Anda di halaman 1dari 17

PEMBERDAYAAN PEMERINTAH TERHADAP

KOPERASI, SERTA PERAN DAN FUNGSI KOPERASI


PADA MEA
“Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Koperasi”

Dosen Pengampu:
Nurlaili Adkhi Rizfa Faiza, M.E.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 11:
Nurus Sofia (G73217089)
Nurul Laila Safitri (G03217031)
Aldi Gunawan (G03217006)
Yudayanti Yufna (G73217070)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
i | Manajemen Koperasi
KATAPENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga
kami dapat menyusun makalah Manajemen Koperasi yang berjudul “Pemberdayaan Pemerintah
terhadap Koperasi, serta Peran dan Fungsi Koperasi pada MEA”. Adapun maksud dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memahami materi tentang Manajemen Koperasi terkait “Pemberdayaan
Pemerintah terhadap Koperasi, serta Peran dan Fungsi Koperasi pada MEA”. Selain itu makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Manajemen Koperasi di Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Manajemen Koperasi, yaitu Ibu Nurlaili
Adkhi Rizfa Faiza, M.E., yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Karena
terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, melainkan masih terdapat kekurangan dan
kesalahan baik dalam penyusunan kata, penulisan, maupun isi serta pembahasannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat mengantarkan ilmu pengetahuan yang lebih luas bagi kita semua.
Terima kasih.

Surabaya, 28 Agustus 2019

Penulis, (Kelompok 11)

ii | Manajemen Koperasi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................................i


KATA PENGANTAR .........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Koperasi di Indonesia............................................................................................3
2.2 Peran Serta Dan Kebijakan Pemerintah Dalam Perkembangan Koperasi Di Indonesia....5
A. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Koperasi di Indonesia.................................5
B. Kebijakan Pemerintah Dalam Perkembangan Koperasi di Indonesia..........................6
2.3 Sejarah MEA Dan Dampaknya Terhadap Koperasi...........................................................8
A. Sejarah MEA................................................................................................................8
B. Dampak MEA Terhadap Koperasi...............................................................................9
2.4 Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Koperasi Dalam Menghadapi MEA................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii | Manajemen Koperasi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di kawasan ASEAN
dengan jumlah penduduk sekitar lebih dari 250 juta jiwa. Banyaknya penduduk di negara
Indonesia ini tentu saja merupakan sumber daya manusia yang baik untuk mengelola
kekayaan alam, budaya, industri di Indonesia itu sendiri. Namun sayangnya masih sedikit
masyarakat Indonesia yang mau berwirausaha sendiri, kebanyakan dari mereka lebih memilih
bekerja sebaai pegawai dari pada harus menjadi pengusaha.
Namun untuk mendorong semangat masyarakat agar mau berwirausaha tersebut
pemerintah gencar melakukan pelatihan dan memberi pinjaman modal bagi warga agar mau
berwirausaha dengan cara memberikan bantuan kepada koperasi-koperasi di Indonesia.
Seperti kredit program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari
perusahaan besar ke koperasi, skim program KUK dari Bank dan Kredit Ketahanan Pangan
(KKP) yang merupakan kredit komersial dari perbankan juga “paket program” dari
Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan eknomi
kerakyatan ini.1
Tetapi dalam perkembangannya tersebut koperasi di Indonesia dianggap masih belum
siap menghadapi era ekonomi yang lebih maju seperti Era Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA). Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sendiri dapat membawa suatu peluang
sekaligus tantangan bagi perekonomian di Indonesia. Salah satu pelaku ekonomi yang
kondisinya rawan terkena arus liberalisasi barang dan jasa dengan adanya MEA adalah Usaha,
Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Koperasi yang ada di Indonesia.
Daya saing perekonomian dari negara Indonesia sendiri dapat diperkuat dengan adanya
industri kreatif dengan cara banyak didirikannya koperasi di Indonesia. Industri kreatif atau
Usaha, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi daya saing dari negara Indonesia untuk
menghadapi MEA. Namun diperlukan juga dukungan dari pemerintah untuk mendukung
perkembangan Koperasi di Indonesia. Dukungan dari pemerintah ini menjadi berpengaruh
karena pemerintah sendiri sebagai pihak yang berwewenang dalam membuat kebijakan serta
peraturan yang ada di wilayah Indonesia. Dengan ini kami mengangkat tema makalah yang
berjudul “Pemberdayaan Pemerintah pada Koperasi serta Peran Koperasi dan Fungsi
pada MEA”.

