terang, tidak
terputus-putus dan ekogenik di sekeliling ginjal.
2. Parenkim ginjal :
- Korteks. Disini akan ditemukan arteri, vena, convoluted tubules dan glomerular
capsules. Korteks renalis tampak kurang ekogenik dibandingkan hepar tetapi
lebih ekogenik daripada piramid renalis di dekatnya.
- Medulla. Pada medulla terdapat pyramids, calyces dan gelung Hendle. Pyramids
renalis memberikan gambaran hipoekoik sehingga tidak boleh dikelirukan
dengan kista pada ginjal.
3. Sinus renalis (lemak, system collecting dan pembuluh darah pada hilus). Sinus renalis
merupakan bagian ginjal yang paling dalam dan memiliki ekogenositas yang paling
besar.
4. Ureter. Ureter normal tidak selalu terlihat. Ureter harus dicari di tempat saluran ini
meninggalkan ginjal di daerah hilus. Ureter bisa tunggal atau multiple.

2
5. Peredaran darah pada ginjal:
- Arteri Renalis langsung berasal dari aorta, sedikit inferior dari arteri mesentric
superior.
- Setelah masuk renal hilum, arteri renalis dibagi dalam 4-5 interlobar arteri.
- Dari arteri interlobalis, kemudian melengkung ke arah dasar dari pyramids yang
disebut arcuate arteries.
- Cabang dari arcuate arteries akan masuk ke glomeruli renalis.
- Dari arterioles darah akan meninggalkan glomerulus dan mengosongkan
capillaries.
- Dari capillaries darah tersebut akan membawa dan menembus interlobular,
arcuate, vena lobular dan menuju vena renalis.
- Pada hilum dari ginjal, vena renalis keluarnya di bagian anterior; ureter keluarnya
di bagian posterior, dan arteri masuk antara keduanya.

3
Sejarah Ultrasonografi 1,4

Pada awal ditemukannya teknologi ini, USG tidak digunakan dalam bidang kesehatan
seperti yang kita lihat saat ini. Seorang Perancis,Langevin(1918), yang menggunakan teknologi
ini dalam bidang militer. USG digunakan dalam bidang radar, yaitu teknik SONAR (Sound
Navigation and Ranging), pada perang dunia ke I, untuk mengetahui adanya kapal selam lawan.
Kemudian digunakan dalam pelayaran untuk menentukan kedalaman air. Pada tahun 1937,
teknik ini pertama kali digunakan untuk memeriksa jaringan tubuh, tetapi hasilnya belum
memuaskan. Pada tahun 1952,Hoert dan Bliss telah melakukan pemeriksaan USG pada beberapa
organ, misalnya hepar dan ginjal. Kemajuan teknologi membuat hasil USG saat ini jauh lebih
baik. Jika dulu gambar yang dihasilkan kasar, namun dengan teknologi baru yang disebut USG 3
Dimensi, tampilan gambarnya lebih jelas dan dapat berwarna. Kita sudah bisa lihat profil muka
bayi, seperti layaknya orang bikin patung. Memang masih nampak kasar dan belum seperti
pasfoto. Namun demikian, kita sudah bisa melihat kalau hidungnya pesek atau bila ada kelainan
seperti bibir sumbing. Selain itu, alat ini memungkinkan kita mendapat gambaran yang lebih
jelas tentang berbagai hal yang menyangkut kondisi janin pada setiap tahap perkembangan.
Karena alat ini memungkinkan untuk melihat organ –organ janin dari berbagai sudut.

Prinsip Ultrasonografi 1,4

USG ialah alat yang memanfaatkan gelombang ultrasonic, yaitu gelombang yang
memiliki frekuensi lebih dari dari 1- 10 Mhz, yang mana gelombang ini lebih tinggi dari
frekuensi yang dapat kita dengar (20-20.000 Hz). Ultrasonik adalah suara atau getaran dengan
frekuensi yang terlalu tinggi untuk bisa didengar oleh telinga manusia, yaitu kira-kira diatas 20
kiloHertz. Hanya beberapa hewan, seperti lumba-lumba menggunakannya untuk komunikasi ,
sedangkan kelelawar menggunakan gelombang ultrasonik untuk navigasi. Dalam hal ini ,
gelombang ultrasonic merupakan gelombang ultra( diatas) frekuensi gelombang suara (sonik).

