Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI TERAPI ERYTROPOETIN PADA PASIEN HEMODIALISA DI

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

EVALUATION OF ERYTROPOETIN THERAPY ON PATIENTS HEMODIALISA


IN PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL YOGYAKARTA

Adnan1), Haafizah Dania2)


1
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
email: adnanbwi@gmail.com
2
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
email: fizadan.djogja@gmail.com

Abstrak.

Kebanyakan pasien dengan penyakit ginjal kronik tahap akhir yang menjalani hemodialisis mendapatkan terapi
erythropoietin (EPO) untuk pengobatan anemia. Anemia defisiensi erythropoietin adalah komplikasi umum dari penyakit
ginjal kronis (PGK). Pemberian EPO diharapkan dapat memperbaiki anemia yang terjadi serta dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui profil sel darah merah meliputi hemoglobin (Hb), Mean Corpusculair Volume (MCV), Mean Corpusculair
Haemoglobin (MCH), Mean Corpusculair Haemoglobin Concentration (MCHC) dan kualitas hidup pasien PGK yang
mendapatkan terapi EPO dan non EPO di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kriteria inklusi adalah pasien yang
didiagnosis PGK dengan ICD N18.9 yang menjalankan hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, rawat jalan,
dapat membaca dan memahami kuesioner, dan bersedia menjadi responden.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) profil sel darah merah (Hb,
MCV, MCH & MCHC antara kelompok terapi EPO dan non EPO. Hubungan penggunaan EPO terhadap kualitas hidup
pasien pada semua domain KDQOL yaitu p>0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara terapi EPO dan
Non EPO serta tidak terdapat hubungan penggunaan EPO dan non EPO terhadap Kualitas Hidup pasien hemodialisa.

Kata kunci : EPO,Hb,MCH,MCV,MCHC, Kualitas Hidup

Abstract
Most of the patients with end-stage renal disease who undergoing hemodialysis received
erythropoietin (EPO) therapy for the anemia treatment. Deficiency anemia erythropoietin is a
common complication of chronic kidney disease (CKD). EPO therapy is expected to improve the
anemia and can improve the quality of life of patients.
This study was conducted in an analytic observational with Cross Secsional design. The
purpose of this study was to know there was a difference of red blood cell profile involve
hemoglobin (Hb), Mean Corpusculair Volume (MCV), Mean Corpusculair Haemoglobin (MCH),
Mean Corpusculair Haemoglobin Concentration (MCHC) and quality of life of CKD patients who
received EPO and non EPO therapy in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital. Inclusion
criteria in this study were PGK ICD N18.9 patients who were undergoing hemodialysis therapy at
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, outpatient, can read and understand the questionnaire, and
accept to be a respondent.
The results of this study showed no significant difference (p>0,05) in red blood cell (Hb,
MCV, MCH, MCHC) between EPO and non EPO therapy groups. The associated of EPO with the
quality of life of patients in all of KDQOL domains was p> 0.05.
The conclusions of this study showed that there was no significant difference between EPO
and Non EPO therapy and there was no correlation between EPO and non EPO therapy with
quality of life of hemodialysis patients.

