Anda di halaman 1dari 42

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan
dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, “specific gravity”, porositas, “void rasio”, absorpsi,
dll.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, “poisson’s rasio”,
kuat geser, dll.
Kedua sifat batuan tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun di lapangan
(insitu).
Penentuan sifat fisik dan mekanik batuan di laboratorium pada umumnya dilakukan
terhadap percontoh (sampel) yang diambil di lapangan. Satu percontoh dapat digunakan
untuk menentukan kedua sifat batuan tersebut. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik
batuan yang merupakan pengujian tak merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan
dengan pengujian sifat mekanik batuan yang merupakan pengujian merusak (destructive test)
sehingga percontoh batu hancur.
B. Tujuan Praktikum
1. Uji Sifat Fisik untuk menentukan: bobot isi asli (γn), bobot isi kering (γo) , bobot sisi jenuh
(γw), apparent specific gravity (GSA), true specific gravity (GST), kadar air asli (ωnot), kadar
air jenuh (ωsat),derajat kejenuhan (S), porositas (n) dan void ratio (c).
2. Uji Beban Titik (Point Load Test) untuk menentukan: indeks point load dan kuat tekan uniaksial
secara tidak langsung.
3. Uji Kuat Tarik Tidak Langsung (Brazilian Test) untuk menentukan: kuat tarik (σT), kuat
tekan (σc), kohesi (ϲ), dan sudut geser dalam (ϕ).
4. Uji Cepat Rambat Gelombang untuk menentukan: cepat rambat gelombang primer (Vp), cepat
rambat gelombang sekunder (Vs), modulus geser (G), modulus young dinamik (E), konstanta lame
(γ), modulus ruah (K), dan nisbah poisson (v).
5. Uji Kuat Tekan Uniaksial (UCS) untuk menentukan: kuat tekan uniaksial (σC), batas elastis (σE),
modulus elastisitas (E), nisbah poisson (v).
6. Klasifikasi Massa Batuan untuk menentukan: kualitas dan penggolongan batuan.
7. Uji Kuat Geser Langsung untuk menentukan: tegangan normal, tegangan puncak, tegangan
residu, sudut geser dalam puncak, kohesi puncak, sudut geser dalam residu, dan kohesi residu.
UJI SIFAT FISIK BATUAN

TEORI DASAR
Sifat fisik adalah aspek-aspek dari suatu objek atau suatu zat yang dapat diukur ataupun
dipersepsikan tanpa mengganti identitasnya. Sifat fisik batuan diantaranya sifat intensif (sifat yang
tidak tergantung pada ukuran dan jumlah materi pada objek) dan sifat ekstensif (sifat yang
bergantung pada hal tersebut).
Dari beberapa sifat tersebut, berikut penjelasannya dari beberapa sifat fisik dari batuan :
a. Porositas
Porositas merupakan suatu perbandingan antara volume pori-pori terhadap volume total
batuan, yang dimana volume pori-pori ini adalah volume yang ditempati oleh fluida. Biasanya
porositas ini dinyatakan dengan %. Porositas ini dapat mempermudah untuk menentukan volume air
yang mungkin terkandung di dalam suatu batuan. Pada batuan memiliki dua jenis porositas yaitu
porositas rekahan dan porositas antar butir. Dalam porositas terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi dari porositas terhadap suatu batuan diantaranya kompaksi, sementasi, susunan
batuan dan distribusi batuan. Porositas juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang jika
dirumuskan
𝑉𝑝 𝑉𝑝 𝑉𝑏−𝑉𝑔𝑟
= = = x 100
𝑉𝑏 𝑉𝑔𝑟+𝑉𝑝 𝑉𝑏

Dimana:
= Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume Pori-Pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Tabel 2.1
Skala Porositas di Lapangan
SKALA POROSITAS (%) KETERANGAN
0–5 Dapat Diabaikan
5 – 10 Buruk
10 – 15 Cukup
15 – 20 Baik
20 – 25 Sangat Baik
> 25 Istimewa
b. Densitas
Densitas merupakan suatu perbandingan antara berat terhadap volumenya, yang dimaksud
dengan volume ialah rata-rata dari material tersebut, kemudian terdapat pengertian kembali yaitu
densitas merupakan suatu pengukuran massa (batuan) setiap satuan volume (unit volume) batuan.
Massa merupakan berat suatu benda dan volume merupakan ukuran suatu objek.
c. Wettabiliti
Wettabiliti merupakan kecenderungan dari suatu fluida untuk melekat ataupun menyebar
kepada permukaan batuan tersebut.
d. Bobot Batuan
Bobot batuan merupakan suatu perbandingan antara berat batuan dengan unsur yang
terkandung dalam batuan tersebut. Bobot batuan ini dikelompokan menjadi bobot isi asli, bobot isi
kering dan bobot sisi jenuh. Yang menjadi pembedanya ialah pembadingnya. Pada bobot isi asli
perbandingan antara berat batuan asli dengan volume total batuan, pada bobot isi kering merupakan
perbandingan antara berat batuan kering dengan volume total batuan dan bobot sisi jenuh
merupakan suatu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume total batuan.
e. Kadar air
Kadar air merupakan suatu perbandingan antara berat air dalam batuan dengan berat butiran
batuan yang dinyatakan dalam %. Dalam kadar air ini dipisahkan menjadi dua bagian yaitu kadar air
asli dan kadar air jenuh
f. Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan merupakan suatu perbandingan antara volume rongga dalam suatu batuan
terhadap volume butiran batuan.
g. Berat jenis
Berat jenis merupakan suatu perbandingan antara berat mineral terhadap berat dari volume air
yang dinyatakan dalam angka. Berat jenis ini dapat ditentukan dari kepadatan ikatan unsur-unsur
dalam susunan kristalnya dan unsur pembentukan dari batuan tersebut.
Penerapan sifat fisik batuan ini dalam bidang pertambangan dapat diterapkan pada :
 Rancangan peledakan.
 Perencanaan penambangan
 Perhitungan beban.
 Analisi regangan.
 Analisis kemantapan lereng.
 Stabilitas terowongan.
 Stabilitas timbunan (Over Burden).
 Metode penggalian (Rock Cutting).
 Pemboran.
h. Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap suatu
abrasi. Kekerasan batuan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari mineral batuan dan dapat
juga dipakai untuk menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan
kerusakan pada batuan.
i. Kekuatan
Kekuatan mekanik batuan adalah sifat kekuatan atau ketahanan terhadap gaya luar, kekuatan
batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Diantara mineral-mineral yang terkandung di dalam
batuan, kuarsa adalah mineral terkompak dengan kuat tekan mencapai lebih 500 MPa. Biasanya
semakin tinggi kandungan mineral kuarsa dalam batuan maka semakin tinggi kekuatan batuan
tersebut. Kekerasan dan kekuatan batuan diklasifikasikan dengan skala Fredrich Van Mohs (1882)

j. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi tetap setelah
tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Atau bisa juga di
definisikan sebagai adalah karakteristik batuan untuk menahan regangan yang melebihi kekuatannya
sebelum batuan tersebut hancur. Sifat plastic tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan
dan dipengaruhi oleh adanya pertambahan kuarsa, feldspar dan mineral lain. Lempung lembab dan
beberapa batuan homogen mempunyai sifat plastik.
k. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau modulus Young (E), dan
nisbah Poisson (υ). Modulus elastisitas merupakan factor kesebandingan antara tegangan normal
dengan regangan relatifnya, sedangkan nisbah Poisson merupakan kesebandingan antara regangan
lateral dengan regangan aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya,
porositas, jenis perpindahan, dan besarnya beban yang diterapkan. Nilai modulus elastisitas untuk
batuan sedimen sangat rendah, hal ini disebabkan komposisi mineral dan teksturnya, seperti
modulus elastisitas pada arah sejajar bidang perlapisan selalu lebih besar dibandingkan dengan arah
pada tegak lurus.
l. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan material lain, ini merupakan
suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor dan batang bor. Kandungan kuarsa
dari batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk yang dapat dipercaya untuk mengukur keausan mata
bor.
Faktor yang berpengaruh terhadap abrasivitas batuan adalah :
 Kekerasan butir batuan, batuan dengan keberadaan butiran kuarsa mempunyai tingkat
abrasivitas yang tinggi.
 Bentuk butir, bila bentuk butir tersebut tidak teratur lebih abrasiv dibandingkan dengan yang
berbentuk bulat.
 Ukuran butir
 Porositas batuan
 Ketidaksamaan, batuan polimineral sekalipun mempunyai kekerasan sama akan lebih abrasif
karena meninggalkan permukaan yang kasar.
m. Tekstur
Menunjukan hubungan antara mineral penyusun batuan yang dapat menceritakan proses
genesanya, tekstur dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat porositas, ikatan antar butir, densitas dan
ukuran butir.
n. Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan (breaking characteristics) dapat digambarkan seperti perilaku batuan
ketika dipukul. Tiap – tiap tipe batuan mempunyai karakteristik pecah yang berbeda dan ini
berhubungan dengan tekstur, komposisi mineral dan struktur.

