Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN PANCASILA

HAKIKAT SILA-SILA DALAM PANCASILA


Dosen Pengampu : Dr. Hipolitus K. Kewuet, M.Hum

Disusun oleh:

Nur Layla Baha R. (125100300111003)

Inti Milasari (125100300111015)

Maretha Yosephine P. D. (125100300111025)

Dian Ardifah Iswari (125100300111031)

Lina Veronica (125100307111055)

Priscilla Arlendita (125100307111093)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di setiap bangsa seluruh dunia pasti memiliki satu ideologi sebagai dasar Negara .begitu juga Indonesia
sebagai bangsa yang beradab juga memiliki satu ideologi sebagai dasar negara yaitu, pancasila. Penetapan
pancasila sebagai dasar Negara bukan berasal dari pemikiran seseorang seperti halnya ideologi-ideologi di
negara lain seperti sosialis dan liberalisme. Pembentukan dan penetapan pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia sebenarnya adalah suatu proses panjang sejarah bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di
dalam pancasila merupakan nilai-nilai yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia sendiri yang berasal dari
adat istiadat, kebudayaan dan nilai religius bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena setiap sila dalam
pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat
ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-
hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang
bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan
itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Inti dari kedudukan dan fungsi pancasila adalah pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Tetapi perlu diketahui bahwa asal muasal pancasila berasal dari unsur-unsur yang berasal dari bangsa
Indonesia sendiri, sehingga kedudukan pancasila dapat dikembangkan menjadi dasar pandangan hidup.
Oleh karena itu setiap warga Negara wajib menghayati serta mengamalkan nilai-nilai atau esensi-esensi
yang terkandung dalam pancasila tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami dan menerapkan sila-sila Pancasila
dalam sehari-hari, serta mampu menjelaskan hakikat sila-sila Pancasila berdasar problem yang relevan dan
kontekstual.
BAB II

PANCASILA

Istilah Pancasila yang dipergunakan sebagai dasar negara Indonesia merdeka pertama kali disampaikan
oleh Ir. Soekarno (Bung Karno) dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) pada tanggal Juni 1945 dengan menyampaikan usulan dasar-dasar yang dipergunakan
sebagai dasar negara Indonesia merdeka yang akan dibentuk dengan disebut Pancasila (ejaan lama pantja
yang berarti lima, dan sila yang berarti dasar, sehingga artiya lima dasar). Ideologi berasal dari kata idea,
yang artinya pemikiran, konsep atau gagasan dan kata logos, yang artinya pengetahuan. Secara sederhana
ideology berarti pengetahuan tentang ide-ide, keyakinan atau gagasan. Secara lebih luas, ideologi adalah
seperangkat prinsip-prinsip yang dijadikan dasar untuk memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai
dalam melangsungkan dan mengembangkan kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional merupakan landasan Bangsa Indonesia dalam
membentuk NKRI untuk mencapai tujuan nasional yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum, ikut serta dalam upaya memelihara ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, dan perdamaian abadi serta keadilan sosial. Pancasila sendiri tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 merupakan falsafah, dasar negara dan ideologi nasional yang pada hakikatnya
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai keseimbangan, keserasian,
keselarasan, persatuan dan kesatuan serta tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki nilai-nilai dasar ideologi yang dapat
menampung dan mewadahi kebhinekaan aspirasi dari seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai suatu sistem nilai dalam sistem filsafat kemanusiaan diyakini sebagai suatu
kebenaran hakiki oleh seluruh anak Bangsa Indonesia, dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Suatu sistem filsafat kemanusiaan yang memadukan keberadaan manusia sebagai makhluk
individu yang tidak dipisahkan dengan keberadaannya sebagai mahluk sosial, yang didalam dirinya
engandung nilai-nilai Spritual Pancasila yang harus dipahami, dihayati, dan diamalkan. Suatu nilai yang
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa, terutama nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama
yang dimiliki bangsa Indonesia, yang melekat pada setiap sila, mulai dari sila pertama hingga sila kelima.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sila Pertama


“Ketuhanan Yang Maha Esa”