Gelombang ultrasonic dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas. Relflektivitas
dari gelombang ultrasonic ini di permukaan cairan hampir sama dengan permukaan padat, tapi
pada tekstil dan busa, maka jenis gelombang ini akan diserap. Frekuensi yang diasosikan dengan
gelombang ultrasonic pada aplikasi elektronik dihasilkan oleh getaran elastis dari sebuah Kristal
kuarsa yang diinduksikan oleh resonans dengan suatu medan listrik bolak-balik yang dipakaikan

4
(efek piezoelektrik). Kadang gelombang ultrasonic menjadi tidak periodic yang disebut
derau(noise), dimana dapat dinyatakan sebagai superposisi gelombang-gelombang periodik,
tetapi banyaknya komponen adalah sangat besar. Kelebihan gelombang ultrasonic yang tidak
dapat didengar, bersifat langsung dan mudah difokuskan. Jarak suatu benda yang memanfaatkan
delay gelombang pantul dan gelombang datang seperti pada sistem radar dan deteksi gerakan
oleh sensor pada robot atau hewan.

Gelombang suara frekuensi tinggi ini dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam
suatu alat yang disebut transduser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan
menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek piezo-elektrik, yang merupakan dasar
perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal akan berubah bila dipengaruhi oleh medan
listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, Kristal akan mengembang dan
mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang suatu frekuensi tinggi.

Cara Kerja USG 1,4

Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa
listrik yang dihasilkan oleh generator, diubah menjadi energi akustik oleh transduser, yang
dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang dipelajari. Sebagian akan dipantulkan
dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-
macam gema sesuai dengan jaringan yang dilaluinya. Pantulan gema yang berasal dari jaringan –
jaringan tersebut akan membantu transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu
diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar
osiloskopi(oscilloscops).

Bila transduser digerakkan seolah –olah kita melakukan irisan – irisan pada bagian tubuh
yang diinginkan, dan gambaran irisan tersebut akan dapat dilihat pada layar monitor. Masing-
masing jaringan tubuh mempunyai impendence acustic tertentu. Dalam jaringan yang heterogen
akan ditimbulkan bermacam-macam gema, jaringannya disebut echogenic. Pada jaringan yang
homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada gema, disebut anechoic atau bebas gema.
Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya: kista,asites, pembuluh darah besar,
pericardial atau pleural effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat
dibedakan.

5
Display Modes (Gema yang dipantulkan) 1

Gema yang berasal dari jaringan dapat diperlihatkan dalam bentuk :

A-mode: Dalam sistem ini, gambar yang diperoleh berupa defleksi vertikal pada osiloskop. Besar
amplitudo setiap defleksi sesuai dengan enersi eko yang diterima transduser. Biasanya dipakai
pada pemeriksaan di serebral.

B mode: Pada layar monitor (screen) eko Nampak sebagai suatu garis terang dan gelapnya
bergantung pada intensitas eko yang dipantulkan. Dengan sistem ini maka diperoleh gambaran
dalam 2 dimensi berupa penampang irisan tubuh, cara ini disebut B Scan.

M mode : Alat ini biasa dipakai untuk memeriksa jantung. Transduser tidak digerakan . Disini
jarak antara transduser dengan organ yang memantulkan eko selalu berubah, misalnya jantung
dan katubnya.

Penyulit :

Suatu penyulit yang umum pada pemeriksaan USG disebabkan karena USG tidak mampu
menembus bagian tubuh tertentu badan. Tujuh puluh persen gelombang suara yang mengenai
tulang akan dipantulkan, sedang pada perbatasan rongga-rongga yang mengandung gas, 99 %
dipantulkan. Dengan demikian pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis belum dapat dilakukan.
Dan diperkirakan 25 % pemeriksaan abdomen diperoleh hasil yang kurang memuaskan karena
gas dalam usus. Penderita gemuk akan sulit, karena lemak yang banyak akan memantulkan
gelombang suara sangat kuat.

Persiapan 1,4

Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun demikian para penderita


dengan obstipasi, sebaiknya semalam sebelumnya diberikan laksansia. Untuk pemeriksaan alat –
alat di rongga perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa dan pagi hari dilarang
makan dan minum yang dapat menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar
organ yang diperiksa. Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurang-
kurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang maksimal. Untuk
pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli –buli harus penuh.
6
Pemakaian klinis 1,4

USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai kelainan organ
tubuh.

USG digunakan antara lain:

1. Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.
2. Membedakan kista dengan massa yang solid.
3. Mempelajari pergerakan organ(jantung,aorta,vena kava), maupun pergerakan janin dan
jantungnya.
4. Pengukuran dan penentuan volum. Pengukuran aneurisma arterial, fetal- sefalometri
,menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk biopsy. Menentukan volum massa
ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli,ginjal, kandung empedu, ovarium,
uterus , dan lain-lain)
5. Biopsi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada
layar USG.
6. Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor dan
posisinya , dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah radioterapi,
besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.

7
Pemeriksaan ultrasonografi(USG) ginjal merupakan pemeriksaan yang non invasif, tidak
bergantung pada faal ginjal, tidak dijumpai efek samping, tanpa kontras, tidak sakit, relatif cepat
dan mudah dikerjakan. USG dapat memberikan keterangan tentang ukuran, bentuk, letak, dan
struktur anatomi dalam ginjal.

Ginjal terletak retroperitoneal terhadap dinding belakang abdomen. Kutub bawah dan
bagian tengah ginjal lebih mudah dilihat karena letaknya jauh dibawah iga. Namun demikian,
posisi ginjal sangat variable.

Sonic Window yang digunakan adalah otot perut belakang dan postero-lateral serta celah
iga. Pada ginjal kanan, hepar digunakan juga sebagai sonic window, sedang pada ginjal kiri,
lambung yang berisi air sebagai sonic window.

Teknik pemeriksaan 1

Pertama-tama, penilaian IVP sangat diperlukan. Tentukan posisi ginjal dan daerah yang
perlu dinilai lebih lanjut. Sebagian besar kasus-kasus adalah untuk menentukan keadaan suatu
massa intrarenal. Fokus transduser yang digunakan sekitar 5 cm, 2,5 – 3,5 MHz cukup memadai,
pada orang kurus atau anak digunakan transduser 5 MHz, sedang pada orang gemuk sekali 1,5 –
2 MHz mungkin lebih berguna.

Lakukan irisan transversal untuk menentukan lokasi aksis ginjal, diikuti dengan irisan –
irisan longitudinal, bila perlu gunakan magnifikasi. Ginjal turut bergerak dengan pernapasan,
sehingga pada linear scan perlu tahan napas. Sedang penelaahan kutub atas ginjal paling baik
dengan sektor transduser melalui celah iga.

Pemeriksaan ginjal transplantasi, mudah dilakukan karena tinggal mengikuti jaringan


parut yang ada, gunakan fokus pendek dan penyesuaian TGC.

8
Beberapa problem dalam USG ginjal dan cara pemecahannya 1

Problem Pemecahan (Solusi)

- Ginjal (-) pada orang gemuk - Gain terlalu tinggi, fokus tranduser terlalu pendek
frekuensi terlalu tinggi. Gunakan transduser 2 Mhz,
irisan postero-lateral.

- Pole atas tidak adekuat - Pada ginjal kanan gunakan hepar sebagai sonic
window dan sektor untuk ginjal kiri dengan inspi-
rasi dalam, atau minum  300 – 500 ml.