Rumus Umun Yang Digunakan


Beberapa rumus umum yang digunakan untuk menentukan sifat fisik batuan adalah sebagai
berikut :
Wn
a. Bobot isi asli (Ɣn) = Ww−Ws
Wo
b. Bobot isi kering (Ɣd) = Ww−Ws
Ww
c. Bobot isi jenuh (Ɣs) = Ww−Ws
Wo

d. “App. Spessific Gravity” = Ww−Ws


Bobot Isi Asli
Wo
e. “True Spessific Gravity” = Wo−Ws
Berat Isi Asli
Wn−Wo
f. Kadar air asli (W) = x 100 %
Wo
Ww−Wo
g. Kadar air jenuh (A) = x 100 %
Wo
Wn−W0
h. Derajat kejenuhan (s) = Ww−Wo x 100 %
Ww−Wo
i. Porositas (n) = Ww−Ws x 100 %
n
j. “Void Ratio” : e = 1−n

PERSIAPAN PERCONTOH (PREPARASI)


Percontoh yang akan diuji dapat dipersiapkan baik di laboratorium ataupun di lapangan.
Pembuatan percontoh di laboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil di lapangan yang di
bor dengan penginti laboratorium. Percontoh yang didapat berbentuk silinder dengan diameter yang
pada umumnya antara 50 – 70 mm, kemudian dipotong dengan mesin potong batu untuk
mendapatkan ukuran tinggi percontoh dua kali diameternya (standar ISRM). Ukuran percontoh
dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran tersebut di atas tergantung dari maksud pengujian.

Pembuatan percontoh juga dapat dilakukan di lapangan, yaitu dengan melakukan pemboran
inti (core drilling) langsung ke dalam batuan yang akan diselidiki di lapangan sehingga diperoleh
inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung dapat digunakan untuk pengujian di
laboratorium dengan syarat tinggi percontoh dua kali diameternya.

Percontohan untuk sifat fisik batuan

PERALATAN YANG DIGUNAKAN


Peralatan yang dipakai untuk pengujian sifat fisik adalah sebagai berikut :
1. Neraca listrik dengan ketelitian 0, 1 gram.
2. Desikator dan pompa vacum, dipakai pada saat menjenuhkan percontoh.
3. Oven, dipakai untuk pengeringan percontoh setelah dijenuhkan.
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum adalah:
1. Sampel Batuan
2. Air
PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan sebagai berikut :
1. Penimbangan berat alsi percontoh (Wn)
2. Menjenuhkan percontoh di dalam desikator, dengan cara sebagai berikut :
 Desikator pada bibir dan tepi tutupnya diolesi dengan vaselin hingga rata.
 Percontoh dimasukkan ke dalam desikator dengan hati-hati kemudian ditutup dengan
rapat agar udara luar tidak dapat masuk ketika diisap dengan pompa vacum.
 Udara dalam desikator diisap dengan bantuan pompa vacum selama 15 menit, dengan
maksud untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam percontoh. Pastikan tidak ada
kebocoran pada selang pengisap dan pada penutup desikator.
 Setelah 15 menit pengisapan dihentikan, dan kran pada selang yang dihubungkan ke
pompa vacum ditutup, kemudian ke dalam desikator dimasukkan air sehingga
percontoh terendam sepertiganya, air dibiarkan masuk melalui selang dengan
sendirinya akibat perbedaan tekanan dalam desikator, yaitu dengan membuka kran
pada selang yang dihubungkan ke bak air.
 Setelah itu tutup kembali kran pada selang yang menuju bak air dan buka kran pada
selang yang dihubungkan ke pompa vacum, kemudian dilakukan pengisapan lagi
selama 15 menit.
 Selanjutnya pengisapan dihentikan dan masukan lagi air dengan cara seperti tersebut
di atas sehingga percontoh terendam dua per tiganya. Kemudian lanjutkan lagi
pengisapan selama 15 menit, masukkan lagi air hingga seluruh percontoh terendam
dan tutuplah kran selang air. Setelah itu lanjutkan lagi pengisapan selama 15 menit
atau sampai benar-benar tidak ada lagi gelembung udara yang keluar dari sisi-sisi
percontoh. Kemudian tutup kran selang ke pompa vacum dan biarkan percontoh
terendam hingga benar-benar jenuh selama 24 jam.
3. Setelah direndam selama 24 jam , percontoh di dalam desikator dikeluarkan dan segera
ditimbang dalam keadaan jenuh sehingga didapat berat jenuh (Ww).
4. Timbang lagi percontoh dalam keadaan jenuh dan dalam posisi tergantung di dalam air,
sehingga didapat berat jenuh tergantung dalam air (Ws).
5. Kemudian percontoh dikeringkan kembali, dengan memasukkan ke dalam oven selama 24
jam pada temperatur 90⁰ C.
6. Setelah di oven selama 24 jam, timbang percontoh sehingga didapat berat kering (Wo).
7. Hitung sifat-sifat fisik dengan menggunakan persamaan-persamaan.
UJI BEBAN TITIK (POINT LOAD TEST)

TEORI DASAR

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan batuan secara tidak langsung di
lapangan. Percontoh batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan, sebaiknya percontoh yang
digunakan berbentuk silinder dengan diameter 50 mm.

Point Load Test atau pengujian titik beban merupakan substansi pengujian dari faktor
kehadiran bidang lemah yang mempengaruhi kecepatan rambat gelombang ultrasonik dari suatu
batuan (spesimen batuan). Percontoh batuan dapat berbentuk silinder.
Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan.
Pengujian cepat, sehingga dapat diketahui kekuatan Batuan dilapangan, sebelum pengujian
dilaboratorium dilakukan. Dari pengujian ini didapat:
P
Is = D2

Dimana : Is = Point load strength index ( Index Franklin )


P = Beban maksimum sampai percontoh pecah
D = Jarak antara dua konus penekan

Hubung anantara index franklin (Is) dengan kuat tekan (σt) menurut BIENIAWSKI sebagai
berikut:

σc= 23 Is

Untuk diameter percontoh = 50 mm. Jika Is = 1 Mpa maka index tersebut tidak lagi
mempunyai arti sehingga disarankan untuk menggunakan pengujian lain dalam penentuan kekuatan
(strength) batuan.
Pengujian ini menggunakan mesin uji point load dengan peconto berupa silinder atau bentuk
lain yang tidak beraturan. Pengujian point load ini merupakan pengujian yang dapat dilakukan
langsung di lapangan, dengan demikian dapat diketahui kekuatan batuan di lapangan sebelum
pengujian di laboratorium dilakukan. Perconto yang disaranpkan untuk pengujian ini adalah batuan
berbentuk silinder dengan diameter kurang lebih 50 mm.
Dari uji ini akan didapatkan nilai point load strength index (Is) yang akan menjadi patokan
untuk menentukan nilai kuat tekan batuan (c).
Terdapat tiga variasi pengujian, yaitu diametral test, aksial test, dan irregular lump
test, yang mana pemilihannya bergantung pada geometri percontoh yang diuji.
Gambar Tipe-Tipe Pengujian Beban Titik
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Uji Beban Titik

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji tekan adalah :


1. Gesekan antara plat tekan dengan permukaan percotoh batu.
2. Geometri percontoh batuan seperti bentuk, perbandingan tinggi diameter, ukuran
percontoh batuan.
3. Kecepatan pembebasan
4. Lingkungan seperti kandungan uap air, cairan.
5. Mineralogi, ukuran butir dan porositas
PERSIAPAN PERCONTOH (PREPARASI)

Percontoh yang akan diuji dapat dipersiapkan baik di laboratorium ataupun di lapangan.
Pembuatan percontoh di laboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil di lapangan yang di
bor dengan penginti laboratorium. Percontoh yang didapat berbentuk silinder dengan syarat untuk
𝐿
diametral test (L> 0.4) sedangkan untuk aksial test (𝐷 = 1.1 ± 0.05), kemudian dipotong dengan

mesin potong batu untuk mendapatkan ukuran tinggi percontoh dua kali diameternya (standar
ISRM). Ukuran percontoh dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran tersebut di atas
tergantung dari maksud pengujian.
PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Alat uji beban titik.
2. Jangka sorong.
3. Gergaji batu (jika diperlukan).
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum adalah:
1. Sampel Batuan
PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Ambil bongkah batu yang akan diuji. Usahakan batu yang akan diuji bentuknya
relatif pipih dengan tebal + 5 cm. Jika bongkah batu yang diperoleh bentuknya
tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat dibantu dengan melakukan sedikit
pemotongan menggunakan gergaji batu.
2. Tempatkan percontoh batu diantara dua konis penekan, naikkan konis bagian bawah
hingga menempel pada percontoh.
3. Jarak antara dua konis penekan pada saat itu diukur dengan menggunakan jangka
sarong (= D).Naikkan konis bagian bawah hingga percontoh batu pecah.
4. Baca besamya beban pada saat percontoh pecah dengan melihat jarum pada
manometer(=P).
UJI KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG
(Brazilian Test)

TEORI DASAR

Pengujian Kuat Tarik Tidak Langsung (Brazilian Test)

Untuk menentukan kuat tarik batuan, diperlukan sample batuan untuk dilakukan pengujian,
pembuatan core di laboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil dari lapangan yang dibor
dengan penginti laboratorium. Sample yang digunakan harus memiliki ukuran dimensi panjangnya
yaitu setengah kali diameter sample. Ukuran sample dapat lebih besar dari ukuran yang disebut di
atas tergantung dari maksud pengujian. Sedangkan di Lapangan, dari hasil pemboran inti (coring)
langsung ke dalam batuan yang akan diselidiki di lapangan didapat inti yang berbentuk silinder. Inti
tersebut langsung dapat digunakan untuk pengujian di laboratorium dengan syarat tinggi perconto
minimal dua kali diameternya. Setiap perconto yang diperoleh kemudian diukur diameter dan
tingginya, dihitung luas permukaan dan volumenya.
Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kuat tarik contoh batuan di
laboratorium, yaitu metode kuat tarik langsung dan metode kuat tarik tak langsung. Metode kuat
tarik tak langsung merupakan uji yang paling sering digunakan. Hal ini disebabkan uji ini lebih
mudah dan murah daripada uji kuat tarik langsung. Salah satu uji kuat tarik tak langsung adalah
Brazilian test.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari
percontoh batu yang berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan
adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan. Percontoh yang digunakan
berbentuk silinder dengan perbandingan antara tinggi dan diameter percontoh adalah 0,5
sampai 1,0. Dalam pengujian ini, percontoh ditekan dari arah samping (sisi
silinder), sehingga pada mesin tekan kedudukannya adalah horizontal dan penekanan
dilakukan dari arah atas - bawah (lihat Gambar 4.1).
Pengujian tarik sangat dibutuhkan untuk menentukan desain suatu produk karena
menghasilkan data kekuatan material. Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi
rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena
dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan
secara perlahan. Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan
tersebut dalam menahan beban.
Gambar 4.1. Kedudukan Percontoh dalam uji Kuat Tarik Tidak Langsung

Hasil pengujian kuat tarik ini dapat digabungkan dengan hasil uji kuat tekan
uniaksial (pada percontoh batuan yang sama) untuk menentukan harga kohesi ( c ) dan
sudut geser dalam ( q> ) dari percontoh :t,atuan tersebut. Caranya adalah dengan
menggambarkan lingkaran Mohr dari hasil uji kuat tekan uniaksial (crc) dan uji kuat
tarik (c-) pada suatu kurva tegangan-regangan. Selanjutnya ditarik suatu garis yang
menyinggung kedua lingkaran Mohr tersebut (selubung kekuatan batuan). Alat yang di
gunakan ialah mesin tekan sama seperti pada pengujian kuat tekan, bedanya pada pengujian kuat
tarik tidak menggunakan stopwatch atau penghitung waktu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Uji Beban Titik

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji tekan adalah :


1. Gesekan antara plat tekan dengan permukaan percotoh batu.
2. Geometri percontoh batuan seperti bentuk, perbandingan tinggi diameter, ukuran
percontoh batuan.
3. Kecepatan pembebasan
4. Lingkungan seperti kandungan uap air, cairan.
5. Mineralogi, ukuran butir dan porositas
PERSIAPAN PERCONTOH (PREPARASI)

Percontoh yang akan diuji dapat dipersiapkan baik di laboratorium ataupun di lapangan.
Pembuatan percontoh di laboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil di lapangan yang di
bor dengan penginti laboratorium. Percontoh yang didapat berbentuk silinder dengan diameter yang
pada umumnya antara 50 – 70 mm, panjang silinder untuk kuat tarik sama dengan diameter silinder,
sedangkan panjang silinder untuk kuat tekan dua kali diameter silinder.

Pembuatan percontoh juga dapat dilakukan di lapangan, yaitu dengan melakukan pemboran
inti (core drilling) langsung ke dalam batuan yang akan diselidiki di lapangan sehingga diperoleh
inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung dapat digunakan untuk pengujian di laboratorium
dengan syarat tinggi percontoh dua kali diameternya.

PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Mesin kuat tekan (Uniaxial Compression Test Machine).
2. Jangka sorong.
3. Gergaji batu (jika diperlukan).
4. Gerinda
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum adalah:
3. Sampel Percontohan

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Letakkan percontoh batu di tengah-tengah plot tekan


2. Tekan plot agar percontoh batuan bersentuhan dengan kedua plot tekan
3. Kemudian hidupkan mesin tekan, posisikan pada angka 0
4. Selanjutnya perhatikan mesin jarumnya akan bergerak amati pada posisi berapa maksimum
percontoh batu pecah
5. Masukkan data ke (P) atau gaya yang di butuhkan hingga percontohan batuan tadi pecah
6. Kemudian bersihkan percontoh batuan yang pecah tadi di atas plot tekan untuk percobaan
selanjutnya.
7. Analisis data berdasarkan rumus :
𝑷
τ=
𝝅 .𝒓.𝒉
UJI CEPAT RAMBAT GELOMBANG

TEORI DASAR

Uji Sifat Dinamik Batuan (Sonic Velocity Test)