1
https://www.academia.edu/37814186/Makalah_Manajemen_Koperasi_Masalah_Peluang_Dan_Tantangan_Koperasi_
Di_Indonedia [Diakses pada 02/09 08:00]
1 | Manajemen Koperasi
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kondisi koperasi di Indonesia?
2. Bagaimana peran serta dan kebijakan pemerintah dalam perkembangan koperasi di
Indonesia?
3. Bagaimana sejarah MEA dan dampaknya terhadap koperasi?
4. Bagaimana peran pemerintah pada pemberdayaan koperasi dalam menghadapi MEA?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui kondisi koperasi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui peran serta dan kebijakan pemerintah dalam perkembangan koperasi di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui sejarah MEA dan dampaknya terhadap koperasi.
4. Untuk mengetahui peran pemerintah pada pemberdayaan koperasi dalam menghadapi
MEA.

2 | Manajemen Koperasi
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KONDISI KOPERASI DI INDONESIA
Pelaku-pelaku usaha yang ada di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM), yang sebagian besar dari usaha mikro dan kecil bergabung dalam
suatu wadah yang bernama koperasi. Eksistensi koperasi mampu menyelamatkan
perekonomian nasional dan memiliki peran dalam penyediaan akses modal bagi para pelaku
usaha yang tergabung dalam koperasi tersebut.
Definisi koperasi berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
1992 tentang perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi
memiliki ciri-ciri sebagai badan usaha yang mengembangkan gerakan ekonomi masyarakat
dengan nilai dan prinsip koperasi, mengutamakan kumpulan orang daripada modal sebagai
wadah ekonomi dan sosial dan sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Tujuan
koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Koperasi merupakan satu-satunya badan usaha yang melaksanakan kegiatan
berdasarkan asas kekeluargaan dan prinsip koperasi. Prinsip koperasi antara lain keanggotaan
bersifat sukarela, dan terbuka, pengawasan demokratis, pembagian sisa hasil usaha (SHU)
secara adil, pemberian balas jasa terhadap modal, dan kemandirian.
Kondisi perkoperasian di Indonesia jika diperhatikan lebih di dominasi oleh koperasi
yang menjalankan kegiatan usaha simpan pinjam (koperasi simpan pinjam/KSP), Unit simpan
pinjam (USP), koperasi syari’ah, koperasi kredit dengan persentase 60% dari seluruh aset
koperasi (Ismeth, 2004: 113 dalam Encep Saepudin).2 Kondisi ini tidak terlalu bergeser besar
karena pada dasarnya kegiatan usaha koperasi di Indonesia lebih mengarah pada simpan
pinjam dan pendiriannya dirintis dari simpan pinjam. Kegiatan usaha koperasi adalah
kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain
koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran dan
koperasi jasa. Khusus koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai
negeri, anggota TNI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi tersendiri.

2
Encep Saepudin,”Dampak Pelaksanaan MEA Terhadap Koperasi di Indonesia”,jurnal islamadina, Vol. XIII, No. 2,
(Purwokerto, 2014) hlm 17.
3 | Manajemen Koperasi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 perkembangan koperasi
di Indonesia terjadi dengan sangat pesat dari tahun ke tahun secara kuantitas. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini yang menunjukkan pertambahan kuantitas koperasi di
Indonesia dari tahun 2006 sampai pada tahun 2017. Pada tahun 2006 jumlah koperasi di
Indonesia mencapai 98,9 ribu unit. Hingga pada tahun 2017 jumlah koperasi di Indonesia
mencapai 152,2 ribu unit tumbuh 0,66% dibanding tahun sebelumnya. Namun jika
dibandingkan dengan data 2006, jumlah koperasi telah meningkat 53,8%
seiring pertumbuhan ekonomi domestik. Jumlah koperasi terbanyak berada di Jawa Timur,
yakni mencapai 27.683 unit atau sekitar 18% dari total koperasi. Selanjutnya, Jawa Tengah
dengan 21.667 unit koperasi dan Jawa Barat 16.203 unit. Sementara wilayah yang mengalami
pertumbuhan koperasi paling pesat adalah Papua. Pada 2006, jumlah koperasi di provinsi
paling timur Indonesia tersebut hanya 944 unit, tapi pada 2017 telah meningkat 128% menjadi
2.158 unit. Sedangkan volume usaha di Indonesia pada tahun 2017 menurut BPS mencapai
189,8 juta rupiah per 24 April 2018 volume usaha tersebut juga menggambarkan omset usaha.
Tabel 2.1

