PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Menurut Hendrik L. Blum, status Kesehatan dipengaruhi oleh 4
faktor, yaitu keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan
(fisik dan sosial-ekonomi-budaya). Kesehatan lingkungan adalah suatu
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh
positif pada terwujudnya status kesehatan yang optimum.
Salah satu penyebab masalah kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan lingkungan. Oleh karena itu untuk melihat masalah kesehatan
lingkungan, khususnya di Kelurahan Molas Cempaka Lingkungan V
Kecamatan Bunaken Dasa wisma 1-15 , kami menggunakan aplikasi
praktek asuhan keperawatan komunitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungan dan kesehatan
fisik di Kelurahan Molas Cempaka Lingkungan V Kecamatan
Bunaken Dasa wisma 1-15.
b. Memberikan pemecahan masalah kesehatan lingkungan dan
kesehatan fisik melalui Asuhan Keperawatan Komunitas.
c. Meningkatkan status kesehatan masyarakat di Kelurahan Molas
Cempaka Lingkungan V Kecamatan Bunaken Dasa wisma 1-
15.
C. Manfaat
1. Untuk masyarakat
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat
mengenai pentingnya mengatasi masalah kesehatan lingkungan dan
kesehatan fisik.
2
2. Untuk pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk mengaplikasikan Asuhan
Keperawatan Komunitas yang lebih baik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tujuan
4
atau issue kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga,
individu dan kelompok.
a. Individu
b. Keluarga
5
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan
atau adopsi. Antara keluarga satu dengan yang lainnya saling tergantung
dan berinteraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota
yang lainnya dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari permasalahan
tersebut diatas maka keluarga merupakan focus pelayanan kesehatan yang
strategis.
6
4. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
a. Kemanfaatan
b. Autonomi
c. Keadilan
7
a. Manusia
b. Kesehatan
c. Lingkungan
d. Keperawatan
7. Asumsi Dasar dan Keyakinan Dalam Keperawatan Komunitas
a. Asumsi dasar
b. Keyakinan
8
4) Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik
bersifat mendukung maupun menghambat, untuk itu perlu
diantisipasi.
5) Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan.
6) Kesehatan merupakan tanggungjawab setiap orang.
1. Pengkajian
9
sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam
tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masyarakat.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan
objektif.Data subyektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan sedangkan data objektif
adalah data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer adalah
data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan dan komunitas. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record
(Wahit, 2005).
Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau
anamnase, pengamatan dan pemeriksaan fisik.
a. Pengumpulan data
10
1) Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
b) Data demografi
c) Vital statistic
11
ISPA
Penyakit asthma
TBC paru
Penyakit kulit
Penyakit mata
Penyakit rheumatic
Penyakit jantung
Penyakit gangguan jiwa
Kelumpuhan
Penyakit menahun lainnya
Riwayat penyakit keluarga
Pola pemenuhan sehari-hari :
Pola pemenuhan nutrisi
Pola pemenuhan cairan dan elektrolit
Pola istirahat dan tidur
Pola eliminasi
Pola aktivitas gerak
Pola pemenuhan kebersihan diri
Status psikososial :
Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
Hubungan dengan orang lain
Peran di masyarakat
Kesedihan yang dirasakan
Stabilitas emosi
Penelantaran anak atau lansia
Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku
tindakan kekerasan
Status pertumbuhan dan perkembangan
Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
12
Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi
yang berlebihan, mengkonsumsi alcohol, penggunaan obat tanpa
resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam,
lemak dan purin.
13
c) Fasilitas
Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain
Pekarangan
Sarana olahraga
Taman, lapangan
Ruang pertemuan
Sarana hiburan
Sarana ibadah
d) Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur, dan selatan
e) Sarana ibadah
3) Pelayanan kesehatan dan social
a) Pelayanan kesehatan
Lokasi sarana kesehatan
Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader)
Jumlah kunjungan
Sistem rujukan
b) Fasilitas social (pasar, took ,swayalan)
Lokasi
Kepemilikan
Kecukupan
4) Ekonomi
a) Jenis Pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lansia
5) Keamanan dan transportasi
a) Keamanan
Sistem keamanan lingkungan
Penanggulangan kebakaran
14
Penanggulangan bencana
Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah
b) Transportasi
Kondisi jalan
Jenis transportasi yang dimiliki
Sarana transportasi yang ada
6) Politik dan pemerintahan
a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
8) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal)
Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c) Jenis bahasa yang digunakan
9) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi
b. Pengolahan data
15
Karakteristik demografi
Karakteristik geografi
Karakteristik social ekonomi
Sumber dan pelayanan kesehatan
c. Analisa data
16
e. Prioritas masalah
1) Problem (Masalah)
2) Etiologi (Penyebab)
3) Sign or Symptom (Tanda atau Gejala)
17
1) Dengan rumus PES
2) Dengan rumus PE
DK : P (Problem/masalah) + E (Etiologi/penyebab)
Jadi menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung 2
komponen tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Perumusan tujuan
18
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
19
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi
kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat
6) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai
7) Tindakan harus bersifat realistic
8) Disusun secara berurutan
c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
a. Inovatif
b. Integrated
20
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesame profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan asas kemitraan
c. Rasional
e. Ugem
21
Apakah program yang diperlukan ?
Yang ada atau yang terbaru
2) Perkembangan kemajuan
Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana ?
Bagaimana staf, fasilitas dan jumlah peserta ?
3) Cost efficiency (efisiensi biaya)
Bagaimana biaya ?
Apa keuntungan program ?
4) Efektifitas
Apakah tujuan tercapai ?
Apakah klien puas ?
Apakah focus pada formulatif dan hasil jangka pendek ?
5) Impact
Apakah dampak jangka panjang ?
Apa perubahan perilaku dalam 6 bulan atau 1 tahun ?
Apakah status kesehatan meningkat ?
b. Keguanaan evaluasi
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat
yang diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan
keperawatan yang diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki atau menyusun rencana dalam proses keperawatan.
c. Hasil evaluasi
1) Tujuan tercapai
22
2) Tujuan tercapai sebagian
23
BAB III
A. PENGKAJIAN
a. Data Geografi
b. Data demografi
15 dasawisma. Terdiri dari 776 KK dan yang dijadikan target untuk asuhan
seperti pada saat disurvey ada keluarga yang tidak berada dirumah,
Setelah dilakukan pengkajian data pada tanggal 22, 23,24 Januari 2016
24
1. Komposisi penduduk
Diagram 1.1.Distribusi status penduduk di Lingkungan V Desa
Molas Cempaka Februari 2016
Asli/menetap,
600 523
Asli/menetap,
96.85
400
Musiman, 3.15
200
%
0 Musiman, 17
Frekuensi
Asli/menetap
Musiman
477
500
400
300
88.33 Frekuensi
200
%
100 11.67
63
%
0
Frekuensi
Pribadi
Menumpang
25
Diagram 1.3 Distribusi data demografi di Lingkungan V Desa
Molas Cempaka Februari 2016
3% 3% 2% 2% 3% 3% 0 s/d 1
1 s/d 3
6% 10%
7% 3 s/d 5
8% 12% 5 s/d 10
10 s/d 15
9% 10% 15 s/d 20
9% 5% 21 s.d 25
8%
25 s/d 30
30 s/d 35
35 s/d 40
47.54
2
1014
Perempuan
Laki-laki
52.46
1
1119
26
Diagram 1.5 Distribusi tingkat pendidikan penduduk di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
900
800
700
600
Axis Title
500
400
300
200
100
0
Belum Tidak Perguru
TK SD SMP SMA
sekolah sekolah an tinggi
Series1 182 63 50 839 468 463 68
Series2 9 3 2 39 22 22 3
IRT
24% Swasta PNS
10% 1%
Pensiunan
TNI/POLRI 0%
0%
Berdasarkan diagram 1.6, pekerjaan yang paling banyak di Desa
Molas Lingkungan V adalah IRT yaitu 517 orang (24%), dan yang tidak
bekerja yaitu 832 orang (39%).