Keywords: Keywords: EPO, Hb, MCH, MCV, MCHC, quality of life


di terapi dengan ertropoetin dan selain
1. PENDAHULUAN
eritropoetin.
Anemia pada penderita gagal ginjal
sudah di mulai sejak awal yaitu sejak 2. KAJIAN LITERATUR DAN
timbulnya penyakit sejalan dengan kerusakan PEGEMBANGAN HIPOTESIS (JIKA
jaringan ginjal yang progresif, derajat ADA)
anemianya akan meningkat (Bhatta et al, Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah
2011). suatu proses patofisiologi dengan etiologi
Faktor utama penyebab terjadinya yang beragam, mengakibatkan penurunan
anemia adalah defisiensi eritropoetin (EPO) fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel
sebagai akibat kerusakan sel-sel penghasil serta umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
EPO (sel peritubuler) pada ginjal. Disamping (Suwitra, 2009).
itu,ada beberapa faktor yang memperberat Faktor-faktor yang berkaitan dengan
terjadinya anemia antara lain adanya zat anemia pada penyakit ginjal kronik termasuk
inhibitor ertropoesis, perdarahan akibat kehilangan darah, pemendekan masa hidup
trombopati, anemia hemeolitik akibat sel darah merah, defisiensi vitamin, “uremic
terjadinya mikroangiopati, kehilangan darah milieu”, defisiensi eritropoetin, defisiensi besi
akibat pengambilan darah untuk pemeriksaan dan inflamasi.
laboratorium, atau darah yang terperangkap Defisiensi eritropoetin merupakan
atau tertinggal di alat hemodialisa,defisiensi penyebab utama anemia pada pasien-pasien
zat besi dan zat nutrisi lainnya,hiperparatiroid penyakit ginjal kronik. Para peneliti
sekunder (Hanif,2009). Dilaporkan dari 86 mengatakan bahwa sel-sel peritubular yang
penderita yang menjalani hemodialisa rutin di menghasilkan eritropoetin rusak sebagian atau
RS Hasan Sadikin Bandung 100% menderita seluruhnya seiring dengan progresivitas
anemia(Sumpeno et al,1993). penyakit ginjalnya, sehingga produksi
Anemia memberikan kontribusi untuk eritropoetin tidak serendah sesuai dengan
kualitas hidup yang buruk pada pasien derajat anemianya.
penyakit ginjal tahap akhir. Penyebab anemia Menurut Kawahara et al (2015) pada
karena terjadinya penurunan produksi penelitiannya yang berjudul Treatment of
eritropoetin ginjal sehingga hasilnya tidak Renal Anemia With Erythropoetin-
memadai. Kebanyakan pasien yang menerima Stimulating Agents in Predialisis Chronic
hemodialisis untuk penyakit ginjal tahap akhir Kidney Disease Patien, yaitu membandingkan
menerima terapi erythropoietin (EPO) atau profil Hb antara kelompok yang diterapi Epo
merangsang agen eritropoiesis (ESA) untuk dan non Epo (CERA), hasilnya Hb secara
pengobatan anemia. Anemia defisiensi signifikan lebih tinggi pada kelompok CERA
eritropoetin adalah komplikasi umum dari dari kelompo Epo di awal dialisis
penyakit ginjal kronis. Hal ini dapat diobati Pada penelitian di Kanada yang dilakukan
dengan pemberian EPO, transfusi sel darah oleh keown et al, (2010) dengan judul
merah (RBCT), atau kombinasi keduanya. ‘Dialysis patients treated with epoetin alfa
Namun, pengobatan yang diterima secara luas show improved anemia symptoms: A new
pada pasien anemia adalah administrasi EPO. analysis of the Canadian erytripoietin study
Studi awal menemukan bahwa EPO grup trial’ menunjukkan bahwa terapi pasien
mengurangi kebutuhan untuk RBCT dan hemodialysis dengan erythropoiesis-
meningkatkan kualitas hidup (QOL) pada stimulating agent meningkatkan kualitas
pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD), hidup.
bila dibandingkan dengan tidak ada Hipotesis pada penelitian adalah adanya