Namun demikian, pesatnya pertumbuhan koperasi belum diikuti dengan peningkatan


kualitasnya sehingga manfaat yang dirasakan anggota belum optimal. Dari jumlah koperasi
yang ada di Indonesia terdapat 70,81% koperasi yang aktif pada tahun 2016. Sedangkan yang
tidak aktif terdapat 29,19%. Sedangkan koperasi yang aktif pun masih dirundung banyak
permasalahan yang perlu segera dibenahi, seperti kualitas sumberdaya manusia (SDM),
manajemen yang lemah, produktivitas yang rendah, dan kemanfaatannya pada anggota. Lebih
dari 60 tahun koperasi berkembang, namun belum banyak yang skala usahanya naik hingga
usaha besar. Sekarang ini skala usahanya didominasi skala kecil dan menengah. Kementerian
Koperasi dan UKM mencatat jumlat koperasi skala besar hanya sebanyak 97 unit per
4 | Manajemen Koperasi
Desember 2010. Besarnya jumlah perkembangan koperasi yang meningkat tiap tahunnya
dapat menjadi peluang usaha dalam kegiatan ekonomi dan sebagai penggerak ekonomi
nasional terlebih lagi Kementerian Koperasi dan UKM mengungkapkan bahwa perkiraan
kontribusi koperasi sebagai lembaga terhadap Produk Domestik Bruto Nasional Triwulan
III/2017 mencapai 4,48%.3 Yang menunjukkan secara nyata koperasi memiliki peran dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh karena itu, eksistensi koperasi sebagai badan usaha
berlandaskan kekeluargaan harus terus dikembangkan dan masalah-masalah yang masih ada
segera di atasi agar lebih bermanfaat dalam perkembangan perekonomian. Oleh karena itu
peran pemerintah sebagai regulator sangat penting dalam perkembangan perkoperasian di
Indonesia.

2.2 PERAN SERTA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PERKEMBANGAN


KOPERASI DI INDONESIA
A. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Koperasi di Indonesia
Peran pemerintah dalam perkembangan koperasi di Indonesia sangat penting
karena baik buruknya masa depan koperasi di Indonesia sangat ditentukan oleh adanya
bantuan serta dukungan dari pemerintah dalam pengembangan sektor koperasi.
Dalam setiap kegiatan-kegiatan koperasi telah diatur dalam undang-undang yang
telah dibuat oleh pemerintah seperti dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang pengkoperasian. Peranan pemerintah dalam gerakan koperasi antara lain dengan:4
1. Memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun melakukan penelitian
bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi terhadap permasalahan koperasi.
2. Melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap koperasi berupa
penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi
untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya.
3. Memberi fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan jaringan usaha
dan kerja sama.
Peran pemerintah ini sangat penting supaya keberadaan koperasi terus berkembang
serta maju, membuka peluang usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama
rakyat yang kurang mampu, serta para anggota koperasi itu sendiri.