27
Diagram 1.6 Distribusi agama di Lingkungan V Desa Molas
Cempaka Februari 2016
Hindu
Kristen Katolik 0%
8% Budha
0%
Islam
38% Konghuchu
0%
Kristen Lain-lain
Protestan 0%
54%
2. Status kesehatan
Diagram 2.1. Distribusi penyakit yang diderita 1 tahun
terakhir di Lingkungan V Desa Molas Cempaka
Februari 2016
Demam, pilek ISPA Thypoid
Gout Atritis DM Hipertensi
Gastritis Malaria DHF
Stroke Cikumunya Kolestrol
Asma Lain-lain ( TB, Diare ) JUMLAH
Hipertensi Gastritis Malaria
28
Demam Pilek dengan 423 orang (31%) yang kedua terbanyak ada ISPA
yaitu 372 orang (27%) dan ketiga terbanyak Hipertensi yaitu 123 orang
(9%) dari jumlah penduduk.
Diagram 2.2 Distribusi kondisi kecatatan penduduk
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
2500
2122
2000
Axis Title
1500
Ya
1000
Tidak
500
11
0 1 99
Frekuensi
%
2500
2107
2000
1500 Ada
Tidak
1000
500
26 99
1
0
Frekuensi %
29
Berdasarkan diagram 2.3, Di Desa Molas Cempaka Lingkungan V
99% tidak ada anggota keluarga yang meninggal dalam 1 tahun terakhir.
3. Lingkungan fisik
Diagram 3.1 Distribusi lingkungan fisik dilihat dari luas lantai
bangunan rumah di Lingkungan V Desa Molas Cempaka
Februari 2016
350
300
250
200
> 50 m2
150 < 50 m2
100
50
0
Frekuensi %
500
427
400
300
200 79
0 Frekuensi
11
100 61 10
0 %
52
0 %
Tidak ada Frekuensi
1 kamar
2-3 tidur
tidur Lebih dari
3 kamar
tidur
30
Berdasarkan diagram 3.1, distribusi jumlah kamar tidur di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V yang terbanyak 2-3 kamar tidur yaitu 427
keluarga (79%) dan paling sedikit > 3 kamar tidur yaitu 52 keluarga
(10%).
Diagram 3.2. Distribusi kebiasaan penduduk untuk membuka jendela
di Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
450
400
350
300
Ya
250
200 Tidak
150
100
50
0
Frekuensi %
500 465
400
300
10 86
200
53 4
100 Frekuensi
22 %
0
%
Frekuensi
Tanah
(sebagian Plesten, ubin,
keramik Papan, kayu
besar)
1.
2.
3.
31
Berdasarkan diagram 3.2, jenis lantai rumah penduduk di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V menunjukan 465 keluarga (86%) jenis
lantai rumah adalah plesten, ubin atau keramik dan yang paling sedikit
yaitu papan kayu 22 keluarga (4%).
Diagram 3.3 Distribusi tipe bangunan rumah di Lingkungan V
Desa Molas Cempaka Februari 2016
300 262
248
250
200
150 49
46 Frekuensi
100
50 64 5 %
%
0
Frekuensi
Permanen
Semi
permanen Non
permanen
279
300
233
250
200
150 Frekuensi
100 %
52 43
28
50 5
0
Bersih Kurang bersih Tidak bersih
1. 2. 3.
32
Berdasarkan diagram 3.4, kebersihan jendela dan lubang angin di
Desa Molas Cempaka Lingkungan V 279 rumah (52%) memiliki jendela
dan lubang angin yang bersih dan yang tidak bersih yaitu 28 rumah (5%).
Berdasarkan diagram 3.5 Distribusi berdasarkan kebersihan dalam
rumah dan pekarangan di Lingkungan V Desa Molas Cempaka
Bersih Kotor
350
295
300
245
250
200
150
100
55 45
50
0
Frekuensi %
72
Sumur gali
33
Berdasarkan diagram 3.6, kesehatan air di Desa Molas Cempaka
Lingkungan V 188 keluarga (35%) jenis air yang digunakan untuk
memasak dan minum yaitu air gallon.
Diagram 3.7. Distribusi penggunaan air untuk mencuci di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
250
220
200
177
150
143
Frekuensi
100 %
50
41
33 26
0
Sumur gali Sumur pompa PAM
15
Lain-lain ( setiap hari )
82
45
> 2x seminggu
241
%
19
2x seminggu Frekuensi
104
21
1x seminggu
113
34
Berdasarkan diagram 3.8, waktu untuk pembersihan/pengurasan air
di Desa Molas Cempaka Lingkungan V 241 keluarga (45%) melakukan
pembersihan / pengurasan air sebanyak > 2x seminggu.
Diagram 3.9 Distribusi penampungan air untuk memasak di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
600
483
500
400
300 1. Ya
2. Tidak
200
89
100 57
11
0
Frekuensi %
242
250 227
200
150
100 71 13 45
42
50 0
0 0 %
Frekuensi
<5m Frekuensi
> 10 m %
5 s/d 10
Lain-lain (
m
tidak ada
1. WC )
2.
3.
4.
35
Berdasarkan diagram 3.10, jarak sumber air dengan penampung di
Desa Molas Cempaka Lingkungan V 242 rumah (45 %) sumber air dengan
penampungan kotoran yang paling banyak dengan jarak > 10m dan 71
rumah (13 %) dengan jarak yaitu < 5m.
Diagram 3.11. Distribusi keadaan fisik air di Lingkungan V
Desa Molas Cempaka Lingkungan V Februari 2016
Berbau
3%
Berwarna
39%
Jernih
58%
36
Berdasarkan diagram 3.12, penampungan air untuk masak dan
minum di Desa Molas Cempaka Lingkungan V terbanyak yaitu 465 rumah
(86%) tertutup sedangkan yang sedikit yaitu terbuka 75 rumah (14%).
4. Pembuangan sampah
Table 4.1 Distribusi tempat pembuangan sampah di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
482
500
400
300
Ada
58
200 Tidak
11
100 89 Tidak
0
Ada
Frekuensi
%
250
211 214
200
150
Frekuensi
100 %
55
39 44 40
50
10 8 16
3
0
Dibakar Dibuang Ditimbun Dibuang Lain-lain
ke kali ke TPU
37
Berdasarkan diagram 4.2, pengelolaan sampah di Desa Molas
Cempaka Lingkungan V yaitu 214 keluarga (40%) mengatakan sampah
dibuang ke TPU .
Diagram 4.3 Distribusi kondisi tempat penampungan sampah
dirumah di Lingkungan V Desa Molas Cempaka
Frekuensi
Terbuka Tertutup
600
500 51
400
300
489
200
100 9
91
0
Frekuensi %
38
terbanyak yaitu ada 489 rumah (91%) sedangkan yang paling sedikit tidak
ada 51 rumah (9%).
