ANGKATAN LXXIII
ANGKATAN LXXIII
ii
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah senantiasa
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini disusun sebagai
syarat untuk menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker dan memperoleh
gelar Apoteker di Departeman Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
kepada :
1. Ibu Dra. Azizahwati, M.S, Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek dan
Pemilik Sarana Apotek Keselamatan serta Pembimbing I, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA dan
memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama PKPA dan
penyusunan laporan PKPA ini.
2. Bapak Drs. Jahja Atmaja, selaku pembimbing dari Departemen Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta nasehat selama PKPA dan
penyusunan laporan ini.
3. Ibu Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS, selaku Ketua Departemen Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Apoteker Departemen
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
5. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah
memberikan ilmu yang berharga dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis.
6. Karyawan dan karyawati Apotek Keselamatan yang telah memberikan
bantuan dan perhatian serta kerjasamanya selama PKPA
iv
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis
peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat
bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
vi
vii
viii
ix
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek
Keselamatan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Memahami tugas pokok, fungsi dan peran Apoteker di sebuah apotek.
1.2.2 Memberikan kesempatan bagi mahasiswa calon Apoteker untuk
beradaptasi langsung pada iklim kerja kefarmasian yang sebenarnya di apotek
serta memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek Keselamatan.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f. Wajib memiliki surat izin berupa Surat Izin Praktek Apoteker bagi Apoteker
Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping di Apotik.
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) merupakan bukti tertulis yg
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yg telah diregistrasi. Surat Tanda
Registrasi Apoteker diberikan menteri kesehatan Republik Indonesia kepada
apoteker yang memiliki :
a. Ijazah apoteker
b. Sertifikat kompetensi
c. Surat sumpah jabatan apoteker
d. Surat kesehatan fisik dan mental
e. Surat pernyataan akan melaksanakan etika profesi
Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) merupakan surat izin yg diberikan
kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, utk melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek atau IFRS.
Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) diberikan kepada apoteker yang memiliki :
a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
b. Tempat kerja (fasilitas produksi, fasilitas distribusi, fasilitas pelayanan)
c. Rekomendasi organisasi profesi setempat
Surat Izin Praktek Apoteker/Surat Izin Kerja batal demi hukum bila
tempat kerja tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat paten. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten
boleh diganti dengan obat generik.
d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,
apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih
tepat.
e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas
permintaan masyarakat.
f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter
penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada
pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda
tangan yang lazim di atas resep.
g. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.
h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka
waktu tiga tahun.
i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku.
j. Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping atau apoteker pengganti
diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat
Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
k. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada
jam buka Apotek, Apoteker pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker
Pendamping. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping
karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola
Apotek dapat menunjuk Apoteker Pengganti.
l. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti didalam
pengelolaan Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat
digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar
atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. Apoteker
mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten.
2.11.3 APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus
menerus.
2.11.4 Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat keras No. St 1973 No.
541, UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika, UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan lain yang berlaku.
2.11.5 Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut.
2.11.6 Pemilik Sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidang obat.
2.11.7 Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik
merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan
surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan
pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan:
a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3
(tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing – masing 2 (dua) bulan
dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12.
b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan
sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan
menggunakan Formulir Model APT-13.
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat
dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh
persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan
contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah
menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. 13 Pengelolaan Narkotika
Menurut Undang-undang No.22 tahun 1997 pengaturan narkotika
bertujuan untuk:
a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan;
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Nama APA
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan
atau badan tersebut
d. Nama dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan
e. Cara pemusnahan
f. Tandatangan penanggung jawab apotek
Pemusnahan narkotik harus disaksikan oleh:
a. Petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk Importir, pabrik
farmasi dan unit pergudangan pusat
b. Petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi
penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi
c. Petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit,
puskesmas dan dokter
Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala
kantor Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip.
