PEMBAHASAN MASALAH
Komunikasi bisa disebut efektif jika suara pesan: Diterima oleh pendengar yang
dimaksud. Diinterpretasikan dengan cara yang pada dasarnya sama oleh penerima dan si
penerima. Diingat dalam jangka waktu yang cukup lama, dan Digunakan jika timbul
keadaaan yang tepat. Keempat dari unsur ini penting sekali, dan jika salah satu tidak ada,
maka komunikan tidaklah efektif. Dengan demikian, komunikasi hanya akan efektif jika
“Prinsip dasar yang harus kita perhatikan dalam berkomunikasi dapat kita rangkum dalam
satu kata, yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti
Respect merupakan sikap hormat dan sikap menghargai terhadap lawan bicara kita.
Dengan sikap ini kita belajar untuk berhenti sejenak agar tidak mementingkan diri
kita sendiri akan tetapi lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Dengan
informasi yang telah disampaikan kita berusaha untuk memahami orang lain dan
Yaitu kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Dalam hal ini kita berusaha untuk memahami sikap
seseorang serta ikut dalam kondisi yang sedang dialami oleh seseorang tersebut,
sehingga hubungan emisional pun akan lebih mudah terjalin. Biasanya orang akan
lebih senang berkomunikasi dengan orang yang bisa membuat perasannya nyaman.
Arti nyaman di sini adalah lebih pada perhatian dan pengertian seseorang dalam
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik.
Kunci utama untuk dapat menerapkan hukum ini dalam mengirimkan pesan adalah:
Taruhlah perhatian pada fasilitas yang ada dan lingkungan di sekitar Anda
Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan (Clarity).
Kejelasan dari pesan dibutuhkan adanya simbol atau isyarat, bahasa yang baik,
penegasan kata dsb. Untuk itu agar lebih jelas kita perhatikan uraian di bawah ini.
Berdasarkan uraian bahwa untuk menyampaikan pesan tidak bisa hanya sekali saja,
akan tetapi harus berulang kali, karena sifat dari pesan atau informasi biasanya
informasi yang lama akan kalah dengan informasi yang baru. Agar pesan yang lama
tersebut tidak dilupakan maka perlu diingatkan kembali. Maka dari itu, ketika
Hukum kelima dalam komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati (Humble)
Sikap seperti ini berarti juga tidak sombong, karena dengan kerendahan hati,
seseorang akan lebih menghargai seseorang baik sikap, tindakan serta perkatannya.
Dengan sikap seperti ini juga akan lebih memudahkan seseorang untuk
menyampaikan pesan, karena pada dasarnya sikap seperti ini lebih mengutamakan
kepentingan orang lain dari pada kepentingannya sendiri. Karena sikap ini lebih
memahami kita
Konsep Keluarga
Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2010). Status sehat atau sakit anggota keluarga akan saling mempengaruhi
keseluruhan keluarga dan interaksinya. Karena itu, pengaruh status sehat atau sakit terhadap
keluarga dan dampak status sehat atau sakit keluarga saling terkait. Keluarga cenderung menjadi
pemicu masalah kesehatan anggotanya dan sekaligus menjadi pelaku dalam menentukan masalah
kesehatannya. Menurut Campbell (2000) cit Friedman (2010), keluarga bepengaruh besar pada
kesehatan fisik anggota keluarganya. Selain itu keluarga cenderung terlibat dalam pengambilan
keputusan dan proses terapi pada setiap tahapan sehat dan sakit anggota keluarga.
terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
Mengenal masalah
Mengurangi keraguan dan kecemasan keluarga pasien terhadap kondisi pasien, proses
parawatan untuk pasien, proses rawat inap pasien (misal: di unit perawatan intensif), dll.
Misalkan jika ada berita buruk seperti pasien meninggal atau Pada saat awal diagnosis buruk,
informasi medis, dan mendengarkan tanggapan pasien dan keluarga mereka mengevaluasi
pilihan pengobatan. Selama perawatan aktif seperti kemoterapi, perawat merupakan kunci
dalam mendengarkan kekhawatiran pasien dan gejala dan pasien pembinaan untuk
berbagi keprihatinan ini. Pada penyakit kambuhan atau stadium akhir atau bagi mereka
Dapat memberikan pendidikan atau ilmu tambahan kepada keluarga tentang kesehatan.
