Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

TATALAKSANA PADA PASIEN G2P1A0 GRAVIDA 36-37 MINGGU


DENGAN EKLAMPSIA DAN ASMA BRONKIAL

Disusun Oleh :

Dwi Pertiwi Ningsih


110201479

Pembimbing :

dr. Isnaina Perwira, SpOG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARJAWINANGUN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan presentasi
kasus dengan judul “Tatalaksana Pada Pasien G2P1A0 Gravida 36-37 Minggu
Dengan Eklampsia Dan Asma Bronkial” sebagai tugas kepanitraan Kebidanan
dan Kandungan RSUD Arjawinangun. Tidak lupa shalawat serta salam kami
panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, izinkan kami selaku penulis untuk mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan
presentasi kasus ini, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Isnaina Perwira, Sp.OG, selaku dokter pembimbing dalam
kepaniteraan klinik bagian Kandungan dan Kebidanan ini.
2. dr. K.A. Halim Lutfi, Sp.OG, MH.Kes selaku kepala kepanitraan
Kebidanan.
3. dr. Husny B. Sismawan, Sp.OG dan dr. Trubus Priyoko, Sp.OG yang
turut membantu dan membimbing penulis dalam penulisan laporan kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu kami mengharapkan saran serta kritik yang
dapat membangun dalam laporan presentasi kasus ini untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua baik sekarang maupun di hari yang akan datang. Aamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Arjawinangun, Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Golongan
penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering disertai proteinuria, edema,
kejang atau gejala lain.1
Tekanan darah yang sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diatolik pada dua kali pemeriksaan yang berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya tensi normal merupakan patokan dari hipertensi pada kehamilan. Bila
ditemukan tekanan darah tinggi ≥140/90 mmHg pada ibu hamil maka dilakukan
pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam
untuk membantu menegakkan diagnosis. Apabila ditemukan tes celup urin
proteinuria +1 atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil
>300mg/24 jam maka dapat ditegakkan diagnosis preeklampsia ringan. Dapat
dikatakan hipertensi dan proteinuria merupakan kriteria minimum untuk
menegakkan diagnosis preeklmpsia.1
Eklampsia didefinisikan sebagai kejadian kejang pada wanita dengan
preeklampsia yang ditandai dengan hipertensi yang tiba-tiba, proteinuria dan
edema yang bukan disebabkan oleh adanya koinsidensi penyakit neurologi lain.2
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, bersalin atau nifas yang
ditandai dengan timbunya kejang atau koma, yang sebelumnya telah menunjukan
gejala-gejala preeklampsia.1
Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh
koma. Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada multipara. Tergantung
dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum (eklampsia
antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia intrapartum), dan eklampsia
puerperale (eklampsia postpartum).2
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta
korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian
ibu berkisar antara 9,8-25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni
42,2-48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil.
Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan
oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal; penderita-penderita
eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu
biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema
paruparu, payah-ginjal, dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan
waktu kejangan.3
Asma adalah penyakit yang sering memberikan komplikasi medis yang berarti
pada kehamilan. Sekitar 4-8% kehamilan memiliki komplikasi berupa asma.
Prevalensi morbiditas asma pada kehamilan terus meningkat dari tahun ke tahun,
meskipun angka mortalitasnya menurun. Berat penyakit asma pada penderita
selama kehamilan seringkali berubah sehingga penderita memerlukan pengaturan
jenis dan dosis obat asma yang dipakai. Penelitian retrospektif menunjukkan
bahwa selama kehamilan 1/3 penderita mengalami perburukan penyakit, 1/3 lagi
mengalami perbaikan, dan 1/3 sisanya tidak mengalami perubahan.
Asma yang tidak terkontrol dalam kehamilan dapat menimbulkan komplikasi
pada janin dan ibu berupa kematian perinatal, pertumbuhan janin terhambat, lahir
premature, berat badan lahir rendah, preeklamsia, perdarahan post partum, dan
peningkatan insidensi seksio sesarea, tergantung pada derajat beratnya penyakit
asma. Prognosis bayi yang lahir dari ibu dengan asma terkontrol sebanding
dengan prognosis bayi yang lahir dari ibu tanpa asma. Suatu studi perspektif
menunjukkan ibu hamil dengan asma ringan ataupun sedang yang terkontrol dapat
memiliki luaran ibu dan janin yang baik.
BAB II
STATUS PASIEN
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Usia : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Girinata
Tanggal masuk RS : 4 Juli 2019
Tanggal pemeriksaan : 5 Juli 2019

II. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dirujuk dari Puskesmas Dukupuntang dengan keluhan tensi tinggi
dan kejang dua kali

Riwayat Penyakit Sekarang


G2P1A0 merasa hamil 9 bulan datang ke IGD Kebidanan RSUD Arjawinangun
didampingi oleh bidan puskesmas pada tanggal 4 Juli 2019 dengan keluhan tensi
tinggi sejak 2 minggu yang lalu dan kejang dua kali yang berlangsung selama
kurang lebih satu menit saat di rumah dan di Poned. Setelah kejang pasien tidak
sadar selama kurang lebih 10-15 menit. Saat sadar, pasien tidak mengingat apa
yang telah terjadi. Selain itu, pasien juga mengeluhkan rasa nyeri kepala yang
hebat dan sesak napas sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Menurut pasien
sesak tidak membaik dengan perubahan posisi. Nyeri ulu hati, mual, muntah dan
pandangan kabur disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal adanya terasa mulas-
mulas, keluar air-air disertai lendir darah, ataupun keluhan kaki bengkak. Gerakan
janin masih aktif dirasakan oleh pasien.
Riwayat Menstruasi
Menarkhe : 12 tahun
Siklus : Teratur, 30 hari
Lama haid : 7 hari
Keluhan saat haid : Disangkal, 2-3 kali ganti pembalut
HPHT : 25 Oktober 2018
HTP : 1 Agustus 2019

Riwayat Obstetri
Pasien hamil anak pertama pada tahun 2014. Anak lahir spontan di bidan saat usia
kehamilan 9 bulan dengan jenis kelamin laki-laki dan berat badan 3000 gram.
Tidak ada penyulit selama masa kehamilan.

Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik tiap 3 bulan

Riwayat Pernikahan
1 kali, usia pernikahan 6 tahun

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil dan mengaku memiliki alergi terhadap
debu dan dingin. Pasien juga mengaku memiliki terhadap obat anti nyeri, namun
lupa nama obatnya. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit hipertensi, asma, alergi diabetes melitus, penyakit jantung
disangkal.
Pemeriksaan Fisik
 Status Pasien
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 170/110 mmHg
Nadi : 102 x/menit
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 59 kg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorax :
Jantung : BJ 1 & 2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
Abdomen : Normal
Genitalia : Normal
Ekstremitas : Edema ekstremitas bawah -/-, akral hangat -/-

Status Obstretikus
Abdomen
 Inspeksi
 Membuncit sesuai usia kehamilan aterm
 Linea mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+)
 Sikatrik (-)
 Palpasi
 L1 : TFU 27 cm, teraba bagian lunak pada fundus
 L2 : Punggung kanan (teraba tahanan memanjang di perut bagian
kanan dan bagian-bagian kecil pada bagian kiri)
 L 3 : Presentasi kepala (bagian bawah teraba bulat dan keras)
 L 4 : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP
 His : -
 Auskultasi
Bising usus (+) Normal, DJJ : 153x/menit, reguler.

Pemeriksaan dalam
V/V tidak tampak kelainan, portio tebal lunak,  kuncup

Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 13.1 11.7 – 15.5 g/Dl
Hematokrit 39.8 32 – 47 %
Leukosit 13.6 3.6 – 11.0 103/µL
Eritrosit 4.95 3.8 – 5.2 juta/µL
Trombosit 247 150 – 440 ribu/µL
MCV 80.4 80 – 100 Fl
MCH 26.4 26 – 34 Pg
MCHC 32.9 32 – 36 g/Dl
RDW 12.7 11,5 – 14,5 %
MPV 7.5 7,0 – 11,0 Fl
Golongan darah A
IMUNOLOGI
HBsAg 0.01 Negatif <0.13 S/CO
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 75 75-140 mg/dL
PROTEIN
Protein Urine 3+
EKG

Diagnosis Kehamilan
G2P1A0 gravida 36-37 minggu dengan eklampsia dan asma bronkial