administrasi EPO. EPO agents secara rutin perbedaan profil Hb, MCH, MCV, dan
digunakan untuk mengobati anemia penyakit MCHC serta kualitas hidup pada pasien
ginjal kronis (CKD), terutama pada pasien dengan penyakit ginjal kronik yang anemia
yang membutuhkan hemodialisa. yang mendapatkan terapi Epo dan non Epo
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
gambaran perbedaan profil HB, MCH, MCV, 3. METODE PENELITIAN
MCHC dan kualitas hidup pasien GGK yang Rancangan penelitian ini adalah
observational analitik dengan pendekatan
cross-sectional. Subyek penelitian pasien Pengunaan eritropoetin di bandingkan
gagal ginjal kronik yang menjalani dengan penggunaan zat besi terhadap
hemodialisa di Rumah Sakit PKU profil sel darah merah. Pada kelompok
Muhammadiyah Yogyakarta. pasien yang mendapatkan terapi
Kriteria inklusinya yaitu : pasien eritropoetin dan kelompok pasien yang
terdiagnosis terdiagnosis gagal ginjal terminal mendapatkan terapi zat besi di dapatkan
dengan ICD N18.9 yang sedang menjalani hasil rata-rata profil HB, MCV, MCH,
perawatan di unit hemodialisa RS PKU MCHC seperti pada tabel II:
Muhammadiyah; pasien rawat jalan; bisa
membaca dan memahami kuesioner; dan Tabel I. Rata-rata profil sel darah merah
bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Profil Hb MCV MCH MCHC
kriteria eksklusinya : pasien tidak dapat (x + SD) 9,28 ± 90,06 ± 29,60± 32,89±
diwawancarai; dan tidak bisa menyelesaikan 1,528 6,150 1,998 0,688
Independent 0.068 0.124 0.164 0,415
pertanyaan.
T–tes
Data yang diambil yaitu nilai Hb, ( P-Value)
MCH,MCV,dan MCHC serta kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronis yang Berdasarkan tabel II, rata-rata profil
menjalani hemodialis yang mengalami haemoglobin sebesar (9,28±1,528), rata-
anemia dan mendapat terapi eritropoitin. rata profil MCV sebesar (90,06±6,150),
Instrumen yang di gunakan dalam Rata-rata profil MCH (29,60±1,998), rata-
penelitian ini adalah kuesioner Kidney rata (32,89±0,688). Pada uji independent
Disease Quality of Life Short Form (KDQOL- Sampel t-test diperoleh p value profil
SFTM) versi 1.3 yang dipublikasikan oleh haemoglobin sebesar 0,68 ; MCV 0,124 ;
RAND dan ditranslasi ke versi Indonesia oleh MCH 0,164 ; 0,415. yang menunjukkan
Pusat Pengembangan Bahasa UAD. Proses bahwa tidak terdapat perbedaan yang
translasi yang dilakukan pada penelitian ini signifikan terhadap profil sel darah merah
dengan forward, yaitu proses translasi dari terhadap pemberian terapi anemia yang
versi Bahasa Inggris ke versi Bahasa berbeda.
Indonesia yang dilakukan oleh satu translator. Data perbandingan Hb, MCV, MCH,
Seluruh lembar data Hb, MCH, MCV, MCHC dari kelompok yang mendapatkan
MCHC dan kualitas hidup pada pasien ginjal eritropoetin dan kelompok yang
kronis yang menjalani hemodialisa dan mendapatkan terapi zat besi terdistribusi
mendapatkan eritropoetin dan terapi lainnya normal dan homogen sehingga pada
di lakukan uji T/T test untuk melihat penelitian ini digunakan uji independen
perbandingannya. Metode penelitian sampel t-test.
menjelaskan rancangan kegiatan, ruang Rata-rata Hb kelompok yang
lingkup atau objek, bahan dan alat utama, menerima terapi eritropoetin dengan
tempat, teknik pengumpulan data, definisi kelompok yang mendapatkan terapi zat
operasional variabel penelitian, dan teknik besi sebesar (9,28±1,528) menunjukkan
analisis. tidak terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap rata-rata kadar haemoglobin
1. HASIL DAN PEMBAHASAN antara pasien yang mendapatkan
A. Profil Hb, MCV, MCH & MCHC eritropoetin dan yang mendapatkan zat
