PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Banda Aceh sebagai ibu kota propinsi merupakan pintu
gerbang Pemerintahan Aceh yang memiliki luas wilayah 61,36 km2
dan jumlah penduduk 249.282 jiwa pada tahun 2013. Pasca gempa
bumi dan tsunami 10 tahun silam pembangunan Kota Banda Aceh
telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat, seiring dengan
penetapan Banda Aceh Islamic Cyber City (BAICC). Sebagian besar
wilayah Kota Banda Aceh telah terakses jaringan internet, hal ini
menunjukkan bahwa Kota Banda Aceh mampu menyesuaikan diri
dengan arus globalisasi dan mewujudkan pemerintahan yang
berbasis teknologi informasi (e-government) dengan mengutamakan
aspek agama, budaya dan adat istiadat. Kota Banda Aceh menuju e-
government diwujudkan dengan munculnya aplikasi/ sistem yang
berbasis teknologi di beberapa Satuan Kerja Perangkat Kota (SKPK)
guna memperlancar pelaksanaan tugas seperti sistem penilaian
kinerja Pegawai Negeri Sipil (Aplikasi e-kinerja); penilaian sistem
kedisiplinan pegawai (Aplikasi e-disiplin); sistem ketertiban pelaporan
barang (Aplikasi Persediaan) dan sistem pengelolaan informasi dan
dokumentasi (Aplikasi Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi/PPID) dan lain-lain.
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda
Aceh yang dibentuk berdasarkan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 2
Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh
termasuk salah satu SKPD yang turut berperan aktif dalam
mewujudkan e-government dengan meluncurkan Aplikasi
Permohonan Informasi On line (Aplikasi Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi/PPID). Hal ini sejalan dengan visi Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh yaitu
1
memberikan layanan transportasi dan komunikasi yang handal
dan akurat berbasis informasi dan teknologi. Hal ini pula yang
mendorong penyusunan Aplikasi e-Barang, yaitu sebuah sistem
pengelolaan barang yang dilakukan secara elektronik dengan
menyajikan informasi secara transparan. Transparansi dalam
pengelolaan barang mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 14
Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik yang bertujuan
mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik yaitu transparan,
efektif dan efisien, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan
(Pasal 3), serta Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yang menyatakan
bahwa Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan
asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan,
efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai (Pasal 4). Dasar hukum lain
yang digunakan yaitu: Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik; Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan; Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor
14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik; Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun
2011 tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 704); Peraturan Komisi Informasi
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik;
Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor
08); dan Qanun Aceh Nomor 14 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Barang Milik Aceh.
Kegiatan pengelolaan barang adalah salah satu tugas pokok
dan fungsi (Tupoksi) Sub Bagian Umum. Pengendalian terhadap
2
barang inventaris dan barang pakai habis sesuai dengan ketentuan
sangat dibutuhan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
Informasi lengkap terkait barang dan mekanisme permohonan barang
(order) yang baik. akan mebuat pekerjaan semakin efektif dan efisien.
Pengendalian barang inventaris dan barang pakai habis pada Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh masih
dilakukan secara manual (pencatatan pada buku agenda). Data
/informasi barang masih disimpan melalui media Microsoft Office
Excell sehingga berpeluang terjadi kerusakan dan kehilangan data.
Sistem pencatatan dan pendistribusian barang masih kurang tertib
sehingga mempersulit proses monitoring dan evaluasi oleh Kepala
Sub Bagian Umum. Permasalahan ini menjadi latar belakang
munculnya inovasi untuk menciptakan sebuah sistem pengelolaan
barang secara sistematis, transparan, efektif dan efisien serta dapat
dipertanggungjawabkan, sebuah sistem yang mampu menyajikan
data/informasi barang secara transparan dan mengakomodir
permintaan barang secara langsung (order secara on line).
1. Gambaran Umum
Struktur Organisasi di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kota Banda Aceh meliputi Sub Bagian Umum; Sub
Bagian Kepegawaian; Sub Bagian Keuangan; Bidang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan; Bidang Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau
dan Penyeberangan; Bidang Komunikasi dan Telematika; Bidang
Pengembangan Sistem Informasi; dan Bidang Perparkiran. Selain
Sekretariat dan lima bidang di atas, terdapat pula tiga Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yaitu Terminal, Pelabuhan dan
Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB). Jumlah pegawai sebanyak
136 (Seratus Tiga Puluh Enam) orang yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu, ditambah tenaga Honorer sebanyak 2 (Dua) orang
dan tenaga kontrak sebanyak 36 (Tiga Puluh Enam) orang.