Penatalaksanaan
1. Konsul dr SpOG
2. Nasal O2 3 lpm
3. IVFD Ringer Laktat 500cc 20 tetes/menit
4. Protab PEB
5. Phenobarbital 1 amp IM
6. Nifedipine 3 x 10 mg
7. Observasi tanda-tanda vital
8. Pasang DC
9. Observasi di VK
10. Terminasi kehamilan dengan sectio caessaria atas indikasi eklampsia dan
asma bronkial
Laporan Perinatologi
Pada pukul 10.54 tanggal 5 Juli 2019 lahir seorang bayi perempuan dengan
presentasi kepala, segera menangis setelah lahir dengan berat 2750 gr, PB : 49 cm,
LK : 33 cm, LD: 34 cm, bayi diletakkan di atas meja resusitasi yang telah
dihangatkan lebih dahulu dengan posisi semi ekstensi. Kemudian bayi
dikeringkan dengan memakai kain yang kering, bersih dan halus mulai dari muka,
kepala dan seluruh tubuh sambil dilakukan pengisapan lendir dan mulut, orofaring
dan kedua lubang hidung, kemudian dilakukan stimulasi takstil. Bayi menangis
kuat, BJ 139x/menit. Kulit mulai memerah. APGAR : 7/8/9. Kemudian dilakukan
perawatan tali pusat. Tali pusat diklem dan dipotong kemudian dibungkus dengan
kasa steril.
Pemeriksaan Fisik
KU : aktif, menangis
HR : 148 x/ menit R : 42 x/menit S : 35,9 ⁰C SpO2 : 96 %

Kepala : UUB datar


Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Pernafasan Cuping Hidung (-)
Perioral sianosis (-)
Langit-langit intak
Leher : Retraksi suprasternal (-)
Thorax : Bentuk dan gerak simetris, retraksi interkostal -/-
Cor : Bunyi jantung murni regular
Pulmo : VBS kiri = kanan
Abdomen : Datar lembut, retraksi epigastrium (-)
Hepar/lien: tidak teraba
Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat
Capillary refill time < 3”
Akrasianosis (-)
Reflex : Moro (+) Sucking (+) Rooting (+) Grasping (+)
New Ballard Score : ~ 37 minggu
DK/ : Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan
Th/ :
- Pertahankan suhu 36,5 – 36,9 ⁰C
- Vit. K 1 mg i.m.
- Sementara rawat kamar bayi sampai ibu siap
Follow Up Ruangan
Waktu Follow Up
06/07/2019 S : Nyeri pada luka operasi masih dirasakan pasien, pasien belum bisa
Pukul 08.00 BAB namun sudah buang angin beberapa kali. ASI belum keluar.
Nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati, mual, muntah, sesak
napas dan kejang disangkal
O : TD: 140/100 mmHg N: 92x/menit RR: 24x/menit S:36,70C
KU: sedang
Kesadaran : compos mentis
Kepala : CA -/- SI -/-
Leher : JVP tidak meningkat
Thoraks :
cardio : BJ I-II reguler m (-), g (-)
Paru : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
Ekstremitas : edema (-), akral hangat (+)
Abdomen : bising usus (+), supel, nyeri tekan (+) pada kuadran
bawah abdomen, kontraksi uterus baik, TFU dua jari di bawah
pusat
Perdarahan (+) sedikit, lokia rubra
BAK (+), BAB (-)
A : P2A0 partus maturus dengan SC atas indikasi eklampsia dan asma
bronkial

P:
Observasi tanda-tanda vital
IVFD 500 cc RL + MgSO4 6 gr 20 tetes/ menit
Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr
Injeksi Ketorolac 3 x 1 gr
Injeksi Asam Traneksamat 3 x 1 amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp
Chana 3 x 1 tab
Nifedipine 3 x 10 mg
Tablet Tambah Darah 2 x 1 tab
07/07/2019 S : Nyeri pada luka operasi masih dirasakan pasien, pasien sudah bisa
Pukul 08.00 berjalan sendiri ke kamar mandi, pasien sudah bisa BAB 1x hari ini,
ASI masih belum keluar. Nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu
hati, mual, muntah, sesak napas dan kejang disangkal
O : TD: 140/90 mmHg N: 90x/menit RR: 22x/menit S:36,80C
KU: sedang
Kesadaran : compos mentis
Kepala : CA -/- SI -/-
Leher : JVP tidak meningkat
Thoraks :
Cardio : BJ I-II reguler m (-), g (-)
Paru : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
Ekstremitas : edema (-), akral hangat (+)
Abdomen : bising usus (+), supel, nyeri tekan (+) pada kuadran
bawah abdomen, kontraksi uterus baik, TFU dua jari di bawah
pusat
Perdarahan (+) sedikit, lokia rubra
BAK (+), BAB (+)

A : P2A0 partus maturus dengan SC atas indikasi eklampsia dan asma


bronkial

P:
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Cefadroxil 2 x 500 mg
Nifedipine 3 x 10 mg
Chana 3 x 1 tab
Tablet Tambah Darah 2 x 1 tab
Rencana dipulangkan
BAB III
PEMBAHASAN