Berdasarkan uji normalitas besi (P value = 0,068). Ini menunjukkan
didapatkan hasil bahwa data Hb, MCV, tidak ada perbedaan antara kadar
MCH, dan MCHC terdistribusi normal. Uji haemoglobi pada pasien yang menerima
homogenitas keseluruhan varabel eritropoetin dan zat besi sebagai terapi
menunjukkan nilai P value > 0,005. anemianya dalam meningkatkan kadar
haemoglobin sebagai bagian penting
Tabel I Uji Normalitas dan Homogenitas dalam darah. Meskipun hasil perhitungan
No. Profil Rata2 (X+SD) P Value Status analisis menunjukkan tidak terdapat
1 Hb 9,23±1,52 0,868 Homogen perbedaan yang signifikan antara
2 MCV 90,52±6,15 0,93 Homogen kelompok eritropoetin dan zat besi.
3 MCH 29,59±1,990 0,798 Homogen
4 MCHC 32,89±0,688 0,201 Homogen Namun data menunjukkan bahwa selisih
dari rata-rata haemoglobin kedua mendapatkan zat besi. MCHC
kelompok tersebut sebesar 1,00. Hal ini menggambarkan berat rata-rata
menunjukkan bahwa penggunaan haemoglobin persatuan volume sel darah
eritropoetin tetap lebih baik dari pada zat merah dengan rentan normal 33-36% pada
besi. kedua pasien rata-rata MCHC masih pada
Rata-rata MCV kelompok yang batas normal.
menerima terapi eritropoetin dengan Dari keseluruh data sample darah
kelompok yang mendapatkan terapi zat baik yang menggunakan eritropoetin dan
besi menunjukkan bahwa tidak terdapat yang menggunakan zat besi tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (p value = perbedaan yang signifikan, penggunaan
0,124). Nilai MCV normal berkisar 82-92 eritropoetin dan zat besi sendiri di rumah
femtoliter berdasarkan definisi dari MCV sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
sendiri yang merupakan volume eritrosit mengacu pada peraturan dalam
rata-rata nilai eitrosit sendiri merupakan PERNEFRI. Dimana penatalaksanaan
indikator kekurangan zat besi setelah anemia ini untuk pencapaian target > 10
thalsemia dan anemia penyakit kronis di g/dl. The European Best Practice
singkirkan. Untuk rata-rata nilai MCV Guidelines untuk penatalaksanaan anemia
sendiri dari masing-masing kelompok pada pasien-pasien penyakit ginjal kronik
masih dalam rentan normal. Hal ini sejalan mengatakan bahwa batas bawah
dengan penelitian (Lundby et al,2007) hemoglobin normal adalah 11,5 gr/dl pada
yang menagtakan bahwa pemebrian wanita dan 13,5 gr/dl pada laki-laki < 70
eritropoetin tidak berpengaruh signifikan tahun dan 12,0 gr/dl pada laki-laki > 70
terhadap ukuran (volume sel rata-rata) atau tahun. Menurut PENEFRI respon EPO
jumlah haemoglobin dalam eritrosit tidak adekuat jika pasien gagal mencapai
(konsentrasi sel haemogolobin rata-rata). target HB yang di kehendaki setelah
Rata-rata MCH kelompok yang pemberian EPO selama 4-8 minggu.
menerima terapi eritropoetin dengan Pemberian zat besi dilakukan sebagai
kelompok yang mendapatkan terapi zat pemeriksaan koreksi zat besi, untuk
besi menunjukkan bahwa tidak terdapat pemberian zat besi rumah sakit PKU
perbedaan yang signifikan (p value = Muhammadiyah Yogyakarta juga
0,164) terhadap rata-rata nilai MCH antara mengikuti peraturan PERNEFRI.
pasien yang mendapatkan eritropoetin dan Pemberian terapi zat besi di lakukan
yang mendapatkan zat besi. MCH yang sampai status besi cukup dan kemudian di
merupakan nilai dari banyaknya lanjutkan untuk menggunakan terapi EPO.
hemoglobin per eritrosit yang biasanya di Target pemberian zat besi adalah feritin
hitung dalam satuan picogram. Dari hasil serum > 100 ug/L dan saturasi
yang di dapat rata-rata nilai MCH dari transferin>20%. Namun, dalam penelitian
setiap kelompok masih dalam rentan ini tidak dilihat angka feritin, karena
