Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALDIANSYAH SAPUTRA

NIM : 1811101240
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
MATA KULIAH : CIVIC EDUCATION
DOSEN PENGAMPU : MAULIDA ULFA HIDAYAH

1. Dengan adanya pendidikan kewarganegaraan dari tingkat sekolah dasar sampai


perguruan tinggi, maka diharapkan pelaksanaan pembelajaraan pendidikan
kewarganegaraan (civic education) merupakan wahana pendidikan demokrasi yang
dapat menghasilkan manusia berkualitas dengan keahlian profesional serta
berkeadaban Pancasila. Dari segi hukum, pendidikan kewarganegaraan telah
digariskan dalam peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU tentang Sisdiknas). Menurut
Pasal 3 Undang-undang tentang Sisdiknas, tujuan pendidikan nasional dinyatakan
sebagai: ‘’berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab’’. Dengan demikian sejak tahun 1945 sampai sekarang ini, instrumen
peraturan perundang-undangan telah menempatkan pendidikan demokrasi sebagai
bagian integral dari pendidikan. Pentingnya urgensi dari pendidikan
kewarganegaraan bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta
demokratis dalam rangka mewujudkan masyarakat warga yang beradab.
Berdasarkan itu, maka lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan manusia
yang unggul secara intelektual, anggun secara moral, kompeten dalam penguasaan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta memiliki komitmen yang tinggi untuk
berbagai kegiatan pemenuhan amanat sosial.

2. Kasus pencoretan bendera, bangsa Indonesia diikat dengan berbagai aliran ideologi,
paham, dan budaya. Jika memang terbukti melecehkan simbol dan lambang negara
maka harus ditindak tegas. "Pelecehan terhadap simbol negara merupakan penghinaan
bangsa Indonesia sehingga harus ditindak tegas siapa pun pelakunya,". Sebelumnya
diberitakan, polisi mengamankan seorang pria berinisial NF (20) yang diduga membawa
bendera merah putih dengan tulisan aksara Arab saat unjuk rasa beberapa waktu lalu.
NF tengah dilakukan pemeriksaan secara intensif di Mapolres Jakarta Selatan. Solusi
terbaiknya adalah hukuman penjara dan didenda atas pencoretan bendera atau
lambang Negara seperti yang tertuang dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Lambang Negara dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
3. Relasi agama dan Negara di indonesia menegaskan bahwa hubungan antara agama
dan negara ialah hubungan timbal balik. Artinya, antara agama dan negara saling
berkaitan, tidak dapat dipisahkan. Keduanya tidak menyatu, tetapi keduanya eksis
secara bersama. Agama tidak mesti diformalkan dalam sebuah negara, tetapi agama
juga tidak dapat diceraikan dari negara. Agama dan negara juga saling mebutuhkan
satu sama lain. Yang satu tidak dapat berdiri sendiri tanpa yang lainnya. Agama
membutuhkan negara sebagai wadah dalam membumikan ajarannya, sedangkan
negara membutuhkan agama sebagai sumber moral dalam mengatur tatanan sebuah
negara.Karena agama dan negara tidak dapat dipisahkan, maka jika ingin membela
agama, pasti juga akan membela negara, begitu pula sebaliknya.. Hal ini sudah
dicontohkan oleh para pahlawan kita pada saat Indonesia berjuang melawan penjajah.
Ketika kita membela negara, maka dengan sendiri kita juga akan membela agama.
Karena agama tersebut tumbuh dan berkembang dalam suatu negara. Jika sebuah
negara dijajah, maka masyarakat yang ada di dalam negara tersebut tidak akan bebas
dalam melaksanakan ajaran agamanya.

4. Kasus kewarganegaran ganda. Pada tahun 2009, Irfan Bachdim memulai karir
persebakbolaannya di Indonesia. Pada waktu itu ia berusia hampir 21 tahun dan masih
mempunyai dua kewarganegaraan.Ia memiliki kewarganegaraan Indonesia dari
ayahnya yang WNI, dan mempunyai kewarganegaraan Belanda dari tempat ia
dilahirkan dan dibesarkan. Di Indonesia, kewarganegaraan diatur dalam undang –
undang No. 12 tahun 2006 yang ditetapkan pada tanggal 1 Agustus 2006. Menurut
undang-undang di Indonesia, kewarganegaraan seseorang yang berkewarganegaraan
ganda bisa diputuskan paling lambat 3 tahun setelah ia menginjak usia 18 tahun.
Agustus 2009 adalah batas akhir ia harus memilih kewarganegaraannya. Karena jika
tidak, ia akan kehilangan kesempatan mendapat kewarganegaraan Indonesia.

5. Seperti yang tertuang dalam rumusan baru Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 mengembalikan
pesan Pembukaan UUD 1945 bahwa negara Indonesia itu berkedaulatan rakyat. Ia
dilaksanakan menurut UUD 1945, menurut ketentuan-ketentuan konstitusi. Karena itu
demokrasi kita adalah demokrasi konstitusional dan Indonesia adalah negara hukum.
UUD tidak lagi sekedar simbol, melainkan adalah hukum tertinggi yang harus dipatuhi
semua pihak. Setiap peraturan perundang-undangan harus taat kepada konsitusi.

6. Contoh kasus kehilangan satu suara atau penggelembungan satu suara pun
merupakan noda, bahkan cacat dalam proses rekapitulasi penghitungan Pemilu “Hukum
yang paling dasar dari seluruh proses rekapitulasi penghitungan suara adalah
bagaimana melindungi hak rakyat yang berdaulat yang telah menyatakan pilihannya,”.
Proses rekapitulasi tetap menempatkan asas jujur dan adil (jurdil) sebagai landasan
moral dan etika. Hal ini sendiri merupakan cerminan dari perwujudan demokrasi dalam
mewujudkan masyrakat madani yang memiliki tingkat kemampuan dan kemajuan yang
tinggi untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam menghadapi persoalan sosoal.

7. Dalam konstitusi tiap negara memberikan kewenangan pemerintah negara kepada satu
pemerintah, yaitu pemerintah pusat, karena penyelenggaraan segala kepentingan hak
baik dari pusat maupun dari daerah sebenarnya adalah kewajiban dari pemerintah
pusat. Hanya berhubungan dengan luasnya daerah, makin banyak tugas yang harus
diurus oleh pemerintah pusat, sejalan dengan kemajuan masyarakat dan negara,
perbedaan antara yang satu dengan yang lain yang sukar diketahui dan sukar diatur
secara memusat, maka jika keadaan daerah-daerah sudah memungkinkan, pusat
menyerahkan kepada daerah untuk mengurus dan menyelenggarakan sendiri
kebutuhan-kebutuhan khusus dari daerah-daerah itu. Dalam upaya untuk menciptakan
pemerintahan yang baik ( good governance) dalam kerangka otonomi daerah.

8. Contoh kasus HAM, tenaga kerja kita yaitu para TKI yang bekerja di Malaysia
mengalami penyiksaan disana yang dilakukan oleh para majikan nya yaitu pihak warga
masyarakat Malaysia yang secara tega menyiksa tenaga kerja Indonesia kita sampai
luka-luka dan ada juga yang sampai meninggal, sungguh ironis jika mendengar kabar
itu. Dan satu lagi konflik tentang batas teritorial, disini pihak Malaysia mengkalaim
beberapa pulau yang berada di daerah Indonesia adalah kepunyaan atau miliki Negara
Malaysia. Terdapat dua buah kasus yang melibatkan tentang batas teritorial antar
kedua Negara ini, yaitu kasus pertama pulau Ambalat dan yang kedua pulau Sipadan
dan Ligitan. Indonesia membawa permasalahan ini ke jalur hukum mahkamah
internasional. Keputusan Mahkamah Internasional Pada tahun 1998 masalah sengketa
Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ, kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ
mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan
antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia
dimenangkan oleh 16 hakim.

Anda mungkin juga menyukai