PERMASALAHAN
1. Apakah sudah tepat diagnosis diatas?
2. Apakah penatalaksanaan eklampsia lama pada kasus ini sudah tepat?
PEMBAHASAN
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat, yaitu G2P1A0 gravida 36-37 minggu
dengan eklampsia dan asma bronkial
Eklampsia adalah kelainan akut pada preeklampsia atau preeklampsia
berat, dalam kehamilan, persalinan, atau nifas yang ditandai dengan
timbulnya kejang dengan atau tanpa penurunan kesadaran (gangguan
sistem saraf pusat).2
Eklampsia didefinisikan sebagai kejadian kejang pada wanita dengan
preeklampsia yang ditandai dengan hipertensi yang tiba-tiba, proteinuria
dan edema yang bukan disebabkan oleh adanya koinsidensi penyakit
neurologi lain.
Dari paparan di atas pasien ini dapat didiagnosis dengan eklampsia
karena:
- Pasien PEB dan kejang 2 kali sebelum masuk rumah sakit
- Tekanan darah 170/110 mmHg atau > 160/110 mmHg
- Proteinuria +3

Selain itu, pasien sempat mengeluhkan sesak napas 4 jam sebelum masuk
rumah sakit. Pasien memiliki riwayat penyakit asma bronkial.
Asma adalah suatu kelainan yang berupa inflamasi kronik pada saluran napas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodic berulang mengi, batuk, sesak napas dan rasa
berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yang bersifat reversible
baik dengan atau tanpa pengobatan.5
Dari paparan diatas dapat didiagnosis dengan asma bronkial karena :
- Pasien mengeluhkan sesak napas 4 jam sebelum masuk rumah sakit
- Memiliki riwayat asma
- Nafas pasien cepat 26x/menit
- Sesak tidak hilang dengan perubahan posisi
- Terdapat wheezing (+/+)

2. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat


 Penatalaksanaan PEB dan Eklamsia
- Anti kejang
Magnesium sulfat (MgSO4)2,4
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian
magnesium sulfat pada preeklamsia berat. Pengobatan suportif
terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ penting,
misalnya tindakan-tindakan untuk memperbaiki asidosis,
mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah,
mencegah dekompensasi kordis.
Cara pemberian MgSO4 pada PEB:

- Antihipertensi2
Antihipertensi diberikan sesuai dengan preeklampsia berat.
Antihipertensi lini pertama:
Nifedipin, dosis: 10-20 mg per oral, diulani setelah 30 menit;
maksismum 120 mg dalam 24 jam.
Antihipertensi lini kedua:
Sodium nitroprusside: 0, 25 mikrogram i.v./kg/menit, infus;
ditingkatkan 0,25 mikrogram i.v./kg/5 menit.
- Diuretikum2
Tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah
jantung kongestif, atau anasarca. Pada pasien tidak diberikan.
- Antibiotik2
Antibiotik digunakan dengan tujuan pencegahan infeksi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
Pada dasarnya, penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung dalam 4-8 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia dengan syarat :
- Setelah pemberian anti kejang terakhir
- Setelah kejang terakhir
- Setelah pemerian obat-obat antihipertensi terakhir
- Pasien mulai sadar (responsive).6
BAB IV
KESIMPULAN

Penegakan diagnosis pada pasien ini sudahlah tepat. Pasien didiagnosis G2P1A0
gravida 36-37 minggu dengan eklampsia dan asma bronkial karena:
- Pasien PEB dan kejang 2 kali sebelum masuk rumah sakit
- Tekanan darah 170/110 mmHg atau > 160/110 mmHg
- Proteinuria +3
- Pasien mengeluhkan sesak napas 4 jam sebelum masuk rumah sakit
- Memiliki riwayat asma
- Nafas pasien cepat 26x/menit
- Sesak tidak hilang dengan perubahan posisi
- Terdapat wheezing (+/+)
Penatalaksanaan kasus ini pun sudah sesuai karena memperhatikan prinsip,
pencegahan kejang berulang, pada pasien eklampsia. Penatalaksanaan yang tepat
pada kasus ini dapat mencegah komplikasi dan kematian ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ. Obstetri
williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013.
2. Angsar, D. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Prawirohardjo S. Ilmu
Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2016.
3. Mochtar R. Sinopsis obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi. Edisi ke-
3. Jakarta: EGC; 2012.
4. RSUP Dr. Hasan Sadikin. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan
Ginekologi. Bandu
5. KEMENKES. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
6. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2018. Ilmu Kesehatan
Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai