Disusun oleh :
Puji syukur bagi Allah SWT yang dengan karunia-nya telah memungkinkan selesainya makalah
yang berjudul Konsep Skabies yang di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Eni Trismiati S.kep,MM selaku penanggung jawab mata kuliah
Menejement Keperawatan .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar...................................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................................ii
BAB 1
Pendahuluan
1.2 Tujuan...........................................................................................................................
BAB II
Tinjauan Teori
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................
3.2 Saran.................................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah menejemen keperawatan
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Mutu Pelayanan Keperawatan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan Indikator Kinerja
e. Mahasiswa mampu menjelaskan kamus indikator kinerja unit
f. Mahasiswa mampu menjelaskan angka kejadian resiko jatuh
g. Mahasiswa mampu menjelaskan angka kejadian cidera
h. Mahasiswa mampu menjelaskan angka kejadian sentinel
BAB II
TINJAUAN TEORI
Mutu pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh profesi
keperawatan dalam mempertahankan keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial dan
spiritual pasien (suarli dan bahtera 2012).
1. Tahap pertama adalah penyusunan standart atau kriteria. Dimaksudkan agar asuhan
keperawatan lebih terstruktuk dan rencana berdasarkan standart kriteria masing-masing
perawat
2. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan kriteria. Informasi
disini diharapkan untuk lebih mendukung dalam proses asuhan keperawatan dan sebagai
pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
3. Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih informasi yang akurat
diharuskan penyeleksian yang ketat dan bersikenambungan. Beberapa informasi juga
didapatkan dari pasien itu sendiri.
4. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Perawat dapat menyelidiki
data dari pasien dan menganalisa satu persatu.
5. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dari tahap ini berfungsi untuk meminimamkan
kekeliruan dalam pengambilan keputusan pada asuhan dan tindakan keperawatan.
Tujuan keperawatan merupakan hal yang harus direncanakan secara optimal oleh
perawat. Tujuan keperawatan menurut Gillies et Asumji (2012) menyebutkan :
1. Tujuan keperawatan harus jelas, sehingga tercipta output keberhasilan yang optimal. Dai
hasil yang optimal maka akan mendukung kinerja dan meningkatkan kerja perawat.
2. Tujuan yang memiliki tritearia sulit dan menantang harus dikolaborasikan dengan tim
sejawat lain maupun tim medis lainnya. Disini perawat tidak diperkenankan untuk
melakukan tindakan secara persepsi tetapi secara rasional berdasarkan hasil diskusi.
3. Tujuan keperawatan diharuskan dapat diukur, berisi ketentuan kuantitatif sehingga akan
lebih mudah membandingkan seberapa besar pencapaian keberhasilan tersebut.
4. Tujuan keperawatan harus berdasarkan waktu yang ditentukan, agar pencapaian target
lebih baik lagi. Waktu yang optimal dilaksanakan dengan target dan tidak
mengesampingkan kolaborasi dengan pasien.
Menurut Nursalam (2013) kualitas mutu pelayanan keperawatan terdiri atas beberapa
faktor yaitu:
Menurut Nursalam (2013) suatu pelayanan keperawatan harus memiliki mutu yang baik
dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:
1. Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada pasiennya. Perawat
akan senantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang siap tanggap dan perawat mudah
dihubungi pada saat pasien membutuhkan perawatan.
2. Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis lain, pasien,
keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan dalam menyelesaikan prioritas
perencanaan pasien. Disini perawat juga bertanggung jawab penuh dalam kesembuhan
dan memotivasi pasien.
3. Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Dimana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak acuh, tetapi akan
memberikan sikap baik kepada pasien.
4. Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan selalu
memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien. Tetapi perawat tidak
bersikap simpati, sehingga perawat dapat membimbing kepercayaan pasien.
5. Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri. Perawat tidak akan
cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan bersikap netral kepada siapapun
pasien mereka. Perawat juga akan menghargai pendapat pasien, keluarga pasien, dan tim
medis lain dalam hal kebaikan dan kemajuan pasien.
6. Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu kunci
keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat akan bertanggung
jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien.
7. Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan
perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik sendiri merupakan
cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka dengan perawat. pelayanan di
rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas perawat
professional harus memiliki kemampuan intelektual yang cukup, teknikal dan
interpersonal, melaksanakan asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan etik
legal (Syahrudin et al, 2014).
a. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana,
sumber daya manusia, informasi, kebijakan/peraturan perundang-undangan dan
sebagainya.
b. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau nonfisik.
c. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
d. Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
e. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun
negatif terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi
pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu (Dwiyanto,2016) mengenai
indikator yang digunakan untuk untuk mengukur kinerja yaitu sebagai berikut :
a. Produktivitas, bahwa produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisisensi, tetapi juga
mengukur efektivitas peleyanan, dan pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input
dan output.
b. Kualitas layanan, maksudnya bahwa kualitas dari pelayanan yang diberikan sangat
penting untuk dipertahankan.
c. Responsivitas, maksudnya bahwa birokrasi harus memiliki kemampuan untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan
program-program pelayanan politik sesuai dengan kebuuhan dan aspirasi masyarakat.
d. Responsibilitas, maksudnya bahwa pelaksanaan kegiatan harus dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip adminitrasi yang benar dan kebijakan birokrasi yang baik yang eplisit
maupun emplisit.
e. Akuntabilitas, maksudnya bahawa seberapa benar kebijakan dan kegiatan birokasi tunduk
kepada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, dimana para pejabat politik tersebut
dengan sendirinya akan selalu memprioritaskan kepentingan rakyat.
Indikator kerja sebagaimana yang disebutkan diatas mengandung makna bahwa tujuan
persyaratan, juga bahkan merupakan sebuah keinginan. Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang
lebih baik yang ingin dicapai oleh organisasi dimasa yang datang. Dengan demikian tujuan
menunjukan arah ke mana kinerja harus dilakukan. Namun demikian dalam upaya mencapai
tujuan perlu adanya sebuah standart. Tanpa standart, tidak akan dapat diketahui kapan suatu
tujuan tercapai. Standart menjawab pernyataan tentang kapan akan aku sukses atau gagal.
Kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila mampu mencapai standart yang ditentukan atau
disepakati bersama antara atasan dan bawahan.
2.5 Kamus Indikator Kinerja Unit (Iku) Berdasarkan Pelayanan Mutu Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rsud Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Judul Indikator Pelayanan Obat yang Ditunda pada Pasien BPJS di Depo
Farmasi Rawat Jalan
Efektivitas
Kriteria
Standar 20 %
2.6 Distribusi Pasien Berdasarkan Cedera Penyerta Jumlah Kasus Persentase (%)
Kesimpulannya dari 28 penderita fraktur skapula yang dirawat di Rumah Sakit Hasan
Sadikin memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dibandingkan dengan yang terdapat pada
beberapa literatur, yaitu bahwa distribusi penderita berdasarkan jenis kelamin kurang dibahas,
di mana didapatkan angka persentase yang dominan adalah laki-laki yaitu sebesar 92,85%.
Hasil lain yang didapat adalah mayoritas kejadian fraktur skapula di Rumah Sakit Hasan
Sadikin terjadi pada umur 25-34 tahun yaitu 10 pasien (35,72%), 17 pasien (60,72%)
mengalami fraktur pada body of scapula, 25 pasien (89,29%) ditangani secara konservatif
dengan imobilisasi menggunakan arm sling. 27 pasien (96,43%) mengalami tipe cedera yang
multiple. Cedera penyerta terbanyak adalah cedera kepala tertutup dengan jumlah 10 kasus
(35,71%).
Sesuai pernyataan dari literatur bahwa jumlah terbanyak dari fraktur skapula dikarenakan
akibat kecelakaan lalu lintas (direct force). Tingginya angka kecelakaan lalulintas di daerah
Jawa Barat dan di Bandung pada khususnya disebabkan karena disiplin dalam berlalu lintas
yang masih sangat kurang, Oleh sebab itu kami menyarankan agar pemerintah meningkatkan
infrastruktur perhubungan yang kurang memadai dan memberikan sosialisasi serta pembinaan
kepada masyarakat yang kurang dalam mengembangkan budaya disiplin berlalu lintas. Dan
untuk mencegah komplikasi karena salah diagnosis pada cedera penyerta dari fraktur skapula
sebaiknya dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti pada kejadian fraktur skapula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indikator mutu pelayanan keperawatan merupakan hal yang sangat penting bagi sutu
instansi rumah sakit, karena mutu pelayanan keperawatan ini merupakan penilaian bagi
masyarakat terhadap suatu rumah sakit. Indikator mutu ini merupakan citra dari suatu
rumah sakit. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi indikator mutu pelayanan
kepperawatan diruang rawat inap.
3.2 Saran
Adapun saran yang diharapkan kepada pembaca agar pembaca dapat mulai
menerapkan menejemen mutu dikehidupan sehari-hari. Mulai meningkatkan menejemen
mutu dan dapat menjaga kualitas mutu dengan sebaik mungkin. Terutama manajemen
mutu dalam keperawatan yang diberikan kepada klien maupun paasien sehingga dapat
menjadi perawat yang profesional.
Daftar Pustaka
Wibowo.2009.Manajemen Kinerja edisi Keempat.Jakarta:Rajagrapindo persada
Bastian Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik:Suatu Pengantar.PT Gelora Aksara Pratama
David S Perdanakusuma. 2014. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka Paska Operasi
Skapula