Gambaran pola eko USG ginjal dan kemungkinannya

Gambaran pola eko Kemungkinan

- Ginjal (-) - Ektopik/nefrektomi total/agenesis

- Ginjal,Coll.Bertini - Rejection

- Ginjal, sistem Collecting - Obstruksi / hidronefrosis

- Massa kistik, batas tegas tipis - Kista benigna, 80 % benar

- Massa solid - Tumor atau inflamasi fokal

- Massa kistik multipel - Penyakit ginjal polikistik

- Eko sentral meninggi, kasar - Sinus lipomatosis

- Massa suprarenal - Tumor adrenal

9
Pedoman pemeriksaan 1,2

Untuk ginjal kanan

Penderita berbaring terlentang , dan penderita diminta untuk menahan napas pada inspirasi
dalam. Posisi ini dimaksudkan untuk membebaskan hati dan menampakkan ginjal lebih ke
bawah. Pada posisi ini , ginjal dapat diperiksa dalam penampang membujur dan melintang,
dengan mengatur letak transduser miring ke bawah lengkung iga kanan, sejajar atau tegak lurus
terhadap sumbu ginjal dan menggunakan hati sebagai jendela akustik. Pemeriksaan dimulai dari
bagian medial samapi ke lateral secara teratur berjarak 1 atau 2 cm. Posisi ini paling baik untuk
menilai parenkim ginjal.

Penderita berbaring miring ke kiri (LLD)

Pada keadaan ekspirasi, penampang melintang ginjal dapat diperiksa melalui sela iga
sepanjang garis midaksiler. Pada inspirasi dalam, penampang koronal dapat diperiksa dengan
meletakkan transduser sejajar garis mid-aksiler mulai daerah pinggang di bawah lengkung iga
kanan. Pemeriksaan dapat dilakukan dari permukaan posterior sampai ke anterior. Posisi ini
membantu memperlihatkan lesi yang tidak tergambar pada posisi lain, juga Morrison’s pounch.
Penderita berbaring terlungkup dan menahan napas pada inspirasi dalam. Pada posisi ini ginjal
dapat diperiksa dalam penampang membujur atau melintang, dengan meletakkan transduser di
sebelah kanan lateral garis tengah dan diatur sejajar atau tegak lurus sumbu ginjal. Pemeriksaan
dapat dilakukan dari bagian superior ke inferior, maupun dari lateral ke medial.

Untuk ginjal kiri

Gambaran USG ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan pada posisi berbaring
miring ke kanan (RLD). Penampang melintang ginjal dapat diperiksa dengan meletakkan
transduser di sela iga, dalam keadaan ekspirasi. Penampang koronal dapat diperiksa dengan
meletakkan transduser sejajar garis aksiler, melalui daerah pinggang di bawah , lengkung iga
kiri, pada inspirasi dalam.

Penderita berbaring telungkup, seperti memeriksa ginjal kanan, tetapi transduser


diletakkan di sebelah kiri lateral garis tengah. Sebaiknya , untuk setiap kali pemeriksaan, kedua

10
ginjal diperiksa dan dibandingkan hasilnya. Posisi terlentang tidak dianjurkan untuk memeriksa
ginjal kiri, karena gambaran ginjal terganggu oleh bayangan udara di dalam lambung dan usus,
kecuali bila lambung diisi air (minum)

Sonogram ginjal normal

Ukuran ginjal

Ukuran panjang ginjal orang dewasa normal adalah :

- Untuk ginjal kanan : 8-14 cm (rata-rata 10,74 cm)


- Untuk ginjal kiri : 7- 12 cm (rata-rata 11,10 cm)

Diameter antero-posterior rata-rata 4 cm dan diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang
ginjal normal secara USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.

Gambaran kapsul ginjal

Lemak perirenal tampak sebagai lapisan yang berdensitas eko tinggi mengelilingi sisi
luar ginjal.