Diagram 4.3 Distribusi jenis vektor di Lingkungan V Desa Molas
Cempaka Februari 2016
450
400
350
300
250
Frekuensi
200
%
150
100
50
0
Tikus Lalat Anjing Nyamuk Kecoa Kucing Lain-lain
5. Kondisi jamban
Diagram 5.1. Distribusi tempat pembuangan tinja di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
600
498
500
400
300 Ada
Tidak
200
92
100
42
8
0
Frekuensi %
39
Berdasarkan diagram 5.1, kondisi jamban dari tempat pembuangan
tinja di Desa Molas Cempaka Lingkungan V yang paling banyak yaitu ada
498 rumah (92%) sedangkan yang tidak 42 rumah (8%).
Diagram 5.2 Distribusi kondisi jamban di Lingkungan V Desa Molas
Cempaka Februari 2016
400
350
300
250
200 Bersih
100
50
0
Frekuensi %
450
400
350
300
Axis Title
250
200
150
100
50
0
Frekuensi %
Axis Title
40
Berdasarkan diagram 5.2, pembuangan limbah di Desa Molas
Cempaka Lingkungan V 409 rumah (76 %) memiliki tempat pembungan
limbah sedangkan 131 rumah (24%) tidak memiliki pembuangan limbah.
Diagram 5.3. Distribusi saluran air limbah di Lingkungan V
Desa Molas Cempaka Februari 2016
400
Frekuensi, 339
350
300
250 Frekuensi, 201
200
150
100 %, 63
%, 37
50
0
Frekuensi %
6. Komunikasi
Diagram 6.1 Distribusi sarana komunikasi di Lingkungan V
Desa Molas Cempaka Februari 2016
600 528
400
12 Ada
200 2
Tidak
98 Tidak
0
Ada
Frekuensi
%
41
komunikasi dan hanya 12 keluarga (2%) yang belum memilki sarana
komunikasi
Diagram 6.2 Distribusi jenis bahasa yang dipakai sehari-hari di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
350
306
300
234
250
200
150 Frekuensi
100 43 %
50 57
0
0 0
Indonesia
Daerah
Asing
34
Pertemuan antar masyarakat 182
20
Posyandu / kader 108
%
9 Frekuensi
Media cetak (koran/majalah) 47
37
Media elektronik ( Radio/TV) 203
42
Berdasarkan diagram 6.3, metode penyampaian informasi yang
diharapkan oleh penduduk di Desa Molas Cempaka Lingkungan V 203
keluarga (37% )yaitu media elektronik (radio/tv) sedangkan yang paling
sedikit yaitu media cetak (koran/majalah) 47 keluarga (9%).
Diagram 6.3. Distribusi sarana informasi yang digunakan penduduk
di Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
476
500
400
300
88
200
1 7
100 4 Frekuensi
6 40
0 18 %
%
Frekuensi
7. Ekonomi
Diagram 7.1 Distribusi penghasilan keluarga tiap bulan penduduk
di Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
92
< Rp. 750.000
43
Berdasarkan diagra 7.1, penghasilan keluarga tiap bulan di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V yang paling banyak yaitu Rp. 1.500.000
sebanyak 226 keluarga (42%) sedangkan yang paling sedikit yaitu
<Rp.750.000 sebanyak 92 keluarga (17%).
Diagram 7.2 Distribusi dana yang dialokasikan untuk kesehatan di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
293
300
247
250
200
Ya
150 Tidak
100 56
44
50
0
Frekuensi %
300 301
250
239
200
Ya / pribadi
150 Tidak / umum
100
66
50
34
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
44
Berdasarkan diagram 8.1, sarana transportasi keluarga di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V 301 keluarga (66%) memiliki sarana
transportasi pribadi sedangkan 205 keluarga (34%) menggunakan
kendaraan umum.
Diagram 8.2 Distribusi sarana pengaman dirumah di Lingkungan V
Desa Molas Cempaka Februari 2016
400
350
335
300
250
200 205 Ya
150 Tidak
100
50 62
38
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
9. Rekreasi
Diagram 9.1. Distribusi waktu rekreasi khusus keluarga di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
300
282
250 258
200
150 Ada
Tidak
100
50 52
48
0
Frekuensi %
45
Berdasarkan diagram 9.1, waktu rekreasi khusus keluarga di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V 282 keluarga (52%) tidak memiliki waktu
rekreasi khusus dengan keluarga dan 258 keluarga (48%) memiliki waktu
untuk rekreasi khusus dengan keluarga
10. Pendidikan
Table 10.1 Distribusi jenis pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan penduduk di Lingkungan V Desa Molas Cempaka
Februari 2016
46
11. Pelayanan kesehatan dan social
Diagram 11.1 Distribusi sarana kesehatan yang paling
dimanfaatkan di Lingkungan V Desa Molas Cempaka
Februari 2016
Bidan praktek Perawat klinik Dokter klinik Lain-
3% 2% keluarga lain
0% 0%
Rumah sakit
1% Puskesmas
48%
Dokter praktek
46%
50
5
28
0
Pagi Sore Siang Malam
Frekuensi %
47
Berdasarkan diagram 11.2,waktu yang baik untuk mendapatkan
penyuluhan kesehatan di Desa Molas Cempaka Lingkungan V yang
paling banyak adalah sore sebanyak 227 keluarga (42%) sedangkan yang
paling sedikit yaitu malam 28 keluarga (5%).
Diagram 11.3 Distribusi tempat untuk mendapatkan penyuluhan
kesehatan di Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
Frekuensi %
170 170
116
84
31 31
15 22
0 0
400 303
237
200 56
Tidak
44
0
Ya
Frekuensi
%
48
Berdasarkan diagram 12.1, peraturan dalam keluarga di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V 303 keluarga (56%) tidak memiliki aturan
dalam keluarga sedangkan 237 keluarga (44%) memiliki aturan dalam
keluarga.
Diagram 12.2. Distribusi anggota keluarga yang berpengaruh dalam
pemeliharaan kesehatan di Lingkungan V Desa Molas
Cempaka Februari 2016
339
350
300
250 191
200
150
67
100 35
50 10 3 0 0
0
Ayah Ibu Anak Lain-lain
Frekuensi %
Frekuensi %
435
81
50 55
0 9 10
1 x / hari 2 x/ hari 3 x / hari > 3 kali
49
Berdasarkan diagram 13.1, frekuensi makan keluarga dalam sehari
di Desa Molas Cempaka Lingkungan V yang paling banyak yaitu 3x/hari
sebanyak 435 keluarga (81%) sedangkan yang paling sedikit 2x/hari
sebanyak 51 keluarga (9%).
Diagram 13.2 Distribusi anggota keluarga yang merokok di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
Ya Tidak
313
217
60
40
Frekuensi %
3
2
97
15
1
525
Tidak Ya
50
Berdasarkan diagram 13.1, pentingnya olahraga bagi penduduk di
Desa Molas Cempaka Lingkungan V 252 keluarga (97%) mengatakan
olahraga itu penting sedangkan 15 keluarga (3%) mengatakan olahraga
tidak penting.
150 119
91 69
100
50 Frekuensi
25 12
%
0 16
%
Lengkap Frekuensi
Belum
lengkap Tidak
lengkap
140 129
120
98
100
80
60
40
20
3 2
0
Frekuensi %
51
Berdasarkan diagram 14.2, status perkembangan balita di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V yang paling banyak yaitu normal sebanyak
129 balita (98%) sedangkan yang paling sedikit tidak normal sebanyak 3
balita (2%).