3
https://industri.bisnis.com/read/20180105/12/723657/kemenkop-ukm-kontribusi-koperasi-terhadap-pdb-nasional-448-
Diakses pada [02/09 15:22]
4
Damayanti, Dina. 2016. Majalah Ilmiah Inspiratif (Peran Pemerintah Terhadap Perkembangan Koperasi di
Kabupaten Kendal). Vol. 2 No. 2. Januari 2016. Diakses pada [31/08 06:10]
5 | Manajemen Koperasi
B. Kebijakan Pemerintah Dalam Perkembangan Koperasi di Indonesia
Selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama (PJP I), pembangunan
koperasi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menunjukkan hasil
yang memuaskan. Prioritas pengembangan koperasi selama PJP I, terutama pada pelita V
diberikan kepada Koperasi Unit Desa (KUD) dan Koperasi Primer. Selanjutnya
pembinaan dilakukan terhadap koperasi Non-KUD dan lembaga-lembaga yang
mendukung, yaitu Bank BUKOPIN, Koperasi Asuransi Indonesia (KAI), Koperasi
Asuransi Kerugian Indonesia, Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), Koperasi Jasa Audit
(KJA). Koperasi Bank Pengkreditan Rakyat (KBPR), dan Institut Manajemen Koperasi
Indonesia (IKOPIN), Serta Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).5
Adapun kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi secara terinci adalah
sebagai berikut:6
1. Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki
kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat
yang tangguh dan berakar dalam masyarakat.
2. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan
semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih professional.
3. Peningkatan koperasi didukung melalui pemberian kesempatan berusaha yang seluas-
luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri
dan penciptaan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh
permodalan.
4. Kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta
sebagai mitra usaha dkembangkan secara lebih nyata untuk mewujudkan kehidupan
perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas
kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan.
Pembinaan koperasi oleh pemerintah menurut Undang-Undang 17/2012 pasal 113 Ayat 3
antara lain:
a. Pengembangan kelembagaan dan bantuan pendidikan, pelatihan, penyuluhan
dan penelitian koperasi.
b. Bimbingan usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi Anggota.
c. Memperkukuh permodalan dan pembiayaan koperasi
d. Bantuan pengembangan jaringan usaha koperasi dan kerjasama yang saling
menguntungkan antar koperasi dan badan usaha lain.

5
Reksohadiprodjo, Sukanto. 1998. Manajemen Koperasi. Yogyakarta: BPFE. Hlm 29-30.
6
Damayanti, Dina. 2016. Majalah Ilmiah Inspiratif (Peran Pemerintah Terhadap Perkembangan Koperasi di
Kabupaten Kendal). Vol. 2 No. 2. Januari 2016. Diakses pada [31/08 06:11]
6 | Manajemen Koperasi
e. Bantuan konsultasi dan fasilitasi guna memecahkan permasalahan yang
dihadapi oleh koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar Koperasi
f. Insentif pajak dan fiskal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sementara secara real time melalui website resmi dari Kementrian Koperasi Dan
UMKM memiliki rencana kerja prioritas tahun 2019, diantaranya:
1. Fasilitas modal bagi usaha pemula.
2. Revitalisasi pasar tradisional.
3. Pelatihan peningkatan kapasitas SDM bagi UMKM antara lain : pelatihan
kewirausahaan, pelatihan perkoperasian, pelatihan Technopreneur, pelatihan
vacational. Dan pelatihan berbasis kompetensi.
4. Fasilitasi sertifikasi dan standarisasi produk Koperasi dan UMKM (HAKI).
5. Pendampingan kredit usaha rakyat (KUR).
6. Penataan pedagang Kaki Lima (PKL).
7. Pusat layanant usaha terpadu (PLUT).
8. Fasilitas pembuatan akta notaris bagi usaha Mikro.
9. Petugas penyuluh Koperasi lapangan (PPKL)
10. Fasilitas izin usaha mikro kecil (IUMK)
11. Fasilitas promosi dan pameran bagi Koperasi dan UMKM.
12. Pengembangan kemitraan dan kerjasama investasi bagi Koperasi dan UMKM.
13. Pendampingan sertifikasi hak atas tanah bagi koperasi dan UMKM.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas jalannya per koperasian yang ada,
pemerintah juga melakukan tindakan-tindakan untuk menertibkan koperasi-koperasi
yang ada, agar nilai atas koperasi tetap baik. Hal tersebut contohnya pada tahun 2019
pemerintah merencanakan membubarkan 34.417 koperasi yang tidak lagi beroperasi
ditandai dengan tidak adanya operasional yang terdata dan tidak adanya rapat anggota
tahunan (RAT).
Selain itu Kementerian Koperasi dan UMKM Peraturan Menteri Negara Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia memberikan apresiasi kepada koperasi
yang berprestasi untuk memotivasi kegiatan usaha perkoperasian di Indonesia yaitu
dalam peraturan Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 tanggal 1 Mei 2006 tentang Pedoman
Penilaian Koperasi Berprestasi/Koperasi Award. Dalam Permen (peraturan menteri) ini
menetapkan indikator koperasi sukses pada 4 aspek, yaitu aspek organisasi, aspek tata
laksana dan manajemen, aspek produktivitas, dan aspek manfaat dan dampak. Koperasi
yang mampu mencapai bobot 100% mengindikasikan koperasi yang bersangkutan siap