Gambaran parenkim ginjal

Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medulla. Eko parenkim ginjal relatif lebih rendah
dibandingkan dengan eko sinus ginjal. Medulla dan korteks dapat jelas dibedakan. Pada keadaan
normal, eko korteks lebih tinggi dari pada eko medulla, yang relatif lebih sonolusen.

Korteks ginjal normal mempunyai densitas eko rendah, lebih rendah dibandingkan
parenkim limpa dan hati. Eko parenkim limpa lebih rendah daripada parenkim hati, dan eko
parenkim hati lebih daripada eko sinus ginjal, bila tidak ada penyakit hati.

Tebal parenkim ginjal normal hampir merata,di bagian tengah 1-2 cm dan dibagian kutub
2-3 cm. Tebal parenkim ginjal dibandingkan dengan tebal sinus ginjal kira kira 1 berbanding 2.
Piramis medulla berisi lebih banyak cairan daripada korteks sehingga terlihat lebih hipoekoik,
berbentuk segitiga dengan basis di korteks dan apeksnya di sinus. Jaringan kolagen berperan
pada pembentukan eko korteks.

11
Gambaran sinus ginjal

Eko sinus ginjal juga dikenal sebagai central pelvicaliceal echo complex, terlihat sebagai
daerah kumpulan eko kasar bersonodensitas tiinggi di bagian tengah ginjal. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar terdiri atas lemak di sekitar pelvis, infudibulum, dan kalises. Pelvis ginjal
yang berisi urin, kadang terlihat sedikit melebar, tampak sebagai celah bebas eko di bagian
tengah sinus ginjal. Pelebaran ini dapat terlihat sampai infudibulum , yang pada potongan
membujur akan terlihat memanjang, dan pada potongan melintang terlihat sirkuler.

Gambaran pembuluh darah ginjal

Pendarahan ginjal berasal dari ateri renalis, yang kemudian bercabang menjadi arteri
lobaris untuk tiap piramis. Arteri lobaris ini bercabang menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris di
antara piramis, kemudian bercabang kecil menjadi arteri akuata pada batas medulla dan korteks
dan akan menyeberang ke korteks sebagai a.lobularis (arterial efferent), menuju glomerulus.
Setelah ini darah akan keluar melalui arterial efferent menuju jaringan kapiler peritubuler,
menuju vena dan selanjutnya ke vena yang senama dengan arterinya.

Struktur pembuluh sukar dapat terlihat di dalam eko sinus. Beberapa vena relatif lebih
mudah terlihat, karena strukturnya yang lebih besar dan letaknya lebih anterior dari arteri renalis
, pelvis dan ureter.

Pembuluh arkuata tampak sebagai eko densitas tinggi tersebar di batas korteks dan
medulla. Pembuluh ini jelas terlihat pada potongan melintang melalui hilus ginjal dan dipakai
sebagai patokan untuk mengukur tebal korteks ginjal.

12
13
USG normal dextra 2

Normal Right Kidney Normal Left Kidney

14
USG dextra potongan transversal 2, 5

1 = aorta 30 = vesica vellea


8 = artery renalis dextra 60 = ginjal dextra
10 = IVC 77 = usus halus
14 = vena renalis dextra 90 = columna spinalis
20 = lobus hati dextra

USG ginjal kiri potongan coronal

15
Gagal ginjal 1,5,6

USG saat digunakan sebagai pemeriksaan pertama secara rutin pada keadaan gagal ginjal
, untuk memperoleh informasi tentang parenkim, sistem collecting dan pembuluh – pembuluh
darah ginjal.

