Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
(PT PAITON ENERGY)

Disusun Oleh :
Arifianada Azhary Handriani
25-2015-047

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2017
PT Paiton Energy merupakan perusahan pembangkit listrik yang didirikan
pada bulan Februari 1994 dan memulai operasi komersial dua pembangkit listrik
(Unit 7 dan 8) pada bulan Mei dan Juli 1999. Kapasitas masing-masing unit adalah
615MW. Unit 3 berkapasitas 815MW, merupakan pembangkit listrik tenaga
batubara pertama yang sangat kritis di Indonesia dan mulai beroperasi secara
komersial pada bulan Maret 2012. Super Critical Boiler Technology memberikan
efisiensi yang lebih tinggi, konsumsi bahan bakar lebih rendah dan kemudian
menurunkan emisi CO2. Batubara dengan kandungan belerang dan abu yang sangat
rendah dipasok dari Kalimantan dan Sumatra (Paiton Energy, 2017).

Prinsip kerja PLTU Paiton unit 7 dan 8 secara umum adalah pembakaran
batubara pada boiler untuk memanaskan air dan mengubah air tersebut menjadi uap
yang sangat panas yang digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan
tenaga listrik dari kumparan medan magnet di generator. Sistem Pengaturan yang
digunakan pada power plant ini menggunakan sistem pengaturan Loop tertutup,
dimana air yang digunakan untuk beberapa proses merupakan putaran air yang
sama, hanya perlu ditambahkan jika memang level yang ada kurang dari set
pointnya. Bentuknya saja yang berubah, pada level tertentu berwujud air, tetapi
pada level yang lain berwujud uap (Paiton Energy, 2017).

Proses berawal dari air yang dipompa ke kondenser, kemudian dari kondenser
dipompa ke Polisher untuk diproses agar korosi dan pengendapan hilang , setelah
itu dipompa ke Feed Water Heater 1, 2, 3 dan 4 untuk dipanaskan dan kemudian
dialirkan ke Daerator untuk menghilangkan gas – gas O2 dan CO2 kemudian
dipompa lagi menuju ke Feed Water Heater 6, 7, 8 yang selanjutnya akan
diteruskan di Economizer untuk dinaikan temperaturnya dan selanjutnya menuju
ke Steam Drum untuk dipisahkan antara uap dan air , setelah itu SuperHeated
Steam yang ada akan melalui First Super Heater, Secondary Super Heater dan
membentuk Super Heated Steam yang akan digunakan untuk memutar HP turbine
sehingga tekanan dan temperaturnya akan turun sehingga SH steamnya perlu
pemanasan ulang yang terjadi di Re Heater, dari Re Heater ini SH Steam akan
dikembalikan untuk Memutar IP dan LP Turbin. Didalam turbin ini akan terjadi
konversi energi thermal dari Steam menjadi energi mekanis berotasi yang
menyebabkan rotor turbin berputar. Perputaran Rotor ini yang akan menggerakkan
Generator dan akhirnya oleh generator energi mekanis akan diubah menjadi energi
listrik (Paiton Energy, 2017).

Tabel 1 Operasional Paiton Unit 7 -8

Operasi Komersial Pada bulan Mei dan Juli 1999

1. Boiler

Sub Kritis

1) Tipe Pembakaran Tangensial dengan Alat pemanas

Drum Uap Boiler dan Sirkulasi Paksa Dinding Air

2) Kapasitas
2,300 ton/jam
Pembangkit Uap

3) Desain Kondisi Uap Utama: 538°C/16Mpa,


Operasi Uap Alat Pemanas: 538°C/3.9Mpa

2. Turbin Uap

Senyawa Tandem dengan Turbin Arus RH Ganda dan Double


1) Tipe
Turbin Arus LP Ganda

2) Kapasitas Bersih 615MW

3. Generator

1) Tipe 2 Tiang, 3 Tahap

2) Kapasitas yang
846MVA
Terhitung

3) Tegangan Dynamo 23KV

4. Bahan Bakar Sub Bituminous Coal


Sumber: Paiton Energy, 2017

Emisi gas buangan yang dikeluarkan adalah sulfur dioksida (SO2), partikulat
dan emisi NOx. Pengendalian pencemaran udara yang sesuai untuk partikulat adalah
Electrostatic Precipitators (ESP). Berikut ini adalah desain ESP yang digunakan
dalam pengendalian pencemaran udara untuk Partikulat Meter.
Diketahui asumsi partikulat dengan diameter 5 µm mencapai kesetimbangan
dalam ESP dimana kekuatan medannya 230 kV/m dengan efisiensi 98%. Emisi gas
yang dikeluarkan PLTU PT Paiton adalah 10.556 m3/min (Sucofindo, 2015).
Asumsi tinggi pelat 10 m, panjang pelat 5 m dan ESP terdiri dari 2 field dan berlaku
Hk. Stokes dan Ech = Eco = E.
1. Menghitung drift velocity (ω)

𝜀
𝑑𝑝 𝜀0 (𝜀 + 2) 𝐸𝑐ℎ 𝐸𝑐𝑜
𝜔=
𝜇

2
−6 𝐶 −12 𝜀 5 𝑉
5.10 𝑚 × 8,85. 10
𝜔= 𝑉𝑚 × (𝜀 + 2) × (2,3. 10 𝑚)
𝐾𝑔
1,8 × 10−5 𝑚𝑠

𝐶 6 𝑉 2
5.10−6 𝑚 × 8,85. 10−12 𝑉𝑚 × (6 + 2) × (2,3. 105 𝑚)
𝜔=
𝐾𝑔
1,8 × 10 −5 𝑚𝑠

𝑚
𝜔 = 0,0975 ~5,84 𝑚/𝑚𝑖𝑛
𝑠
𝜔𝐴
(− )
2. Menghitung Total Luas Area Pengumpulan 𝜂 = 1 − 𝑒 𝑄

−𝜔𝐴
ln(1 − 𝜂) =
𝑄
𝑄
A= 𝑙𝑛(1 − 𝜂)
−𝜔
10.556 𝑚3 /𝑚𝑖𝑛
A= 𝑙𝑛(1 − 0,98)
−5,84 𝑚/𝑚𝑖𝑛
A = 7.071 𝑚2
3. Jumlah Plat yang dibutuhkan 𝐴 = 𝐴𝑝 (𝑁 − 𝑁𝑠 )
𝐴
𝑁= + 𝑁𝑠
𝐴𝑝
7.071 𝑚2
𝑁= + 2
2 × 5 × 10
7.071 𝑚2
𝑁= + 2
2 × 5 × 10
𝑁 = 70,71 ≈ 71 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡

Jadi total area pengumpulan adalah sebesar 7.071 m2 dan jumlah pelat yang
digunakan di ESP adalah sebanyak 71 pelat atau 35 pelat per field.
Berikut ini adalah contoh desain ESP yang akan digunakan dalam pengendalian
emisi pada PT Paiton Energy,

Gambar 1 Elektrostatic Precipitator


Sumber: BETH, 2019

Anda mungkin juga menyukai