7 | Manajemen Koperasi
memasuki MEA 2015. Sedangkan koperasi yang belum mencapai skor sebesar itu masih
perlu memperbaiki diri sesuai dengan permasalahan yang menyelimutinya dengan solusi
menyelesaikan masalah berdasarkan prioritas.
Telah banyak hal dan kebijakan yang sudah dilakukan pemerintah untuk
perkembangan koperasi di Indonesia, namun peran serta kebijakan peemrintah ini tidak
dapat terwujud hanya dengan campur tangan pemerintah saja, namun juga harus ada
dukungan dan peran dari masyarakat yang sangat diperlukan supaya apa yang
direncanakan pemerintah dapat terwujud. Pemerintah melakukan hal tersebut juga
semata-mata untuk kepentingan masyarakat, agar kehidupan anggota masyarakatnya
menjadi lebih baik lagi, mengurangi pengangguran, dan menaikkan taraf hidup. Dalam
hal ini yang tadinya keberadaan koperasi dianggap sebelah mata dan tidak mempunyai
peranan besar untuk negara akan berubah menjadi peranan yang besar jika peran
pemerintah dan masyarakat untuk koperasi dilaksanakan dengan kerjasama yang baik.

2.3 SEJARAH MEA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOPERASI


C. Sejarah MEA
Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) atau Asean Economic Community (AEC)
adalah bentuk kerjasama integrasi ekonomi ASEAN, yang dirintis sejak Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali, Indonesia, tahun 2003 atau dikenal sebagai
Bali Concord II. MEA bertujuan untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional,
meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan standar hidup
penduduk negara anggota ASEAN (Depdag, 2013).
Untuk mewujudkan MEA pada tahun 2015, sebagaimana kesepakatan dalam Bali
Concord II, telah disusun ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint sebagai
pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN. Empat pilar utama dalam AEC Blueprint
yaitu: (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung
dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal
yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing tinggi, dengan elemen
peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,
pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce; (3) ASEAN sebagai kawasan
dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil
dan menengah serta pemrakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV
(Cambodia, Myanmar, Laos dan Vietnam); dan (4) ASEAN sebagai kawasan yang
terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang

8 | Manajemen Koperasi
koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam
jejaring produksi global.
Sebagai kelanjutan dari penyusunan AEC Blueprint telah ditandatangani Roadmap
for an ASEAN Community (2009-2015) pada KTT ASEAN ke-14 di Hua Hin – Thailand.
Dengan penerapan MEA atau AEC pada tahun 2015 mendatang akan menciptakan
konfigurasi baru distribusi hasil produksi dan faktor produksi perekonomian intra
ASEAN. (WibowoY Santoso dan Artati Rahmi :2012).7
Dalam kegiatan MEA kerjasama integrasi ekonomi yang dibebaskan adalah arus
barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus modal yang lebih bebas, dan arus bebas
tenaga kerja terampil. Kelima elemen yang dibebaskan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
komponen arus perdagangan bebas barang meliputi penurunan dan penghapusan tarif secara
signifikan maupun penghapusan hambatan non tarif sesuai skema Asean Free Trade Area
(AFTA). Pada liberalisasi jasa bertujuan untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa-
jasa di antara negara-negara Asean yang dilakukan melalui mekanisme yang diatur dalam
Asean Framework Agreement on Service (AFAS), yang disepakati pada tahun 1995. Prinsip
utama dalam meningkatkan daya Asean menarik penanaman modal asing adalah
menciptakan iklim investasi yang kondusif di ASEAN. Pengertian arus modal yang lebih
bebas adalah hanya akan membuat arus modal menjadi lebih bebas (freer), yang
diterjemahkan Dampak Pelaksanaan MEA dengan pengurangan (Relaxing) atas restriksi-
restriksi dalam arus modal misalnya relaxing on capital control. Pembahasan tenaga kerja
dalam AEC Blueprint dibatasi pada pengaturan khusus tenaga kerja terampil (Skilled
Labour), yang diartikan sebagai pekerja yang mempunyai keterampilan atau keahlian
khusus, pengetahun, atau kemampuan dibidangnya, yang bisa berasal dari lulusan perguruan
tinggi, akademisi atau sekolah teknik atau dari pengalaman kerja8