Ginjal normal memperlihatkan sonodensitas korteks yang lebih rendah (hipoekoik)


dibandingkan dengan sonodensitas hati, limpa dan sinus renalis. Tebal korteks kira-kira 1/3-1/2
sinus renalis dengan batas rata atau bergelombang pada ginjal yang lobulated. Sedangkan sinus
renalis yang terletak di tengah ginjal memberikan sonodensitas yang tinggi (hiperekoik)
disebabkan karena komposisinya yang terdiri atas lemak dan jaringan parenkim ginjal. Di dalam
sinus renalis terdapat garis-garis anekoik, yaitu irisan kalises yang dapat diikuti akan bergabung
pada daerah anekoik besar, yaitu pelvis renis.

Gagal ginjal, baik akut maupun kronik, memberikan gambaran korteks yang hiperekoik
dibandingkan dengan korteks yang normal, bahkan sonodensitasnya hampir sama dengan
densitas sinus renalis. Pada stadium awal, biasanya ukuran ginjal masih normal, umumnya
bilateral, tetapi pada gagal ginjal yang lanjut ukuran ginjal mengecil dengan batas yang sangat
irregular akibat proses fibrosis (contracted). Sedangkan gagal ginjal yang unilateral biasanya
diakibatkan oleh thrombosis vena renalis, renal transplant rejection dan pielonefritis akut.

Ginjal Mengecil, diferensiasi


korteks dan medulla suram ,
korteks memadat

16
Kelainan ginjal 1,2,4,5

A. Kelainan bawaan
Kelainan bawaan ginjal dapat berupa :

1.Agenenesis

Pada agenensis, satu ginjal tidak ada. Dengan pemeriksaan yang teliti, tidak terbentuknya
salah satu ginjal dapat ditentukan. Bagian fleksura lienalis kolon akan mengisi tempat ginjal bila
ginjal kiri yang tidak ada (kelainan yang umumnya terjadi). Dengan alat real time bisa dilihat
adanya peristaltik kolon.

17
2. Hipoplasia ginjal

Ginjal terlihat kecil, sedang kontur yang rata dan struktur eko anatomi sama dengan
struktur eko ginjal normal.

18
3. Ginjal sepatu kuda

Dapat diperiksa dalam posisi berbaring terlentang. Kadang – kadang dapat dilihat ismus
yang melintang di sebelah anterior ruas tulang belakang dan menyatukan bagian ginjal kanan-kiri
yang aksis memanjangnya menuju ke medial.

19
4. Ginjal ektopik

Dimana salah satu ginjal berlokasi di tempat tidak lazim, dapat di pelvis atau thorax. Suatu
variasi dimana kedua ginjal berlokasi di sisi sama dan pada umumnya menyatu (crossed renal
ectopia)

5.Atrophic kidney

Biasanya terdapat tanda jaringan parut di korteks dan biasanya memiliki ekogenitas yang lebih
tinggi dengan perkaburan visualisasi batas antara korteks dan medulla. Pada umumnya
disebabkan penyakit ginjal kronis.

20
B. Kelainan pada sinus renalis 1,5,6,7

Kelainan pada sinus renalis dapat berupa:

1. Obstruksi uropati yang komplit


2. Obstruksi sebagian kalises
3. Obstruksi tidak komplit / parsial traktus urinarius
4. Nefrolithiasis.

1. Obtruksi komplit

Dengan Gray scale ultrasound daerah sinus renalis dapat diperlihatkan secara optimal,
sehingga infudibulum dan kalises dapat diidentifikasi dan dievaluasi. Ultrasonografi
dianggap suatu cara pemeriksaan yang akurat untuk menentukan adanya suatu obstruksi
traktus urinarius.

Suatu minimal hidronefrosis akan terlihat sebagai suatu pemisahan ringan di bagian
sentral dari eko pelviokalises (halosign). Keadaan ini dapat dilihat pada irisan sector
interkostal, yang kemudian dikomfirmasi dengan irisan memanjang.

Pada keadaan hidronefrosis moderat, kalises dan pielum tampak melebar, berupa struktur
yang berisi cairan .

Dilatasi infudibulum dan menghilangnya cupping kalises dapat dilihat pada USG, sama
baiknya seperti pada urografi.