Menurut Petunjuk Teknis Peraturan Apotek Tahun 2004 mengenai Prosedur Tetap
Pelayanan Resep Narkotika, yaitu:
a. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi.
b. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c. Mengkaji pertimbangan klinis, yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi,
keseuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
d. Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit,
puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika
dalam tulisan “iter” tidak bolah dilayani sama sekali.
e. Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani
sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.
f. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.
Universitas Indonesia
2. 14 Pengelolaan Psikotropika
Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada sasaran saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
a. Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: lisergida
dan meskalina.
b. Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin dan
metamfetamin.
c. Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital,
pentobarbital dan pentazosina.
d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
barbital, alprazolam dan diazepam.
2.14.1 Pemesanan Psikotropika
Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta
dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Satu surat
pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat
tiga rangkap.
2.14.2 Penyimpanan Psikotropika
Obat golongan psikotropika penyimpanannya belum diatur oleh
perundang-undangan, namun karena kecenderungan penyalahgunaan
psikotropika, maka disarankan agar obat golongan psikotropika diletakkan
tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Kelas B
Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili
sekitar 15-20 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 30
% dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara moderat.
c. Kelas C
Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar
5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 50% dari seluruh item.
Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana. Analisis pareto dilakukan
dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obat dengan cara sebagai
berikut : menghitung total investasi tiap jenis obat, kelompokan berdasarkan nilai
investasi dan diurutkan mulai dari nilai investasi terbesar hingga terkecil. Syarat
pengelompokan adalah sebagai berikut : kelompok A dengan nilai investasi 70%
dari total investasi obat keseluruhan, kelompok B dengan nilai investasi 20% dari
total investasi obat keseluruhan, dan kelompok C dengan nilai investasi 10% dari
total investasi obat keseluruhan.
2.16.3 Analisis VEN-ABC
Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya
selama periode waktu tertentu. Analisis VEN-ABC menggabungkan analisis
Pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam.
Matrik dapat dibuat sebagai berikut:
Tabel 2.1 Matrik VEN-ABC
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
agar timbul keinginan tersebut adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat
tanggap dengan keinginan pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan
memberikan harga yang bersaing.
2.17.4 Action
Setelah melalui beberapa tahap diatas akhirnya pengunjung apotek
tersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek.
Pada tahap ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek.
Pelayanan yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan
pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.
Universitas Indonesia
33 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
spekulasi dan berencana. Dari ke tiga cara tersebut Apotek Keselamatan lebih
menggunakan pembelian secara terbatas, hal ini untuk menghindari penumpukan
barang yang menyebabkan modal terhenti.
3.5.3 Pemeriksaan dan Pencatatan Barang
Setiap hari dilakukan pemeriksaan kemudian barang yang habis atau hampir
habis dicatat pada buku defekta untuk dilakukan pemesanan, selain itu juga di
tulis obat-obat yang belum tersedia di Apotek tapi sudah mulai diresepkan dan
banyaknya permintaan dari pelanggan.
3.5.4 Pemesanan Barang
Pemesanan dilakukan berdasarkan buku defekta kepada Pedagang Besar
Farmasi (PBF) dan menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau
melalui telepon. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan
kerjasama dengan PBF adalah :
a. Ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan
b. Bertanggung jawab terhadap barang pesanan apabila terjadi kerusakan
c. Memberikan jaminan terhadap barang pesanan
d. Ada kepastian memperoleh barang yang dipesan
e. Diskon yang diberikan
f. Bebas waktu kredit
3.5.5 Penerimaan Barang
Barang yang datang diterima oleh Asisten Apoteker dari PBF disertai
dengan faktur pembelian serta surat pesanan dari apotek, kemudian dilakukan
pengecekan kesesuaian terhadap jumlah, jenis, bentuk, tanggal kadaluarsa, serta
kondisi fisik barang dengan surat pemesanan dan buku pemesanan barang.