3
Sehingga total jumlah seluruh pegawai pada Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh sebanyak 168
(Seratus Enam Puluh Delapan) orang.
C. Ruang Lingkup
4
Komunikasi yang Handal dan Akurat Berbasis Informasi dan
Teknologi” dengan 5 (lima) misi yaitu:
a. Meningkatkan kapasitas aparatur dan sumber daya manusia
yang mandiri dan bertanggung jawab serta berakhlak mulia;
b. Meningkatkan pelayanan, sarana dan prasarana angkutan
sungai dan penyeberangan;
c. Menciptakan ketertiban dan kenyamanan berlalu lintas dalam
Kota Banda Aceh;
d. Meningkatkan pelayanan jasa angkutan Kota Banda Aceh;
e. Menciptakan sistem komunikasi yang profesional dan handal.
5
2. Tujuan Proyek Perubahan
Sesuai dengan pentahapannya, proyek perubahan ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
3. Kegiatan Utama
Kegiatan utama yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan
proyek perubahan dapat dikelompokkan dalam beberapa tahapan
yaitu:
6
e. Tahap Sosialisasi dan Launching Aplikasi e-Barang
f. Tahap Monitoring dan Evaluasi Aplikasi e-Barang
g. Tahap Penyempurnaan & Pengembangan Aplikasi e-Barang
Berikut adalah tahapan kegiatan beserta tanggal rencana
pelaksanaan:
Konsolidasi dan
1 1 minggu (5-11 Okt 2014)
Koordinasi Stakeholders
Perancangan Aplikasi e-
3 1 minggu (19-25 Okt 2014)
Barang
Implementasi
4 Rancangan Aplikasi e- 1 bulan (26 Okt-22 Nov 2014)
Barang
Sosialisasi dan
5 Launching Aplikasi e- 1 minggu (23-29 Nov 2014)
Barang
Penyempurnaan dan
1 bulan
2 Pengembangan Aplikasi
e-Barang
Tabel I.1
Pentahapan Kegiatan Proyek Perubahan
7
a. Tahap Konsolidasi dan Koordinasi Stakeholders
8
e. Tahap Sosialisasi dan Launching Aplikasi e-Barang
D. KRITERIA KEBERHASILAN
Kriteria keberhasilan dapat dilihat sesuai dengan tahapan
kegiatan yang dilakukan, yaitu:
9
b. Tahap Review dan Identifikasi Data Barang :
--Terkumpulnya data barang pakai habis melalui Dokumen
Pengguna Anggaran (DPA) Tahun 2014 dan data barang
inventaris melalui Laporan Kartu Inventaris Barang (KIB);
Laporan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Unit
(RKPBU) dan Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU); serta
Laporan Kartu Persediaan Barang Tahun 2014.
10
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Banda Aceh.
11
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
12
sehingga dapat menghambat keberhasilan proyek perubahan.
Stakeholders pada proyek perubahan ini teridentifikasi dalam
4 (empat) individu yaitu:
13
KEPALA DINAS SEKRETARIS
(+/+) (+/+)
KEPALA OPERATOR
BIDANG/UPTD TRANPARANSI BIDANG/UPTD
(+/-) PENGELOLAAN BARANG (-/+)
PAKAI HABIS MELALUI
SISTEM INVENTARIS
TENAGA AHLI PENGELOLA
ELEKTRONIK (E-BARANG)
PROGRAM BARANG
(-/+) (-/+)
Keterangan:
Skema II.1
Peran dan Fungsi Stakeholders
C. Strategi Komunikasi
Transparansi pengelolaan barang pakai habis melalui sistem
inventaris elektronik (e-Barang) ini merupakan perubahan yang
14
dilakukan terhadap perilaku dan pola pikir pegawai dalam mengelola
barang yang semula secara manual ke sistem elektronik dan berbasis
teknologi informasi. Gagasan dan informasi yang telah dibangun
harus disampaikan secara benar untuk menghindari terjadinya
ketidakseimbangan informasi yang akan diterima oleh stakeholders
(information asymmetries).
Strategi komunikasi yang digunakan untuk mewujudkan
proyek perubahan ini adalah:
2. Aksesibilitas Komunikasi
Keterbukaan atas kesempatan dan ketersediaan media
komunikasi antar stakeholders mempengaruhi efektif dan efisiensi
waktu penyelesain proyek perubahan ini. Hubungan komunikasi
langsung dilakukan tanpa perantara sedangkan hubungan tidak
langsung menggunakan perantara yang secara skematik tergambar
sebagai garis putus-putus (garis koordinasi).