Pada hidronefrosis yang lebih lanjut, sistem kalises di bagian tengah akan tampak sebagai
suatu zona echofree yang lobulated. Dan pada hidronefrosis tingkat lanjut (severe
hydronephrosis), pelvis akan terlihat sebagai suatu zona besar berisi cairan, bahkan kadang-
kadang pielum dan kalises sukar diidentifikasi . Ginjal tampak sebagai suatu kantong berisi
cairan dan parenkim ginjal tidak jelas lagi.

Piohidronefrosis memperlihatkan dilatasi sistem kalises disertai adanya debris yang


tampak sebagai eko yang rendah pada kalises yang melebar. Mungkin pula dijumpai suatu
debris fluid level.
21
Bila ditemukan suatu hidronefrosis, maka hendaklah dicari seluruh bagian ureter yang
melebar, untuk kemungkinan mencari penyebab atau tingkat obstruksi. Akan tetapi biasanya,
sebagian ureter akan tertutup oleh suatu gas usus.

Pyonephrosis

USG: pelebaran pelviokalises dengan


cairan kental didalamnya ( echogenic)

22
2. Obstruksi pada sebagian system kalises
Obstruksi dapat terjadi hanya pada sebagian sistem kalises atau hanya pada satu
kalises, misalnya pada keadaan bila infudibulum tersumbat oleh suatu tumor atau
keadaan striktur.
Kadang – kadang sukar membedakan antara suatu massa berisi cairan di
peripelvik, umpamanya antara suatu kista peripelvik dengan suatu fokal hidronefrosis.
Untuk ini dapat dilakukan kompresi pada ureter, untuk suatu kalises akan lebih melebar
dengan adanya kompresi.

Dinding kista tipis dan irregular dan hanya berada pada sebagian kaliks.

3. Obstruksi inkomplit atau parsial


Suatu obstruksi parsial akan menimbulkan dilatasi yang minimal pada sistem
kalises. Kadang – kadang untuk ini diperlukan pemeriksaan uroradiologis lainnya untuk
menyingkirkan suatu hidronefrosis. Obstruksi parsial mungkin tidak terlihat pada waktu
pemeriksaan USG pada penderita yang dilarang minum.
Pada penderita-penderita dengan obstruksi parsial di infudibulum, ureteropelvic
junction, atau pada ureter, suatu induksi dengan pemberian diuresis kadang –kadang
mungkin diperlukan untuk melihat lebih jelas kelainan pada pemeriksaan ultrasonografi.

23
4. Nefrolithiasis
Nefrolithiasis tampak sebagai suatu opasitas dengan reflektif yang tinggi di
daerah sinus renalis, yang disertai suatu acoustic shadow di distalnya.
Kadang – kadang ,terutama pada keadaan nondistended urinary tract , eko dari
batu umumnya tidak dapat dibedakan dengan ekogenik dari sinus renalis . Dua teknik
yang dapat dipakai dan penting untuk memperlihatkan acoustic shadow yang optimal ,
adalah :
1. Mengatur gain yang tepat
2. Menggunakan transduser yang mempunyai fokus pendek sesuai dengan daerah yang
dicurigai batu.
Untuk mengevaluasi suatu sinus renalis pada nefrolithiasis, umumnya dipakai suatu
gain yang rendah daripada yang digunakan untuk memeriksa parenkim ginjal dan
juga suatu far gain relatif rendah.