Apabila barang sesuai, maka faktur tersebut ditandatangani oleh Asisten Apoteker
yang menerima barang disertai dengan nama terang, tanggal penerimaan dan cap
apotek. Jika ada barang yang dikirim tidak sesuai dengan surat pemesanan, atau
karena barang yang diterima mendekati tanggal kadaluarsa, maka barang tersebut
akan dikembalikan langsung (retur). Apotek menerima dua lembar faktur sebagai
arsip. Barang yang baru datang tersebut kemudian diberi harga sesuai dengan
harga yang telah ditetapkan oleh apotek. Faktur yang diterima dicatat pada buku
Universitas Indonesia
pencatatatan untuk menginventaris barang yang diterima dan jumlah nilai yang
akan dibayarkan kepada PBF ketika jatuh tempo.
3.5.6 Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Barang yang baru datang/baru diterima dari PBF diberi harga terlebih
dahulu dan kemudian di tempatkan di etalase obat. Penempatan barang tersebut
dapat menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO). Pada sistem FIFO, barang yang keluar lebih dahulu adalah barang yang
lebih dahulu masuk, sedangkan pada sistem FEFO, obat/barang yang mempunyai
tanggal kadaluarsa cepat maka obat tersebut pula yang paling pertama keluar.
Pada sistem FIFO, jika pengambilan barang dari belakang etalase maka barang
yang baru datang ditempatkan di depan barang yang lama, sementara jika
pengambilan barang dari depan etalase maka barang yang baru datang di
tempatkan di belakang barang yang lama, sehingga dapat mencegah obat
melewati tanggal kadaluarsa. Sistem FEFO dapat terjadi bila suatu produk yang
telah hampir kosong pabrik.
Penyimpanan obat di Apotek Keselamatan dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan golongan obat.
b. Tiap kelompok obat disusun secara alfabetis untuk mempermudah dalam
pencarian/pengambilan.
c. Narkotika di simpan dalam lemari narkotika.
d. Psikotropika di simpan dalam lemari psikotropika
e. Obat-obat yang dipersyaratkan di simpan pada suhu dingin di simpan dalam
lemari pendingin (suppositoria, ovula, tablet, serbuk).
f. Untuk produk bebas disimpan di etalase ruang depan dan disusun berdasarkan
efek farmakologis, bentuk sediaan dan memperhatikan estetika warna dan rapi
sehingga akan menarik perhatian pasien yang datang ke apotek, terlihat obat
tersedia di Apotek lengkap dan obat mudah dicari dan diambil dengan cepat oleh
petugas Apotek.
g. Disediakan pula produk-produk kebutuhan bayi yang disimpan di etalase
tersendiri.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
istilah atau bahasa ilmiah yang terpenting penerima mudah mengerti, memahami,
dan mencerna informasi yang dibutuhkan. Informasi disampaikan secara singkat,
jelas, terbuka, dan menghindari sikap menggurui, memaksa, dan menyalahkan.
Komunikasi harus dilakukan sedemikian rupa agar terjadi komunikasi yang
interaktif antara penerima dan pemberi informasi.
Universitas Indonesia
Suku Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Kepala Balai POM DKI Jakarta,
serta satu lembar yang digunakan sebagai arsip apotek.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF, yang ditunjuk, nomor dan nama
barang, jenis kemasan yang dipesan, jumlah pesanan, tandatangan pemesanan,
dan stempel apotek.
c. Buku daftar harga
Berfungsi untuk mencatat harga netto apotek (HNA) maupun harga eceran
tertinggi (HET), pada buku ini tercantum nama obat dengan merek dagang,
generik, maupun bahan baku, penyusunan nama obat berdasarkan alfabet yang
dibedakan antara obat bebas dan obat ethical.
d. Buku pembelian
Berfungsi sebagai buku penerimaan barang, dalam buku ini tercantum tanggal,
nomor urut, nama PBF, nomor faktur, nomor bets, tanggal kadaluarsa, nama
barang, jumlah, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga, dan total
pembayaran. Pencatatan ini dilakukan saat barang dating berdasarkan faktur
pengiriman barang dari PBF.
e. Buku pembelian dan penggunaan narkotika dan psikotropika
Bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat narkotika dan
psikotropika, yang tercantum nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan
jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan dan
sisa serta keterangan lain jika ada.
