PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
usia dini. Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui
perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan dalam
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini
formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu
hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru (KBBI, 2007).
pendidikan yang diperolehnya pada usia dini. Pendidikan anak usia dini dapat
dan seni.
PAUD adalah pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran,
dan pola, konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf. Konsep atau
menekankan pada hasil dari proses belajar yang dimana manusia belajar
baik dalam proses pembelajaran. Namun untuk mencapai hal itu bukanlah
suatu hal yang mudah, karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain, faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni
keadaan atau kondisi jasmani dan rohani seperti kesehatan, mental, tingkat
yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan,
Kedua faktor tersebut saling berinteraksi baik secara langsung maupun tidak
Syah, 1995).
tidak lepas dari usaha guru dalam menyampaikan materi pembelajaran atau
langsung kepada siswa, oleh karena itu guru harus mampu memahami
siswa mampu berkembang , selain itu juga guru harus lebih kreatif dalam
terhadap anak didik , hal tersebut dikarenakan anak di bawah umur lebih
tertarik dengan hal hal yang berbeda dari biasanya sehingga anak tidak jenuh
dalam kehidupan kita. Setiap hari, bahkan setap menit kita menggunakan
matematika. Pada saat belanja, menghitung benda, waktu, tempat, jarak dan
Suyanto, 2005: 158) meliputi hal – hal berikut ini: (1) Memilih,
(5) Pengukuran, (6) Geometri, (7) Membuat grafik, (8) Pola, dan (9)
5 kelereng, dan diberi lagi oleh temannya 7 kelereng, berapa kelereng yang
kognitif anak usia dini yaitu sensori motor (usia 0-2 tahun), pra operasional
(usia 2-7 tahun), operasional konkret (usia 7-12 tahun), dan operasional
TK berada pada tahap pra operasional. Pada usia ini, untuk operasional
konkret anak mampu berpikir logis mengenai kejadian dengan benda konkret.
Berhubungan dengan hal tersebut, maka anak usia dini akan lebih baik jika
angka (hafalan setiap harinya) 27 siswa diperoleh hasil 5 siswa (19%) yang
belum berkembang.
kemampuan penjumlahan pada anak yang rendah. Media yang digunakan saat
ditulis pada papan tulis. Hal tersebut menyebabkan anak cepat merasa bosan
karena bukan merupakan hal baru bagi mereka. Selain itu, belum banyaknya
penjumlahan bilangan pada anak usia 3-4 tahun, sehingga memudahkan anak
benda konkret. Hal ini sejalan dengan pendapat Conny Semiawan (1992: 20),
bahwa anak usia dini dapat dilatih dengan menghitung kelereng, batu kerikil,
1. Identifikasi Masalah
2019, pada kegiatan anak didik dalam proses belajar mengajar belum
mencerminkan keberhasilan dan teridentifikasi beberapa masalah antara
lain:
abstrak
2. Analisa Masalah
berikut:
materi, semakin banyak latihan dan contoh yang diberikan maka akan
menghitung.
B. RUMUSAN MASALAH
penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah secara umum yaitu: “Bagaimana
Problem Solving Berbantuan Media Benda Kongkrit Pada Anak Usia Dini di POS
benda kongkrit pada anak usia dini di POS PAUD SRIKANDI Tahun Ajaran 2018
/ 2019.
D. MANFAAT PENELITIAN PERBAIKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN
antara lain:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak-anak
penjumlahan
Bilangan
b. Bagi Guru
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 53) setiap anak memiliki pola
a. Sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan
disekitarnya. Anak pada tahap ini peka dan suka terhadap sentuhan yang
b. Praoperasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak mulai menunjukan proses
c. Konkret operasional (7-11 tahun), pada tahapan ini anak sudah mampu
mampu berpikir berkebalikan atau berpikir dua arah, misal 3+4 = 7 anak
telah mampu berfikir jika 7–4 = 3 atau 7–3 = 4, hal ini menunjukan
d. Formal operasional (11 tahun ke atas), pada tahap ini anak sudah mampu
bertahap dan tidak terputus. Tetapi setiap anak berbeda-beda dalam mencapai
suatu tahapan, terkadang batas antara tahap satu dengan tahap lainnya tidak
begitu terlihat.
Anak usia PAUD berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun). Istilah
pikiran. Pemikiran pada tahap ini masih kacau dan belum terorganisasi dengan
a. Skema (pemahaman)
lingkungannya.
b. Adaptasi
c. Asimilasi
struktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak. Sebagai contoh anak
d. Akomodasi
e. Equlibrium
Jadi anak usia dini berada pada tahap praoperasional yang masih
agar anak dapat terstimulasi dengan baik. Hal ini karena pada tahap
anak.