Diagram 14.3 Distribusi penyakit yang diderita balita 3 bulan
terakhir di Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
ISPA Diare Muntah-muntah Demam Penyakit kulit Lain-lain ( alergi )
3% 3%
36%
32%
10%
16%
52
%
48
Makan sendiri
Disuapi
68
Frekuensi
67
0 20 40 60 80
52
Berdasarkan diagram 14.4, kebiasaan anak saat makan di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V yang paling banyak yaitu 68 anak (52%)
makan sendiri sedangkan yang disuapi 67 anak (48%).
Diagram 14.5 Distribusi jumlah porsi makan anak dalam 1 hari di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
71
80
70 58
54
60 44
50
40
30
20
2 2
10
0
Habis 1 porsi Kadang-kadang Tidak ada perilaku
habis 1 porsi khusus
Frekuensi %
100
83
80
60
40
40
17 13
20
6
0
Kurang dari 8 jam 8-15 jam Lebih dari 15 jam
Frekuensi %
53
Berdasarkan diagram 14.6, jam tidur anak dalam sehari yang paling
banyak di Desa Molas Cempaka Lingkungan V yaitu 8-15 jam sebanyak
109 anak (83%) sedangkan yang paling sedikit kurang dari 8 jam yaitu 17
anak (13%).
Diagram 14.7 Distribusi kebiasaan anak saat bermain di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
59
78
80
27
60 14 36
40 19 %
20
Frekuensi
0
Sendiri Bersama teman Harus ditemani
sebaya oleh orang tua /
saudaranya
Frekuensi %
Berdasarkan diagram 14.7, kebiasaan saat bermain yang paling
banyak yaitu bersama teman sebaya sebanyak 78 anak (59%) sedangkan
yang paling sedikit yaitu bermain sendiri sebanyak 19 anak (14%).
Diagram 14.8 Distribusi rutinnya membawa anak ke posyandu di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
99
100
75
80
Ya
33
60 25 Tidak
40
Tidak
20
Ya
0
Frekuensi %
54
Berdasarkan diagram 14.8, rutinnya ibu membawa balita ke
posyandu di Desa Molas Cempaka Lingkungan V sebanyak 99 ibu (75%)
runtin membawa anak ke posyandu dan 33 ibu (25%) tidak rutin
membawa anak ke posyandu.
Diagram 14.9. Distribusi manfaat posyandu bagi keluarga di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
Ya Tidak
48 52
69 63
55
Berdasarkan diagram 14.10, penyuluhan berkaitan kesehatan balita
di Desa Molas Cempaka Lingkungan V yang sebanyak 69 keluarga (52%)
mendapatkan penyuluhan berkaitan dengan kesehatan balita dan 63
keluarg (48%) tidak menerima penyuluhan kesehatan balita.
Diagram 14.11 Distribusi subsidi/bantuan perawatan balita di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
56
60 37 55
36
40
31 21
20 3
4 3
0 5 Frekuensi
%
Imunisasi balita
11%
56
Berdasarkan diagram 14.12, informasi kesehatan yang dibutuhkan
di Desa Molas Cempaka Lingkungan V yang paling banyak dibutuhkan
yaitu gizi balita sebanyak 84 keluarga (51%).
Diagram 14.13. Distribusi faktor injury pada balita di Lingkungan V
Desa Molas Cempaka Februari 2016
140
Frekuensi, 73
120
100 %, 55
80
60 Frekuensi, 59
%, 45
40
20
0
Frekuensi %
Berdasarkan diagram 14.13, faktor injury pada balita di Desa
Molas Cempaka Lingkungan V yaitu 59 balita (45%) terdapat faktor injury
pada balita dan 73 baliata (55%) tidak terdapat faktor injury pada balita.
Diagram 14.14. Distribusi kebiasaan memberikan stimulasi
perkembangan anak balita di Lingkungan V Desa Molas Cempaka
Februari 2016
112
120
85
100
80
60
40 20 15
20
0
Frekuensi %
Ya Tidak
57
Berdasarkan diagram 14.14, keluarga yang memiliki kebiasaan
untuk memberikan stimulasi perkemabangan anak balita di Desa Molas
Cempaka Lingkungan V ada 112 keluarga (85%) sedangkan yang tidak
dengan 20 keluarga (15%).
58
atau sembelit)
6. Fungsi pergerakkan
- Nyeri kaki saat berjalan 8,2
- Nyeri pinggang / tulang
7
belakang
- Nyeri persendian /
bengkak
5,3
7. Fungsi persarafan
- Lumpuh / kelemahan 1,4
pada kaki / tangan
2
- Kehilangan rasa
- Gemetar / tremor
8. Fungsi perkemihan
-Buang air kecil banyak 1
-Sering buang air kecil
2,4
malam hari
- Tidak mampu 1,2
mengontrol pengeluaran
air kemih / BAK
merembes
JUMLAH 100
Berdasarkan Table 1, masalah kesehatan pada lansia yang paling
banyak di Desa Molas Cempaka Lingkungan V adalah gangguan fungsi
pergerakan (nyeri kaki saat berjalan) 8,2 % dan sesudah itu gangguan
fungsi pencernaan (nyeri uluh hati) 8%.
Diagram 15.1. Distribusi resiko injury pada lansia di Lingkungan V
Desa Molas Cempaka Februari 2016
Tidak 54
58
46 Frekuensi
Ya
50
0
20
40
60
59
Berdasarkan diagram 15.1, resiko injury pada lansia di Desa Molas
Cempaka Lingkungan V yaitu 50 lansia (46%) memiliki resiko injury dan
dengan tidak terdapat resiko injury 58 lansia (54%).
Diagram 15.2. Distribusi penghasilan lansia di Lingkungan V Desa
Molas Cempaka Februari 2016
54 54
54
53
52
Ya
51
50 50 Tidak
50
49
48
Frekuensi %
Dokter praktek
40%
Puskesmas
51%
60
Berdasarkan diagram 15.3, fasilitas kesehatan yang paling banyak
digunakan lansia di Desa Molas Cempaka Lingkungan V adalah
puskesmas sebanyak 55 lansi (50%).
Diagram 15.3. Distribusi pemeriksaan kesehatan lansia secara teratur
di Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
100
80
60
Frekuensi
40 %
20 %
0
Frekuensi
Ya
Tidak
100
80
60 Frekuensi
40 %
20 %
0
Frekuensi
Ya
Tidak
61
Berdasarkan diagram 15.4, lansia di Desa Molas Cempaka
Lingkungan V yang mengatakan fasilitas kesehatan terjangkau ada 85
orang (78%) dan yang mengatakan tidak terjangkau ada 23 orang (22%).
Diagram 15.5, Distribusi tersedianya jaminan kesehatan lansia di
Lingkungan V Desa Molas Cempaka Februari 2016
53
Tidak 57
%
Frekuensi
47
Ya 51
0 10 20 30 40 50 60
100
80
60 Ya
Tidak
40
20
0
Frekuensi %
62
yaitu 97 lansia (90%) lansia dengan upaya untuk mengatasi masalah
kesehatan dan yang tidak ada yaitu 11 lansia (10%).
Table 2 Distribusi perkumpulan usia lanjut di Lingkungan V Desa
Molas Cempaka Februari 2016
No. Perkumpulan usia lanjut Frekuensi %
1. Ya
- Pengajian 6 6
- Arisan
3 3
- Olahraga / senam
- Kesenian 10 10,41
- Perkumpulan antar usia
16 17
lanjut
- Lain-lain 3 3,1
2. Tidak 58 60,4
JUMLAH 100
Berdasarkan tabel 2, perkumpulan lansia di Desa Molas Cempaka
Lingkungan V yaitu ada 39,51 % lansia yang mengikuti perkumpulan usia
lanjut dan yang tidak mengikuti perkumpulan usia lanjut sebesar 60.4%.
Diagram 15.7. Distribusi lansia yang merorok di Lingkungan
V Desa Molas Cempaka Februari 2016
80 72
67
70
60
50 Ya
36
40 33 Tidak
30
20
10
0
Frekuensi %
Berdasarkan diagram 15.7, lansia yang merokok di Desa Molas
Cempaka Lingkungan V sebanyak 32 lansia (33%) dan yang tidak
merokok sebanyak 76 lansia (67%).
63
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. Kesehatan lingkungan atau Ketidakmampuan Sanitasi
tempat tinggal. masyarakat memelihara lingkungan
1) Jumlah KK dengan kesehatan lingkungan kurang sehat
kondisi pembuangan
sampah terbuka , yaitu 406
KK (76 %)
- Jumlah KK yang
kebersihan dalam
rumah dan
pekarangan kotor,
245 KK (45%)
- Jumlah KK yang
tidak memiliki
pembuangan
limbah, yaitu 131
KK (24%)
- Jumlah KK dengan
saluran air limbah
tersumbat, yaitu
201 KK (37%)
- Jumlah KK yang
terdapat vektor,
yaitu 489 KK (91
%)
- Jumlah KK dengan
kondisi jamban
tidak bersih, yaitu
166 KK (31 %)
- Tingkat pendidikan
SD 39%
64
pengolahan macam-macam vektor
sampah dibakar, dan polusi
yaitu 211 KK (39
%) Kurangnya kader
- Jumlah KK dengan kesehatan
kondisi
pembuangan
sampah terbuka ,
yaitu 406 KK (76
%)
- Jumlah KK yang
memiliki luas
jendela dan lubang
angin yang kurang
bersih, yaitu 233
KK (43%)
- Jumlah KK dengan
anggota keluarga
merokok, yaitu 313
KK (60%)
- Jumlah KK yang
membutuhkan
informasi tentang
penanggulangan
kesehatan, yaitu
342 KK (63%)
3. Peningkatan penderita Kurangnya informasi Resiko
penyakit masyarakat tentang bertambahnya
- Jumlah penderita penyakit hipertensi penderita
Hipertensi 123 hipertensi
orang (9%) Pendidikan rendah
- Jumlah KK dengan
anggota keluarga
merokok, yaitu 313
KK (60%)
- Jumlah KK dengan
anggota keluarga
merokok, yaitu 313
KK (60%)
- Jumlah KK yang
membutuhkan
informasi tentang
penanggulangan
kesehatan, yaitu
342 KK (63%)
65
4. Kesehatan lansia Tidak adanya Rendahnya
- Jumlah Lansia 108 pembinaan pada usia pelayanan
orang lanjut kesehatan pada
- Keluhan terbanyak Kurangnya informasi lansia
pada lansia adalah tentang kesehatan usia
batuk malam lanjut
disertai keringat Kurangnya perhatian
malam 34 % pemerintah / petugas
- Lansia yang tidak kesehatan
mempunyai (puskesmas/pustu)
kegiatan 58 orang (
60,4 %)
- Jumlah lansia yang
tidak melakukan
pemeriksaan
kesehatan secara
teratur yaitu 83
orang (77%)
66
No Masalah Ketersediaan Sumber
pendidikan kesehatan
Sesuai peran perawat
Kemudahan diatasi
Minat Masyarakat
Kesehatan
Sesuai intervensi
Sesui program
Resiko tejadi
Resiko parah
pemerintah
Petiugas
Fasilitas
Ttempat
Jumlah
Waktu
Dana
1 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 5 46
Sanitasi
lingkungan
kurang sehat
b/d
ketidakmamp
uan
masyarakat
memelihara
kesehatan
lingkungan
2. 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 43
Resiko
meningkatnya
penyakit
ISPA 27%,
DEMAM
31%, dan
lain-lain
67
3. 4 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 40
Resiko
bertambahnya
penderita
hipertensi
4. 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 38
Resiko terjadi
penurunan
derajat
kesehatan
pada usia
lanjut
68
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
69
d. Tidak meluangkan waktu rekreasi/olahraga 52%
4. Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di
lingkungan 5 kelurahan molas kecamatan bunaken sehubungan
dengan
1) Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
2) Kurangnya informasi tentang kesehatan usia lanjut
Ditandai dengan:
a. Jumlah usia lanjut 104 orang
b. Penyakit yang diderita lansia : pada fungsi pernafasan 23%,
fungsi penglihatan 21%, fungsi pergerakkan 20%, fungsi
jantung 17%, fungsi persarafan 14%, fungsi pencernaan
13%, fungsi pendengaran 11%, dan fungsi perkemihan 4%
c. Usia lanjut yang memeriksakan kesehatannya tidak teratur
77%
70
71
72
73
74
75
76
77
78
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
79
penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran,
B. Saran
kesehatan masyarakat.
80
Lampiran 1
81
Kegiatan penyuluhan
82
-Memberikan salam penutup Menjawab
-Pemeriksaan Pemeriksaan Tekanan Darah salam
“Hipertensi”
a. Definisi
b. Penyebab
1. Stres
2. Usia
3. Merokok
4. Obesitas (kegemukan)
5. Alkohol
6. Faktor keturunan
7. Faktor lingkungan (gaduh/bising)
c. Jenis-jenis hipertensi
83
Jenis-jenis hipertensi adalah:
1. Pusing
2. Rasa berat di tengkuk
3. Mudah marah
4. Telinga berdenging
5. Sukar tidur
6. Sesak nafas
7. Mudah lelah
8. Mata berkunang-kunang
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal.
84
e. Komplikasi
f. Pengobatan
85
c. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan
tuna
d. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan
diutamakan putih telurnya saja
e. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak
mengandung lemak)
5. Makanan yang perlu dihindari
a. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant,
minuman kaleng
b. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing
c. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu
asin
6. Pengobatan tradisional
1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri
86
Lampiran 2
A. Tujuan Umum
Kegiatan penyuluhan ini diharapkan seluruh peserta dapat mengenal
hal-hal yang berkaitan dengan ISPA.
B. Tujuan Khusus :
1. Peserta dapat mengetahui dan memahami pengertian ISPA
2. Peserta dapat mengetahui dan memahami penyebab ISPA
3. Peserta dapat memahami dan mengetahui tanda dan gejala ISPA
4. Peserta dapat memahami dan mengetahui penatalaksanaan ISPA
5. Peserta dapat memahami dan mengetahui cara perawatan ISPA
6. Peserta dapat memahami dan mengetahui cara mencegah ISPA
C. Kegiatan Penyuluhan
87
N Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu Media
o
1 Pembukaa mengucapkan menjawab 5
n salam salam meni
memperkenalk mendengarkan t
an diri memperhatika
mengingatkan n
kontrak mendengarkan
menjelaskan
tujuan
2 Isi menjelaskan Memperhatika 15 -
pengertian n meni Leafle
ISPA Memperhatika t t
menjelaskan n
tanda dan memperhatika
gejala ISPA n
menjelaskan
cara perawatan
ISPA
menjelaskan
cara
pengobatan
tradisional
ISPA
memberikan
ksempatan
kepada audien
untuk
bertanya.
88
3 Penutupan mengevaluasi mengungkapk 10
perasaan an perasaan meni
peserta setelah setalah t
penyuluhan penyuluhan
mengajukan bertanya
beberapa tentang materi
pertanyaan penyuluhan
yang belum
paham
ISPA
A. Defenisi ISPA
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut
yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah, dimana infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ
mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,
namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini
tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian karena infeksi
bisa menyerang selaput otak (Widoyono, 2005).
ISPA adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring trakea, bronchi dan alveoli
Kemungkinan yang terjadi adalah dikarenakan infeksi saluran pernafasan,
yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan pernafasan mereka, tidak hanya
pada masa tumbuh kembang namun juga dapat berpengaruh hingga
89
dewasa, karena penyakit-penyakit saluran pernapasan pada bayi dan anak-
anak mempunyai kemungkinan menyebabkan kecacatan pada masa
dewasa dikarenakan virus masuk ke paru dan merusak organ disana dan
susah untuk di sembuhkan (Sutanto dan Hariwijaya, 2006).
B. Macam-Macam ISPA
Menurut (Widoyono, 2005) Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari :
a. Bukan pneumonia/ISPA ringan
Pasien dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan
frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kearah dalam, tidak ada gangguan tidur, dahak/sputum
encer, nafsu makan menurun/anoreksia serta suhu tubuh 37 s/d < 38 oC.
b. Pneumonia/ISPA sedang
Didasarkan pada adanya batuk, dahak/sputum mulai kental, suhu tubuh
38 oC, tidak mau makan, sakit pada kerongkongan saat menelan, kadang
sesak napas, dimana frekuensi nafas cepat pada anak berusia dua bulan
sampai < 1 tahun adalah > 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 sampai
< 5 tahun adalah > 40 kali per menit dan untuk > 5 tahun sampai dewasa >
30 kali per menit seta kesulitan bernapas ditandai dengan adanya
penggunaan oto bantu pernapasan.
c. Pneumonia berat/ISPA berat
Gejala pneumonia/ISPA sedang ditambah dengan gejala panas tinggi
(suhu tubuh > 38 oC), napas berbunyi, kadang disertai penurunan
kesadaran dan perubahan bunyi suara (stridor).
C. Penyebab ISPA
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan
adalah virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis,
sinusitis, fharingitis, tonsillitis dan laryngitis (Sutanto dan Hariwijaya,
2006).
90
Sedangkan menurut (widoyono, 2005) penyebab ISPA terdiri dari :
Bakteri : Diplococcus pneumuniae, Pneumococcus, Strepcoccus
pyogenes, Staphylococcus aureu, haemophilus influenza,
dan lai-lain.
b. Virus : Influenza, adenovirus, sitomegalovirus.
c. Jamur : Aspergilus sp, Candida albican, Histoplasma, dan lain-lain.
d. Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak
(BBM) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat
lahir, benda asing misalnya biji-bijian, mainan plastic kecil
dan lain-lain.
91
c. Sakit pada kerongkongan
Hal ini menandakan adanya peradangan/inflamasi pada
kerongkongan, pasien akan merasakan nyeri saat menelan serta
perubahan suara
d. Meningismus
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik mengalami panas, gejalanya
adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
e. Anorexia.
Biasa terjadi pada semua yang mengalami sakit, dimana akan
menjadi susah makan dan bahkan tidak mau minum. Pada anak
akan menjadi rewel dan sering menanggis (Whaley and Wong;
1991; 1419)
F. Akibat Lanjut ISPA
1. Infeksi pada paru
Kuman penyebab ISPA akan masuk lebih dalam kesaluran pernapasan
yaitu bronkus dan alveoli sehingga menginfeksi bronkus dan alveoli
sehingga pesien akan sulit bernapas kerena adanya sumbatan jalan
napas oleh penumpukan secret hasil produksi kuman pada rongga paru.
2. Infeksi selaput otak
Kuman juga mampu menjangkau selaput otak sehingga menginfeksi
selaput otak dengan menumpukan cairan yang mampu berakibat
meningitis.
3. Penurunan Kesadaran
Infeksi dan penumpukan cairan pada selaput otak menyebabkan
terhambatnya suplay oksigen dan darah ke otak.
4. Kematian
92
Penangganan yang lama dan tidak tepat pada pasien ISPA mampu
memperlambat dan merusak seluruh fungsi tubuh oleh kuman sehingga
pasien akan mengalami henti napas dan henti jantung
G. Pencegahan
Pencegahan infeksi saluran pernafasan atas dapat dilakukan sendiri dengan :
1. Menjaga keadaan gizi anggota keluarga agar tetap baik dan memberikan
ASI eksklusif pada bayi
2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan
olah raga teratur
3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand
sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada
anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi
lainnya
4. Melakukan imunisasi pada anak anda
5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA
6. Hindari menyentuh mulut atau hidung flu
7. Apabila sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
menulari anak atau anggota keluarga lainnya
8. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/rumah
H. Penatalaksanaan
Perawatan ini dapat di lakukan sendiri oleh orangtua untuk mengatasi anggota
keluarga yang mengalami ISPA
1. Mengatasi panas atau demam
Demam dapat di tangani dengan memberikan obat penurun demam
atau kompres
2. Mengatasi batuk
Disarankan untuk memberikan obat tradisional yang bisa di buat
sendiri, yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampurkan dengan madu atau
kecap ½ sendok teh. Ramuan ini diberikan 3x sehari
3. Makanan
93
Berikan makanan dengan kualitas gizi cukup, sedikit–sedikit tapi di
ulangi lebih sering daripada biasa. ASI pada bayi tetap di berikan
4. Minuman
Berikan cairan berupa air putih hangat, buah lebih banyak dari
biasanya untuk mengencerkan dahak dan menambah cairan bagi yang
kekurangan cairan
5. Gaya hidup
Jangan memakai pakaian atau selimut yang tebal
Pada penderita pilek, selalu bersihkan hidung dari ingus. Ini akan
mempercepat penyembuhan dan bisa menghindari komplikasi yang
mungkin muncul
Usahakan untuk mendapatkan ventilasi yang cukup dan mencegah adanya
asap yang dihirup, tidak terkecuali melarang orang merokok di sekitar
anak.
94
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
I. Tujuan Umum :
Setelah penyuluhan, keluarga mampu memahami pentingnya
menciptakan lingkungan rumah yang memenuhi standar kesehatan.
II. Tujuan IKhusus :
Setelah penyuluhan, keluarga (warga) diharapkan, mampu :
1. Menyebutkan pengertian Kesehatan Lingkungan.
2. menyebutkan ciri – ciri lingkungan yang sehat.
3. Menjelaskan syarat – syarat lingkungan rumah yang sehat.
95
NO KEGIATAN PETUGAS PESERTA WAKTU
1 Pembukaan Memperkenalkan diri Mendengarkan 5 menit
Menjelaskan maksud
dan tujuan
mengadakan
pertemuan
KESEHATAN LINGKUNGAN
96
B. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan adalah suatu keseimbangan yang harus ada
antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin kesehatan
manusia.
97
E. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang
baik serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik
diantaranya adalah :
1. Diare
98
2. Demam berdarah
3. Disentri
4. Hepatitis A
5. Kolera
6. Tiphus
7. Cacingan
8. Malaria
99
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA
100
d. Manfaat perilaku hidup sehat bagi lansia.
IV. Pelaksanaan
No. Acara Waktu Kegiatan penyuluhan Evaluasi
1. Pemb 5 menit Mengucapkan salam dan terima Menjawab
ukaan kasih atas kedatangan para salam,
peserta. mendengarkan
Memperkenalkan diri dan dengan seksama
apersepsi.
2. Inti 10 Menyampaikan materi tentang Mendengarkan
menit pengertian pola hidup sehat. dan
Menjelaskan tentang perilaku memperhatikan
hidup sehat yang dianjurkan
bagi lansia.
Menjelaskan tentang perilaku
yang tidak dianjurkan bagi
lansia
Menjelaskan tentang manfaat
perilaku hidup sehat bagi
lansia.
3. Tany 10 Meminta peserta untuk Peserta
a menit mengajukan pertanyaan jika mengajukan
jawab belum jelas pertanyaan
4. Penut 5 menit Menyimpulkan hasil Peserta
up penyuluhan memperhatikan
Memberi saran dan kritik dan menjawab
Memberi salam dan meminta salam
maaf bila ada kesalahan
Mengucapkan terima kasih atas
perhatian dan mengucapkan
salam penutup
101
Pola Hidup Sehat Pada Lansia
Pola hidup sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar sadar, mau serta mampu melakukan perilaku hidup
sehat. Gaya hidup sangat mempengaruhi penampilan untuk menjadi awet
muda dan panjang umur atau sebaliknya. Mengatur pola makan setelah
berusia 40 tahun keatas, sangatlah penting. Asupan gizi seimbang sangat
diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia lanjut dalam keadaan
tetap sehat. Tidak dapat disangkal, banyak kendala yang dihadapi manusia
saat memasuki pertambahan usia dan mulai menua. Terutama bila sejak
muda tidak menerapakan pola hidup sehat atau sudah terserang beragam
penyakit seperti stroke, hipertensi, jantung, dsb. Bahkan ketajaman
penglihatan manusia sudah berkurang sejak berusia 40 tahun. Kemampuan
tersebut berkurang terutama untuk melihat jarak dekat sehingga
memerlukan kaca mata berlensa cembung. Keadaan ini tidak dapat
dihindari, namun mudah diatasi dengan menggunakan kacamata.
Penyebabnya bias bermacam-macam namun lebih sering karena ketuaan
itu sendiri dan akibat kencing manis.
Masa tua bagi sebagian masyarakat adalah masa-masa yang
menakutkan oleh karena itu berbagai upaya dilaukan untuk menyiapkan
investasi kesehatan diusia tua. Penuaan adalah sebuah proses alami. Setiap
orang akan mengalami fase yang mengarah kepada penuaan. Seseorang
dianggap berhasil menjalani proses penuaan jika dapat terhindar dari
berbagai penyakit, organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik, serta
kemampuan berfikirnya/ kognitif masih tajam. Para usila yang berhasil
mempertahankan fungsi gerak dan berfikirnya dianggap berhasil
menghadapi penuaan sehingga dapat bekerja aktif terutama disektor
informal. Mereka biasanya dapat berbagi pengalaman dan telah mencapai
tahap perkembangan psikologis dimana mereka dianggap bijaksana
menyikapi kehidupan dan mendalami kehidupan spiritual.
102
Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu melakukan
mempertahankan kemudian pola hidup sehat dengan menkonsumsi
makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik/ olahraga secara
benar dan teratur dan tidak merokok. Rencana hidup yang realistis
seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa lanjut usia,
paling tidak individu sudah punya bayangan aktivitas apa yang akan
dilakukan kelak bila pensiun sesuia dengan kemampuan dan minatnya.
Berdasarkan prinsip tersebut maka lanjut usia merupakan usia yang penuh
kemandirian baik dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari, bekerja
maupun berolahraga. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual,
ekonomi, dan social, seseorang dapat memilih masa tua yang lebih
membahagiakan, terhindar dari banyak masalah kesehatan.
Pola hidup dan pola makanan juga bisa mempengaruhi terjadinya
proses penuaan. Misalnya pola makanan yang tidak seimbang antara
asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupuin jenis makanannya, seperti
makan makanan tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah
dan sebagainya. Juga makanan yang melebihi kebutuhan tubuh yang bias
menyebaabkan obesitas atau kegemukan. Pola hidup juga bias
mempengaruhi hal tersebut terutama kurangnya aktifitas fisik. Akibatnya,
timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes militus atau
kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dll.
Jika sudah terjadi penyakit tersebut harus diterapi dan selanjutnya harus
menerapkan pola hidup maupun pola makan yang benar, sehingga
kerusakan yang terjadi tidak menjadi lebih berat. Menginjak usia 40 tahun
keatas, tidak perlu menghindari pada satu jenis makanan tertentu.
Sepanjang orang tersebut dalm keadaan sehat atau tidak menderita suatu
penyakit, tidak perlu menghindari terhadap jenis makanan tertentu.
Terpenting adalah selalu menerapakan pola hidup maupun pola makan
yang sehat. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pola hidup sehat
pada Lansia:
103
A. Faktor Makanan
Usia tua sudah di mulai pada umur 40 tahun, karena perkembangan
fisik akan menurun, tapi perkembangan mental terus berlangsung. Mulai
saat itulah kita harus bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi
makanan yang hanya di sukai dan yang memberi kepuasan, karena enak di
mulut. Tapi memikirkan akibatnya dalam tubuh, karena bukan lagi
kesehatan jadi baik, tapi sudah membuat penyakit di tubuh kita. Bagi
lansia sebaiknya mengkonsumsi makanan seperti sayuran segar yang di
cuci bersih dengan pestisida, buah segar, tahu, tempe yang berprotein
tinggi. Terutama hati yang banyak mengandung gizi seperti kalsium,
fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, B12 dan vitamin C.
B. Faktor Istirahat
Istirahat yang cukup sangat di butuhkan dalam tubuh kita. Orang
lansia harus tidur lima sampai enam jam sehari. Banyak orang kurang tidur
jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah, dan stress. Bila kita kurang
tidur hendaknya di isi dengan ekstra makan. Dan bila tidur terganggu perlu
konsultasi ke dokter. Hobi untuk menonton televise boleh saja, tapi jangan
sampai larut malam.
C. Olahraga
Olahraga yang teratur apapun itu, baik untuk kesehatan kita seperti
senam, berenang, jalan kaki, yoga, waitangkung, taichi, dan lain-lain.
Berolahraga bersama orang lain lebih menguntungkan, karena dapat
bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan baru,
mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan makan bersama.
Kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi hari setelah subuh. Dimana
udara masih bersih. Berolahraga dapat menurunkan kecemasan dan
mengurangi perasaan depresi dan lowself esteem. Selain fisik sehat jiwa
juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat di usia tua.
D. Faktor Perilaku
1. Perilaku yang dianjurkan
104
a. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mau menerima keadaan, sabar, dan optimis serta meningkat
rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan.
c. Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesame.
d. Olahraga ringan tiap hari.
e. Makan sedikit tapi sering, dan pilih makanan yang sesuai serta
banyak minum.
f. Berhenti merokok dan minum minuman keras.
g. Minum obat sesuai dengan anjuran dokter/ petugas kesehatan
yang lain.
h. Mengembangkan hobi sesuai kemampuan.
i. Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan sex.
j. Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.
105
keluarga dan masyarakat, kesegaran dan kebugaran tubuh tetap terpelihara,
terhindar dari kegemukan/ kekurusan dan penyakit yang berbahaya di
masa tua, penyakit jantung, paru-paru, dan kanker paru-paru dapat
dicegah, mencegah keracunan obat dan efek ssamping lainnya, mengurang
stress, kecemasan dan membuat merasa awet muda, hubungan harmonis
tetap terpelihara, gangguan kesehatan dapat diketahui dan diatasi sesegera
mungkin.
106
Lampiran 5
A. Tujuan
Tujuan khusus :
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Rumah
Tangga
b. percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga
berperilaku hidup bersih dan sehat.
c. Terlaksananya pengembangan percontohan program PHBS
Rumah Tangga
d. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih
dan sehat
e. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat
Tujuan umum :
a. Acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka
pengembangan
107
b. program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan
rumah tangga
c. berprilaku hidup bersih dan sehat secara bertahap dan
berkesinambungan
d. menuju Kabupaten/Kota Sehat.
B. Kegiatan penyuluhan
Kegiatan
No. Waktu
Pembicara Peserta
1. 5 Pembukaan
menit 1. Memberi salam 1) Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2-5) Mendengarkan
3. Menyampaikan topik dan
4. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
penyuluhan
5. Melakukan kontrak
waktu
15 Isi
menit
1. Pengertian Pola Hidup
bersih dan Sehat
1) Mendengarkan
(PHBS)
dan
2. Ciri-ciri Rumah Sehat
memperhatikan
3. Indikator dalam
Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat
4. Tujuan Perilaku
Hidup Bersih dan
108
Sehat Di Masyarakat
5. Manfaat Perilaku
Hidup Bersih dan
Sehat
3. 10 Evaluasi
menit 1. Memberikan 1) Bertanya
kesempatan pada
peserta untuk bertanya 2) Menjawab
2. Menanyakan kembali
pada peserta tentang
materi yang
disampaikan
4. 5 Penutup
menit 1) Menyimpulkan materi 1) Mendengarkan
2) Memberi salam 2) Menjawab salam
109
Perilaku Hidup Berih Dan Sehat (PBHS) adalah sebagai wujud
operasional promosi kesehatan merupakan dalam upaya mengajak,
mendorong kemandirian masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
(Ekasari, 2008).
Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk
mewujudkan kesehatan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu
melaksakan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi yaitu untuk menjaga
agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar, untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri-bakteri, untuk menjaga agar ruangan rumah
selalu tetap dalam kelembaban yang optimum.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak.
4. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya.
5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
110
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas yaitu penyediaan air
bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah,
pembuangan sampah, fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga.
Ada 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menurut
Ekasari,
dkk (2008) sebagai berikut:
5. Ketersediaaan Jamban.
Rumah tangga menggunakan jamban leher angsa dengan tangki
septik atau lubang penampungan sebagai pembuangan akhir.
111
6. Kesesuaian Luas Lantai Dengan Jumlah Penghuni.
Luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan
sehari- hari dibagi dengan jumlah penghuni minimal 9 m².
112
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
untuk penyembuhan penyakit dan peningkatan
kesehatannya.
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat untuk pencapaian PHBS di rumah
tangga, seperti penyelenggaraan posyandu, jaminan
pemeliharaan kesehatan, tabungan ibu bersalin dan sosial
ibu bersalin, ambulan desa, kelompok pemakaian air dan
arisan jamban.
D. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Ekasari, dkk (2008) Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sebagai berikut:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak
mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat.
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat dialihkan untuk
pemenuhan gizi keluarga, biaya pendidikan dan modal
usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
113
Lampiran 6
A. TUJUAN
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pendidikan Kesehatan Masyarakat dapat
mengetahui dan memahami pentingnya kesehatan lingkungan
menciptakan lingkungan bersih dan mengetahui
pengelolaan sampah.
Tujuan Khusus :
Masyarakat dapat menjelaskan tentang pengertian sampah.
Masyarakat dapat menyebutkan macam-macam sampah.
Masyarakat dapat menjelaskan tujuan dan manfaat
pengelolaan sampah.
Masyarakat dapat menyebutkan dampak negatif dari
sampah yang tidak dikelola dengan baik.
Masyarakat dapat menjelaskan cara pengelolaan sampah.
114
NO KEGIATAN PETUGAS PESERTA WAKTU
1 Pembukaan Memperkenalkan diri Mendengarkan 5 menit
Menjelaskan maksud
dan tujuan
mengadakan
pertemuan
A. Pengertian Sampah
115
kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas
industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi
sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip
dengan jumlah konsumsi.
Sampah Organik
116
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa
tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
Sampah Anorganik
117
Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
a. Gangguan kesehatan.
b. Timbunan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang
dapat mendorong penularan infeksi.
c. Timbunan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait
dengan tikus.
d. Menurunnya kualitas lingkungan.
e. Menurunnya estetika lingkungan.
118
f. Timbunan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan
menjadikan lingkungan tidak indah untuk dipandang mata.
g. Terhambatnya pembangunan negara.
Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan,
mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi
daerah wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata
tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah
kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga menurun.
Selain itu pengelolaan sampah juga dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a. Pencegahan dan pengurangan sampah dari sumbernya. Kegiatan ini
dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah
organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah
organik dan anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi
wisatawan.
b. Pemanfaatan kembali. Kegiatan pemanfaatan sampah kembali,
terdiri atas :
1) Pemanfaatan sampah organik, seperti composting
(pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah
menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa dengan melakukan kegiatan
composting sampah organik yang komposisinya mencapai 70%
dapat direduksi hingga mencapai 25%.
119
2) Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung,
misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang
bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali
secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti
kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air
minum dalam kemasan.
120
1. Sediakan drum atau sejenisnya.
2. Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk
rembesan air dari sampah.
3. Tanam drum dengan kedalaman sekitar 10 cm dari
permukaan tanah.
4. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum)
setiap hari.
5. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau
kapur secara berkala.
6. Bila terdapat kotoran binatang bisa ditambahkan
untuk meningkatkan kualitas kompos.
7. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan
diamkan selama tiga bulan.
8. Keluarkan isi drum dan angin-anginkan selama 2
minggu. Kompos sudah dapat digunakan.
3) Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga yang Tidak
Mempunyai Lahan. Bagi rumah tangga yang tidak memiliki tanah
atau lahan kosong, pengolahan sampah menjadi kompos dapat
dilakukan dengan menggunakan ember, pot, kaleng bekas, atau
sejenisnya. Benda-benda ini sekaligus nantinya dapat dijadikan pot.
121
5. Bila terdapat kotoran binatang bisa ditambahkan untuk
meningkatkan kualitas kompos.
6. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan
selama dua bulan.
7. Wadah siap dijadikan pot dengan kompos di dalamnya
sebagai media tanam.
122
2. Kertas terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah,
kardus kecuali kertas yang berlapis minyak.
3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan
kue dll.
4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll.
5. Plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember
dll.
6. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.
b. Replace.
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-
barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang
yang lebih ramah lingkungan.
Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila
berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan
ini tidak bisa didegradasi secara alami.
123
Coba cara-cara ini :
1. Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah.
2. Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja
untuk pembungkus.
3. Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk
kerajinan tangan, perangkat pembersih (lap), maupun
berbagai keperluan lainnya.
124
125
126
127
128
Lampiran 9
129
130
Lampiran 10
131
132
Lampiran 11
133
Lampiran 12
134
135
Lampiran 13
136
137
138
Lampiran 14
139
140