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan ialah pencipta segala yang ada dan semua makhluk Yang Maha
Esa/Yang Maha Tunggal, tidak ada sekutu, esa dalam zatnya. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) ditegaskan meskipun bukan negara agama karena tidak menerapkan hukum agama tertentu sebagai
hukum positif, juga bukan negara sekuler karena tidak memisahkan urusan negara dengan urusan agama,
melainkan negara yang beragama karena NKRI perlu hukum positif yang disepakati oleh seluruh bangsa,
termasuk penyelenggara negara (MPR,DPR, pemerintah) yang agamanya beraneka ragam dan negara wajib
melindungi segenap agama yang diakui keberadaannya serta negara tidak diperbolehkan mencampuri
urusan akidah agama manapun (Setijo, 2006). Makna dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai berikut:
a. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan yang Maha Esa
b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama-nya.
c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
d. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
e. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah menurut agamanya
masing-masing.
f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan mediator
ketika terjadi konflik agama.

3.2 Sila Kedua


“Kemanusiaan yang adil dan beradab”

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yakni makhluk berbudi yang memiliki pikiran, rasa, karsa, dan
cipta dan berpotensi memiliki martabat yang tinggi. Akal budi membuat manusia memiliki kebudayaan dan
dengan budi nya manusia memiliki hati nurani. Adil memiliki arti bahwa keputusan dan tindakan didasarkan
pada norma yang objektif, tidak subjektif, sewenang-wenang dan otoriter. Beradab berasal dari kata adab,
memiliki arti budaya yang telah berabad- abad dalam hidup manusia. Beradab berarti berkebudayaan lama
berabad-abad, bertata kesopanan, bermoral, kesadaran sikap dan perbuatan manusia dalam hubungan
dengan norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama, mau pun pada Sang Pencipta.
NKRI menjunjung tinggi HAM, negara yang memiliki hukum yang adil dan negara berbudaya yang
beradab. Negara ingin menerapkan hukum secara adil berdasarkan supremasi hukum serta ingin
mengusahakan pemerintahan yang bersih, berwibawa, mengembangkan budaya IPTEK berdasarkan adab
cipta, karsa, dan rasa serta karya yang berguna bagi nusa dan bangsa tanpa melahirkan primordial dalam
budaya.

3.3 Sila Ketiga


“Persatuan Indonesia”

Persatuan asal kata satu, yang berarti utuh tidak terpecah belah, mengandung bersatunya macam corak
yang beraneka ragam yang bersifat kedaerahan menjadi satu kebulatan secara nasional. Juga persatuan
segenap unsur Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam mewujudkan secara nyata bhineka tunggal ika
yang meliputi wilayah, SDA, dan SDM dalam kesatuan yang utuh. Selain itu, persatuan bangsa yang bersifat
nasional mendiami seluruh wilayah Indonesia, bersatu menuju kehidupan bangsa yang berbudaya bebas
dalam wadah negara RI yang merdeka dan berdaulat. Menuju terbentuknya masyarakat madani (Setijo,
2006). Menurut Anshoriy (2008) Moral persatuan terkandung dalam sila ketiga. Setiap warga negara
Indonesia harus mempunyai keinginan untuk bersatu dan mempersatukan.

3.4 Sila Keempat


“Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”

Sila keempat ini mengandung beberapa kata penting yaitu, kerakyatan, hikmat kebijaksanaan,
permusyawaratan dan perwakilan. Kerakyatan, berasal dari kata rakyat yang artinya sekelompok
manusia yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Kerakyatan jug beraru bahwa kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat atau disebut sebagai kedaulatan rakyat (rakyat yang berdaulat
dan berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang memerintah). Hikmat kebijaksanaan artinya,
penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan, kesatuan bangsa,
kepentingan rakyat, dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong oleh
itikad baik sesuai dengan hati nurani. Pemusyawaran artinya, suatu tata cara khas kepribadian
Indonesia untuk merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat
sehingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebukatan pendapat (mufakat). Perwakilan
berarti suatu sistem dalam arti tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian
dalam kehiduoan bernegara melalui badan-badan perwakilan. Secara umum, hakikat dari sila ini
adalah rakyat NKRI menjalankan keputusan dengan jalan musyawarah yang disertai pikiran yang
sehat dan penuh tanggung jawab dari para pemimpin yang professional baik kepada Tuhan Yang
Maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya (Setijo, 2006).
Hakikat dari sila ini adalah masyarakat Indonesia harus menghayati dan menjunjung tinggi
setiap hasil keputusan musyawarah karena itu semua pihak yang bersangkutan harus
menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Dalam
hal ini, kepentingan bersamalah yang diutamakan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan
dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil
harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan
permusyawaratan,kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dapat dipercaya. Makna Sila
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
(Rosyidi, 2007):
 Hakikat sila ini adalah demokrasi.
 Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu
diadakan tindakan bersama.
 Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.
Nilai filosofis yang terkandung dalam sila keempat adalah bahwa hakikat negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Hakikat
rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa yang
bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara.
Rakyat adalah merupakan subyek pendukung pokok negara. Negara adalah dari oleh dan untuk
rakyat sehingga rakyat adalah asal mula kekuasaan Negara. Oleh karena itu, dalam sila
kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup
negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila ini adalah (Sudibyo, 2011):
 Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat
bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang maha Esa,
 Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan,
 Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
 Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama karena perbedaan adalah
merupakan suatu bawaan kodrat manusia,
 Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku
maupun agama,
 Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
 Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab,
 Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar tercapainya
tujuan bersama.