2. Kajian tentang Lambang Bilangan
merupakan suatu idea yang hanya dapat dihayati atau dipikirkan saja.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bukan nilai. Angka hanya merupakan suatu notasi tertulis dari sebuah
samaadalah satu sama dengan yang lainnya. Hal tersebut berarti bahwa
bilangan muncul karena ada sesuatu yang ingin diungkapkan atau
berbagai bentuk.
menulis).
dan optimal.
3. Problem Solving
setiap manusia, mulai dari anak sampai orang lanjut usia. Masalah tidak
seefeldt and Barbara A. Wasik 2008: 403), pemecahan masalah adalah ciri
merupakan kegiatan biasa sekali karena begitu banyak yang baru di dunia
situasi baru.
seringkali ia bertanya dan mencoba hal-hal baru yang dirasa menarik bagi
langkah yaitu:
pendidik sangat penting untuk memperkuat rasa ingin tahu anak terhadap
bias,
luas untuk anak agar mampu memecahkan masalah dengan baik. Terkait
anak ini juga dapat melibatkan orang tua dalam pembelajaran. Guru dapat
sering dialami anak. Hal ini akan mempermudah guru di sekolah dalam
1) Fiksasi
melihat problem dari sudut pandang baru yang segar. Orang mudah
3) Kekurangan motivasi
kemampuan tersebut.
permasalahan.
masalah yang berarti bagi mereka dan mendorong serta membantu mereka
permen oleh ibu sebanyak 5 permen, kemudian diberi lagi oleh adiknya
maupun proses
akan termotivasi untuk menemukan pengetahuan baru bagi anak. Selain itu
yang sesuai dengan keseharian anak maka akan memberi kesempatan anak
membantu anak ketika anak merasa kesulitan dalam persoalan tersebut. Agar
didesain terkait keseharian anak, agar anak hanya merasa sedang bermain saja,
berbeda dengan soal penjumlahan yang sering diberikan oleh guru kelas.
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata "medium" yang berarti "tengah". Dalam bahasa Arab media
anak menjadi termotivasi untuk belajar; (2) bahan pembelajaran yang akan
disampaikan lebih jelas maksud dan maknanya sehingga anak lebih mudah
untuk memahami materi yang disampaikan; (3) metode mengajar akan
yang disampaikan guru sehingga anak tidak cepat bosan dan guru juga
tidak terlalu menghabiskan tenaga; dan (4) anak diberi banyak kesempatan
perkembangan anak.
Menurut Sungkono (2007: 28) benda konkret atau benda asli pada
Hamzah Sulaiman (1985: 135) bahwa yang disebut benda asli adalah
mudah dimengerti dan lebih baik tinggal dalam ingatan jika dipelajari
Martiningsih (2008) bahwa media benda konkret atau benda asli adalah
benda yang sebenarnya dapat diamati secara langsung oleh panca indra
benda konkret adalah benda yang dapat dipandang dari segala arah secara
ada dalam problem solving adalah yang dapat diamati secara langsung
oleh panca indera anak dengan cara melihat, memegang dan memindahkan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu media dua dimensi dan media tiga
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 196) bahwa benda-benda nyata itu
banyak macamnya, mulai dari benda atau makhluk hidup seperti binatang
air, tanah, dan lainlain. sedangkan menurut Degeng yang dikutip oleh
Sungkono (2007: 28) benda asli dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
Objek dan benda /barang contoh (specimen). Objek adalah semua benda
yang masih dalam keadaan asli, alami seperti ia hidup dan berada.
Sedangkan benda/barang contoh(specimen)adalah benda-benda asli atau
sebagian benda asli yang dipergunakan sebagai sample. Jadi specimen
merupakan sebagian kecil benda asli yang mewakili benda asli yang
berada di tempat aslinya yang berjumlah sangat banyak, berujud sangat
besar/luas dan amat utuh.
bahwa specimen ialah sebagian dari sejenis atau sebagian dari sekelompok
benda konkret atau benda asli. Menurut Amir Hamzah Sulaiman (1985:
asli merupakan alat paling efektif untuk mengikut sertakan berbagai indera
serupa.
konkret atau asli akan mampu merangsang dan memotivasi anak dalam
kelemahan. Sebab setiap benda ataupun hal lain di alam ini suatu saat
apakah suatu benda atau hal lain merugikan atau menguntungkan. Menurut
Ibrahim & Nana Sudjana (Susilo Fitri Yatmoko, 2011) kelemahan atau
menggunakannya.
menggunakan seluruh inderanya dalam kegiatan belajar. Anak juga akan lebih
guru. Akan tetapi benda konkret juga memiliki kekurangan atau kelemahan.