D. Dampak MEA Terhadap Koperasi


Dampak positif (Peluang) MEA terhadap koperasi:
 Terbukaanya pasar untuk produk-produk ekspor di ASEAN.
 Kemudahaan untuk mengakses modal investasi antar Negara ASEAN.
 Kemudahaan memperoleh barang atau jasa yang diproduksi diluar Negara kita.
 Meningkatkan kegiatan pariwisata, mobilitas orang dan uang yang tinggi serta
perubahan sistem kehidupan masyarakat.

7
Encep Saepudin,”Dampak Pelaksanaan MEA Terhadap Koperasi di Indonesia”,jurnal islamadina, Vol. XIII, No. 2,
(Purwokerto, 2014) hlm. 19-20
8
Ibidh., 16.
9 | Manajemen Koperasi
Dampak Negatif (tantangan) MEA terhadap koperasi:
 Memperketat persaingan usaha antara koperasi nasional dan koperasi internasional
 Koperasi yang memiliki usaha skala kecil tidak mampu bersaing.
 Hilangnya pasar produk ekspor kita karena kalah bersaing karena harga dan
kualitas produk kita halah dibanding Negara lain di ASEAN.
 Banjir produk impor di pasaran dalam negeri yang akan mematikan usaha-usaha di
Negara kita.
 Kemungkinan adanya spekulasi di sektor keuangan, yang bisa menghancurkan
stabilitas ekonomi Negara
 Masuknya SDM dari Negara lain yang lebih berkualitas dari professional, yang
akan menggusur tenaga kerja dalam negeri.

2.4 PERAN PEMERINTAH PADA PEMBERDAYAAN KOPERASI DALAM MENGHADAPI


MEA
Hal- hal dibawah ini merupakan gambaran peran pemerintah dalam pemberdayaan
koperasi untuk menghadapi persaingan dalam era MEA.
1. Meningkatkan SDM (Sumber daya Manusia)
Pelaku koperasi dan UMKM melalui pelatihan-pelatihan dan meningkatkan standar
kualitas koperasi. Dengan ditingkatkanya kualitas SDM koperasi dan standar kualitas
koperasi, merupakan salah satu cara untuk memperbaiki citra dan kepercayaan terhadap
koperasi. Dalam hal tersebut pelaku koperasi harus terus berupaya untuk meningkatkan
kualitas dirinya sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Untuk memanfaatkan peluang dalam MEA maka produk-produk yang ada dalam
koperasi harus memiliki standar-standar yang sesuai dengan standar di tempat target pasar
tersebut. Dengan tujuan tersebut maka koperasi harus difasilitasi dengan kebutuhan
kualitas dan standar produk yang disyaratkan oleh pasar ASEAN.
Dengan adanya upaya peningkatan SDM Koperasi maka fungsinya dalam menghadapi
MEA adalah:
 SDM Koperasi memiliki keahlian dan kompetensi perkoperasian yang baik untuk
melakukan usaha bersama dan sebagai penggerak ekonomi guna bersaing dalam era
MEA.
 SDM Koperasi mampu melakukan kegiatan koperasi dengan baik sehingga dapat
memperbaiki citra dan kepercayaan publik terhadap koperasi.
 Pelatihan SDM Koperasi dapat menumbuhkan kemandirian masyarakat,
menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang memiliki skill dan kompetensi yang baik