normal yaitu sekitar 27-33 pico/sel eritrosit dengan asumsi bahwa saluruh pasien
dimana dalam hal ini mengartikan bahwa mengalami anemia di karenakan
setiap sel eritrosit rata-rata baik kelompok kekurangan eritropoetin. Profil MCV,
eritropoetin dan yang mendapatkan zat MCH, MCH yang merupakan salah satu
besi masih memiliki haemoglobin yang pengukuran untuk melihat anemia. Profil
normal. MCV, MCH, dan MCHC menunjukkan
Rata-rata MCHC kelompok yang taraf normal.
menerima terapi eritropoetin dengan
kelompok yang mendapatkan terapi zat B. Kualitas Hidup
besi mengalami nilai sebesar Kualitas hidup responden dapat
(32,89±0,688) dengan hasil p value yang diketahui dari total nilai kuisioner
diperoleh sebesar 0,415 yang KDQOL-SF36. KDQOL SF-36 terdiri dari
menunjukkan bahwa tidak terdapat 36 pertanyaan yang akan mengukur
perbedaan yang signifikan terhadap rata- delapan dimensi yang terkait dengan
rata nilai MCHC antara pasien yang kualitas hidup yaitu: fungsi fisik,
mendapatkan eritropoetin dan yang keterbatasan peran karena masalah fisik,
keterbatasan peran karena masalah Pasien yang menjalani hemodialisis
emosional, fungsi sosial, kesehatan juga rentan terhadap masalah emosional
mental/psikologis, vitalitas, nyeri tubuh, seperti stress yang berkaitan dengan
dan persepsi kesehatan secara umum. pembatasan diet dan cairan, keterbatasan
Setelah di rata-rata skor tiap domain fisik, penyakit terkait, dan efek samping
kemudian dihitung responden yang obat, serta ketergantungan terhadap dialisis
memiliki skor dibawah rata-rata, sama akan berdampak terhadap menurunya
dengan rata-rata dan diatas rata-rata. kualitas hidup pasien. Depresi dan
Semakin banyak yang memiliki skor kecemasan merupakan gangguan
dibawah rata-rata pada setiap domain psikologis yang paling sering dialami oleh
berarti pada domain tersebut sulit untuk pasien yang menjalani hemodialisis, hal ini
dicapai kualitas hidup yang baik dikarenakan gejala uremia seperti
(Purwitasari, 2016) kelelahan, gangguan tidur, menurunya
Separuh responden memiliki kualitas nafsu makan dan gangguan kognitif.
fisik yang rendah, hal ini adalah dampak Hingga 50% dari pasien yang memualai
dari penyakit gagal ginjal yang dimiliki dialisis mengalami depresi. Gejala depresi
pasien. Pasien hemodialisis mengalami yang ditunjukan seperti rasa bersalah,
kualitas hidup yang lebih buruk dari putus asa, mudah marah dan bunuh diri.
individu pada umumnya. Secara khusus, Selain itu pasien juga merasa menjadi
pasien akan mengalami penderitaan fisik, beban dalam keluarga dan khawatir
dan keterbatasan beraktifitas sehari-hari tentang penampilan atau gangguan citra
(Mailani, 2015). Senduk et al (2016) tubuh (Mailani, 2015).
melakukan penelitian tentang hubungan Terapi anemia menggunakan EPO
anemia dengan kualitas hidup pasien GGK dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
yang sedang menjalani hemodialisa gagal ginjal kronis (Keown et al, 2010).
menggunakan kuesioner SF-36 yang Pada tabel berikut dapat dilihat hubungan
dilakukan terhadap 60 responden penggunaan EPO terhadap kualitas hidup.
didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan Pada penelitian ini analisis menggunakan
pada sebagian skala yaitu skala fungsi analisis Chi-Square.
fisik, keterbatasan fisik, kesehatan umum
dan vitalitas. Pada penderita gagal ginjal Tabel III. Hubungan Penggunaan
kronik akan mengalami perubahan fisik. Erythropoietin terhadap Kualitas Hidup
Kelemahan Dom Kualitas Hidup
kelompok P Value
ain Rendah Tinggi
Tabel III. Kualitas Hidup Tiap Domain
Epo 38 45
Pasien 1
Non Epo 5 5
0.530