Kelemahan dari benda konkret yang diuraikan di atas dapat diatasi dengan
cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar lokasi sekolah yang
sama.
Contoh: pada saat guru menunjukan permen yang berjumlah tiga guru
Ali, dkkmenunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar prestasi belajar
Bangun Ruang.
dilakukan oleh Siti Zulaichah (2012). Namun, penelitian ini lebih mengarah
dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang angka pada anak Usia Dini
C. Hipotesis Tindakan
1. Subjek Penelitian
perempuan. Daftar anak didik PAUD Srikandi Glagahwaru dapat dilihat dari
tabel berikut:
2. Tempat Penelitian
Desa : Glagahwaru Rt 03 Rw 02
Kecamatan : Undaan
Kabupaten : Kudus
Propinsi : Jawa Tengah
3. Waktu Pelaksanaan
10.00 WIB
WIB
selesai mengajar
yang ada dikelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus,
setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Siklus I dan II dilaksanakan dengan
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu sistem spiral yang
saling terkait (Ermalinda dkk, 2014). Sistem dalam model Kurt Lewin dapat
1. Rancangan Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
dengan RPPH
agar-agar
kemampuan berhitung.
b. Pelaksanaan (Acting)
c. Observasi (observing)
yang telah diperoleh, yaitu meliputi lembar observasi dan wawancara atau
berlangsung.
2. Rancangan Siklus II
Pada tahapan siklus dua ini mengikuti tahapan siklus pertama, Artinya
rencana tindakan siklus kedua disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus
Pada siklus kedua juga terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan,
Setelah semua data diperoleh, tahap berikutnya adalah analisis data, yaitu
dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan
hipotesis kerja.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini (Matthew Miles dan
a. Observasi
Observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan keterangan
atau informasi tentang sesuatu dengan cara melihat, mendengarkan, dan
mengamati suatu peristiwa, mencatatnya secara cermat dan teliti yang
dilakukan oleh pengamat (observers)terhadap objek/orang yang diamati
(observe viewer)(Sujiono, 2017:12.27). Observasi merupakan suatu proses
kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan
data/bukti–bukti tentang perkembangan dan hasil belajar yang berkaitan
dengan perkembangan anak, yang dilaksanakan POS PAUD Srikandi
Glagahwaru Undaan Kudus. Observasi yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu mengamati ketepatan, ketelitian, dan kecepatan anak dalam
kegiatan penjumlahan yang berlangsung dengan media kotak pintar.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan rencana
pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH), foto kegiatan anak, dan foto-
foto anak ketika kegiatan sedang berlangsung dalam pembelajaran.
c. Penugasan
Cara penilaian berupa pemberian tugas yang dikerjakan anak secara
peorangan maupun kelompok.
2. Reduksi Data
perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis
3. Penyajian Data
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan
atas pemahaman yang didapat dalam penyajian tersebut. Dalam penelitian ini
4. Penarikan kesimpulan
akan tetapi hasil suatu proses tertentu dalam arti memindahkan sesuatu dari
penelitian harus mendasar pada semua data yang diperoleh dalam kegiatan
penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data
penelitian sesuai dengan data-data yang ada (Miles dan Hiberman 1992).
Gambar 3.2 Proses penarikan kesimpulan
5. Instrumen Penelitian
observasi anak.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2
siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Guru dan peneliti
Aspek
No yang Keterangan Skor
diamati
1 Lisan Jika anak sudah mampu mengenal
bilangan dari angka 1 sampai 10 4
Jika anak mampu mengenal bilangan
dari bilangan 10 hanya mengenal 8
angka 3
Jika anak mampu mengenal bilangan
hanya bisa angka sampai angka 6 2
Jika anak mampu mengenal bilangan
kurang dari angka 4 1
Keterangan:
kognitif anak, baik dari ketepatan, kecepatan dan ketelitian anak dalam
pembelajaran.