Gelombang merupakan suatu getaran mekanik, hal ini dapaat dijelaskan dengan karakteristik
gelombang sinusoidal seperti dijelaskan dengan sebuah getaran pada seutas tali yang bergerak ke
arah sumbu x dengan waktu t dan kecepatan v yang berbentuk kurva sinus.
1. Gelombang Longitudinal
Apabila arah pergerakan partikel-partikel medium sama arahnya dengan arah penjalaran
gelombang, maka gelombang tersebut dinamakan gelombang longitudinal atau gelombang tekan.
Gelombang longitudinal dapat dijalarkan dalam medium padatan maupun medium fluida cair dan
gas.
2. Gelombang Transversal
Arah pergerakan partikel-partikel medium dapat menyudit terhadap arah penjalaran
gelombang. Gelombang seperti ini disebut gelombang transversal atau gelombang geser. Umumnya,
kecepatan penjalaran gelombang transversal setengah kali kecepatan penjalaran gelombang
longitudinal pada medium yang sama.
3. Gelombang Permukaan
Penjalaran gelombang untrasonik dapat juga terjadi di permukaan medium padatan.
Kedalaman medium padatan yang dipengaruhi oleh gerak gelombang adalah kira-kira satu kali
panjang gelombang.
4. Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik termasuk dalam kelompok getaran mekanik yang melibatkan gaya-
gaya mekanik selama melakukan penjalaran dalam suatu medium, akibatnya gelombang ini
bergantung pada elastisitas medium penjalarannya. Fenomena ini terlihat pada perubahan panjang
gelombang (ℓ), jika gelombang ultrasonik tersebut dijalarkan pada medium yang berbeda
elastisitasnya.
Sebagai ilustrasi, gelombang sura sesungguhnya dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu
gelombang infrasonik dengan selang frekuensi <20 Hz, gelombang sonik dengan selang frekuensi
20 Hz – 20 kHz, dan gelombang ultrasonik dengan frekuensi >20 kHz.
Salah satu sifat dinamik batuan adalah cepat rambat gelombang ultrasonik. Untuk mengukur
cepat rambat gelombang ultrasonik pada contoh batu sebaiknya dilakukan pada contoh batuan yang
diuji kuat tekan dan dilakukan sebelum uji kuat tekan dilakukan. Prosedur untuk melakukan uji
cepat rambat gelombang ultrasonik merujuk kepada International Society of Rock Mechanics
(ISRM, 1981).
Metode yang paling populer dalam pengukuran kecepatan rambat gelombang ultrasonik
adalah dengan memberikan pulsa pada salah satu ujung contoh batuan dengan transducer kristal
piezoelektrik dan getaran diterima oleh transducer kristal kedua pada ujung lainnya dari contoh
batuan. Dalam pengujian ini biasanya menggunakan dua macam transducer masing-masing untuk
gelombang primer (VLp) dan gelombang sekunder (VLs).
Prinsip pengujian ini adalah mengukur waktu yang ditempuh gelombang untuk merambat
melalui contoh batuan dengan menggunakan alat PUNDIT (Portable Unit Non-destructive Digital
Indicated Tester). Lalu kecepatan rambat gelombang ultrasonik ditentukan dengan membagi
panjang contoh batuan dengan waktu tempuh tersebut.

Vp = L / tp

Vs = L / ts

Dengan Vp = cepat rambat gelombang ultrasonik tekan (m/s)


Vs = cepat rambat gelombang ultrasonik geser (m/s)
L = panjang contoh batuan yang diuji (m)
tp = waktu tempuh gelombang ultrasonik tekan (detik)
ts = waktu tempuh gelombang ultrasonik geser (detik)

Untuk memperoleh modulus geser, dapat digunakan persamaan berikut,


G = ρ x Vs2

Untuk memperoleh modulus Young dinamik, dapat digunakan persamaan berikut,


E = 2 x (1+v) x G

Konstanta Lame,
λ = ρ x (Vp2 – Vs2)

Modulus Ruah,
K = (ρ/3) x (3 x Vp2 – 4 x Vs2)

Nisbah poisson,
v = [1 – 2 (Vs/Vp)2] / 2 x [1 – (Vs/Vp)2]
Kecepatan rambat gelombang ultrasonik dapat dijadikan indeks derajat retakan atau rekahan
dalam contoh batuan. Lama & Vutukuri (1978) menemukan bahwa kecepatan rambat gelombang
ultrasonik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tipe batuan, komposisi dan ukuran butir,
bobot isi, kandungan air dan porositas, temperatur, dan kehadiran bidang lemah, anisotropi, dan
tingkat tekanan.
Sifat dinamik batuan dilakukan untuk menentukan cepat rambat gelombang ultrasonik yang
merambat melalui contoh batuan. Sonic velocity test merupakan uji yang dilakukan dalam penelitian
ini, pada uji ini, waktu tempuh gelombang primer yang merambat melalui contoh batuan diukur
dengan menggunakan Portable Unit Non-Destructive Digital Indicated Tester (PUNDIT). Uji ini
dilakukan sebelum masuk ke uji kuat tekan uniaksial / UCS (Unconfined Compressive Strength).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Uji Sifat Dinamik Batuan (Sonic Velocity Test)
Cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam batuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu : ukuran butir dan bobot isi, porositas dan kandungan air, suhu, dan kehadiran bidang
lemah.
1. Ukuran butir dan bobot isi
Batuan yang memiliki ukuran butir halus atau kecil memiliki cepat rambat gelombang lebih
besar daripada batuan dengan ukuran butir lebih besar. Hal ini disebabkan karena batuan berbutir
kasar akan memberikan ruang kosong antarbutir yang lebih besar dibandingkan dengan batuan yang
berbutir halus. Ruang kosong inilah yang menyebabkan cepat rambat gelombang menurun karena
tidak ada media perambatannya. Sama halnya dengan ukuran butir, batuan berbutir halus memiliki
bobot isi yang lebih padat dibandingkan batuan berbutir kasar karena kerapatan antarbutir yang
tinggi dan sedikitnya ruang kosong yang dimiliki batuan. Oleh karena itu, batuan yang memiliki
bobot isi tinggi memiliki cepat rambat gelombang yang tinggi.
2. Porositas dan kandungan air
Porositas merupakan banyaknya rongga dalam suatu batuan terhadap volume keseluruhan.
Jadi, semakin tinggi nilai porositas akan menunjukkan semakin banyak rongga atau ruang kosong di
dalam batuan sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi porositas maka cepat rambat
gelombang akan semakin kecil. Kandungan air dalam batuan yang cenderung berpori akan merubah
kecepatan rambat gelombang di dalam batuan tersebut. Pada nilai porositas tertentu, kecepatan
rambat gelombang akan bertambah besar karena terjadinya peningkatan derajat kejenuhan air. Hal
ini terjadi karena kecepatan rambat gelombang di dalam air jauh lebih besar dari udara.
3. Suhu
Kecepatan rambat gelombang ultrasonik juga dipengaruhi temperatur. Apabila temperatur
tinggi maka akan menurunkan cepat rambat gelombang, tetapi apabila temperatur rendah akan
mempercepat kecepatan rambat gelombang.
4. Kehadiran Bidang Lemah (Diskontinuitas)
Bidang lemah yang berada di dalam batuan akan memengaruhi cepat rambat gelombang
ultrasonik. Bidang lemah yang merupakan bidang batas antara dua permukaan akan menghadirkan
ruang kosong berisi udara. Ruang kosong ini akan memperlambat cepat rambat gelombang. Dengan
demikian, kehadiran bidang lemah akan menurunkan cepat rambat gelombang yang merambat
melalui batuan.

PERSIAPAN PERCONTOH (PREPARASI)

Percontoh yang akan diuji dapat dipersiapkan baik di laboratorium ataupun di lapangan.
Pembuatan percontoh di laboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil di lapangan yang di
bor dengan penginti laboratorium. Percontoh yang didapat berbentuk silinder dengan diameter yang
pada umumnya antara 5 – 6 cm, kemudian dipotong dengan mesin potong batu untuk mendapatkan
ukuran tinggi percontoh dua kali diameternya (standar ISRM). Ukuran percontoh dapat lebih kecil
maupun lebih besar dari ukuran tersebut di atas tergantung dari maksud pengujian.

Pembuatan percontoh juga dapat dilakukan di lapangan, yaitu dengan melakukan pemboran
inti (core drilling) langsung ke dalam batuan yang akan diselidiki di lapangan sehingga diperoleh
inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung dapat digunakan untuk pengujian di
laboratorium dengan syarat tinggi percontoh dua kali diameternya

PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Portable Unit Non-destructive Digital Indicated Tester (PUNDIT).
2. Jangka sorong.
3. Pasta / gemuk.
4. Gerinda
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum adalah:
4. Sampel Percontohan

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Mempersiapkan alat uji yaitu Portable Unit Non-destructive Digital Indicated Tester
(PUNDIT) lalu hidupkan.
2. Lakukan pengkoreksian / kalibrasi waktu perambatan pada PUNDIT
a. Lumasi permukaan atas dan bawah material kalibrasi agar seluruh permukaan
mengalami kontak yang merata dengan transducer.
b. Tempatkan material yang sudah diketahui waktu perambatan gelombang primernya
diantara transducer.
3. Lalu setelah itu, mulai mengukur waktu perambatan gelombang primer untuk contoh batuan.
Lumasi permukaan atas dan bawah contoh batuan agar seluruh permukaan mengalami
kontak yang merata dengan transducer.
4. Tempatkan contoh batuan diantara transducer.
5. Berikan beban rendah pada transducer penerima.
6. Hidupkan PUNDIT dan catat waktu perambatan gelombang primer pada display (μ sec).
Pengujian Kuat Tekan Uniaksial