3.5 Sila Kelima


“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

Hakikat Negara adalah untuk memiliki sifat-sifat dan keadaan-keadaan berperikeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hakikat bangsa Indonesia sebagai bawaan hakikat pendukung keadilan sosial,
penjelmaan hakikat manusia mahkluk Tuhan yang menjelma pula sebagai hak wajib asasi manusia, dalam
hubungan hidup bersama dengan sesama warga sebangsa dan sesama umat manusia mahkluk Tuhan adalah
untuk hidup melaksanakan dan menikmati kesamaan kemerdekaan/kebebasan dan kekuasaan dari
perseorangan dalam keseimbangan dengan sifat hakikatnya mahkluk sosial guna mengusahakan dan
memenuhi kepentingan kebutuhan, kehidupan jasmaniah rohaniah religius, yang sesuai dengan sifat-sifat
hakikat manusia mahkluk Tuhan dan martabat mutlak manusia sebagai pribadi (Suwarno, 2008):
a. Yang oleh karena hidup adalah berhak dan berwajib hidup
b. Dan karena iitu berhak wajib mendapat segala sesuatu yang menjadi hak kepentingan-kepentingan
kebutuhan keperluan hidup
c. Dalam hakikatnya tidak karena hasil usahanya, tetapi karena hak kewjaibannya untuk hidup, dalam
arti mutlak sesuai dengan martabat manusia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat dalam segenap bidang kehidupan, baik
material maupun spiritual. Seluruh Rakyat Indonesia, artinya setiap orang yang menjadi warga Indonesia,
baik yang berdiam di wilayan RI sebagai warga NKRI maupun WNI yang berada di luar negeri. Jadi, setiap
bangsa Indonesia mendapat perlakuan yang adil dan seimbang dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat dapat di simpulkan bahwa Pancasila adalah sumber untuk
mengembangkan budaya dan peradaban bangsa yang bermartabat. Pada hakikatnya dengan menyimak
makna, inti, dan arti dari kelima sila pancasila tersebut di atas, tampaklah bahwa Pancasila secara bulat dan
utuh sangat sesuai menjadi milik bagsa Indonesia sebagai dasar negara, juga sebagai suatu ideologi. Sila-
sila dari Pancasila sebagai dasar filsafat negara mengandung arti mutlak bahwa negara Republik Indonesia
harus menyesuaikan dengan hakikat dalam arti hakikat abstrak dari Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.

4.2 Saran
Disarankan bahwa dalam menyusun data mengenai Pancasila dapat lebih didalami dan diperbaiki kata-
katanya dikarenakan Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia, sehingga kemungkinan kesalahan
dalam menafsirkan berakibat sangatlah fatal. Selain itu juga lebih diperluas lagi pencarian referensi akan
permasalahan yang menyangkut sila-sila Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Anshoriy, N. 2008. Bangsa Gagal Mencari Identitas Kebangsaan. LKIS. Yogyakarta.

Rosyidin, A. 2007. Makna Hakikat Pancasila. Kanisius. Yogyakarta.

Setijo, P. 2006. Pendidikan Pancasila. Grasindo. Jakarta

Setijo, P. 2007. Pendidikan Pancasila Prespektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Grasindo. Surabaya.

Sudibyo, T. 2011. Perjalanan Pancasila sebagai Dasar Negara. Kanisius. Yogyakarta.

Suwarno, P.J. 2008. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Kanisius. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai