Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidyah-NYA lah kami dapat menyelesaikan makalah “manajemen
keperawatan ”

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita Mengenai konsep manajemen kepemimpinan dalam keperawatan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapa pun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apa bila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bengkulu, agustus 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

C. Tujuan .................................................................................................................................. 4

D. Manfaat ................................................................................................................................ 4

E. Sistematika Penulisan .......................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ..................................................................................................... 6

A. Definisi ................................................................................................................................. 6

B. Gaya Kepemimpinan ........................................................................................................... 8

C. Teori Kepemimpinan ......................................................................................................... 10

D. Kompetensi Kepemimpinan............................................................................................... 13

E. Unsur kepemimpinan ......................................................................................................... 13

F. Tingkatan atau kelas manajer............................................................................................. 13

G. Tingkat kepemimpinan dan gaya yang diperlukan ............................................................ 14

H. Peran Dan Fungsi Kepala Ruang Sebagai Pemimpin ........................................................ 15

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17

B. Saran .................................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik
dibicarakan.Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting
keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa
kepemimpinanmerupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi.
Lebih dari itu,kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan
dankedewasaan serta kematian organisasi.Pada tahun 1997, lebih dari 5000 perawat dari
120 negara bertemu dalam kongreske-21 International Council Of Nurses (ICN) di
Vancouver, British Columbia, untuk membahas arah pelayanan kesehatan internasional
dari perawat diseluruh dunia.
Tema utama dari kongres tersebut adalah bagaimana “memancing para perawat
untuk melatih kemampuan kepemimpinan” mereka sebagai pendamping, dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Tenaga keperawatan merupakan
salah satu sumber dayamanusia dalam suatu unit pelayanan keperawatan, dimana kualitas
pelayanan keperawatansangat berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusianya
(Nayak, 2007). Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari
pelayananrumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur
keberhasilanpencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra
rumah sakit dimata masyarakat.
Hal ini bekaitan dengan kepemimpinan perawat dalam pelayanankeperawatan
dan tuntutan profesi sebagai tuntutan global, bahwa setiap perkembangandan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi di Indonesia.Peran dan fungsi perawat merupakan tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lainterhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem,
dimana dapat dipengaruhi olehkeadaan sosial baik dari profesi perawat maupun luar
profesi keperawatan yang bersifatkonstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu

3
kesehatan tahun 1989 terdiri dari peransebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat
pasien, pendidik, koordinator, kolaborator,konsultan dan peneliti. Melihat fungsinya yang
luas sebagaimana tersebut di atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan. Pemimpin
keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer,
ahli, dan bidang riset keperawatan (AzizAlimul, 2004)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepemimpinan ?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan ?
3. Bagaimana teori kepemimpinan ?
4. Bagaimana kompetensi kepemimpinan ?
5. Apa saja unsur dan tingkatan manajemen ?
6. Apa saja tingkat manajemen dan gaya kepemimpinan yang di perlukan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan
3. Untuk mengetahui Bagaimana teori kepemimpinan
4. Untuk mengetahui Bagaimana kompetensi kepemimpinan
5. Untuk mengetahui unsur dan tingkatan manajemen
6. Untuk mengetahui tingkat manajemen dan gaya kepemimpinan yang di perlukan

D. Manfaat
Untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan
melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pelayanan keperaatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang efektif, efesien dan berkualitas.

E. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan , manfaat dan sistematika
penulisan.
2. BAB II TINJAUAN TEORITIS

4
BAB ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari
berbagai kutipan yg berkaitan dengan penyususnan makalah dan berisikan pengertian
kepemimpinan, gaya kepemimpinan, teori kepemimpinan, kompetensi
kepemimpinan, unsur dan tingkatan manajemen, dan gaya kepemimpinan yang di
perlukan
3. BAB III PENUTUP
BAB ini berisikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa berdasarkan
uraian pada bab sebelumnya
4. DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Secara harfiah kepemimpinan atau leadership berarti adalah sifat, kapasitas dan
kemampuan seseorang dalam memimpin. Arti dari kepemimpinan sendiri sangat luas dan
bervariasi berdasarkan para ilmuwan yang menjelaskannya. Menurut Charteris-Black
(2007), definisi dari kepemimpinan adalah “leadership is process whereby an individual
influence a group of individuals to achieve a common goal”. Kepemimpinan adalah sifat
dan nilai yang dimiliki oleh seorang leader.
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas –
aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared
goal).(Hemhill & Coons, 1957)
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan
tertentu. (Tannenbaum, Weschler &Massarik,1961)
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari system manajemen
keperawataan, dimana bagian dari system manajemen keperawatan meliputi
pengumpulan data, perencanaan, pengaturan, kepegawaian, kepemimpinan dan
pengawasan. Konsep kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh
dan bimbingan yang ditunjukkan kepada semua staf keperawatan. Untuk menciptakan
kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka
mencapai tujuan pelayanan keperaatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
efektif, efesien dan berkualitas.

Banyak definisi tentang kepemimpinan di antaranya :

1. Menurut Stogdill yang menulis definisi kepemimpinan sebagai “ Suatu proses yang
mempengaruhu aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan
mencapai tujuan” anggota kelompok tersebut mempunyai tanggung jawab yang
berbeda, masing-masing saling mempengaruhi kegiatan kelompok

6
2. Gardner menfeinisikan kepemimpinan sebagai “ Suatu proses persuasi dan memberi
contoh sebagai individu ( atau pemimpin kelompok ) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama”.

3. Merton menguraikan kepemimpinan sebagai “ Suatu transaksi masyarakat diamana


seorang anggota mempenagruhi yang lainnya”. Merton menguraikan kepemimpinan
yang efektif dapat memenuhi empat keadaan yaitu :
a. Seseorang akan mengerti apabila menerima suatu komunikasi.
b. Orang ini mempunyai pedoman yang harus dilakukan yang dimana oleh
komunikasi tadi.
c. Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak
perorangan dengan nilai yang baik.
d. Orang ini percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan dan nilai organisasi.

4. Menurut McGregor, “ Akhirnya ada empat variable besar yang diketahui sekarang
untuk memahami kepemimpinan :
a. Karakteristik pimpinan.
b. Sikap, kebutuhan, dan karakteristik lainnya dari bawahan.
c. Karakteristik dari organisas, seperti tujuan, struktur organisasi, keadaan asli dari
organisasi yang akan di bentuk dan,
d. Keadaan sosial, ekonomi, dan politik lingkungan.
McGregor mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang
sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi
pada manajemen, serikat kerja atau kekuatan dari luar.

5. Talbott mengatakan “Kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang mengubah
sekelompok orang jasi suatu organisasi yang sangat berfungsi dan berguna “.

Pada semua definisi ini, kepemimpnan dipandang sebagai suatu proses


interaktif yang dinamis yang mencangkup tiga dimensi pimpinan, bawahan, dan
situasi. Masing-masing dari dimensi tadi saling mempengaruhi misalnya, pencapaian

7
tujuan tergantung bukan hanya karena sifat pribadi dari seorang pimponan, tetapi juga
tergantung dari kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu keadaan.

B. Gaya Kepemimpinan
Menurut Psikolog Terkenal yang bernama Kurt Lewin, terdapat tiga gaya
kepemimpinan utama dalam menangani permasalahan dan pengambilan keputusan,
Ketiga gaya kepemimpinan utama tersebut diantaranya adalah Gaya Kepemimpinan
Otokratis, Gaya kepemimpinan Demokratis dan Gaya Kepemimpinan Laissez-faire.
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Dalam Gaya Kepemimpinan Otokratis, seorang Pemimpin atau Manajer Otokratis
tidak memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada bawahan. Pengambilan
Keputusan dengan gaya kepemimpinan Otokratis ini biasanya tidak melakukan
konsultasi atau mendengarkan gagasan dari bawahan terlebih dahulu. Gaya
kepemimpinan ini sangat berguna pada saat keputusan harus diambil secepatnya atau
ketika keputusan tersebut tidak memerlukan masukan maupun kesepakatan dengan
tim atau bawahannya. Manajer atau Pemimpin yang menggunakan gaya otokratis ini
harus memiliki keahlian pada bidang dimana dia harus mengambil keputusan dan
kemampuan dalam mempengaruhi anggota Tim ataupun bawahannya untuk
bekerjasama agar tercapainya tujuan yang dikehendakinya.
Namun di sisi negatifnya, anggota Tim atau bawahannya akan merasa tidak
dihargai sehingga berkurangnya motivasi kerja dan mengakibatkan tingginya tingkat
absensi dan pertukaran karyawan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Dalam Gaya Kepemimpinan Demokratis, Seorang Pemimpin atau Manajer
biasanya meminta pendapat atau nasehat dari anggota Tim atau bawahannya sebelum
mengambil keputusan. Anggota Tim ataupun bawahannya didorong untuk lebih
kreatif dan diberi kesempatan untuk menyampaikan saran atau gagasan mereka
meskipun keputusan terakhir masih berada di tangan Manajernya. Keputusan terakhir
yang diambil pada dasarnya merupakan kesepakatan dari anggota tim dengan
pemimpinnya atau bawahan dengan manajernya.

8
Karyawan atau anggota Tim yang bekerja dibawah gaya kepemimpinan
manajemen Demokratis ini cenderung lebih bersemangat dan memiliki kepuasan
kerja dan produktivitas yang tinggi. Namun disis negatifnya, gaya kepemimpinan
Demokratis ini akan kurang efektif jika dihadapi dengan permasalahan atau situasi
yang mengharuskan pemimpin atau manajernya mengambil keputusan yang cepat.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire


Dalam Manajemen yang mengadopsi Gaya Kepemimpinan Laissez-faire, Manajer
atau Pemimpin akan memberikan bawahan kebebasan penuh dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan tugas yang dikerjakannya dan tentunya dengan
batas waktu yang telah ditentukan oleh Manajer mereka. Para Manajer akan
memberikan pendapat dan bimbingan ataupun sumber daya lainnya jika diperlukan.
Gaya Kepemimpinan Laissez-faire ini menghasilkan motivasi dan kepuasan kerja
karyawan yang tinggi. Namun akan berdampak negatif bagi bawahan yang tidak
dapat mengatur waktunya dengan baik dan bagi mereka yang tidak memiliki keahlian
serta pengetahuan yang cukup dalam mengerjakan tugasnya.
4. Mode kepemimpinan situasional life cycle
Harsey & Blanchard mengembangkan model kepemimpinan situasional efektif
dengan memadukan tingkat kematangan anak buah dengan pola perilaku yang
dimiliki pimpinannya.
Ada 4 tingkat kematangan bawahan, yaitu:
a. M 1 : bawahan tidak mampu dan tidak mau atau tidak ada keyakinan
b. M 2 : bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan keyakinan bahwa ia
bisa
c. M 3 : bawahan mampu tetapi tidak mempunyai kemauan dan tidak yakin
d. M 4 : bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk
menyelesaikan tugas.

Ada 4 gaya yang efektif untuk diterapkan yaitu:


a. Gaya 1 :telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan
tugas dan kinerja anak buahnya.

9
b. Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka
kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
c. Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk
menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
d. Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan
tugas kepada bawahannya.

C. Teori Kepemimpinan
Beberapa literatur yang membahas tenang teori kepemimpinan pada prinsipnya
sama, yakni ada empat asumsi dasar dalam teori tersebut yang berusaha menerangkan
faktor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan dan sifat dari kepemimpinan.
Pertama, ada teori yang berasumsi bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Kedua,
ada teori yang berasumsi bahwa pemimpin ada (timbul) karena situasinya memungkinkan
ia ada. Ketiga, ada teori yang berasumsi bahwa kepemimpin itu terjadi karena adanya
kelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Keempat,
ada pula teori yang berasumsi bahwa kepemimpinan itu dapat dilihat lewat perilaku
organisasasi.
Untuk memberikan gambaran secara rinci tentang teori-teori kepemimpinan,
berikut dikutipkan beberapa pendapat sebagai berikut:
1. Teori Sifat (Traits Theory)
Teori ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifat-
sifat, ciri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan pada setiap situasi.
Seorang pemimpin akan berhasil apabila memiliki sifat-sifat, ciri-ciri perangai
tersebut. Teori ini berkesimpulan bahwa kepemimpinan “orang besar” didasarkan ada
sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, jadi merupakan suatu yang diwariskan. Itulah
sebabnya teori ini dikenal sebagai “teori genetis”. Artinya, pemimpin-pemimpin
adalah dilahirkan dan dibentuk.

2. Teori Lingkungan (Environmental Theory)


Teori ini berasumsi bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil
dari waktu, tempat, dan keadaan atau situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi tertentu

10
melahirkan tantangan-tantangan tertentu. Dan dengan sendirinya diperlukan orang-
orang yang memiliki sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu yang cocok. Kebangkitan dan
kejatuhan seorang pemimpin disebabkan oleh situasi dan kondisi.
Sejalan dengan teori ini adalah teori social, yang menyatakan bahwa pemimpin-
pemipin dibentuk bukannya dilahirkan (leader are made not born). Seseorang akan
muncul sebagai pemimpin jika ia berada dalam lingkungan social, yaitu suatu
kehidupan kelompok, dan memanfaatkan situasi dan kondisi social untuk bertindak
dan berkarya mengatasi masalah-masalah social yang timbul.

3. Teori Pribadi dan Situasi (Personal situation Theory)


Teori ini berasumsi bahwa kepemimpinan merupakan produk dari terkaitnya tiga
factor yaitu:
a. Perangai (sifat-sifat) pribadi dari pemimpin.
b. Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya.
c. Kejadian-kejadian (atau masalah-masalah) yang dihadapi oleh kelompok.

Penganut teori ini ada yang menyatakan bahwa: studi tentang kepemimpinan
harus berkenaan dengan status, interaksi, persepsi dan perilaku individu-individu
dalam hubungan dengan anggota-anggotanya lain dari kelompok yang terorganisasi.
Pemimpin harus mengenal dirinya (dalam arti sifat-sifatnya, mengenal kelompok
yang dipimpin, mengenal situasi dan kondisi) untuk selanjutnya mengembangkan
sifat-sifatnya sendiri kearah yang sesuai dengan kelompok yang dipimpinnya dan
sesuai pula dengan situasi dan kondisi dimana ia memimpin.

4. Teori Interaksi dan Harapan


Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interkasi dan partisipasi dalam
kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai atau menyayangi
sattu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas norma-norma kelompok.
Demikian pula semakin tinggi seseorang dalam kelompok,semakin mendekati
kesesuaian kegiatannya denagn norma-norma, semakin luas jangkauan interaksinya
dan semakin besar pula jumlah anggota kelompok yang tergerak. Yang penting harus
dijaga agar aksi-aksi pemimpin tidak menegecewakan.

11
5. Teori Humanistik (Humanistik Theory)
Teori ini berasumsi bahawa seorang pemimpin bisa dikatakan berhasil dalam
mengolah sesuatu organisasi jika ia mampu memberdayakan orang-orang yang ada di
dalamnya. Dengan kata lain, ia mampu membuat organisasi sedemikian rupa
sehingga member kebebasan dan kelonggaran kepada individu untuk mewujudkan
motivasinya sendiri yang potensial untuk memenuhi kebutuhannya dan pada saaat
yang bersamaan member sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi.

6. Teori Tukar-menukar (Exchange Theory)


Teori ini berasumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukar-
menukar dimana anggota-anggota kelompok memberikan konstribusi dengan
pengorbanan-pengorbanan kempok anggota-anggota yang lain. Proses ini
sesungguhnya menekankan adanya “give and take” antara pemimpin dan yang
dipimpin. Itulah sebabnya teori ini juga dinamai sebagai teori beri-memberi.

7. Teori Kepemimpinan Psikonalisis


Seseorang berperilaku tertentu barangkali bukan karena untuk memenuhi
kepentingan bawahanya, tetapi barangkali untuk mengkompensasi kepribadiannya
yang frustasi. Teori ini mengatakan bahwa manusia sangat kompleks. Penampilan
luar tidak dapat dijadikan pegangan. Analis perlu kembali pada teori alam/manusia
yang paling dasar untuk memahami perilaku manusia atau oemimpin yang sangat
kompleks.

8. Teori Kepemimpinan Romantis


Teori ini mengatakan bahwa pemimpin ada karena pengikutnya. Para pengikut ini
mengembangkan pandangan “romantic” (ideal) mengenai adanya pemimpin yang
dapat membantu mereka mencapai tujuannya atau memperbaiki hidup mereka.
Pemimpin dibutuhkan untuk membantu menyedrhanakan permasalahan dunia yang
sangat kompleks. JIka bawahan sudah tidak mempercayai pwmimpinnya, efektifitas
kepemimpinan akan hilang, tidak peduli denag tindakan pemimpin tersebut. Jika

12
bawahan sudah mampu mengorganisir mereka sendiri, maka pemimpin tidak akan
diperlukan lagi.

D. Kompetensi Kepemimpinan
Kompetensi yang harus dimiliki manajer keperawatan telah dilaksanakan suatu
penelitian sebanyak 313 tenaga keperawatan di australia (harris & belakley, 1195).

1. The ABC’S of management


Sebagai manajer dalam asuhan keperawatan, perawat dituntut untuk
mempunyai suatu kiat dan strategi delam menyelesaikan suatu program atau
masalah yang terjadi di organisasi. Oleh karena itu, perawat perli menjabarkannya
secara proporsional agar strategi tersebut dapat dimengerti oleh seluruh komponen
organisasi.
2. Price System
Agar dalam mleksanakan tugasnya perawat harus dapat mengambil langkah-
langkah yang efektif dan efisien, maka perawat dituntut untuk merespon setiap
permasalahan yang terjadi di organisasi. Pendekatan yang dapat digunakan adalah
Price System

E. Unsur kepemimpinan
Adanya kepemimpinan karena adanya unsur kepemimpinan, yaitu :
1. Pemimpin
2. Pengikut
3. Organisasi yang bersangkutan
4. Objektif, tujuan dan sasaran
5. Lingkungan yang meliputinya

F. Tingkatan atau kelas manajer


Berdasarkan tingkatan struktur organisasi dalam masing-masing level, manajer pada
umunya dibedakan menjadi tiga tingkatan atau kelas :
1. Manajer puncak (Top Mnajer)

13
Top manajer bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dan hasil kegiatan serta
proses manajeme organisasi. Tugas utamnya menetapkan kebijaksanaan (Policy),
memberi petunjuk atau pengarahan umum berkaitan dengan tujuan. Sebutanya dapat
bermacam-macam, sesuai dengan tingkatan hirarkinya untuk suatu organisasi
kesehatan misalnya : kepala kanwil depkes provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Daerah,
direktur RSUD dll.
2. Manajer menengah (Middle manager)
Manajer menengah ini memimpin sebagai manajer tingkat pertama. Tugasnya
menjabarkan kebijaksanaan top manajer kedalam program-program untuk tingkat ini
misalnya setingkat Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kepala Sub Dinas,
untuk oraganisasi di Provinsi Dati I, atau Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian untuk
Kabupaten/Kotamadya Dati II.
3. Manajer tingkat pertama (First Line/First Level Manager /Supervisory Manager)
Adalah manajer pada tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para
pelaksana atau pekerja melaksanak, supervise langsung ( sebagai mandor atau
supervisor).
Misalnya para kepala seksi, kepala Sub bagian di Provinsi Dati I, atau Kepala Sub
Seksi, dan Kepala urusan di Kabupaten/kotamadya Dati II.

G. Tingkat kepemimpinan dan gaya yang diperlukan


Paul hersey dan Ken Blanchard mengemukakan adanya hubungan tingkat (level)
pimpinan dengan gaya yang berkaitan manajer tingkat pertama yang efektif cenderung
mempunyai gaya G1-G2, karena manajer pada tingkat ini ( para supervisor, mandor )
cenderung sangat mementingkan produktivitas dan upaya menyelesaikan tugas, sehingga
lebih banyak instruksi-instruksi atau direktif.
Makin tinggi tingkat manajer, makin lebih memberikan peran terhadap bawahan
(konsultatif partisifatif) dan akhirnya pimpinan berani mendelegasikan pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan serta pelaksanaan pada bawahanya, yang sesuai pula
dengan tingkat kematangan bawahan.

14
H. Peran Dan Fungsi Kepala Ruang Sebagai Pemimpin
Menutur Depkes RI 1994, “ Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat
profersional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan di satu ruang rawat.”
1. Peran Kepala Ruang
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran
kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas
pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta
menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
Tanggung jawab kepala rungan dapat diidentifikasi sesuai dengan perannya meliputi:
a. Manajemen personalia/ketenagaan, meliputi penerimaan, seleksi, orientasi,
pengembangan tenaga, penilain penampilan kerja, promosi dan penyediaan
ketenagaan staf keperawatan.
b. Manajemen operasional, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan
dalam pelayanan keperawatan.
c. Manajemen kuliatas pelayan, meliputi pengembangan standar asuhan
keperarawatan, program kendali mutu, program evaluasi team dan persiapan
untuk akreditasi pelayanan keperawatan.
d. Manajemen finansial, meliputi budget, cost control dalam pelayanan keperawatan.
2. Fungsi Kepala Ruang
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai
berikut:
a. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelola rencana perubahan.
b. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, dan menetapkan metode

15
Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam
keperawatan meliputi:
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah sifat, kapasitas dan kemampuan seseorang dalam memimpin.
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas – aktifitas
suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).(Hemhill &
Coons, 1957)
kepemimpinan sebagai “ Suatu proses yang mempengaruhu aktivitas kelompok
terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan” anggota kelompok tersebut
mempunyai tanggung jawab yang berbeda, masing-masing saling mempengaruhi
kegiatan kelompok.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual
(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power
atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila
ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang
pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.

B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwakepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpindiri sendiri.Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
adalah pengikut tidakmau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makinkuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin

17
DAFTAR PUSTAKA

Agus Kontoro.2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.Yogyakarta:Nuha Medika.


Suarli dkk.2002.Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.Jakarta:Erlangga.
Swansburg, Russel C. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan; alih
bahasa, Suharyati Samba; editor, Monica Ester. Jakarta : EGC, 2000
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan
Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

18

Anda mungkin juga menyukai