Anda di halaman 1dari 3

Menghadapi Revolusi Industri 4.

Berawal dari kata "revolusi" yg menunjukkan perubahan spontan, mendadak dan radikal.
Revolusi telah terjadi sepanjang sejarah ketika teknologi baru dan metode baru untuk
memahami dunia memicu perubahan besar dalam cara berpikir, struktur sosial dan sistem
ekonomi.

Di Jerman, ada sebuah diskusi tentang "Industry 4.0", sebuah istilah yang diciptakan di
Hannover Fair di tahun 2011 untuk menjelaskan bagaimana hal ini akan merevolusi
pengorganisasian rantai nilai global. Dengan kemungkinan terciptanya "smart factories",
revolusi industri keempat menciptakan dunia di mana sistem manufaktur virtual dan fisik
bekerja sama secara global dengan cara yang fleksibel.

Bila dibandingkan dengan revolusi sebelumnya, revolusi keempat berevolusi secara


eksponensial, tidak lagi linear. Ditandai dengan terus berkembangnya teknologi informasi dari
hari ke hari. Selain itu, goncangannya dirasakan oleh seluruh industri di berbagai negara.
Kedalaman dan luasnya perubahan yang terjadi tampak pada seluruh sistem produksi,
manajemen dan pemerintahan.

Kemungkinan akan ada milyaran manusia yang terhubung oleh koneksi seluler, dengan
operasi sistem, kapasitas memori dan akses pengetahuan yang tidak terbatas. Seluruh
kemungkinan tersebut akan terus bertambah seiring kecanggihan teknologi yang terus menerus
ditingkatkan, khususnya; kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence), teknologi robot,
internet, printer 3D, kendaraan tanpa awak, teknologi nano, bioteknologi, sains material,
penyimpanan energy, superkomputer, pengoptimasian fungsi otak manusia dengan editing
genetik dan perkembangan neuroteknologi, dll. Banyak dari inovasi ini masih dalam tahap
awal, namun mereka telah mencapai titik perubahan dalam perkembangan mereka saat mereka
membangun dan memperkuat satu sama lain dalam perpaduan teknologi di dunia fisik, digital
dan biologi.

Tentunya dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, kita memerlukan keterampilan yang
mumpuni dan jarang dimiliki oleh orang banyak agar kita bisa survive. Kemampuan pertama
adalah Complex Problem Solving. Kemampuan ini merupakan kemampuan penyeleasaian
masalah kompleks dengan dimulai dari melakukan identifikasi, menentukan elemen utama
masalah, melihat berbagai kemungkinan sebagai solusi, melakukan aksi/tindakan untuk
menyelesaikan masalah, serta mencari pelajaran untuk dipelajari dalam rangka penyelesaian
masalah. Kemampuan pertama akan sulit dilakukan bila kita tidak bisa melakukan kemampuan
yang kedua yaitu Critical Thinking. Critical thinking atau kemampuan berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir masuk akal, kognitif dan membentuk strategi yang akan
meningkatkan kemungkinan hasil yang diharapkan. Berpikir kritis juga bisa disebut berpikir
dengan tujuan yang jelas, beralasan, dan berorientasi pada sasaran. Kemampuan yang ketiga
adalah Creativity. Creativity atau kreatifitas adalah kemampuan dan kemamuan untuk terus
berinovasi, menemukan sesuatu yang unik serta bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Creativity disini dapat juga diartikan mengembangkan sesuatu hal yang sudah ada sehingga
dapat menjadi lebih baik. Kemampuan lain yang harus kita miliki sebagai millenials adalah
People Management, Teamworking, Emotion intelligence, Judgment and decision making,
Service orientation, Negotiation, Cognitive flexibility, dan tentu saja kemauan untuk bekerja
keras.

Di era Revolusi Industri 4.0 ini, suatu bangsa bakal tertinggal, jauh dari kata maju, jika
perilaku bangsa kita hanyalah konsumtif, ditambah potensi anak-anak bangsa tidak
dipersiapkan punya keahlian khusus dibidang teknologi digital.

Era Revolusi Industri 4.0 punya ciri-ciri kemajuan teknologi dalam segi manufaktur,
penggunaan robotik dalam produksi, jaringan internet yang semakin cepat, dan inovasi
teknologi digital lainnya.

Jika disadari, salah satu sisi baiknya, sumber daya manusia kita akan semakin terpacu
mengembangkan kualitas diri dan kemampuan berinovasi. Karena zaman saat ini, daya saing
begitu ketat, sehingga kompetensi diri sangat diperlukan. Ini juga merupakan tantangan
bersama supaya anak-anak bangsa tidak mengalami kemunduran.

Pengembangan pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi digital, dalam meningkatkan


kompetensi SDM, harus semakin gencar digalakkan pada generasi Indonesia saat ini.
Setidaknya, keahlian dan keterampilan khusus buat profesi yang dibutuhkan pada Revolusi
Industri 4.0 ini, harus dimiliki setiap anak bangsa. Sehingga tidak hanya terbawa arus perilaku
konsumtif, tetapi mampu berdaya saing.

Sarana dan prasarana yang mendukung iklim berinovasi juga diperlukan. Salah satu
langkahnya yaitu menyiapkan kawasan yang mampu mewadahi komunitas pegiat teknologi
digital. Setiap potensi harus tersalurkan menjadi kontributor dalam memajukan bangsa
Indonesia. Di Politeknik Statistika STIS, sudah ada UKM yang mewadahi pegiat teknologi
digital. Salah satunya adalah Komputasi.net. Dengan adanya unit kegiatan semacam itu,
harapannya adalah mahasiswa Politeknik Statistika STIS tidak buta lagi akan teknologi
informasi dan siap mampu menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Anda mungkin juga menyukai