Anda di halaman 1dari 11

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ISPA


ISPA (Infeksi Saluran napas Akut) adalah penyakit infeksi yang
menyerang salah satu atau lebih saluran pernapasan, mulai dari saluran
pernapasan atas (hidung) sampai ke saluran pernapasan bawah (alveoli) termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Istilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni :
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya. ISPA secara anatomis mencakup saluran
pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut, untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan menjadi ISPA prosesnya dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.2

2.2 Etiologi ISPA


Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri dan virus. Bakteri
penyebabnya antara lain genus Streptokokus, Staphilokokus, Pneomokokus,
Hemofilus, Bordetella, dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan Mikovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, dan
Herpesvirus. ISPA dapat ditularkan dari air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup orang sehat dalam saluran pernpasannya.
Selain itu, polusi udara juga dapat menyebabkan ISPA.8

2.3. Klasifikasi ISPA


5

Pengklasifikasian ISPA menurut Ditjen P2MPL (Pemberantasan Penyakit


Menular dan Penyehatan Lingkungan), adalah sebagai berikut :
1. ISPA ringan
Gejala ISPA ringan adalah adanya satu atau lebih tanda dan gejala
seperti batuk, pilek, serak, sesak yang disertai atau tidak panas/demam,
keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa ada rasa sakit
pada telinga.
2. ISPA Sedang
Gejala ISPA sedang adalah adanya gejala ISPA ringan ditambah
satu atau lebih tanda dan gejala seperti pernapasan cepat lebih dari 50 kali
per menit atau lebih (tanda utama) pada umur di bawah 1 tahun dan 40 kali
per menit pada umur 1-5 tahun, panas 30°C atau lebih, wheezing, keluar
cairan dari telinga dan campak.
3. ISPA Berat
Gejala ISPA Berat adalah adanya gejala ISPA ringan dan sedang
ditambah satu atau lebih tanda dan gejala seperti penarikan dada ke dalam
saat penarikan napas (tanda utama), adanya stidor atau pernapasan ngorok,
dan tidak mampu atau tidak mau makan. Tanda dan gejala lainnya adalah
kulit kebirubiruan, cuping hidung bergerak kembang kempis saat
bernapas, kejang, dehidrasi, atau tanda-tanda kekurangan cairan, keadaran
menurun dan terdapat saluran difteri.9

2.4 Gejala ISPA


Penyakit ISPA adalah penyakit yang timbul karena menurunnya sistem
kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Bakteri
dan virus penyebab ISPA di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas, yaitu tenggorokan dan hidung. Pada stadium awal,
gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian
diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam
dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
Akhirnya terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan
6

tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi karena
bakteri dan virus di daerah tersebut maka kemungkinan peradangan menjadi parah
semakin besar dan cepat. Infeksi dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan
sesak atau pernafasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang. Infeksi lebih
lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila
tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi
saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia.10
Penyakit pada saluran pernafasan mempunyai gejala yang berbeda yang
pada dasarnya ditimbulkan oleh iritasi, kegagalan mucociliary transport, sekresi
lendir yang berlebihan dan penyempitan saluran pernafasan. Tidak semua
penelitian dan kegiatan program memakai gejala gangguan pernafasan yang sama.
Misalnya untuk menentukan infeksi saluran pernafasan, WHO menganjurkan
pengamatan terhadap gejala-gejala, kesulitan bernafas, radang tenggorokan, pilek
dan penyakit pada telinga dengan atau tanpa disertai demam. Efek pencemaran
terhadap saluran pernafasan memakai gejala-gejala penyakit pernafasan yang
meliputi radang tenggorokan, rinitis, bunyi mengi dan sesak nafas.11
Dalam hal efek debu terhadap saluran pernafasan telah terbukti bahwa
kadar debu berasosiasi dengan insidens gejala penyakit pernafasan terutama gejala
batuk. Di dalam saluran pernafasan, debu yang mengendap menyebabkan oedema
mukosa dinding saluran pernafasan sehingga terjadi penyempitan saluran.
Menurut Putranto, faktor yang mendasari timbulnya gejala penyakit pernafasan :
1. Batuk
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi
rangsangan pada bagian-bagian peka saluran pernafasan, misalnya
trakeobronkial, sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran pernafasan.
Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernafasan terhadap iritasi
pada mukosa saluran pernafasan dalam bentuk pengeluaran udara (dan
lendir) secara mendadak disertai bunyi khas.

2. Dahak
7

Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus


glands) dan sel goblet oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas,
partikulat, alergen dan mikroorganisme infeksius. Karena proses inflamasi,
di samping dahak dalam saluran pernafasan juga terbentuk cairan eksudat
berasal dari bagian jaringan yang berdegenerasi.
3. Sesak nafas
Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara
dalam saluran pernafasan karena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi
karena saluran pernafasan menguncup, oedema atau karena sekret yang
menghalangi arus udara. Sesak nafas dapat ditentukan dengan menghitung
pernafasan dalam satu menit.
4. Bunyi mengi
Bunyi mengi merupakan salah satu tanda penyakit pernafasan yang
turut diobservasikan dalam penanganan infeksi akut saluran pernafasan.12

2.5 Mekanisme Terjadinya ISPA


Penyakit ISPA disebabkan masuknya mikroorganisme atau terpajannya
polutan ke tubuh manusia. Akan tetapi, terjadinya ISPA tergantung pada
pertahanan fisik dan pertahanan kekebalan tubuh manusia.
1. Pertahanan Fisik (physical defense)
Pertahanan Fisik (physical defense) merupakan baris pertama
tubuh yang dirancang untuk mengusir partikel debu. Sistem pernapasan
yang bermula dari hidung sampai alveoli dilengkapi dengan sistem
pertahanan tubuh dengan adanya bulu-bulu halus (silia), membran mukosa
(selaput lendir), dan lain-lain. Mikroorganisme dan partikel debu yang
masuk ke dalam saluran pernapasan akan ditangkap oleh bulu-bulu halus
(silia) di hidung yang dibantu oleh mukosa. Mukosa tersebut akan
melapisi benda asing tersebut dengan cairan untuk melumpuhkannya dan
kemudian tubuh akan mengeluarkannya melalui mekanisme batuk dan
bersin. Namun, apabila benda asing tersebut sampai di alveoli, maka
8

pertahanan tubuh berupa fagosit akan melumat benda asing tersebut dan
membawanya ke kelenjar limfe untuk diproses lebih lanjut.
ISPA dapat terjadi apabila saluran pernapasan manusia sering
terpajan debu dengan jumlah yang semakin banyak sehingga silia akan
terus menerus mengeluarkan debu. Kejadian tersebut lama kelamaan akan
membuat silia teriritasi dan tidak peka lagi sehingga debu akan mudah
masuk. Hal ini dapat membuat manusia menjadi rentan terkena infeksi
saluran pernapasan.
2. Pertahanan Kekebalan (immune defense)
Sistem kekebalan adalah sistem pertahanan manusia terhadap
infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme (termasuk virus,
bakteri, protozoa, dan parasite). Pada saluran pernapasan manusia, apabila
agen penyakit dapat lolos dari mekanisme pertahanan fisik tersebut dan
membuat koloni di saluran pernapasan atas, lini penting pertahanan
kekebalan atau sistem imun akan bekerja untuk mencegah agen penyakit
tersebut ke saluran pernapasan bawah. Respon ini diperantai oleh limfosit
yang juga melibatkan sel darah putih lainnya (misalnya makrofag dan
neutrofil) yag tertarik ke area tempat proses inflamasi berlangsung.
Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di sistem pernapasan atau
apabila agen penyakit sangat virulen, maka infeksi saluran pernapasan
bawah bisa terjadi.13

2.6 Cara Penularan ISPA


Salah satu penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalu udara yang telah
tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan oleh karena itu
penyakit ISPA ini termasuk golongan air borne disease. Adanya bibit penyakit di
udara umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspense yang melayang di udara,
seluruhnya dapat berupa bibit penyakit atau hanya sebagian daripadanya. Adapun
bentuk aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada 2, yakni droplet nuclei ( sisa
dari sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara) dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di
9

udara). Penularan melalui udara adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak
dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.14

2.7 Diagnosa ISPA


Menurut Alsagaff dan Mukty, diagnosis ISPA oleh karena virus dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada
tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan:
1. Biakan virus
Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang
faring kemudian dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan ekstrak
yeast (GLY) dalam suhu 40C. untuk enterovirus dan adenovirus selain
bahan diambil dari dua tempat tersebut dapat juga diambil dari tinja dan
hapusan rectum. Untuk pembiakan Mikroplasma pneumonia digunakan
media trypticase, soya boillon dan bovine albumin (TSB).
2. Reaksi serologis
Reaksi serologis yang digunakan antara lain, pengikatan
komplemen, reaksi hambatan hemadsorpso, reaksi hambatan
hemaglutinasi, reaksi nertalisasi, RIA serta ELISA.
3. Diagnostic virus secara langsung
Dengan cara khusus yaitu imunofluoresensi RIA, ELISA dapat
diidentifikasi virus influenza, RSV dan Mikroplasma pneumonia.
Mikroskop electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona.
4. Pemeriksaan darah tepi
Selain dari ketiga cara di atas, dapat juga dilakukan cara yang lebih
sederhana walupun tidak khas yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah
leukosit dan hitung jenis. Jarang sekali terjadi leukositosis yang paling
sering jumlah leukoit normal atau rendah. Bila terjadi leucopenia, berarti
ada gambaran klinik yang berat.pada hitungan jenis dapat dijumpai
eosinofilia, limfopenia dan netrofilia. Beberapa infeksi dengan bacteria
dapat pula memberikan leucopenia seperti infeksi karena tifus
10

abdominalis. Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di dalam darah


maupun sputum menandakan ada infeksi sekunder oleh karena bakteri.15

2.8 Pengobatan ISPA


Menurut Rasmaliah, pengobatan ISPA adalah sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
paranteral, iksiden dan sebagainya.
2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotic
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin, atau penisilin prokalin.
3. Bukan Pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional
atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein, dekstrometorfan, dan antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah benih dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcus dan halus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.16