TEORI DASAR

Uji Kuat Tekan Uniakxial

Tujuan uji tekan adalah untuk mengukur kuat tekan uniaksial sebuah conto batuan dlam
geometri yang beraturan, baik dalam bentuk silinder, balok atau prisma dalam satu arah (uniaksial).
Tujuan utamanya untuk uji ini adalah untuk klaifikasi kekuatan dan karakterisasi batuan utuh. Hasil
uji ini menghasilkan beberapa informasi seperti kurva tegangan regangan, kuat tekan uniaksial,
modulus young, nisbah poison, fraktur energi dan spesifik faktur energi.
Pengujian ini menggunakan mesin tekan untuk menekan pecontoh batu. Peyebaran tegangan
di dalam pecontoh batu secara teoritis adalahsearah dengan gaya yang dikenakan pada pecontoh
tersebut. Tetapi dalam kenyataan, arah tegangan tidak searah dengna gaya yang diberikan kepada
pecontoh. Sehingga bentuk pecahan tidak berbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya
malinkan berbentuk cone”.
Perbandingan tinggi dan diameter akan mempengaruhi nilai kuat tekan suatau batuan.
𝑙 𝑙
dimana pada pengujian ini di gunakan perbandingan 2 <𝐷 < 2,5. Semakin besar nilai maka kuat
𝐷

tekannya akan semakain kecil. Dari uji nini akan dihasilkan kurva antara tegangan dengan regangan.
Dari kurva ini kemudian dapat ditentukan beberapa sifat mekanik batuan berhubungan dengan kuat
tekan yaitu :
1. Kuat tekan , yaitu tegagan puncak saat contoh batuan pecah
2. Batas elastik, yaitu batas batuan mencapai elastisitas tertinggi sebelum batuan tersebut pecah
dengan pembebanan tertentu
3. Modulus young, di dapatkan ari perbandingan antara perbedaan tegangan aksial yang di
dapatkan dari kurva tegangan regangan.
4. Poisson’s ratio, yaitu perbandinga antara tegangan lateral dengan regangan aksial yang
dihitung pada 50% tegangan maksimum.
A. Kuat tekan uniaksial merupakan tegangan yang terjadi pada conto batuan pada saat
mengalami keruntuhan akibat pembebanan.

B. Regangan merupakan perbandingan perubahan bentuk dengan bentuk semula

- Regangan Lateral : εl = d/d


- Regangan Aksial : εa = l/l
- Regangan Volumetrik : εv = εa + 2εl

C. Kurva tegangan regangan yang ada dapat ditentukan :


 Batas Elastis pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier
pada suatu titik tertentu
 Modulus Young ditentukan sebagai perbandingan antara selisih harga tegangan
aksial dengan selisih regangan aksial, yang diambil pada perbandingan tertentu
pada grafik regangan aksial dihitung pada rata-rata kemiringan kurva dalam
kondisi linier atau bagian linier yang terbesar dari kurva
 Poisson’s Ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan lateral dan
regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar x yang diukur pada titik
singgung antara grafik regangan volumetrik dengan garis sejajar sumbu
tegangan aksial pada saat grafik regangan volumetrik mulai berubah.

Regangan dari pecontoh batu baik aksial maupun lateral, selama pengujian berlangsung
dapat diukur dengan menggunakan dial gauge atau electic strain gauge.
Dalam menentukan modulus young, dapat ditentukan dari kurva tegangan-regangan dengan
berbagai cara, antara lain :
 “Tangent young’s modulus”, Et
Tangent young modulus ini diukur dari tingkat tegangan = 0,5σc kemudian ditentukan
dengan cara tangen.

∆σ
Et = ∆ɛ
a

 “Average young’s modulus”, Eav


Nilai modulud ini didapat kari perbendingan nilai tegangan dan regangan yang berpedoman
pada titik potong garis lurus yang ditari berimpit dengan kurva (garis rata-rata kemirgan atau
bagian linier yang terbesar dari kurva)

∆σ
Eav = ∆ɛ
a

 “Secant young’s modulus”, Es


Diukur dari tegangan = 0 sampai nilai tegangan tertentu, yang biasanya adalah 50%

∆σ
Es = ∆ɛ
a

PERSIAPAN PERCONTOH (PREPARASI)

Setelah dilakukan pembuatan percontoh, dimana pernbuatan percontohuya sama


dengan pernbuatan percontoh pada uji sifat fisik, maka pada tahapan preparasi ini
percontoh disempumakan, permukan percontoh dihaluskan, dan dilakukan pengukuran
diameter dan tinggi percontoh. Untuk lebih jelasnya diurutkan sebagai berikut:
1. Haluskan permukaan percontoh dengan menggunakan amplas, kikir, atau
gerenda.
2. Ukur kesejajaran permukaan percontoh dengan rnenggunakan alat Squareness
(tidak lebih besar dari satu kali putaran dial pengukur).

3. Ukur diameter percontoh, dilakukan dua kali pada penampang atas dan dua
kali pada penampang bawah, masing-masing dalam kedudukan saling tegak
lurus (lihat Gambar 3:7.).
4. Ukur tinggi percontoh, dilakukan dua kali, masing-masing sejajar sumbu
aksial dan saling tegak lurus (lihat Gambar 3.8.). Yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah bahwa tinggi percontoh harus berukuran 2 sampai dengan 2,5
kali diameter percontoh. Apabila tidak sesuai ukuran tersebut, maka nilai kuat tekan
yang dihasilkan dari pengujiar, harus dikoreksi. Untuk ukuran tinggi yang lebih
kecil dari dua kali diametemya, nilai kuat tekan yang dihasilkan dari pengujian
dapat dikoreksi dengan menggunakan rumus Protodyakonov
.

Gambar 3.7. Cara Pengukuran Diameter Percontoh


PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Alat pengebor inti, terdiri dari beberapa diameter.
2. Jangka sorong.
3. Alat pemotong batu
4. Gerinda, kikir dan amplas.
5. Dial Gauge
6. Mesin Kuat tekan uniaksial
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum adalah:
1. Sampel Percontohan

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran dimensi panjang
minimal dua kali diameter pecontoh.

Foto 3.2
Sampel uji Kuat Tekan
2. Spesimen diletakkan diantara plat baja dan diatur agar tepat dengan plat form penekanan
alat, kemudian mesin dinyalakan sehingga spesimen berada di tengah-tengah apitan plat
bajadan pastikan bahwa kedua permukaan spesimen telah menyentuh plat baja tersebut.

Foto 3.3
Pemasangan Sampel Pada Alat
3. Skala pengukuran beban harus ditetapkan pada keadaan netral (nol)
4. Pada alat kuat tekan dipasang tiga buat dial gauge, pemesangan alat ini dimaksudkan untuk
mengukut deformasi aksial, deformasi lateral kiri dan pengukuran deformasi lateral kanan.
5. Baca jarum penunjuk pembebanan pada aksial dial gauge per 30 detik dan catat hasil
pengukuran

Foto 3.4
Pengukuran uji Kuat Tekan
6. Selama pembebanan berlangsung, secara periodik dicatat nilai deformasi aksial dan
deformasi lateral yang ditunjukan oleh dial gauge. Pembacaan ini dilakukan dalam selang
waktu per 30 detik
7. Pemberian pembebanan dilakukan sedikit demi sedikeit hinga spesimen pecah
8. Pembebanan dihentikan setelah spesimen mengalami pacah dan hasilnya dibuat sketsa
bentuk pecah serta catat sudut pecahnya.
UJI KLASIFIKASI MASSA BATUAN
(RMR)

TEORI DASAR

Klasifikasi Massa Batuan

Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan
secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran,
dan engineering judgement.

Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk:

a. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat massa batuan.


b. Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan sifat dan
kualitas.
c. Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa batuan.
d. Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu tempat dengan
kondisi massa batuan di tempat lain.
e. Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.
f. Menyediakan dasar acuan untuk komuniukasi antara geologist dan engineer.
g. Keuntungan dari digunakannya klasifikasi massa batuan:
h. Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data masukan sebagai parameter
klasifikasi.
i. Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.
j. Memungkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi yang lebih efektif pada
suatu proyek.
Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari
hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan. Banyak dari metode-metode
tersebut telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk penelitian awal
atau bahkan untuk desain akhir. Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini adalah:

1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)

2. Klasifikasi stand-up time

3. Rock Quality Designation (RQD)

4. Rock Structure Rating (RSR)


5. Rock Mass Rating (RMR)

6. Q-system

a. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)

Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946. Merupakan metode pertama
yang cukup rasional yang mengevaluasi beban batuan untuk desain terowongan dengan penyangga
baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di Amerika selama kurun waktu 50 tahun. Akan tetapi
pada saat ini metode ini sudah tidak cocok lagi dimana banyak sekali terowongan saat ini yang
dibangun dengan menggunakan penyangga beton dan rockbolts.

b. Klasifikasi Stand-up time

Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari metode ini adalah bahwa dengan
bertambahnya span terowongan akan menyebabkan berkurangnya waktu berdirinya terowongan
tersebut tanpa penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan klasifikasi
massa batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap stand-up time adalah: arah
sumbu terowongan, bentuk potongan melintang, metode penggalian, dan metode penyanggaan.

c. Rock Quality Designation (RQD)

RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada penghitungan
persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih. Dalam hal ini, inti terambil yang
lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung walaupun mempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter
inti optimal yaitu 47.5mm. Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan
terowongan. Saan ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti pemboran dan merupakan
salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR dan Q-system

Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat, akan tetapi metode ini
tidak memperhitung factor orientasi bidang diskontinu, material pengisi, dll, sehingga metode ini
kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
d. Rock Structure Rating (RSR)

RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pada tahun 1972 di AS.
Konsep ini merupakan metode kuantitatif untuk menggambarkan kualitas suatu massa batuan dan
menentukan jenis penyanggaan di terowongan. Motode ini merupakan metode pertama untuk
menentukan klasifikasi massa batuan yang komplit setelah diperkenalkannya klasifikasi massa
batuan oleh Terzaghi 1946.

Konsep RSR ini selangkah lebih maju dibandingkan konsep-konsep yang ada sebelumnya. Pada
konsep RSR terdapat klasifikasi kuantitatif dibandingkan dengan Terzaghi yang hanya klasifikasi
kulitatif saja. Pada RSR ini juga terdapat cukup banyak parameter yang terlibat jika dibandingkan
dengan RQD yang hanya melibatkan kualitas inti terambil dari hasil pemboran saja. Pada RSR ini
juga terdapat klasifikasi yang mempunyai data masukan dan data keluaran yang lengkap tidak
seperti Lauffer yang hanya menyajikan data keluaran yang berupa stand-up time dan span.

RSR merupakan penjumlahan rating dari parameter-parameter pembentuknya yang terdiri dari 2
katagori umum, yaitu:

• Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis bidang lemah, sesar, geseran,
dan lipatan, sifat material; pelapukan, dan alterasi.

• Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian, metode penggalian

RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga
baja tetapi tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt
dan beton.

e. Rock Mass Rating (RMR)

Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan yang disebut Klasifikasi
Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock Mass Rating (RMR). Setelah bertahun-tahun,
klasifikasi massa batuan ini telah mengalami penyesuaian dikarenakan adanya penambahan data
masukan sehingga Bieniawski membuat perubahan nilai rating pada parameter yang digunakan
untuk penilaian klasifikasi massa batuan tersebut. Pada penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang
digunakan adalah klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989). 6 Parameter yang
digunakan dalam klasifikasi massa batuan menggunakan Sistim RMR yaitu:

1. Kuat tekan uniaxial batuan utuh.

2. Rock Quality Designatian (RQD).

3. Spasi bidang dikontinyu.


4. Kondisi bidang diskontinyu.

5. Kondisi air tanah.

6. Orientasi/arah bidang diskontinyu.

Pada penggunaan sistim klasifikasi ini, massa batuan dibagi kedalam daerah struktural yang
memiliki kesamaan sifat berdasarkan 6 parameter di atas dan klasifikasi massa batuan untuk setiap
daerah tersebut dibuat terpisah. Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengan
kenampakan perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan perubahan
jenis batuan. RMR ini dapat digunakan untuk terowongan. lereng, dan pondasi.

f. Q-system

Q-system diperkenalkan oleh Barton et al pada tahun 1974. Nilai Q didefinisikan sebagai:

Dimana:

RQD adalah Rock Quality Designation

Jn adalah jumlah set kekar

Jr adalah nilai kekasaran kekar

Ja adalah nilai alterasi kekar

Jw adalah faktor air tanah

SRF adalah faktor berkurangnya tegangan

a. RQD/Jn merepresentasikan struktur massa batuan


b. Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bidang kekar stsu
material pengisi
c. Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja
Berdasarkan nilai Q kemudian dapat ditentukan jenis penyanggaan yang dibutuhkan untuk
terowongan.

Massa Batuan

a. Massa Batuan
Massa batuan merupakan volume batuan yang terdiri dan material batuan berupa mineral,
tekstur dan komposisi dan juga terdiri dari bidang-bidang diskontinu, membentuk suatu material
dan saling berhubungan dengan semua elemen sebagai suatu kesatuan. Kekuatan massa batuan
sangat dipengaruhi oleh frekuensi bidang-bidang diskontinu yang terbentuk, oleh sebab itu
massa batuan akan mempunyai kekuatan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan batuan utuh.
Menurut Hoek & Bray (1981) dalam Sitohang (2008), massa batuan adalah batuan insitu yang
dijadikan diskontinu oleh sistem struktur seperti joint, sesar dan bidang perlapisan.

b. Struktur Batuan
Struktur batuan adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan batuan, termasuk di
dalamnya bentuk atau kedudukannya. Berdasarkan keterjadiannya, Struktur batuan dapat
dikelompokkan menjadi:

Struktur primer, yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukan batuan. Misalnya :
bidang perlapisan silang (cross bedding) pada batuan sedimen atau kekar akibat pendinginan
(cooling joint) pada batuan beku.

Struktur skunder, yaitu struktur yang terjadi kemudian setelah batuan terbentuk akibat
adanya proses deformasi atau tektonik. Misalnya : lipatan (fold), patahan (fault) dan kekar
(joint). Bidang diskontinu dapat ditemukan pada struktur primer maupun struktur sekunder.

c. Bidang Diskontinu
Secara umum, bidang diskontinu merupakan bidang yang memisahkan massa batuan
menjadi bagian yang terpisah. Menurut Priest (1993) dalam Sitohang (2008), pengertian bidang
diskontinu adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada bagian yang memiliki kuat tarik paling
lemah dalam batuan. Menurut Gabrielsen (1990) dalam Sitohang (2008), keterjadian bidang
diskontinu tidak terlepas dan masalah perubahaan stress (tegangan), temperatur, strain
(regangan), mineralisasi dan rekristalisasi yang terjadi pada massa batuan dalam waktu yang
panjang.