15
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KEPALA
BIDANG/UPTD
OPERATOR
TENAGA AHLI BIDANG/UPTD
PROGRAM
KASUBBAG
UMUM
PENGELOLA
TENAGA AHLI
BARANG
JARINGAN
REKANAN/
SUPPLIER
Keterangan:
Diagram II.1
Hubungan Komunikasi Stakeholders
3. Pola Komunikasi
Komunikasi yang digunakan pada proyek perubahan ini
adalah komunikasi Assertive dan Responsif. Komunikasi assertive
dimana project leader sebagai pelaku primer sedangkan
16
stakeholders lain sebagai pelaku sekunder. Pada Komunikasi ini
Project leader mengekspresikan kebutuhan dan keinginannya
dengan cara yang dapat diterima oleh stakeholders lain serta
mampu menyampaikan informasi tidak menyenangkan dengan cara
yang baik dan tidak menyinggung stakeholders lain.
Pada komunikasi responsif, project leader berperan sebagai
pelaku sekunder dan stakeholders lain sebagai pelaku primer.
Komunikasi ini terjadi karena stakeholders lain memiliki kekuatan,
sumber daya dan persepsi berbeda terhadap kondisi/situasi
tertentu. Pola ini muncul ketika berkomunikasi dengan stakeholders
promoters (Kepala Dinas dan Sekretaris) dan stakeholders
defenders (Tenaga Ahli Program dan Jaringan). Pada situasi ini
project leader berusaha mencari dan mengidentifikasi kesamaan
pandangan dan penyelesaian masalah.
Keterpaduan komunikasi assertive dan responsif ini dapat
dijadikan sebagai instrumen negoisasi, pemecahan masalah
ataupun resolusi konflik, sehingga menjadikannya sebagai metode
komunikasi yang paling optimal karena dapat memfasilitasi hak dan
perasaan setiap stakeholders untuk berdialog secara terbuka dan
berekspresi terhadap proyek perubahan yang sedang dijalankan.
17
Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharani. (Foto kegiatan terlampir).
Beberapa kegiatan benchmarking yang telah dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Surabaya antara lain :
18
menggunakan aplikasi, masyarakat dapat mendaftar secara online
tanpa harus ke dinas yang bersangkutan. Perizinan lain yang
dikeluarkan oleh Dinas CKTR yaitu: Keterangan Rencana Kota,
Izin Layak Huni (ILH), Izin Usaha Jasa Konstruksi, Izin
Penyelenggara Reklame, Prasarana, Sarana & Utilitas. Aplikasi
lain yang dibangun antara lain e-budgeting, e-performance dan
juga e- project. (Foto kegiatan terlampir)
19
kerja yang dilakukan dengan membentuk pasar, menyediakan
tempat bagi pedagang, memberikan informasi ketika ada
pameran-pameran di dalam dan di luar negeri, juga mendidik
para stake holder koperasi agar menguasai IT sehingga dapat
memperluas pasar dan memasarkan produknya melalui teknologi
internet. Untuk menunjang peningkatan mutu produk dan
memperluas jaringan pemasaran dilakukan kerja sama antar
instansi terkait atau lintas sector. Sebagai kota metropolitan dan
pusat bisnis terbesar di Timur Indonesia maka Pemerintah Kota
Surabaya tidak menutup peluang bagi pedagang luar kota atau
luar pulau untuk menjalankan usahanya di Kota Surabaya. Visi
Dinas Koperasi dan UMKM dan UMKM Kota Suranbaya adalah
“Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang berkualitas
dan Peduli”
1. UPTD Kusta
20
2. UPTD Anak Berkebutuhan Khusus
3. UPTD Lansia
21
diberikan ketrampilan untuk bekal mereka bisa kembali ke
masyarakat dan keluarga mereka serta dapat bersosialisasi
kembali.
22
- Kemampuan menjadi aktor proyek perubahan yang berintegritas
dan mampu mempengaruhi pihak lain untuk turut berpartisipasi
mewujudkan tujuan;
- Mampu menciptakan koordinasi dan kolaborasi yang baik antar
pihak yang terkait (stakeholder);
- Adanya Tim Efektif yang mampu bekerja secara profesional;
- Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kemampuan
mengembangkan potensi diri di bidang Teknologi Informasi;
- Ketersediaan sarana dan prasarana;
- Melakukan monitoring dan evaluasi secara terus menerus.
23
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
Target Presentasi
No. Kegiatan Pelaksanaan Ket.
(Hari) Capaian
Perancangan Aplikasi e- 7
3 25%
Barang
Implementasi Rancangan
4 32 50%
Aplikasi e-Barang
TOTAL 60 100%
Tabel III.1
Capaian Proyek Perubahan
24
1. Konsolidasi dan Koordinasi Stakeholders
Pada kegiatan ini dilakukan proses elaborasi data awal, disebut
juga tahap persiapan yang dilaksanakan sejak Bulan September
hingga minggu pertama Bulan Oktober 2014. Capaian pada
kegiatan ini adalah:
25
2. Review dan Identifikasi Barang
Kegiatan ini dilakukan pada minggu kedua bulan Oktober tahun
2014, tepatnya tanggal 12 s/d 18 Oktober 2014.
a. Identifikasi Barang Inventaris
Identifikasi dilakukan melalui Dokumen Laporan Tahunan yang
dikeluarkan oleh Bagian Umum Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh, yang secara
rutin di laporkan kepada Dinas Pendapatan, Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Kota Banda Aceh. Dokumen tersebut
adalah Laporan Kartu Inventaris Barang (KIB) Tahun 2014;
Laporan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Unit
(RKPBU) dan Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU); serta
Laporan Kartu Persediaan Barang Tahun 2014.
Capaian kegiatan ini adalah teridentifikasinya 6 (enam) bidang
barang yaitu:
Nama Bidang
No Uraian Barang
Barang
1 Tanah -
26
3 Gedung dan a. Bangunan Gedung
Bangunan b. Bangunan Monumen
6 Konstruksi dalam -
pengerjaan
Tabel III.2
Data Barang Inventaris
Tabel III.3
Data Barang Pakai Habis
27
3. Perancangan Aplikasi e-Barang
Kegiatan ini dilakukan pada minggu ketiga bulan Oktober tahun
2014, tepatnya tanggal 19 s/d 25 Oktober 2014 dengan tahapannya
yaitu proses rancang bangun; penyusunan draft Standar
Operasiona Prosedur (SOP) dan asistensi rancangan. Capaian
kegiatan ini berupa skema konsep rancangan Aplikasi e-Barang.
28
Skema III.I
Konsep Rancangan Aplikasi e-Barang
29
Tahapan rancangan Aplikasi e-Barang yang merupakan
pengembangan dari konsep rancangan diatas adalah:
1 Menu
30
- Regulasi Pendirian
- Visi dan Misi
- Struktur Organisasi
6 Order - Permintaan
- Persetujuan
Tabel III.4
Analisa Fasilitas/Fitur Aplikasi e-Barang
Analisa Pengguna
Pengguna pada aplikasi terbagi atas:
31
-- Petugas Pembangun Aplikasi yang terdiri atas
Tenaga Ahli Program dan Tenaga Ahli Jaringan.
Diagram III.1
Alur Proses Permohonan Barang
32
INFORMASI STOK ORDER PERSETUJUAN PENYERAHAN INPUT DATA
Melakukan
Melihat informasi: Melihat Stok Barang
Order Barang
*Profil Dishubkominfo; /tahun:
PEMOHON dengan mengisi
*Tentang e-inventori; *Berdasarkan DPA;
FORM ORDER
*Laporan Barang *Berdasarkan Triwulan
BARANG
Tabel III.5
Hak dan Wewenang Pengguna Aplikasi e-Barang
33
b. Konsep Standar Operasional Prosedur (SOP) Aplikasi e-Barang
SOP disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan barang pada Aplikasi e-Barang di
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda
Aceh. Tujuan SOP adalah:
--Mendorong terwujudnya implementasi Undang-undang
Keterbukaan Informasi Publik dan Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah secara efektif;
--Tersedianya standar pengelolaan dan pelayanan barang pada
Aplikasi e-Barang;
--Terciptanya kepastian hukum bagi pegawai dalam
memperoleh informasi dan pelayanan barang pada Aplikasi e-
Barang. (Konsep SOP Aplikasi e-Barang terlampir).
c. Asistensi Rancangan
--Untuk memperkaya ide rancangan, project leader melakukan
studi pembanding terhadap kasus serupa dan kegiatan
asistensi. Salah satu asistensi dilakukan dengan Bapak M.
Nurdin, S.Sos sebagai penggagas dan penerima Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI) Aplikasi e-Kinerja, pada hari rabu
tanggal 12 November 2014 pukul 14.29 Wib di Ruang Kerja
Asisten-II Sekretariat Daerah Kota Banda Aceh. (Foto kegiatan
terlampir).
--Asistensi rancangan juga dilakukan bersama Kepala Dinas,
Mentor, Kepala Sub Bagian Keuangan dan Pengelola Barang
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Banda
Aceh pada hari Kamis tanggal 20 November 2014, pukul 10.02
Wib di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota
Banda Aceh. (Foto kegiatan terlampir).