Jumlah Epo 60 23
Domain Kualitas Hidup 2 0.569
Responden Non Epo 7 3
Domain 1 <52.4 Rendah 43 Epo 34 49
3 0.616
(Fungsi Fisik) >52.4 Tinggi 50 Non Epo 4 6
Epo 41 42
Domain 2 <26.1 Rendah 67 4 0.616
(Keadaan Fisik) Non Epo 5 5
>26.1 Tinggi 26
Epo 41 42
Domain 3 <55.5 Rendah 38 5 0.412
Non Epo 4 6
(Nyeri Tubuh) >55.5 Tinggi 55
Epo 57 26
Domain 4 <50.7 Rendah 46 6 0.621
Non Epo 7 3
(Kesehatan Umum) >50.7 Tinggi 47 Epo 41 42
Domain 5 <76.6 Rendah 45 7 0.186
Non Epo 7 3
(Kesehatan Mental) >76.6 Tinggi 48 Epo 42 41
Domain 6 <40.5 Rendah 64 8 0.616
Non epo 5 5
(Keadaan
Emosional) >40.5 Tinggi 29
Domain 7 <67.5 Rendah 48 Berdasarkan data uji statistik dengan
(Fungsi Sosial) >67.5 Tinggi 45 menggunakan analisis Chi-Square pada
Domain 8 <61.6 Rendah 47
(Fungsi Vital)
seluruh domain, tidak terdapat hubungan
>61.6 Tinggi 46
antara penggunaan EPO dan Non EPO
terhadap kualitas hidup pasien
hemodialisa. Adapun beberapa faktor yang 2. KESIMPULAN
berpengaruh terhadap nilai kualitas hidup Hasil penelitian ini menunjukan
pasien GGK yang menjalani dialisis yaitu bahwa tidak terdapat perbedaan yang
menurunya kondisi fisik, lama menjalani signifikan kadar haemoglobin dan indeks
hemodialisa, kepatuhan terapi adjuvant, eritrosit darah dari kedua kelompok dan
komplikasi lain dari GGK dan tingkat tidak terdapat hubungan penggunaan
keparahan anemia. Menurunya kondisi eritropoietin terhadap kualitas hidup
fisik merupakan salah satu faktor dari pasien hemodialisa.
kualitas hidup pasien yang rendah.
Menurunya kondisi fisik juga dapat
disebabkan oleh faktor umur dan riwayat 3. REFERENSI
penyakit, karena semakin tinggi umur Astuti, N.D., Syamsiatun, N.H., &
maka kondisi fisik juga semakin menurun Suryani, I., 2015, Faktor-faktor
dan energi yang dihasilkan pun tidak yang Berhubungan dengan Kualitas
banyak (Purwitasari, 2016). Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
Lama menjalani hemodialisa juga yang Menjalani Hemodialisa di
berperan penting dalam kualitas hidup Rumah Sakit Umum Daerah
pasien, bahwa semakin lama pasien telah Panembahan Senopati Bantul,
menjalani hemodialisa maka semakin Jurnal Nutricia,17(1): 10-16
besar pula skor kualitas hidup. Pada awal Bhatta S, Aryal G, Kafle RK. Journal of
menjalani hemodialisa respon pasien Pathology of Nepal (2001) Vol 1,
seolah-olah tidak menerima atas 26 – 29. Diunduh dari URL :
kehilangan fungsi ginjalnya, marah dengan http://nepjol.info/index.php/JPN/art
kejadian yang ada dan merasa sedih icle/view/4446/3716
dengan kejadian yang dialami sehingga Hidayati, et al..2011. Evaluasi Terapi
memerlukan penyesuaian diri yang lama Anemia Pada Pasien ASKES