Menurut Hencher (1987) struktur geologi dan diskontinuitas pada batuan merupakan bidang-
bidang lemah dan jalur perembesan airtanah. Keberadaan struktur geologi dan diskontinuitas akan
mengurangi tingkat kekuatan geser batuan dan implikasi utamanya adalah meningkatkan peluang
terjadinya longsor. Dengan munculnya bidang lemah tersebut, maka batuan yang tadinya utuh akan
berubah menjadi massa batuan dengan kekuatan yang jauh lebih kecil dari sebelumnya. Seiain itu,
beban yang diterima oleh massa batuan juga akan diteruskan secara anisotrop ke sekitarnya,
sehingga dengan demikian tingkat kestabilan lereng juga akan menurun. Menurut Hencher (1987),
struktur geologi dan diskontinuitas pada batuan yang berhubungan dengan geoteknik pada
kestabilan lereng adalah: kekar, sesar, batas litologi dan bidang perlapisan, serpihan dan orientasi
mineral pada batuan metamorf.
Beberapa jenis bidang diskontinu yang digolongkan berdasarkan ukuran dan komposisinya
adalah sebagai berikut:

a. Fault (patahan) adalah bidang diskontinu yang secara jelas memperlihatkan tanda-tanda
bidang tersebut mengalami pergerakan. Tanda-tanda tersebut diantaranya adalah adanya zona
hancuran maupun slicken sided atau jejak yang terdapat di sepanjang bidang fault. Fault
dikenal sebagai weakness zone karena akan memberikan pengaruh pada kestabilan massa
batuan dalam wilayah yang luas.
b. Joint (kekar). Bidang diskontinu yang telah pecah namun tidak mengalami pergerakan atau
walaupun bergerak, pergerakan tersebut sangat sedikit sehingga bisa diabaikan. Joint
merupakan jenis bidang diskontinu yang paling sering hadir dalam batuan.
c. Bedding (bidang pelapisan). Bedding terdapat pada permukaan batuan yang mengalami
perubahan ukuran dan orientasi butir dari batuan tersebut serta perubahan mineralogi yang
terjadi selama proses pembentukan batuan sedimen.
d. Fracture dan crack. Fracture diartikan sebagai bidang diskontinu yang pecah tidak paralel
dengan struktur lain yang tampak pada batuan. Beberapa rock mechanic engineer
menggunakan istilah fracture dan crack untuk menjelaskan pecahan atau crack yang terjadi
pada saat pengujian batuan, peledakan dan untuk menjelaskan mekanisme pecahnya batuan
brittle.
e. Fissure. Ada banyak ahli yang menjelaskan pengertian fissure, salah satunya adalah menurut
Fookes dan Denness (1969) dalam Sitohang (2008) yang mendefinisikan fissure sebagai
bidang diskontinu yang membagi suatu material utuh tanpa inemisahkannya menjadi bagian
terpisah.
Adanya bidang diskontinu pada batuan akan mempengaruhi banyak hal yang berhubungan
dengan aktifitas penambangan. Diantaranya adalah pengaruh terhadap kekuatan dari batuan.
Seniakin banyak bidang diskontinu yang memotong massa batuan, semakin kecil pula kekuatan dan
batuan tersebut. Bidang-bidang diskontinu yang ada pada massa batuan inilah yang memiliki potensi
untuk menyebabkan terjadinya failure pada batuan yang diekskavasi. Selain itu adanya bidang
diskontinu juga akan memberikan pengaruh lain dalam sebuah kegiatan pertambangan. Hal ini
berkaitan dengan ukuran fragmentasi material yang ditambang.

Dari semua jenis bidang diskontinu yang ada, joint adalah yang paling sering menjadi
pertimbangan. Hal ini disebabkan joint merupakan bidang diskontinu yang telah pecah dan terbuka,
sehingga bidang joint merupakan bidang yang lemah. Selain itu joint sering bahkan hampir selalu
ada pada suatu massa batuan. Oleh sebab itu, dalam pertimbangan geoteknik, seringkali joint lebih
menjadi perhatian dibandingkan jenis bidang diskontinu lainnya.
Dalam analisis bidang diskontinu terdapat beberapa istilah yang biasa dipakai secara umum.
Berikut ini akan dibahas beberapa poin yang berkaitan dengan bidang diskontinu.

1. Joint Set adalah sejumlah joint yang memiiiki orientasi yang relatif sama, atau sekelompok
joint yang paralel.

2. Spasi Bidang Diskontinu (Joint Spacing).Menurut Priest (1993) ada tiga macam spasi bidang
diskontinu. Ketiga macam joint spacing tersebut adalah spasi total (total spacing), spasi set (set/joint
set spacing) dan spasi set normal (normal set spacing).

a) Total spacing

Adalah jarak antar bidang diskontinu dalam suatu lubang bor atau sampling line pada pengamatan di
permukaan.

b) Joint set spacing

Adalah jarak antara bidang diskontinu dalam satu joint set. Jarak diukur di sepanjang lubang bor
atau sampling line pada pengamatan di permukaan.

c) Normal set spacing

Hampir sama dengan set spacing, bedanya pada normal set spacing, jarak yang diukur adalah
jarak tegak lurus antara satu bidang diskontinu dengan bidang diskontinu lainnya yang ada dalam
satu joint set.

3. Orientasi Bidang Diskontinu (Joint Orientation). Orientasi bidang diskontinu yaitu kedudukan
dari bidang diskontinu yang meliputi arah dan kemiringan bidang. Arab, dan kemiringan dan bidang
diskontinu biasanya dinyatakan dalam (Strike/Dip) atau (Dip Direction/Dip).

a) Strike (jurus)

Merupakan arah dari garis horizontal yang terletak pada bidang diskontinu yang miring, Arah ini
diukur dari utara searah jarum jam ke arah garis horizontal tersebut

b) Dip (kemiringan bidang)

Dip adalah sudut yang diukur dan bidang horizontal ke arah kemiringan bidang diskontinu.

c) Dip Direction
Dip direction merupakan arah penunjaman dari bidang diskontinu. Dip & Direction (DDR)
diukur dari North searah jarum jam ke arah penunjaman tersebut atau sama dengan 90 derajat dari
strike searah jarum jam ke arah penunjaman.

Tabel 1.1 parameter RMR

Tabel 1.2 kelas massa batuan dari pembobotan total

Tabel 1.3 arti dari kelas batuan


PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


a. Inti bor (core) yang ditempatkan di dalam core box.
b. Jangka sorong.
c. Meteran.
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum adalah:
a. Sampel Percontohan

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Ambil core box, amati inti bor yang ada di dalamnya. Jangan sekali-kali
memindahkan posisi core dari tempatnya sehingga urutannya berubah.
2. Ambil salah satu potongan inti bor dari masing-masing sample batuan yang
ada, ukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong.
3. Panjang dari masing-masing potongan inti bor pada masing-rnasing sample
batuan diukur yang panjangnya lebih dari 100 mm (10 cm) dijumlahkan.
4. Diukur spasi kekar
5. Diukur kondisi rekahan
6. Ditentukan kondisi air tanah
7. Ditentukan nilai kuat tekan dengan menggunakan uji UCS
8. Disimpulkan dari orientasi lapangan kemudian dimasukkan pada parameter RMR yang ada.
UJI GESER LANGSUNG

TEORI DASAR

Uji Geser Langsung

Pengujian geser langsung bertujuan untuk mendapatkan harga kohesi dan


sudut geser dalarn, baik puncak (peak) maupun sisa (residual). Dalam penguj ian ini
percontoh dibebani pada arah vertikal kemudian digeser secara horisontal. Behan pada
arah vertikal akan menimbulkan tegangan normal sedangkan gaya untuk rnenggeser
akan menimbulkan tegangan geser. Dalam pengujian ini pembebanan baik pada arah
vertikal maupun horisontal dilakukan secara hidtolik dan besarnya pembebanan dapat
diketahui pada manometer yang terdapat pada masing-rnasing pompa tekan.
Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan luas terhadap
keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud. Uji geser langsung
merupakan pengujian yang sederhana dan langsung. Pengujian dilakukan dengan menempatkan
contoh tanah ke dalam kotak geser. Kotak ini terbelah, dengan setengah bagian yang bawah
merupakan bagian yang tetap dan bagian atas mudah bertranslasi. Kotak ini tersedia dalam
beberapa ukuran, tetapi biasanya mempunyai diameter 6.4 cm atau bujur sangkar 5,0 x 5,0 cm .
Contoh tanah secara hati-hati diletakkan di dalam kotak, sebuah blok pembebanan, termasuk batu-
batu berpori bergigi untuk drainase yang cepat, diletakkan di atas contoh tanah. Kemudian suatu
beban normal Pv dikerjakan. Kedua bagian kotak ini akan menjadi sedikit terpisah dan blok
pembebanan serta setengah bagian atas kotak bergabung menjadi satu. Kuat geser sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :
1. Tekanan efektif atau tekanan antar butir.
2. Kemampuan partikel atau kerapatan
3. Saling keterkuncian antar partikel: jadi, partikel-partikel yang bersudut akan lebih saling
terkunci dan memiliki kuat geser yang lebih tinggi φ yang lebih besar) daripada partikel-
partikel yang bundar seperti pada tebing-tebing.
4. Sementasi partikel, yang terjadi secara alamiah atau buatan.
5. Daya tarik antar partikel atau kohesi.

