Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Keluarga Dewasa


A. Pengertian Perkembangan Keluarga Dewasa
Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia sudah
berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode yang
penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana
mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki
dunia pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya
keturunan dan masa usia matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi
kerja di masyarakat, masa merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa
kebal, masa jaya dan masa merasakan hasil perjuangan.
Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan kemandirian. Menurut
Prof. Dr. A.E Sinolungan (1997), masa dewasa dapat di bagi dalam
beberapa fase yaitu:
1. Fase dewasa awal
Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan mulai
melepaskan ketergantungan kepada orang lain. Tugas-tugas
perkembangan pada masa dewasa awal yaitu:
a. mereka mendapat pengawasan dari orang tua
b. mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan
hubungan yang intim di luar
c. mereka membentuk seperangkat nilai pribadi
d. mereka mengembangkan rasa identitas pribadi
e. mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja

Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia


dewasa awal sebagai berikut:
1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang
mulai menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling
produktif untuk memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka
akan memiliki peran baru sebagai orang tua.
3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-
masalah baru yang berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya
masalah pernikahan.
4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang
memiliki peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa
itu seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru,
dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan
memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu,
hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin renggang.
6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan
pola hidup baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat
komitmen-komitmen baru dalam kehidupan.
7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan
kemandirian, ternyata masih banyak orang dewasa awal yang
tergantung pada pihak lain.
8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh
anggota kelompok orang dewasa.
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

2. Fase Dewasa tengah


Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih
teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan
energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan
citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan
fisik. Harga diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif
terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti
latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan
hygiene yang baik.
Teori-teori tentang masa dewasa tengah:
1) Teori Erikson
Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang
utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson,
1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan
membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai
generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam
interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah
gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini
ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau
perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.
2) Teori Havighurst
Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam tujuh
perkembangan untuk orang dewasa tengah (Havighurst, 1972).
Tugas perkembangan tersebut meliputi:

a) Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa


b) Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan
c) Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia
d) Mengembangkan aktivitas luang
e) Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu
f) Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia
pertengahan
g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.

Tahap-tahap perkembangan:

1) Perkembangan fisiologis

Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-65 tahun. Perubahan


yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit mulai mengerut
dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi selama masa
usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal.
Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat
pada periode ini.

2) Perkembangan kognitif

Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi kecuali


karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat mempelajari
keterampilan dan informasi baru. Beberapa dewasa tengah
mengikuti program pendidikan dan kejuruan untuk mempersiapkan
diri memasuki pasar kerja atau perubahan pekerjaan.

3) Perkembangan psikosial
Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi
kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari rumah, atau
peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau kematian teman.
Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat
mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa.

3. Fase dewasa akhir


Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif, sukses-
sukses berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai patokan, pada
masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang
sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu:

a. Menurunnya keadaan jasmaniah


b. Perubahan susunan keluarga
c. Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam bidang
pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu
d. Penurunan fungsi tubuh

Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi
pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya
ada PPS (Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat
kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom. Faktor – faktor
yang mempengaruhi pengawasan tugas perkembangan ini, individu
mengalami PPS. Misalnya penghalangnya adalah:

1. Tingkat perkembangan yang mundur


2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas
perkembangan
3. Tidak ada motivasi
4. Kesehatan yang buruk
5. Cacat tubuh
6. Tingkat kecerdasan yang rendah
7. Tingkat adaptasi yang jelek
8. Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi
pegawai menghadapi sepi dan masa masa memasuki pensiun.
Biasanya ada PPS (Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang
menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom,
adanya penyakit kronis. Tingkat ketidakmampuan dan persepsi
klien pada penyakit dan ketidakmampuan menentukan sampai
mana perubahan gaya hidup akan terjadi.
9. Tingkat kesejahteraan
Perawat mengkaji status kesehatan pada klien dewasa tengah.
Pengkajian tersebut member arah untuk merencanakan asuhan
keperawatan dan berguna dalam mengevaluasi keefektifan
intervensi keperawatan.
10. Membentuk kebiasaan sehat yang positif
Kebiasaan adalah sikap atau perilaku seseorang yang biasa
dilakukan. Pola perilaku ini didorong oleh seringnya pengulangan
sehingga menjadi cara perilaku individu yang biasa.
B. Tugas Perkembangan
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada
waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau
kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang
maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni perkembangan-
perkembagan yang dialami oleh individu tersebut. Perubahan tersebut
terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir, motif-
motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi
masyarakat. Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang bekurang
harapan hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan
sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang
itu sendiri, yaitu regulasi diri sendiri.
Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami
diferensiasi, yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada masa
dewasa berjalan bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga
macam perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam
kedudukan sosial, dan dalam pengalaman batinnya. Berbagai perubahan
ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus terkait pada usia
tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses penuaan berbeda-
beda pada orang yang satu dengan orang yang lain.
Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa,
begitu pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses
menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat
mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran citra yang
negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks.
2006. 323-324) Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa:
1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin
memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap
melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan
seksual denga lawan jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang sah
(perkawinan yang resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biolohid
tersebut mungkin akan ditahan terlebih dahulu.
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk
kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria
usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai
persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang
berbeda-beda.
2. Membina kehidupan rumah tangga

Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena


sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan
rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus
dapat membentuk, membina, danmengembangkan kehidupan rumah
tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.

3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah


tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna
menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan
masa depan keuangan yang baik.
4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-
syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh
seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di
masyarakat
C. Peran Perawat pada Keluarga Dewasa

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi


pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan
antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui
beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan
mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan
tersebut dapat dilalui dengan sukses.

Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta


tugas tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat
dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait
erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual. Tugas bantuan
pelayanan kesehatan antara lain:

 Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga


 Nasehat untuk hidup mandiri
 Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

D. Pertimbangan Kesehatan

Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan


utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan
mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah
atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap
penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia
keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada
usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas
juga meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa
sehat lain, banyak klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan
Jensen, 1993)

1. Masalah Fisiologis
a. Faktor Resiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas,
gaya hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai
kategori sebagai berikut:
 Kematian dan Cedera karena kekerasan
Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas
pada populasi dewasa awal. Kematian dan cedera dapat terjadi
karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan bermotor atau
kecelakaan lain dan usaha bunuh diri. Pengkajian faktor yang
mempredisposisi kekerasan yang mengakibatkan cedera atau
kematian, yaitu :

 Kemiskinan
 Keretakan keluarga
 Penganiayaan
 Pengabaian anak
Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian
psikososial secara keseluruhan termasuk faktor seperti: pola
perilaku, riwayat penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat,
pendidikan, riwayat pekerjaan dan system pendukung sosial
untuk mengetahui faktor risiko terhadap kekerasan personal dan
lingkungan.

 Penyalahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung


berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal.
Intoksikasi pada dewasa awal dapat menyebabkan cedera berat
dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat
stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system
kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas sehingga
menyebabkan kematian.

Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya


pada tahap awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh
dengan membuat pertanyaan yang spesifik tentang masalah
medis di masa lalu, perubahan masukan makanan, pola tidur
atau masalah labilitas emosi. Laporan penangkapan karena
mengemudi saat intoksikasi, penganiayaan istri dan anak atau
perilaku yang melanggar peraturan untuk memeriksa
kemungkinan penyalahgunaan obat secara cermat (Winger,
Hofmam dan Woods, 1992).

 Kehamilan yang tidak diinginkan


Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum
terjadi pada masa remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada
wanita dewasa awal dan tengah (Alan Guttmacher Institute).
Kehamilan yang tidak direncanakan dapat mempunyai efek fisik
dan emosional jangka panjang pada masa awal dewasa.
Kehamilan yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang
berkelanjutan. Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan
pendidikan, karier dan mengutamakan perkembangan
keluarganya. Gangguan pada tujuan tersebut dapat
mempengaruhi hubungan masa depan dan hubungan orang tua-
anak nantinya.
 Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes


genital dan AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek
yang cepat seperti keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan
infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan
penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau
bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat
terjadi pada orang yang aktif secara seksual dan diperkirakan
hampir dua pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia
antara 15-24 tahun (Killion,1994).

 Faktor Lingkungan dan Pekerjaan

Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu: paparan


terhadap partikel udara yang dapat menyebabkan penyakit paru
dan kanker. Penyakit paru yang termasuk silikosis berasal dari
inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema karena kanker
disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru,
hati, otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan
pekerjaan terhadap bahan-bahan berbahaya harus menjadi
bagian rutin pengkajian perawat.

1. Gaya Hidup

Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large


dan higiene personal yang buruk meningkatkan risiko
penyakit di masa depan. Riwayat penyakit dalam keluarga
seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin atau neoplastik
meningkatkan risiko penyakit juga. Peran perawat dalam
meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang
meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.

Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan


vaskular yang diketahui dengan baik pada perokok dan orang
yang menghisap asap rokok. Inhalasi polutan rokok
meningkatkan risiko kanker paru-paru, emfisema dan
bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah
vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah
meningkatkan risiko penyakit angina, infark miokard dan
arteri koroner. Nikotin juga menyebabkan penyempitan
vasokonstriksi perifer dan memicu masalah vaskular.

Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas


adaptif tubuh. Pola latihan dapat mempengaruhi status
kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-menerus
meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3
kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan
menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut
jantung. Selain itu latihan menurunkan kecenderungan mudah
lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat harus
melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh,
termasuk mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian
psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap stres
dalam menentukan efek-efek latihan.

Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada


dewasa awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan
peralatan makan dengan seseorang yang mempunyai penyakit
yang mudah menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene
gigi yang buruk meningkatkan risiko penyakit periodontal.
Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal
pada risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa
tengah atau dewasa akhir. Contohnya, seorang pria muda
yang ayah dan kakek dari ayahnya yang mempunyai infark
miokard (serangan jantung), pada usia 50-an mempunyai
risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit kronik
tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota
keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko
penyakit keluarga jelas merupakan penyakit herediter.
Kurangnya kepatuhan untuk pemeriksaan skrining rutin dapat
menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena
kegagalan deteksi dini.

2. Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada


pria, wanita atau pasangan.

1.2 Masalah Psikososial pada Usia Dewasa

1.3 Teori Proses Keperawatan Keluarga

1.3.1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga
yang dibinanya. Sumber informasi dan tahapan pengkajian dapat
menggunakan metode:

a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasislitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggta keluarga dari ujung rambut ke ujung
kaki.
d. Data sekunder, contoh: hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear
dan sebagainya.

Hal hal yang perlu dikaji dalam keluarga meliputi:

a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga
Genogram
Simbol-simbol yang biasa digunakan:

Laki-laki Perempuan Identifikasi klien meninggal

Menikah Pisah Cerai Cerai

6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut.
7) Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepela keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain
itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu
namun denganmenonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditenrukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
Contoh : keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak
pertama berumur 7 tahun dan anak ke dua berumur 4 tahun,
maka keluarga bapak A beradapada tahapan perkembangan
keluarga dengan usia anak sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembngan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatanyang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami istri.

c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentiikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septik tank,
jarak septik tank dengan sumber air, air minum yang digunakan
serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkunagan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geigrafis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Mennjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga interkasinya dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalh jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
 Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai isi dan
instruksi ?
 Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-
kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka dengan jelas ?
 Apakah anggota keluarga memperoleh dan memeriksakan
respons dengan baik terhadap pesan ?
 Apakah anggota keluarga medengar dan mengikuti pesan ?
 Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga ?
 Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung atau tidak
langsung ?
 Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) dismapaikan
dalam keluarga ? (langsung atau tidak langsung)
 Jenis-jenis emosi apa yang di sampaikan dalam keluarga ?
 Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif,
positif atau keduanya ?
 Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-
pesan penting ? (langsung atau tidak langsung)
 Jenis-jenis disfunggsional komunikasi apa yang nampak
dalam pola-pola komunikasi keluarga ?
 Adakah hal-hal atau masalah dalam keluarga yang tertutup
untuk didiskusikan ?
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
memepengaruhi otang lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
 Struktur peran formal: posisi peran formal apa pada setiap
anggota keluarga, gambarkan bagaimana setiap anggota
keluarga melakukan peran-peran formal mereka. Adakah
konflik peran dalam keluarga
 Struktur peran informal: adakah peran-peran informal dalam
keluarga, siapa yang memainkan peran-peran tersebut,
berapa kali peran-peran tersebut sering dilakukan atau
bagaimana peran tersebut dilaksanakan secra konsisten?
Tujuan peran-peran informal yang dijalankan keluarga apa?
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan nor
Ma yang dianut oleh keluarga yang berhubungna dengan
kesehatan.

e. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukunga
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangtan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungandalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanaa,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluargayang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupa keluarga didalam melaksanakan perawata
kesehatan dapat dilihat dari kemampuankeluaraga melaksanakan
5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluaraga mampu mengenal
maslah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melkaukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dpat meningkatkan
kesehatan, danmkeluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapa dilingkungan setempat.
Hal-hal yang dikaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuha
tuegas perawtan keluarga adalah:
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal maslah
kesehata, yang perlu dikaji adalah sejuahmana keluarga
mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan
yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab
dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehata yang tepat, hal yang
perlu dikaji adalah:
 Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah
 Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
 Apakah keluarga merasa meyerah terhadap masalah yang
dialami
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
pentakit
 Apakah kelurga mempunyai sikap negatif terhadap
masalah kesehatan
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada
 Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan
 Apakah keluarga mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam megatasi masalah.
c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji
adalah :
 Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakit
(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara
perawatannya)
 Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sikap dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
 Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan.
 Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, sumber keuangan/financial, fasilitas fisik,,
psikososial)
 Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang pelu
dikaji adalah :
 Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber
keluarga yang dimiliki
 Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan
 Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygene
sanitasi
 Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
penyakit
 Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygene
sanitasi
 Sejauhmana kekompakan antar anggot keluarga
e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat ,
hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan
 Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-
keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
 Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan
 Apakah fasilitas kesehataan yang ada terjangkau oleh
keluarga.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah :
a) Berapa jumlah anak
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a) Sehauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan
b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga
a. Fungsi pendidikan
Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam
pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat sekitar.
b. Fungsi religius
Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari
dan dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
c. Fungsi rekreasi
Menjelaskan kemampuan keluarga dan kegiatan
keluarga untuk melakukan rekreasi secara bersama baik
di luar dan di dalam rumah, juga tentang kuantitas yang
dilakukan.

f. Stress dan koping keluarga


1) Stessor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kuran lebih 2
bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon
terhadap situasi/stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.

h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

1.3.2. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan
dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggng
adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian.
Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian
terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,
lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan
koping keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya
keluarga.
a. Perumusan diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada
sasaran idividu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda
(sign).
Tipologi dari diagnosis keperawatan:
1. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dn gejala
dari gangguan kesehatan.
Contoh:
 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak
N), keluarga bapak Y “berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan gangguan mobilisasi”.
 Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu Y) keluarga
Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
(rematik).
 Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran
sebagai suami.
2. Risiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang namun belum terjadi gangguan, misalnya :
lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak
adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
Contoh:
 Risiko terjadi konflik pada bapak I berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi
 Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N)
keluarga bapak Y berhubungan dengan dengan
ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi terhadap
balita
 Risiko gangguan pergerakan pada lansia (Ibu Y) keluarga
Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
3. Potensial (keadaan sejahtera/”wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Contoh:
 Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil
(Ibu M) keluarga Bapak K.
 Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga
Bapak X.
 Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru
menikah keluarga Bapak I.
Daignosa yang sering muncul dalam asuhan keperawatan kelurga
menurut NANDA:
a. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
Adalah suatu kondisi dimana keluarga mengalami atau berisiko
mengalami kesulitan mempertahankan kebersihan dan menjaga
lingkungan rumah.
2) Risiko cedera
Suatu kondisi dimana keluarga mempunyai resiko yang
merugikan yang disebabkan kurangnya kesadaran terhadap
bahaya lingkungan atau usia maturasi.
3) Resiko infeksi
Kondisi dimana keluarga beresiko menularkan agen-agen
patogen ke anggota yang lain.
b. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi
1) Komunikasi keluarga disfungsional
Keadaan dimana keluarga mengalami atau beresiko terhadap
penurunan untuk mengirim atau menerima pesan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga pada maslah struktur peran
1) Berduka dan diantisipasi
2) Berduka disfungsional
3) Isolasi sosial
4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang
sakit terhadap keluarga)
5) Proses keluarga terhenti
6) Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/bayi/anak
7) Resiko ketegangan peran pemberi perawatan
8) Penampilan peran tidak efektif
d. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial
1) Perubahan perkembangan
2) Kurang pengetahuan
3) Isolassi sosial
4) Kerusakan interaksi sosial
5) Resiko kekerasan terhadap orang lain
6) Resiko kekerasan terhadap diri
7) Konflik peran orang tua
e. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan
kesehatan
1) Manajemen regimenterapeutik keluarg tidak efektif
2) Kerusakan pemeliharaan rumah
3) Perilaku mencari kesehatan
4) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
f. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping
1) Koping keluarga melemah
2) Kesiapan dalam peningkatan koping keluarga
3) Koping keluarga cacat
4) Resiko berduka disfungsional.