Dalam komunikasi terapeutik terdapat beberapa tahapan menurut Nasir A dkk (2011)
yaitu:
Prainteraksi
Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu
kemampuan yang dimiliki sebelum berhubungan dengan keluarga pasien (Nasir A dkk,
2011). Proses ini membantu menghindari terjadinya stereotip pada keluarga klien dan
membantu perawat untuk berpikir mengenai nilai atau perasaan pribadi (Potter & Perry,
2005).
Orientasi
Pada tahap orientasi perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh keluarga
pasien dan memvalidasinya. Sehingga perawat dituntut memiliki keahlian yang tinggi
dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif (Nasir A dkk, 2011).
Kerja
Pada tahap ini, perawat berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat
dan keluarga pasien bekerja bersama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel
ketika keluarga pasien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan
mendiskusikan masalah. Jika fase bekerja berhasil, keluarga pasien dapat bertindak
berdasarkan ide dan perasaan (Potter & Perry, 2005). Pada tahap ini pula perawat
Terminasi
Selama fase orientasi, perawat mengatakan pada keluarga klien kapan ia memperkirakan
siap untuk berfungsi secara efektif tanpa dukungan perawat (Potter & Perry, 2005).
Dalam perawatan pasien di rumah sakit tidak hanya terbentuk hubungan antara perawat
dengan pasien saja tetapi juga terdapat hubungan antara perawat dengan keluarga pasien karena
keluarga juga berperan dalam pemulihan kondisi pasien. Dengan demikian maka perlu adanya
komunikasi yang baik antara perawat dengan keluarga pasien yang berhubungan dengan kondisi
pasien.
Banyak jenis kondisi yang dialami pasien dan untuk menyelesaikan kondisi tersebut
sangat diperlukan adanya komunikasi antara perawat, pasien dan keluarga pasien. Disini kami
berikan dua contoh kondisi yaitu untuk pasien jiwa dan pasien end-of-life. Berikut adalah
penjelasannya :
Pasien jiwa
Berikut ini adalah penjelasan tentang prinsip dan teknik komunikasi pada saat perawat
melakukan interaksi dengan keluarga. Interaksi dengan keluarga atau pemberian pendidikan
percaya, dan dilanjutkan dengan pengkajian pengalaman keluarga dalam merawat pasien
Pada tahap ini pertemuan dilaksanakan dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi
Pada pertemuan ini dilaksanakan dengan melibatkan keluarga tentang cara merawat
pasien dirumah. Metode yang paling banyak digunakan adalah demonstrasi dan
redemonstrasi.
Jika pasien dan keluarga telah memiliki kemampuan merawat pasien secara mandiri maka
perlu dibuat jadwal kunjungan rumah secara periodik. Misalnya setiap bulan untuk
Pasien end-of-life
Persiapan diskusi
Persiapan awal:
Tujuan diskusi
Perencanaan waktu, lokasi dan setting:
mungkin
Sangat penting mengadakan persiapan awal dalam diskusi dan sangat penting juga
karena hal tersebut dapat membangun hubungan saling percaya antara perawat dan
Memahami pasien dan keluarga dengan cara mempunyai informasi tentang proses
penyakitnya. Pasien mungkin mempunyai banyak pertanyaan mengenai terapi dan prognosis
penyakitnya, maka dari itu perawat harus mempunyai banyak informasi tentang hal tersebut.
Memikirkan tindak lanjut penanganan dalam diskusi tersebut, apakah dalam diskusi
ataukah kita sebagai perawat hanya menyampaikan berbagai informasi mengenai penyakit
Diskusi
Bertoleransi
Diskusi dalam tahap ini bertujuan untuk menyelaraskan sudut pandang antara perawat
dengan pasien/keluarga. Jika terdapat perbedaan antara pasien/keluarga dengan perawat, maka
diskusi ditujukan untuk berbagi pemahaman. Dengan menanyakan pengalaman masa lalu
Akhir diskusi
ditanyakan
pemahaman umum merupakan hal yang penting dalam berdiskusi antara perawat dengan
pasien/keluarga. Selain itu, hal yang penting lainnya adalah menanyakan kepada
rencana untuk tindak lanjut (kapan dan bagaimana jika akan bertemu kembali ketika ada
mengalami penarikan dukungan kehidupan dalam kaitannya dengan end of life pasien,
maka komunikasi dengan keluarga pasien adalah fokus pada apa yang menjadi keinginan
pasien bukan apa yang diinginkan keluarga untuk pasien sehingga kebutuhan pasien
Ada beberapa tips untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien. Tips-tips tersebut antara
lain :
Jelaskan segala sesuatunya dengan jelas dan gunakan bahasa yang mudah dimengerti
Minta keluarga pasien untuk mengulang informasi dan instruksi yang telah kita berikan kepada
mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Jika mereka tidak mengerti,
temukan cara lain untuk menjelaskan informasi dan instruksi sampai mereka memahami
Bila perlu gunakan jasa penerjemah bahasa jika kita tidak mengerti bahasa yang diucapkan
keluarga pasien dan bahasa utama mereka bukan bahasa inggris (tidak mengerti bahasa
inggris).
Jika pasien ada dan memiliki kapasitas untuk membuat keputusan perawatan kesehatan,
penyedia perawatan kesehatan dapat mendiskusikan informasi kesehatan pasien dengan anggota
keluarga, teman, atau orang lain jika pasien setuju atau, ketika diberi kesempatan, tidak
keberatan. Sebagai contohnya, Seorang perawat dapat mendiskusikan status kesehatan pasien
dengan saudara pasien jika dia memberitahu pasien dia akan melakukannya dan pasien tidak
keberatan. Namun seorang perawat tidak dapat mendiskusikan kondisi pasien dengan saudara
pasien jika pasien telah menyatakan dia tidak ingin keluarganya tahu tentang kondisinya.
Jika pasien tidak hadir atau tidak mampu, penyedia perawatan kesehatan dapat berbagi
informasi pasien dengan keluarga, teman, atau orang lain selama menentukan penyedia layanan
kesehatan, berdasarkan penilaian profesional, bahwa itu adalah demi kepentingan terbaik pasien.
Keluarga Pasien
Perkenalan
Seorang perawat diminta untuk memperkenalkan diri di hadapan keluarga pasien. Pasien
saat sakit biasanya ditemani oleh keluarganya. Peran keluarga di sini sebagai perantara.
Tahap pertama untuk mendapatkan komunikasi yang efektif antara seorang perawat
dengan keluarga pasien adalah perawat akan menanyakan status keluarga apakah orang yang
identitas pasien dan ada hubungan apa antara pasien dengan keluarga. Maksudnya adalah apakah
orang yang bersama pasien merupakan orangtua, suami/istri, kakak/adik, dan lain sebagainya.
Keluhan
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif. Perawat pada tahapan ini
memberikan beberapa pertanyaan yang kemudian akan dijawab oleh keluarga pasien apabila
pasien diantar dengan keluarganya. Namun perawat juga dapat menanyakannya langsung dengan
direkam seputar data-data dari pihak pasien yang kemudian akan dilakukan proses pemeriksaan
Permasalahan
Permasalahan adalah tahap ketiga untuk mencapaik komunikasi yang efektif antara
perawat dengan keluarga pasien. Permasalahan yang dimaksud adalah penyakit yang diderita
oleh pasien. Permasalahan inilah yang menjadi pembahasan utama untuk berkomunikasi dengan
keluarga pasien.
Apabila pasien mengalami permasalahan kesehatan yang cukup berat maka dokter akan
memberikan tindakan untuk mencapai kesembuhan pasien. Perawat akan memiliki peran penting
pada tahap ini. Perawat akan memberikan informasi kepada keluarga psien apabila dibutuhkan
Solusi yang diberikan oleh seorang dokter dalam permasalahan pasien adalah
memberikan sejumlah tindakan seperti merawat pasien di ruang inap apabila pasien harus
dirawat intensif. Dokter juga dapat mengandalkan perawat untuk membantunya dalam proses
penyembuhan pasien.
Solusi yang diberikan harus dengan persetujuan pihak keluarga pasien. Komunikasi ini
menjadi lebih efektif karena semua proses maupun tahapan dilakukan dengan menggunakan
prosedur yang telah diberikan dari pihak rumah sakit. Peran perawat untuk berinteraksi dan
Memberikan motivasi
Ketika seorang pasien menderita penyakit serius maka seorang perawat bertugas
Peran perawat lainnya adalah memotivasi seorang pasien yang tengah menderita penyakit
serius itu. Memberikan motivasi positif akan membangkitkan semangat pasien untuk sembuh dan
menenangkan keluarga pasien juga menjadi salah satu bentuk komunikasi efektif antara perawat