10 | Manajemen Koperasi
melalui kegiatan operasional koperasi atau dapat membuka peluang usaha individu
bagi anggota koperasi untuk menghadapi perekonomian di Era MEA.
 SDM yang berkualitas akan membentuk pelaku usaha UMKM yang tangguh dan
mampu bersaing pada era MEA.
2. Memberikan fasilitas bantuan modal.
Masalah modal merupakan masalah klasik. Selama ini cukup banyak koperasi dan
UMKM yang tidak bisa memanfaatkan skema pembiayaan yang diberikan oleh
perbankan akibat ketidakmampuan seperti :
a. Aspek formalitas, karena banyak koperasi dan UKM yang tidak memiliki legal
status.
b. Aspek skala usaha, dimana skema kredit yang disiapkan perbankan tidak sejalan
dengan skala usaha Koperasi dan UKM.
c. Aspek informasi, dimana perbankan ragu terhadap keberadaan usaha koperasi.
Ketiga masalah tersebut seharusnya dapat diatasi diantaranya dengan
peningkatakn kualitas SDM yang ada baik di koperasi maupun di sektor UMKM,
melalui program seminar dan Focus diskusi group dengan pihak perbankan, Selain itu
memperbaiki sistem maupun prosedur serta legalitas perkoperasian agar memberi
kemudahaan dalam pelaku usaha koperasi.
Dengan adanya upaya memberikan fasilitas bantuan modal maka fungsinya dalam
menghadapi MEA adalah:
 Memudahkan koperasi dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan operasional
dengan adanya bantuan modal sehingga aktivitas ekonomi dapat meningkat.
 Memudahkan masyarakat anggota koperasi dan UMKM koperasi untuk
mengembangkan bisnisnya pada skala bisnis yang besar dan menjadi penggerak
sehingga mampu bersaing pada era MEA.
 Meningkatkan laju perekonomian seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi
akibat aktivitas-aktivitas ekonomi.
3. Peningkatan Jiwa Kewirausahaan.
Secara umum jiwa kewirausahaan di Indonesia masih terbilang rendah. Secara proporsi
baru sekitar 0,24% dari populasi penduduk (sekitar 500.000 orang). Seharusnya Indonesia
sendiri memiliki 4,8 juta wirausaha untuk mendukung perekonomian bangsa. Peningkatan
jiwa kewirausahaan dapat dilakukan dengan pengadaan seminar-seminar dan kepelatihan
usaha yang mampu menarik minat warga negara untuk membuat usaha. Hal itu juga harus
didasari oleh road map kejelasan berwirausaha. Dengan adanya Koperasi maka fungsinya
dalam menghadapi MEA adalah:

11 | Manajemen Koperasi
 Meningkatkan jiwa kewirausahaan anggota koperasi dan masyarakat
 Meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian dalam melakukan kegiatan ekonomi
 Meingkatkan kemampuan melakukan usaha dan potensi munculnya usaha
baru/UMKM dari skala kecil ke skala besar.
4. Meningkatkan Fasilitas Transfer Teknologi Bagi Koperasi Dan UMKM.
Fasilitas dan transfer teknologi masih merupakan tantangan yang kita hadapi bersama.
Peranan dan kerjasama antar lembaga riset masih belum banyak terlihat kepada
koperasi dan UMKM. Usaha peningkatan teknologi harus terus didorong lebuh giat
lagi per elemen yang berkepntingan, untuk mewujudkan koperasi yang modern dan
dinamis agar bisa bertahan dan bahkan maju dalam persaingan global.
5. Memfasilitasi Koperasi dan UMKM Untuk Akses Promosi dan Informasi di Luar
Negeri.
Pada saat ini kita semua dapat melihat produk-produk koperasi dan UMKM kurang
dapat perhatian didalam pasar dalam negeri, oleh karena itu diperlukan adanya
promosi yang aktif untuk membantu memasarkan produk-produk UMKM dan
koperasi, dan juga memudahkan proses regulasinya.Setelah kita menguasai pasar
bangsa kita sendiri dengan koperasi dan UMKM baru saat itulah kita dapat mudah
untuk memasarkan produk-produk koperasi dan UMKM di luar negeri. Dengan adanya
upaya memfasilitasi koperasi dan UMKM Untuk Akses Promosi dan Informasi di Luar
Negeri maka fungsinya dalam menghadapi MEA adalah:
 UMKM dan produk-produk koperasi lebih mudah dipromosikan dan di kenal
dan diakui dalam dunia global
 Koperasi dan UMKM dapat memiliki legalitas yang resmi
 Koperasi dan UMKM dapat berkembang dan memajukan usahanya dalam
menggerakkan roda perekonomian dalam era MEA.