24
C. Massa di sinus renalis 1,5,7
Tumor yang mengenai sinus renalis akan tampak sebagai suatu massa dengan ekogenik
yang rendah. Bekuan darah juga akan memberikan gambaran suatu massa yang
ekogeniknya rendah, untuk ini diperlukan suatu serial pemeriksaan USG di mana pada
bekuan darah akan terjadi perubahan dan resolusi yang cepat. Sinus lipofibromatosis akan
memberikan gambaran sebagai suatu daerah dengan ekogenik yang rendah dengan batas
irregular.
1. Tumor jinak
a. Adenoma
Biasanya berukuran sangat kecil dan dideteksi saat autopsi dengan penampilan US tidak
spesifik.
b. Oncocytoma
Paling banyak menyerang laki-laki pada dekade 5 atau 6, biasanya asimptomatik.
Tampilan klasik US adalah massa padat, reflektif rendah dengan di tengahnya memiliki
jaringan parut daya reflektif tinggi. Diagnosis harus dikonfirmasi dengan CT.
c. Agiomyolipoma
Sering terdapat pada pasien wanita usia 40 tahun ke atas. Biasanya asimptomatik kecuali
jika terjadi perdarahan. Pola US yang sering terlihat adalah homogen , massa korteks
yang terlihat jelas yang sama ekogenitasnya dengan lemak. 12 % renal cell carcinoma
memiliki ciri seperti ini. 20 – 30 % pasien menunjukkan acoustic shadowing.

25
Adenoma

Oncocytoma

26
Agiomyolipoma

27
2.Tumor ganas

a.Renal adenocarcinoma

Adalah kejadian yang paling sering dari tumor ganas. Sekitar (85 % kasus ). Tampilan pada USG
antara lain :

- Massa padat yang terbungkus kapsul


- Dengan daya reflektif lebih tinggi (50 % hiperekoik), sedikit lebih tinggi (40 % lebih
ekogenik ) , lebih rendah (10 % hypoechoic ) atau sama dengan parenkim ginjal (30 %
isoechoic)
- Teksturnya dapat heterogen terutama jika terdapat nekrosis dan perdarahan.
- Pada 20 % kasus dimana massa memiliki daya reflektif tinggi didiagnosis bandignkan
dengan angiomyolipoma
- Pada 10 % kasus, kalsifikasi dapat tampak dengan bentuk punctata, amorph atau mottled

b.Willm’s Tumor

- Sering pada anak –anak terlihat sebagai masa padat yang mengalami kalsifikasi dan
nekrosis

28
Renal adenocarcinoma

29
Willm’s Tumor

Will tumor pada anak umur 4 tahun

30
c. Transitional Cell Carcinoma

Dengan menggunakan US terdapat massa padat dengan reflektif rendah disekitar sistem
pengumpul dikelilingi oleh echo dari sinus.

Trauma

Umumnya kurang tepat bila digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma ginjal. Lesi post
trauma kadang ditemukan pada pemeriksaan sonografi ginjal untuk penyakit lain. USG dapat
mendeteksi laserasi dari parenkim dan kerusakan pada pembuluh darah di pediculus terhadap
pelvic-urethero junction. Laserasi nampak sebagai pita reflektif di parenkim.

31
KESIMPULAN

Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat
struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan
diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan. Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada
abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain itu USG juga
dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor.

Pemeriksaan USG ginjal bersifat noninvasif, tidak bergantung faal ginjal, tanpa kontras,
tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita , tidak dijumpai efek samping, dapat dilakukan
dengan cepat, aman, dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada
kontraindikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit
penderita.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad,Sjahriar.Radiologi Diagnostik. Edisi II. Jakarta : Departemen Radiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia:2005:453- 457,494-504.

2. Sidharta, H. Atlas Ultrasonography. Ed II.Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia , 2006.

3. Corr, Peter . Mengenali Pola foto-foto Diagnostik.Ed I.Jakarta : EGC, 2010.

4. Bates. A Jane. Abdominal Ultrasound How , Why , When. Ed : II. London :Churchill

Livingstone ,2004.

5. Allan L Paul, Baxter M Grant. Clinical Ultrasound. Ed III. London : Churchill

Livingstone, 2011.

6. Lutz HT, Gharbi A H. Manual of diagnostic ultrasound in infectious Tropical Diseases.

Jerman : Springer : 2006.

7. Lauckner Melanie. Manual of diagnostic ultrasound. Ed II. Malta: WHO, 2011.

33

Anda mungkin juga menyukai