2.9 Pencegahan Penyakit ISPA


Menurut Rasmaliah, pencegahan penyakit ISPA dapat dililakukan dengan:
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Immunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.16

2.10 Pemberantasan Penyakit ISPA


Menurut Rasmaliah, penberantasan penyakit ISPA dapat dililakukan
dengan:
11

1. Penyuluhan kesehatan yang terutama di tunjukan pada para ibu.


2. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
3. Immunisasi.16

2.11 Determinasi Penyakit ISPA


a. Faktor Agent (Bibit Penyakit)
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agent atau
faktor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host dan faktor
lingkungan yang mendukung (environtment). Ketiga faktor tersebut dikenal
sebagai trias penyebab penyakit. Berat ringannya penyakit yang dialami amat
ditentukan oleh sifat-sifat dari mikro organisme sebagai penyebab penyakit seperti
: patogenesitas, virulensi, antigenitas dan infektifitas.17
Infeksi Saluran pernafasan Atas Akut (ISPA) seperti faringitis dan
tonsilitis akut dapat disebabkan oleh karena infeksi virus, bakteri ataupun jamur.
Setengah dari infeksi ini disebabkan oleh virus yaitu virus influenza,
parainfluenza, adenovirus, respiratory sincytial virus dan rhino virus.18
b. Faktor Host (Pejamu)
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA.
Oleh sebab itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan
memberikan gambaran klinik yang lebih besar dan jelek, hal ini disebabkan
karena ISPA pada bayi dan balita umumnya merupakan kejadian infeksi pertama
serta belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah.
Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih
optimal akibat pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya.19
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan Pedoman Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional
Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005 - 2009 menunjukkan bahwa anak
laki-laki memiliki risiko lebih tinggi daripada anak perempuan untuk terkena
ISPA.20
12

3. Status Gizi
Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko yang penting untuk
terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah membuktikan tentang adanya
hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga orang yang bergizi buruk
sering mendapat pneumonia.21
c. Faktor Lingkungan (Environment)
1. Ventilasi
Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan
ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi udara yang sehat bagi
manusia.22 Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam
rumah yang berarti kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi penghuninya
menjadi meningkat. Sirkulasi udara dalam rumah akan baik dan mendapatkan
suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas lantai.23
2. Pemakaian Anti Nyamuk
Penggunaan anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk
dapat menurunkan kualitas udara dalam ruangan sehingga menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.24
3. Kebiasaan Merokok
Paparan asap rokok merupakan penyebab signifikan masalah kesehatan
seperti pernafasan akut infeksi (ISPA) pada anak. Satu batang rokok dibakar maka
akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas carbon
monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, amonia, acrolein, acetilen,
benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresor peryline
dan lainnya.19
13

4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri untuk pekerja adalah alat pelindung untuk pekerja agar
aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan suatu pekerjaannya. Alat
pelindung diri untuk pekerja di Indonesia sangat banyak sekali permasalahannya
dan masih dirasakan banyak kekurangannya.25
Menurut Budiono (2002), APD yang tepat bagi tenaga kerja yang berada
pada lingkungan kerja dengan paparan debu berkonsentrasi tinggi adalah:
1. Masker
Masker untuk melindungi dari debu atau partikel-partikel yang lebih kasar
yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Masker terbuat dari kain dengan ukuran
poripori tertentu.
2. Respirator
Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu,
kabut, uap, logam, asap dan gas. Alat ini dibedakan menjadi :
a. Respirator pemurni udara
Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan
dengan toksisitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan. Alat
pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu dari udara atau tabung
kimia yang menyerap gas, uap dan kabut.
b. Respirator penyalur udara
Membersihkan aliran udara yang terkontaminasi secara terus menerus.
Udara dapat dipompa dari sumber yang jauh (dihubungkan dengan selang tahan
tekanan) atau dari persediaan yang portable (seperti tabung yang berisi udara
bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal dengan SCBA (Self Contained
Breathing Apparatus) atau alat pernafasan mandiri. Digunakan untuk tempat kerja
yang terdapat gas beracun atau kekurangan oksigen.26
5. Konsentrasi Debu
Semakin tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara dan semakin lama
paparan berlangsung, jumlah partikel yang mengendap di paru juga semakin
banyak. Setiap inhalasi 500 partikel per millimeter kubik udara, setiap alveoli
paling sedikit menerima 1 partikel dan apabila konsentrasi mencapai 1000 partikel
14

per millimeter kubik, maka 10% dari jumlah tersebut akan tertimbun di paru.
Konsentrasi yang melebihi 5000 partikel per millimeter kubik sering dihubungkan
dengan terjadinya pneumokoniosis.27
6. Pekerjaan
Pekerjaan adalah hal yang harus dilakukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tujuan bekerja adalah 1. Memenuhi kebutuhan hidup. 2.
Mengurangi tingkat pengangguran dan kriminalitas. 3. Melayani sesama 4.
Mengontrol gaya hidup.28

Anda mungkin juga menyukai