3.9.3 Kegiatan keuangan
Kegiatan keuangan meliputi kegiatan yang meliputi aliran uang masuk dan
uang keluar dalam apotek. Aliran uang masuk yang berasal dari setiap transaksi
penjualan yang terjadi produk dan jasa di apotek, sedangkan arus uang keluar
berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembiayaan hutang dagang dan
biaya operasional apotek lainnya. Keluar masuknya uang dicatat dalam buku-buku
harian, yaitu:
a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada di kas
apotek setiap harinya
b. Buku pembelian untuk mencatat semua transaksi pembelian barang dagangan
baik yang termasuk produk bebas maupun produk ethical di apotek.
c. Buku penjualan digunakan untuk mencatat hasil penjualan barang dagangan
baik yang termasuk produk bebas maupun produk ethical di apotek.
Universitas Indonesia
47 Universitas Indonesia
banyak dilalui kendaraan dan berada di pemukiman padat penduduk. Selain itu,
Jalan Keselamatan merupakan jalan alternatif bagi pengendara yang hendak
menghindari kemacetan di jalan utama, yaitu di Jalan Dr. Saharjo dan Jalan KH.
Abdullah Syafi’I, sehingga keberadaan lokasi ini menjadi nilai tambah tersendiri
untuk Apotek Keselamatan. Selain itu Apotek Keselamatan juga ditunjang oleh
adanya praktek dokter umum terutama kaitannya dalam hal pelayanan resep
dokter. Selain itu ada beberapa fasilitas-fasilitas kesehatan lain yang berada tidak
jauh dari Apotek Keselamatan, antara lain Klinik Yakin, Puskesmas binaan
kecamatan, praktek dokter, dan praktek bidan, sehingga resep-resep yang datang
kebanyakan berasal dari fasilitas kesehatan tersebut. Apotek Keselamatan juga
memiliki pesaing karena letaknya yang berdekatan yaitu Apotek LaRose, Apotek
Amani, dan Apotek Barkah.
Secara umum, letak ruang Apotek Keselamatan sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Insonesia Nomor
1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu
apotek harus memiliki ruang tunggu, ruang racikan, keranjang sampah, dan
tempat mendisplai informasi. Selain itu, di Apotek Keselamatan juga terdapat
kasir, kamar mandi, ruang shalat, ruang istirahat karyawan, ruang praktek dokter
yang terpisah, ruang Apoteker, dan tempat pencucian atau wastafel serta halaman
parkir. Bangunan apotek juga dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi
syarat kesehatan, penerangan yang baik, alat pemadam kebakaran yang befungsi
baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, serta
papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek,
nomor telepon apotek.
Rancangan bangunan Apotek Keselamatan dari luar dibuat sederhana yang
bertujuan agar pengunjung yang datang tidak memiliki kesan bahwa obat yang
dijual oleh Apotek Keselamatan harganya mahal, mengingat sebagian penduduk
di sekitar apotek merupakan kalangan menegah ke bawah. Selain itu bagian dalam
apotek juga kondisinya nyaman dan mengesankan bersih, rapih, dan lengkap.
Produk-produk OTC yang di pajang terkesan banyak dan bervariasi sehingga
semakin menarik minat pengunjung dari luar untuk datang karena kesan
kenyamanan dan kelengkapannya terrsebut. Apotek juga dilengkapi dengan
Universitas Indonesia
tempat parkir yang cukup luas sehingga pelanggan dapat nyaman memarkir
kendaraannya dengan mudah dan tidak dipungut bayaran. Di samping itu, untuk
memperjelas keberadaan apotek, Apotek Keselamatan memiliki 2 papan nama
yang terletak di depan apotek, yaitu papan nama yang pertama terbuat dari neon
box diletakkan di sisi jalan dan papan nama yang kedua dengan ukuran lebih
besar terbuat dari kayu diletakkan tepat di depan apotek sehingga apotek dapat
terlihat jelas baik dari arah depan maupun samping pada malam hari, dan dapat
menarik perhatian pelanggan. Pada siku jalan yang berjarak 20 meter dari Apotek
juga terdapat papan penunjuk menuju Apotek Keselamatan yang dipasang pada
tiang listrik sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengetahui keberadaan
apotek.