Beberapa defenisi dari uji geser langsung :


1. Gaya Normal adalah gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang yang ditinjau.
2. Gaya Geser adalah gaya yang bekerja secara menyinggung atau sejajar bidang yang titinjau.
3. Tegangan normal (σn) adalah gaya normal pesatuan luas.
4. Tengangan geser (τ) adalah gaya geser persatuan luas.
5. Peralihan (displacement) adalah perpindahan horisontal suatu bidang geser relatif terhadap
bidang lain dalam arah kerja gaya geser.
6. Kohesi (Cu) adalah kuat geser tanah tanpa adanya tegangan normal maupun tegangan
keliling.
7. Sudut Geser Dalam (Ф) adalah komponen kuat geser tanah akibat geseran antara partikel.
8. Kuat Geser adalah tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh sudut bidang (dalam
tanah) di bawah kondisi tertentu.
9. Kuat Geser Puncak (peak strength) adalah kuat geser tertinggi pada suatu rentang peralihan
atau regangan tertentu.
10. Kuat Geser Residual adalah tahanan geser tanah pada regangan atau peralihan yang besar
yang bersifat konstan. Kuat geser residual ini dicapai setelah kuat geser puncak dilampaui.

PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang diperlukan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:


1. Mesin geser portabel, yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian bawah (lower
shear box) dan bagian atas (upper shear box), lengkap dcngan silinder beban I load
jack (lihat Gambar 5.1).
2. Dua buah pompa tekan yang dilengkapi dengan manometer, satu untuk
memberi beban normal dan yang satu lagi untuk memberikan beban geser.
3. Alat pencetak percontoh batu, yang dilengkapi pula dengan pemegang benda UJI.
Perlengkapan yang digunakan dalam praktikum adalah:
b. Sampel Percontohan

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.


2. Keluarkan shear box dari tempat airnya. Jadikan satu shear box bagian atas dan bawah
dengan memasang baut penguncinya.
a. Masukkan pelat dasar pada bagian paling bawah dari shear box dan diatasnya
dipasang batu pori yang sebelumnya telah dicelupkan dalam aquades atau direbus
dahulu untuk mengeluarkan pori porinya.
b. Di atas batu pori diberi kertas filter yang sebelumnya juga telah dicelupkan dalam
aquades. Dan diatas kertas filter ini dimasukkan pelat berlubang yang beralur, alur ini
harus menghadap keatas dan arah alurnya harus tegak lurus arah penggeseran, hal ini
dimaksudkan agar contoh tanah benar benar terjepit secara kuat pada waktu
dilakukan penggeseran.
c. Masukkan kembali shear box ke dalam tembat airnya. Dan tempatkan kedudukannya
dengan mengencangkan dua buah baut penjepit yang ada.
3. Masukkan contoh tanah ke dalam shear box dengan susunan sebagaimana ditunjukkan
gambar 2
4. Atur agar pelat pendorong tepat menempel pada shear box bagian bawah.
a. Cara menggerakkannya :
b. Lepaskan kunci pennggerak manual dengan menarik clutch, sekarang penggeser
dapat digerakkan dengan memutar handwheel searah jarum jam akan menyebabkan
pergeseran ke kanan/ maju dan sebaliknya.
c. Setelah penggeser tepat bersinggungan dengan shear box bagian bawah, maka
kembalikan lagi clutch pada kedudukan terkunci, yaitu dengan jalan menarik dan
memutarnya.
5. Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box bagian atas, ini berarti proving
ring belum menerima beban. Jadi dial proving ring juga harus diatur tepat pada nol,
demikian juga dial pengukur deformasi horisontal.
6. Siapkan beban konsolidasinya. Lengan pembebanan ini mempunyai 1:10, jadi beban yang
bekerja juga mempunyai perbandingan 1:10.
7. Contoh tanah siap geser, dengan lebih dahulu menentukan kecepatan penggeserannya.
8. Atur susunan gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan yang diinginkan. Kecepatan
penggeseran yang umumnya dipakai adalah 0,30 mm/menit.
9. Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial deformasi horisontal tepat pada
posisi normal. Sekarang penggeseran dapat dimulai, tapi jangan lupa melepaskan kedua baut
yang menyatukan shear box bagian atas dan bawah. Periksa juga clutch, apakah sudah
terkunci.
a. Hidupkan tombol POWER, lampu indikator akan menyala. Penggeseran dapat
dimulai dengan menekan tombol A, C, karena posisi gear pada E.

Gambar 10.6 Susunan Gigi


Penggerak dan Gigi Putar Gambar 10.7 Posisi Gigi
Gambar 10.8 Control Panel

10. Lakukan pencatatan waktu pada saat penggeseran dimulai dan amati bahwa jarum dial
proving ring dan dial deformasi horisontal mulai bergerak, apabila kedua jarum dial tidak
bergerak berarti ujung dial tersebut belum menyentuh, hentikan dengan mematikan tomboal
A, C, E, dan atur ujung dial pada kedudukan yang tepat.
11. Lakukan pembacaan dan pencatatan dial proving ring, dial deformasi vertikal atau dial
settlement, tiap dial deformasi horisontal bergerak 20 divisi.
a. Lakukan pembacaan sampai contoh tanah runtuh, yang dapat diketahui dari dial
proving ring yang mulai turun setelah mencapai maksimum lakukan pembacaan terus
sebanyak 3 kali..
b. Setelah penggeseran selesai, maka kembalikan shear box ke dalam posisi sebelum
digeser, dengan menggerakan mundur seccara manual. Lepaskan beban konsolidasi
dan keluarkan shear box dari tempatnya.
12. Keluarkan contoh tanah dari shear box, timbang berat contoh tanah ini dan masukkan oven
selama 24 jam dalam suhu 105 derajat Celcius.
13. Ulangi prosedur di atas dengan dua buah contoh tanah lagi, tetapi dengan menggunakan
tegangan normal yang lain.
a. Tegangan geser sisa dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana :

 'tr = tegangan geser sisa


 A - luas bidang geser
 Sr' - harga gaya geser selama penggeseran maju
 Sr" = harga gaya geser selama penggeseran mundur.
b. Tegangan normal dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Dimana
Gambarkan kurva tegangan geser-tegangan normal, dan dari kurva tersebut dapat
ditentukan harga kohesi dan sudut geser dalam

Gambar 5.1. "Portable Shear Machin


Gambar 5.2. Alat Pencetak Percontoh Batu
DAFTAR BACAAN

Dr. Ir. Singgih Saptono, MT. 2016. Buku Penuntun Pengujian di LaboratoriumMekanika
Batuan. Program Studi Teknik Pertambangan. Fakultas Teknologi Mineral. UPN ”Veteran”
Yogyakarta.

212018079-Bab-II-Sifat-Fisik-Batuan

UJI_KUAT_TEKAN_BATUAN_POINT_LOAD_TEST

https://www.scribd.com/doc/173401053/Point-Load-Test

https://www.scribd.com/doc/131595282/Uji-Brazilian-Mekbat

https://www.scribd.com/document/151342257/Braziliant-Test-4

https://edoc.site/ kuat-tarik-tidak-langsung-pdf-free.html

https://www.academia.edu/27037015/STUDI_KEKUATAN_BATUAN_TERHADAP_VAR
IASI_KETEBALAN_DAN_KOMPOSISI_CONCRETE_LINING

https://www.scribd.com/document/345337609/Mekanika-Batuan

https://dokumen.tips/documents/uji-sifat-dinamik.html

https://www.academia.edu/8343023/Mekanika_Batuan

https://www.scribd.com/document/291898348/m-3-Uji-Kuat-Tekan-Uniaxial

https://docplayer.info/41713592-Bab-iii-dasar-teori-3-1-klasifilasi-massa-batuan.html

https://www.academia.edu/19640370/Klasifikasi_massa_batuan

https://www.scribd.com/doc/157172632/Klasifikasi-Massa-Batuan
https://www.slideshare.net/ayumihatake3/geser-langsung

file:///E:/Let'%20See/Pertambangan/Mekbat/docdownloader.com_uji-geser-langsung.pdf

Anda mungkin juga menyukai