34
keseluruhan adalah terbangunnya Aplikasi e-Barang dengan
hadirnya website http://www.inventorydishubkominfo.tk .
Aplikasi terbangun dengan serangkaian proses dibawah ini:
- Koordinasi dengan Pokja II untuk menterjemahkan
rancangan Aplikasi e-Barang ke dalam bahasa program/
sistem.
- Terinputnya identitas 11 (sebelas) orang operator pemohon
barang sebagai perwakilan bidang/bagian/UPTD pada
sistem. Operator pemohon barang ditetapkan oleh Kepala
unit kerja masing-masing melalui Surat Penunjukan (surat
penunjukan dan identitas terlampir)
- Tersusunnya Buku Petunjuk Operasional/ manual book
Aplikasi e-Barang (terlampir).
35
- Terselenggaranya sosialisasi dan launching Aplikasi e-
Barang dengan lancar. (Absensi dan foto kegiatan terlampir).
1. Kendala Internal
Kendala yang dihadapi saat merancang Aplikasi e-Barang adalah
sulitnya mencari aplikasi serupa untuk dijadikan sebagai studi
pembanding, hal ini penting untuk mempermudah proses analisis
pengelolaan barang serta alur proses permohonan barang,
sehingga dapat diperoleh konsep perancangan dengan sistem
transaksi yang mudah, singkat, aman dan ideal.
2. Kendala Eksternal
Pelaksanaan kegiatan di akhir tahun mengakibatkan penggunaan
Aplikasi ini tidak dapat segera di laksanakan, Aplikasi secara aktif
dapat digunakan oleh pegawai di awal Tahun 2015. Hal ini
berkaitan dengan sistem monitoring dan evaluasi pengelolaan
barang serta waktu penutupan anggaran. Secara keseluruhan
tidak ada kendala berarti yang dihadapi terkait pelaksanaan proyek
perubahan ini. Dukungan dan antusias pegawai dalam penerapan
Aplikasi e-Barang cukup besar, terutama dari pegawai di Unit
Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) pelabuhan, terminal dan
Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB), karena jarak yang jauh
antara UPTD dan Kantor pusat mempersulit mereka untuk
melakukan proses permintaan/ order barang.
1. Kendala Internal
Solusi terhadap kendala internal yang dihadapi yaitu adanya salah
satu aplikasi milik Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Kota Banda Aceh yaitu Aplikasi Permohonan Informasi secara on
line (Aplikasi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi/PPID)
36
yang dapat gunakan sebagai studi banding terkait mekanisme dan
alur proses permohonan dan persetujuan serta dokumen apa saja
yang harus dipersiapkan untuk serah terima barang.
2. Kendala Eksternal
Waktu luang sebelum pelaksanaan resmi Aplikasi e-Barang di awal
Tahun 2015, dapat dimanfaatkan oleh pegawai untuk melatih dan
memperlancar pengoperasiannya secara on line, sehingga ketika
Aplikasi ini mulai diberlakukan para pegawai tidak merasa
kesulitan karena penyesuaian yang telah dilakukan.
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transparansi pengelolaan barang pakai habis melalui sistem
inventaris elektronik (e-Barang) pada Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika Kota Banda Aceh ini sangat dibutuhkan sebagai salah
satu bentuk perubahan sistem pelaksanaan kerja yang berlandaskan
e-government. Proyek perubahan ini berhasil apabila mampu
memfasilitasi pegawai dalam mengakses informasi tentang barang
secara mudah dan memberikan waktu yang lebih efektif dan efisien
dalam melakukan permohonan barang. Komitmen dari pegawai untuk
mengubah pola lama dan beradaptasi dengan pola yang baru secara
terus menerus akan menentukan keberhasilan pelaksanaan proyek
perubahan ini. Aplikasi e-Barang harus terus menyesuaikan terhadap
pesatnya perkembangan teknologi dan informasi agar mampu
bersaing dengan perubahan yang baru.
B. Rekomendasi
Upaya mempertahankan keberlanjutan transparansi
pengelolaan barang melalui Aplikasi e-Barang ini dapat
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu peka terhadap informasi dan perkembangan terbaru
terutama yang berkaitan dengan teknologi informasi dan
mengimplementasikannya;
2. Melakukan sosialisasi kepada pegawai terhadap perubahan-
perubahan baru yang ada pada Aplikasi e-Barang;
3. Tetap menjaga komunikasi yang baik antar stakeholder;
4. Secara rutin melakukan pengawasan terhadap penggunaan
aplikasi, segera melakukan perbaikan untuk penyempurnaan dan
pengembangan aplikasi;
38