Untuk desain eksterior apotek dilakukan dengan menata tanaman hias di
depan apotek sehingga mencitrakan suasana yang hijau dan sejuk, kemudian pintu
gerbang di depan apotek dibiarkan terbuka ketika jam buka apotek, hal ini
dimaksudkan agar pengunjung dari luar mampu melihat kondisi interior apotek
yang lengkap dengan obat OTC nya sekaligus ruang tunggu yang nyaman. Apotek
juga dilengkapi dengan televisi dan beberapa majalah agar pengunjung tidak
bosan menunggu. Selain itu dilengkapi dengan kipas angin yang dapat
meningkatkan kenyamanan pengunjung dalam menunggu pelayanan resep.
Untuk desain interior apotek dilakukan dengan penataan desain lay out
obat yang rapi, lengkap dan penuh. Penyimpanan obat di Apotek Keselamatan
dibedakan menjadi dua jenis yaitu penyimpanan obat “luar” dan penyimpanan
obat “dalam”. Obat luar yang dimaksud adalah obat Over The Counter (OTC)
yang diletakkan di counter depan apotek dan merupakan obat yang promosinya
sedang gencar di televisi,. Obat yang termasuk didalamnya adalah sediaan padat
seperti tablet multivitamin, sediaan cair seperti sirup dan eliksir, sediaan semi
solid seperti krim antijamur, serta produk kosmetik, produk bayi, dan alat
kesehatan yang banyak dicari oleh masyarakat. Obat OTC ini diberikan bagi
masyarakat untuk melakukan swamedikasi, sehingga permintaan dilayani bukan
melalui resep. Penataan obat OTC ini berdasarkan efek farmakologisnya dengan
memperhatikan estetika warna agar penyusunan obat terlihat lebih menarik atau
Universitas Indonesia
eye catching. Kartu stok untuk obat luar disimpan terpisah agar memberikan
kesan indah dan rapi serta disusun secara berurutan sesuai dengan letak obatnya.
Obat “dalam” yang dimaksud adalah obat keras, psikotropika, dan
narkotika yang biasanya diresepkan oleh dokter. Penyimpanan obat-obatan
tersebut ditempatkan berdasarkan jenis sediaan (obat bebas, obat keras, narkotika,
dan psikotropika) dan bentuk sediaan yang kemudian disusun secara alfabetis.
Tujuannya adalah untuk memudahkan karyawan dalam pelaksanaan penyiapan
resep atau dispensing. Selain itu obat disimpan sesuai dengan persyaratan
penyimpanannya, misalnya untuk obat-obatan yang tidak stabil dalam suhu
ruangan dan membutuhkan suhu penyimpanan khusus, seperti suppositoria dan
Lacto-B, maka disimpan di lemari pendingin dengan suhu tertentu. Penataan obat
dalam, umumnya obat keras, disimpan dalam rak kayu dan dibedakan
berdasarkan obat generik dan non generik dan jenis sediaan. Obat yang tergolong
semisolid, seperti salep, krim, dan gel diletakkan terpisah di dalam lemari kaca,
termasuk juga obat tetes mata dan tetes telinga. Kartu stok untuk obat dalam
diletakkan disebelah kiri sediaan. Sedangkan bahan baku obat dan eksipien
disimpan pada rak kayu di bagian bawah, terpisah dengan obat dalam.
Penataan dan penyimpanan obat golongan psikotropik dan narkotik di
Apotek Keselamatan telah memenuhi persyaratan yang berlaku, yaitu disimpan
dalam lemari khusus yang terdiri dari tiga bagian dengan daun pintu dan kunci
yang berbeda-beda. Satu bagian digunakan untuk menyimpan persediaan obat
narkotika, dua bagian lainnya untuk menyimpan obat psikotropika dan narkotika
keperluan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk memberikan perhatian bagi petugas
apotek bahwa golongan obat ini berbeda dari obat dalam (ethical) lainnya,
sehingga perlu hati-hati dalam memberi atau memilihkan obat tersebut untuk
pasien.