1.3.3. Perencanaan keperawatan keluarga


Apabila masalah kesehatan ataupun masalah keperawatan telah
teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
keperawatan sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana
keperawatan keluarga adalah merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilsksankan dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah keshatan/ maslah keperawatan yang telah
diidentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas akan menjamin
keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penyeleaian masalah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengenbangkan
keperawatan kluarga :
1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang
menyeluruh tentang masalahatau situasi keluarga.
2) Rencana yang baik harus realistik, artinya dapat dilaksanakandan
dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah
instansi kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah
tersebut tidak memungkinkan pemberian pelayanan cuma-cuma
maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam
menyususn perencanaan
4) Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini
sesuai dengan prinsip bahwa perawat perawat bekerja bersama
keluarga bukan untuk keluarga.
5) Sebaiknya rencana keperawatan dibuat secara tertulis hal ini selain
berguna untuk perawat juga berguna untuk anggota tim kesehatan
lainnya, khususnya dalam mengingat perencanaan yang telah
disusun untuk keluarga tersebut. Disamping itu juga dapat
membantu dalam mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.
Langkah-langkah dalam menembangkan rencana keperawatan keluarga:
1. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang
akan dicapai melalui segala upaya. Jika keluarga mengerti dan
menerima sasaran yang telah ditentukan diharapkan mereka dapat
berpartisipasi secara aktif dalam mencapai sasaran tersebut. Contoh:
setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu merawat
anggota kelaurga yang menderita hipertensi
2. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan
yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah :
spesifik, dapat di ukur, dapat dicapai, realistik dan ada batasan
waktu. Contoh: seteleh dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
anggota keluarga yang sakit hipertensi mengerti tentang cara
pencegahan dan pengobatan hipertensi dan tekanan darah : 120/80
mmHg.
3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
Dalam menilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepeda sifat
masalahdan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan
keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau
mnghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya
ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan. Perawat dapat melekukan tindakan keperawatan dalam
rangka menstimulasi kesadaran dan penerimaanterhadap masalah
atau kebutuhan kesehatan keluarga dengan jalan :
a. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
b. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari
situasi yang ada
c. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran
yang telah ditentukan
d. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi
masalah.
Perawat dalam menolong keluarga agar dapat menentukan
keputusan yang tepat dalam rangka menyelesaikan masalahnya,
dapat melakukan tindakan antara lain:

a. Mendiskusikan tentang konsekuensi yang akan timbul jika tidak


melakukan tindakan
b. Memperkenalkan kepada keluarga tentang alternatif
kemungkinan yang dapat diambil serta sumber-sumber yang
diperlukan untuk melaksanakan alternatif tersebut
c. Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat dari masing-
masing alternatif atau tindakan.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan


keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat
melakukan tindakan antara lain:
a. Mendemonstrasikan tindakan yang dipperlukan
b. Memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada dirumah keluarga
c. Menghindarkan hal-hal yang mengganggu keberhasilan keluarga
dalam merujuk pasien pasien atau mencari pertolongan kepada tim
kesehatan yang ada.
Perawat dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam rangka
menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan keluarga antara
lain dengan cara :

a. Membantu mencari cara untuk menghindarkan adanya ancaman


kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
b. Membantu keluarga dalam rangka memperbaiki fasilitas fisik
yang sudah ada
c. Menghindarkan ancaman psikologis dalam keluarga antara lain
dengan cara memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas
masing-masing anggota dan lain-lain.
d. Mengembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka penemuan
kebutuhan psikososial.

Agar dapat membantu keluarga dalam rangka memanfaatkan


fasilitas kesehatan yang ada, maka perawat harus mempunyai
pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber daya yang ada
dimasyarakat dan cara memanfaatkannya. Sumber-sumber yang
terdapat dimasyarakat antara lain: instansi-instansi kesehatan,
program-program peningkatan kesehatan, organisasi-organisasi
masyarakat.

4. Menentukan kriteria dan standart kriteria


Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk
mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standart menunjukan
tingkat perfomance yang diinginkan untuk membandingkan bahwa
perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.
Pernyataan tujuan yang tepat akan menentukan kejelasan kriteria
dan standart evaluasi. Sebagai contoh:

a. Tujuan
Sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan
rumah, keluarga akan memanfaatkan puskesmas atau poliklinik
sebagai tempat mencari pengobatan.
b. Kriteria
Kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.
c. Standart
Ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau poliklinik,
keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke puskesmas.