12 | Manajemen Koperasi
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Perkembangan
koperasi terjadi dengan begitu pesar dari tahun ke tahun secara kuantitas namun secara
kualitas belum begitu signifikan oleh karena itu perann pemerintah sebagai regulator sangat
penting dalam perkembangan perkoperasian Indonesia mengingat koperasi juga merupakan
badan usaha yang dapat menjadi penggerak ekonomi. Berbagai upaya melalui kebijakan-
kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengembangkan koperasi Indonesia selain
itu upaya tersebut juga dilakukan melalui Kementerian Koperasi dan UMKM guna
mengembangkan dan memperbaiki kualitas koperasi di Indonesia agar mampu bersaing dalam
era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Selain itu keberadaan MEA memberikan berbagai
dampak bagi perekonomian Indonesia khususnya bagi pelaku usaha yang bernaung dalam
koperasi. Mulai dari terbukanya akses usaha yang luas mula dari perdagangan, pertukaran
barang dan jasa, kemudahan akses modal hingga dampak negatif berupa persaingan yang
sangat tajam antara pelaku usaha-usaha nasional dan internasional. Pasalnya beberapa usaha
yang bernaung dalam koperasi di Indonesia masih banyak dalam skala yang kecil yang akan
akan sangat merasakan dampak negatif dari persaingan akibat adanya MEA. Namun bagi
beberapa skala usaha besar koperasi merasakan dampak positif yang dapat membantu
mengembangkan usaha bisnisnya dan mempercepat perputaran aktivitas usahanya untuk
mencapai kesejahteraan dan mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu melalui berbagai
upaya yang telah dilakukan pemerintah, diharapkan usaha-usaha dan kegiatan ekonomi dalam
lingkup koperasi mampu bersaing dalam lingkungan bisnis global di era Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA)

3.2 SARAN
Sarana prosedur dan hukum serta bantuan-bantuan dari pemerintah hendaknya berjalan
dengan efektif dan dapat mengarahkan pada pengembangan perkoperasian di Indonesia agar
mampu bersaing pada era MEA.

13 | Manajemen Koperasi
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2010, Menuju Asean Economic Community 201, Jakarta: Departemen Perdagangan
Republik Indonesia
Damayanti, Dina. 2016. Majalah Ilmiah Inspiratif (Peran Pemerintah Terhadap Perkembangan
Koperasi di Kabupaten Kendal). Vol. 2 No. 2. Januari 2016. Diakses pada [31/08 06:10]
Encep Saepudin, (2014)”Dampak Pelaksanaan MEA Terhadap Koperasi di Indonesia”
Purwokerto, Jurnal Islamadina, Vol. XIII, No. 2,
Reksohadiprodjo, Sukanto. 1998. Manajemen Koperasi. Yogyakarta: BPFE. Hlm 29-30.
Kementrian Koperasi dan UMKM RI, www.depkop.go.id.
https://www.academia.edu/37814186/Makalah_Manajemen_Koperasi_Masalah_Peluang_Dan_
Tantangan_Koperasi_Di_Indonedia [Diakses pada 02/09 08:00].
https://bisnis.tempo.co/amp/1180167/pemerintah-akan-bubarkan-34-417-koperasi-di-tahun-ini
(diakses pada tanggal : 29/08/19/08;30).
https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/30/1321/tabel-perkembangan-koperasi-pada-
periode-1967--2015.html

http://www.depkop.go.id/data-lainnya

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/25/berapa-jumlah-koperasi-di-indonesia
(diakses pada tanggal : 15/09/19/08;45).
https://www.google.com/amp/s/aceh.tribunnews.com/amp/2015/08/11/koperasi-dan-mea-2015
(diakses pada tgl : 29/08/19/08:54).
https://industri.bisnis.com/read/20180105/12/723657/kemenkop-ukm-kontribusi-koperasi-
terhadap-pdb-nasional-448- Diakses pada [02/09 15:22]

14 | Manajemen Koperasi

Anda mungkin juga menyukai