Desain interior apotek yang baik juga dapat memberikan kemudahan bagi
apoteker untuk menyampaikan informasi obat dan memberikan akses secara
langsung kepada masyarkat karena bagian depan apotek hanya dibatasi oleh
etalase obat, tidak ada pintu kaca, terali atau penghalang lain sehingga pelanggan
dapat secara langsung melihat isi apotek beserta kelengkapan obatnya. Apotek
Keselamatan juga memiliki ruang tunggu yang cukup nyaman, terdiri dari
Universitas Indonesia
beberapa kursi tunggu dalam jumlah yang cukup, bahan bacaan berupa majalah
kesehatan, dan televisi serta tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien
seperti brosur atau materi informasi yang ditempel di dinding sehingga pelanggan
yang menunggu obat disiapkan tidak merasa bosan.
Sarana yang belum dimiliki oleh Apotek Keselamatan, yaitu tersedianya
ruangan atau tempat khusus pelayanan informasi obat ataupun konseling untuk
pasien. Sarana ini diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian yang
berorientasi kepada pasien. Sehingga perlu dipikirkan untuk penyediaan sarana
tersebut di kemudian hari dengan mempertimbangkan kondisi apotek baik dari
segi sumber daya manusia seperti apoteker pendamping, pendanaan, dan
klasifikasi pasien yang datang ke apotek.
Selain memperhatikan ketersediaan sarana apotek, tersedianya sumber
daya manusia yang profesional, terampil, dan dapat dipercaya juga penting dalam
kemajuan sebuah apotek. APA Apotek Keselamatan dalam menjalankan
kegiatannya dibantu oleh empat orang karyawan, yang terdiri dari satu orang
asisten apoteker, satu administrator apotek, satu orang juru resep, dan satu orang
tenaga pembantu. Oleh karena itu, APA harus memiliki kemampuan untuk dapat
mendistribusikan pekerjaannya dengan kewewenangan profesi dan keahlian
masing-masing pegawai, mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu
belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi
peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, APA dibantu oleh Asisten
Apoteker dan juru resep. Sedangkan untuk urusan pengadaan, pemesanan,
penerimaan dan pelaporan keuangan serta pembukuan, APA dibantu oleh tenaga
administrator dan asisten Apoteker. Kesemuanya saling bekerja sama sehingga
manajemen pengadaan barang di apotik dan perputaran uang mampu berjalan
dengan baik. APA Apotik Keselamatan menganggap bahwa karyawannya adalah
pelanggan internal yang merupakan aset sehingga harus dijaga kenyamanan
mereka untuk bekerja. Berkat hal ini, rasa kekeluargaan dan kebersamaan sangat
terasa di Apotek ini terutama terhadap hubungannya antara Apoteker dengan
pegawainya juga antara sesama pegawai. Hal ini terlihat dari kesediaan mereka
untuk membantu pegawai lain untuk mengerjakan tugas utama, misalnya
Universitas Indonesia
melakukan pemesanan dan menerima obat, atau ketika menemui ada masalah
pada resep, mereka akan saling berdiskusi atau bertanya langsung kepada APA,
sehingga dapat meminimalkan kesalahan yang terjadi.
Dalam prakteknya, kedisiplinan setiap karyawan di Apotek Keselamatan
sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari karyawan yang datang tepat waktu. Apabila
ada karyawan yang berhalangan hadir harus memberi tahu terlebih dahulu. Selain
itu, ketrampilan dan kecekatan karyawan, terutama juru resep juga sudah cukup
baik dalam memberikan pelayanan kepada konsumen, termasuk pelayanan obat
racikan sehingga konsumen tidak menunggu terlalu lama.
Pengetahuan karyawan di Apotek Keselamatan juga sangat diperhatikan
oleh Apoteker Pengelola Apotek. Setiap ada informasi baru, APA akan
menyampaikannya kepada para karyawan melalui diskusi. Pengetahuan karyawan
dapat meningkat dengan mengamati secara langsung kegiatan swamedikasi yang
dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek sehingga kemampuan para karyawan
selalu bertambah dan tidak ragu lagi dalam memberikan informasi obat kepada
pasien dengan baik dan benar terutama ketika APA sedang tidak berada di apotek.