terhadap lingkungan yang baru. Pasien dengan Gagal Ginjal Kronis yang
yang telah lama menjalani hemodialisa Menjalani Hemodialisis Rutin Di
memiliki kualitas hidup yang baik karena RS PKU Muhammadiyah
secara psikologis lebih siap, sudah dapat Yogyakarta.Jurnal Manajement dan
beradaptasi dengan keadaan yang harus Pelayanan Farmasi, Vol.,No.3 /
dijalani, sudah mendapat lebih banyak September 2011
pendidikan kesehatan dan terjalinya KDIGO, 2012, Clinical Practice Guidline
hubungan sosial baik dengan petugas for Anemia in Chronic Kidney
kesehatan (Astuti, 2015). Disease, Kidney International
Menurut Hidayati (2016), adapun Suplement, 2, 279-335, Boston,
kemungkinan penyebab lain tidak MA, USA.
tercapainya target terapi EPO antara lain Keown, P.A., Churchil, D.A., Poulin-
karena dialisis yang tidak adekuat, tidak costello, M., Lei, L., Gantotti, S.,
adanya titrasi dosis EPO, hiperparatiroid, Agodoa, I., Gitlin, M., Gandra,
penyakit hati, inflamasi kronik, dan S.R., Mayne, T.J., 2010, Dialysis
malnutrisi. Dialisis yang tidak adekuat patient treated with epoetin alfa
dapat menyebabkan toksin uremia yang show improved anemia symptoms:
masih ada akibat dialisis yang tidak A new analysis of the Canadian
adekuat dapat menghambat produksi Erythropoietin Study Group trial,
eritropoietin, menurunkan respon sumsum Hemodialysis International,
tulang terhadap eritropoietin dan 14:168-173
menghambat sintesis heme. Selain itu Mailani, F., 2015, Kualitas hidup pasien
keadaan uremia juga dapat memperpendek penyakit ginjal kronik yang
umur sel darah merah. Keadaan uremia menjalani hemodialisis: systematic
pada pasien dialysis dapat menyebabkan review, Ners Jurnal
mual, muntah, dan penurunan nafsu keperawatan,11(1): 1-8
makanpasien. Mardyaningsih, D.P., 2014, Kualitas
Hidup pada Penderita Gagal ginjal
Kronik yang Menjalani terapi Skripsi, Fakultas Farmasi
hemodialysis di RSUD dr. Soediran Universitas Ahmad Dahlan,
Mangun Sumarso Kabupaten Yogyakarta.
Wonogiri, Skripsi, Prodi Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In:
Keperawatan Stikes Kusuma Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Husada, Surakarta. et al., 3rd ed. Buku Ajar Ilmu
PERNEFRI, 2011, Konsensus Manajemen Penyakit Dalam. Jakarta:
Anemia Pada Penyakit Ginjal InternaPublishing 2009:1035-1040
Kronik,Perhimpunsn Nefrologi Sumpeno, S. & Enday, S. 1993 Prevalensi
Indonesia (PERNEFRI), Jakarta. Hipertropi Ventrikel Kiri pada
Purwitasari, D.A., 2016, Kepatuhan Terapi Penderita GGK/GGT Yang Sedang
Obat dan Kualitas Hidup pada Menjalani Hemodialisis. Acta
Pasien Penyakit Ginjal Terminal Di Medica
RS PKU Muhammadiyah Bantul,

Anda mungkin juga menyukai