5. Tahapan pelaksanaan keperawatan keluarga


Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan,
ketidakmampuan yang dihadapi keluarga, hal tersebut harus
menjadikan suatu perhatian, sehingga perawat diharapkan dapat
memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi-
potensi yang ada sehingga keluarga dapat mempunyai kepercayaan
diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah. Dalam kondisi ini
untuk membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup
sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:

a.Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai


masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara: memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b.Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara cara perawatan
yang tepat dengan cara : mengidentifikasi konsekuensi tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsekuensi tiap
tindakan.
c.Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara : mendemonstrasikan cara perawatan,
menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah dan mengawai
keluarga melakukan perawatan.
d.Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara: menemukan sumber-
sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e.Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, dengan cara : mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada.

Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat


keluarga untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan:

a. Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau


mendapatkan informasi tetapi keliru
b. Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga
mereka melihat masalah hanya sebagian.
c. Keliru tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang diterima
dengan situasi yang dihadapi
d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi.
e. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga
atau sosial
f. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
g. Keluarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran atau
tujuan upaya keperawatan.
h. Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.

Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat pula diakibatkan oleh


faktor-faktor yang berasal dari petugas, antara lain :
1. Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau
petugas kaku dan kurang fleksibel
2. Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian
terhadap faktor-faktor sosial budaya
3. Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau
mengguanakan bermacam-macam teknik dalam mengatasi
masalah yang rumit.

6. Tahap Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk melihat kebersihannya. Bila tidak/belum berhasil perlu di
susun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan
mungkin tidak dapat di lakukan dalam satu kali kunjungan
kekeluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan baik kepada
individu maupun keluarga adalah:

1) Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan


bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut
2) Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan
dicapai
3) Tentukan kriteria dan standart untuk evaluasi. Kriteria dapat
berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil,
tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan
4) Tentukan metodeatau teknik evaluasi yang sesuai serat sumber-
sumber data yang diperlukan
5) Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan
kriteria dan standart untuk evaluasi
6) Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal
atau pelaksanaan yang kurang memuaskan
7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu
ditentukan alasan : mungkin tujuan tidak realistik, mungkin
tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang
tidak dapat diatasi.

Macam-macam evaluasi : evaluasi kuantitatif dan evalusi kualitatif.


1) Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah
pelayanan atau kegiatan yang telah dikerjakan. Contoh : jumlah
keluarga yang dibina, jumlah imunisasi yang telah diberikan. Evaluasi
kuantitatif sering dipakai dalam kesehatan karena lebih mudah
dikerjakann bila dibandingkan dengan evaluasi kualitatif. Pada
evaluasi kuantitatif jumlah kegiatan dianggap dapat memberikan hasil
yang memuaskan.

2) Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan
pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait yaitu :

a. Struktur atau sumber

Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia,


bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam
upaya keperawatan hal ini menyangkut antara lain :

- Kecakapan atau kualifikasi perawat

- Minat atau dorongan

- Waktu atau tenaga yang dipakai

- Macam dan banyaknya peralatan yang dipakai

- Dana yang tersedia

b. Proses

Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang


dilakukan untk mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan
kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah
nutrisi.

c. Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.

a. Luasnya Evaluasi
Evaluasi sebagai proses dipusatkan pada pencapaian tujuan dengan
memperhatikan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi :

1) Efisiensi atau ketepatgunaan


Evaluasi ini dikaitkan dengan sumber daya yang digunakan
misalnya : uang, waktu, tenaga, atau bahan.

2) Appropriateness atau kecocokan


Evaluasi ini dikaitkan dengan adakah kesesuaian antara
tindakan keperawatan yang dilakukan dengan pertimbangan
profesional.

3) Adequacy atau kecukupan


Evaluasi ini dikaitkan dengan kelengkapan tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau hasil
yang diinginkan.

b. Kegiatan dan Evaluasi


Kegiatan adalah tindakan untuk mencapai tujuan. Dalam
keperawatan kegiatan adalah hal-hal yang dikerjakan oleh perawat
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Sedangkan hasil
adalah akibat dari kegiatan yang telah dilakukan. Hasil dari
keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :

1) Keadaan baik
Pada keadaan fisik baik dapat diobservasi melalui suhu tubuh
turun, berat badan naik, perubahan tanda klinik.

2) Psikologik sikap
Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif
terhadap petugas kesehatan.
3) Pengetahuan perilaku
Misalnya keluarga dapat menjallankan petunjuk yang
diberikan keluarga, dapat menjelaskan manfaat dari tindakan
keperawatan.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif.


Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses
asuhan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
akhir.

Anda mungkin juga menyukai