Di samping ketersediaan sarana dan prasarana serta tenaga kerja yang profesional,
ketersediaan obat di apotek juga penting dalam memberikan pelayanan optimal
kepada pasien atau pelanggan. Ketersediaan obat dapat dicapai dengan
pengelolaan obat secara efektif dan efisien. Pengelolaan obat di Apotek
Keselamatan telah berjalan dengan baik dan lancar, termasuk administrasinya.
Pengelolaan obat di Apotek Keselamatan diawali dengan perencanaan
pengadaan obat. Pengadaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di Apotek
Keselamatan dilakukan atas dasar pertimbangan anggaran yang tersedia, harga,
pola konsumsi masyarakat, pola penyakit, pola penulisan resep dokter, dan stok
persediaan barang. Obat-obat yang persediaannya akan habis dicatat di buku
defekta untuk segera dilakukan pemesanan. Hal ini dilakukan agar pelayanan
yang diberikan apotek dapat optimal dan tidak mengecewakan pelanggan atau
pasien yang datang karena ketidaktersediaan obat. Pencatatan pemesanan untuk
obat dalam dan obat luar dilakukan secara terpisah agar mempermudah
melakukan pemesanan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
satu kriteria tersebut, maka dilakukan return atau pengembalian obat untuk
digantikan dengan obat yang dipesan sebelumnya Pengadaan obat yang baik akan
memudahkan proses penjualan yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan
rutinitas di apotek.
Penjualan yang terjadi setiap harinya dicatat di buku penjualan baik jenis
maupun jumlahnya. Pencatatan penjualan tersebut dibedakan antara obat OTC dan
obat dalam (ethical) atau resep. Kegiatan administrasi sepeti ini di Apotek
Keselamatan sudah berjalan dengan baik dan teratur.
Selain kegiatan administrasi, masalah keuangan Apotek Keselamatan juga
dicatat pada laporan harian secara rinci dan jelas sehingga mempermudah
pembuatan laporan setiap bulannya. Evaluasi keuangan dilakukan setiap tahun
dengan membuat neraca laba rugi. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat
perkembangan apotek setiap tahunnya. Evaluasi terhadap pergerakan obat juga
dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk mengetahui obat mana
saja yang masih tersedia dalam jumlah banyak, apakah ada obat yang sudah
kadaluarsa, dan jenis obat mana yang tergolong bergerak cepat (fast moving) dan
bergerak lambat (slow moving). Pencocokkan jumlah barang yang terdapat dalam
kartu stok dengan jumlah fisik barang dilakukan pada saat mengambill atau
mengeluarkan obat, atau ketika menghitung jumlah pemasukan dan persediaan
obat pada saat akhir shift atau pergantian shift. Akan tetapi kegiatan rutin
mencocokkan obat juga dilakukan pada akhir tahun (stok opname) dan dianalisa
juga barang yang termasuk slow moving dan fast moving.
Di samping adanya ketersediaan sarana prasarana dan sumber daya di
apotek, juga perlu didukung dengan pelayanan kefarmasian yang baik agar
pelanggan atau pasien yang datang ke apotek akan merasa puas dan senang
sehingga dapat semakin menambah pelanggan baru dan dapat mempertahankan
pelanggan lama. Dengan demikian, secara tidak langsung dapat meningkatkan
pendapatan apotek. Pelayanan pelanggan atau pasien di Apotek Keselamatan
sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan cukup banyaknya
pasien yang datang kembali untuk membeli obat dan terciptanya hubungan yang
baik antara pihak Apotek dengan pasien. Pasien yang menerima resep dari dokter
Universitas Indonesia
dapat datang kembali untuk menebus obat dengan menggunakan kopi resep atau
kuitansi yang telah diberikan oleh Apotek Keselamatan.