∑ SS
NA = x 100%
∑SM
Dimana;
NA = Nilai akhir
SS = skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum
7. Indikator Keberhasilan
ini dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil
berkembang sangat baik, sesuai dengan aspek penilaian yang sudah ditentukan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
peserta didik dalam mengenal lambang bilangan dengan metode problem solving
terlaksana. Oleh sebab itu, diadakan rangkaian siklus kedua dengan harapan siklus
kendala yang ditemui pada siklus pertama. Namun, apabila pada siklus kedua
hasil yang didapat belum juga memenuhi tujuan penelitian, maka diadakan siklus
selanjutnya sampai tujuan tercapai. Namun sebaliknya, apabila pada siklus kedua
tujuan hasil penelitian sudah dapat terwujud maka penelitian dapat berhenti.
wawancara awal pada guru kelas, yaitu ibu Susanti dengan tujuan mengetahui
kesulitan dalam kegiatan mengenal bilangan. Hal ini dikarenakan guru belum
pengenalan angka pada anak, dari total 27 siswa, diperoleh hasil 5 siswa
menggali pengetahuan yang sudah diketahui oleh anak sesuai dengan materi
yang dipelajari. Hasil dari pelaksanaan tanya jawab yaitu hanya ada beberapa
anak yang mau berpartisipasi atau terlibat menjawab pertanyaan dari guru.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi dengan metode ceramah. Guru
memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh anak. selama proses kegiatan
yang diberikan karena anak hanya berkutat dengan kertas dan pensil saja.
guru bagaiamana cara menyelesaikan tugas pada lembar kerja dan anak
Rekapitulasi hasil dari tahap Pra Tindakan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.1
FREKUE PRESENTA
NO
KATEGORI NSI SE
1 Belum Berkembang (BB) 10 37%
2 Mulai Berkembang (MB) 7 26%
Berkembang Sesuai
3 5 18.5%
Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik
4 5 18.5%
(BSB)
JUML
27 100%
AH
Angka Pra Tindakan pada anak POS PAUD SRIKANDI . Untuk lebih jelasnya
Keterangan
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa
ingin meningkatkan penegenalan angka pada anak usia dini di POS PAUD
dapat meningkatkan pengenalan angka pada anak usia dini di POS PAUD
SRIKANDI Glagahwaru.
2. Deskripsi Siklus I
telah disusun sebelumnya oleh peneliti dan guru. Dalam penelitian tindakan
a. Perencanaan
Dari hasil observasi pada tahap Pra Tindakan, guru dan peneliti
Pertama pada hari senin tanggal 4 April 2019, dan Pertemuan Kedua pada
hari Selasa tanggal 5 April 2019. Pada tahap perencanaan, peneliti dan
guru menentukan tema dan sub tema pembelajaran. Peneliti dan guru
b. Pelaksanaan Tindakan
mengucapkan salam.
tersebut.
c) Skenario Perbaikan
c. Observasi
pembelajaran.
dibimbing dan diberi motivasi oleh guru dalam kegiatan tersebut. Pada
saat kegiatan menunjuk lambang bilangan 1-10 dengan bilangannya dan
(Biskuit atau Pisang) anak masih bersemangat. Tetapi, ada anak yang
metode problem solving berbantuan benda kongkrit pada anak usia dini di
POS PAUD SRIKANDI pada Siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel
Tabel 4.3
FREKUEN PRESENTAS
NO
KATEGORI SI E
1 Belum Berkembang (BB) 5 19%
2 Mulai Berkembang (MB) 7 26%
Berkembang Sesuai Harapan
3 10 37%
(BSH)
Berkembang Sangat Baik
4 5 19%
(BSB)
JUMLA
27 100.0%
H
indikator adalah 56% atau 15 siswa sedangkan 44% atau 12 siswa belum
19% dari 37% menjadi 56% atau dari 10 siswa menjadi 15 siswa, tetapi
mencapai sebesar 80%. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian lagi
pengenalan angka.
Tabel 4.3
FREKUEN PRESENTAS
NO
KATEGORI SI E
1 Belum Berkembang (BB) 4 15%
2 Mulai Berkembang (MB) 6 22%
Berkembang Sesuai Harapan
3 9 33%
(BSH)
Berkembang Sangat Baik
4 8 30%
(BSB)
JUMLA
27 100.0%
H
Keterangan :
Grafik 4.2
Keterangan
yang berkembang sesuai harapan sebesar 33% atau 9 siswa dan yang
indikator adalah 63% atau 17 siswa sedangkan 37% atau 10 siswa belum
7% dari 56% menjadi 63% atau dari 15 siswa menjadi 18 siswa, tetapi
d. Refleksi Siklus I
hal-hal apa saja yang menjadi masalah atau kendala pada pelaksanaan
siklus I, yaitu :
angka
benda kongkrit dalam pengenalan angka pada anak usia dini di POS PAUD
mencapai 80% sehingga peneliti akan melanjutkan ke tahap siklus II. Dengan
membuat rancangan tema yang lebih menarik agar anak tertarik untuk mengikuti
kegiatan.