Pelayanan yang dilakukan di Apotek Keselamatan diantaranya yaitu
pelayanan resep, swamedikasi dan antar obat resep yang dipesan (delivery). Saat
memberikan pelayanan resep biasanya obat tidak langsung disiapkan, tetapi
dihitung terlebih dahulu harga dari resep tersebut dan mengecek apakah obat yang
tersedia ada. Jika obat yang diminta tidak ada tetapi apotek mempunyai jenis obat
yang sama, yaitu komposisi obat sama dengan merek yang berbeda, apotek akan
menawarkan kepada pasiennya. Apabila pasien setuju dengan harga dan jenis obat
yang ditawarkan maka obat baru disiapkan. Apotek juga memberikan jasa antar
obat resep yang dipesan. Pelayanan ini biasanya diberikan untuk pasien yang jarak
rumahnya tidak terlalu jauh dengan lokasi apotek sehingga pasien tidak perlu
menunggu lama ketika obat sedang disiapkan.
Pada saat penyerahan obat tersebut, Apotek Keselamatan sudah
melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan cukup baik, yaitu dengan
memberikan informasi mengenai indikasi dan efek samping obat, cara
penggunaan obat, jangka waktu pemakaian, makanan dan minuman yang
dianjurkan atau dihindari untuk mendukung penyembuhan penyakit pasien. Hal
ini dilakukan karena umumnya perilaku penggunaan obat oleh pasien sangat
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pasien dan sejauh mana informasi yang
telah diperoleh pasien mengenai obat yang di terima sehingga dengan diberikan
pengetahuan dan informasi yang cukup diharapkan dapat meminimalisasikan
adanya penyalahgunaan obat atau penggunaan obat yang salah oleh pasein. Selain
itu, Apotek Keselamatan juga mencatat alamat dan nomor telepon pasien yang
menebus obat dengan resep dokter, terutama jika pada resep tersebut terdapat obat
Narkotika dan Psikotropika. Hal ini bertujuan untuk mempermudah apotek
melakukan pemantauan jika ada obat yang salah atau sebagai sarana untuk
mengingatkan pasien yang membutuhkan pengobatan dalam jangka yang lama
sehingga pengobatan pasien tidak teputus karena lupa dan sebagai arsip untuk
apotek.
Resep-resep yang masuk tersebut disimpan dan dikelompokkan setiap
bulannya berdasarkan bulan penerimaan resep dan diurutkan sesuai dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Apoteker memiliki tugas, fungsi dan peran yang sangat penting dalam
mengelola semua kegiatan yang berlangsung di apotek, mencakup aspek
pengelolaan teknis kefarmasian maupun pengelolaan non teknis kefarmasian.
Kegiatan teknis kefarmasian di apotek meliputi pengelolaan perbekalan farmasi
dan pelayanan kefarmasian, sedangkan kegiatan non-teknis kefarmasian di apotek
mencakup administrasi keuangan, personalia, dan administrasi lainnya.
5.1.2 Sistem manajemen dan administrasi di Apotek Keselamatan secara
keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari cara
pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan telah sesuai dengan peraturan
dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, serta
pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan keuangan dan administrasi.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat menunggu proses
pelayanan perlu adanya peningkatan fasilitas di ruang tunggu seperti majalah,
koran atau televisi.
5.2.2 Sebaiknya dibuat area khusus untuk tempat para pasien berkonsultasi
dengan APA, mengingat banyaknya permintaan akan konseling mengenai pilihan
obat yang tepat untuk mengatasi penyakitnya masing-masing.
5.2.3 Sebaiknya dilakukan optimalisasi pengendalian ketersediaan obat di
Apotek sebagai upaya meminimalisasi tidak terjualnya obat karena expired date
serta mendukung peningkatan kepuasan pelanggan.
5.2.4 Untuk memudahkan pengelolaan obat dan menghindari risiko kerugian
pengelolaan barang seperti kelebihan pemesanan atau barang habis tetapi belum
dipesan, sebaiknya sistem penjualan, penghitungan harga dan stok obat dibuat
secara komputerisasi.
58 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Universitas Indonesia
Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga
University Pers.
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Universitas Indonesia