Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Guru adalah pendidik profesional. Hal ini dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 1 dinyatakan: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.” Dari bunyi pasal 1 tersebut dapat dipahami bahwa ada tujuh tugas pokok guru yaitu
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Untuk bisa melaksanakan tugas tersebut guru dituntut untuk memiliki empat kompetensi yaitu,
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Kompetensi guru harus terus ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatan kualitas
pendidikan nasional. Kualitas pendidikan nasional salah satu pilarnya adalah kualitas guru sebagai
ujung tombak pendidikan. Kualitas guru akan menentukan kualitas proses pembelajaran yang
selanjutnya berpengaruh pada kualitas hasil belajar.
Peningkatan kompetensi guru salah satunya dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan
(diklat).
Diantara tujuan dilaksanaknnya diklat guru adalah untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mencapai tujuan ini maka disusunlah mata diklat yang
dianggap bisa menunjang tercapainya tujuan tersebut. Diantara mata diklat inti meliputi: kurikulum
(KTSP), pembuatan persiapan mengajar( silabus dan RPP), pendalaman materi, penilaian, dan
observasi lapangan.
Diantara mata diklat inti tersebut, observasi lapangan masih dipertanyakan sejauhmana
sumbangannya dalam peningkatan kompetensi guru. Lalu ada keinginan untuk menggantinya
dengan kegiatan micro-teaching. Tetapi, micro-teaching pun juga diperrtanyakan efektifitasnya. Ada
yang beralasan bahwa micro-teaching tidak perlu dilaksanakan karena umumnya para guru sudah
punya pengalaman mengajar yang cukup lama.
Dilain pihak ada yang berpendapat bahwa pengalaman mengajar bukan jaminan bahwa guru
bisa mengajar dengan baik. Mereka beralasan bahwa kalau guru tidak mengikuti perkembangan
pendidikan, maka cara mengajarnya akan sudah tidak up to date lagi atau ketinggalan zaman. Selain
itu, baik tidaknya guru mengajar yang tahu adalah orang lain.
Berdasarkan penomena di atas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah ini. Makalah ini
akan membahas tentang pengertian micro-teaching, tujuan micro-teaching, materi micro-teaching,
dan urgensi micro-teaching dalam dikalt guru.
Tulisan ini bisa juga dijadikan sebagai acuan/bahan dalam pembuatan panduan pelaksanaan
micro-teaching dalam diklat. Karena itu, tulisan ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran
dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan diklat.
1. Pengertian Micro-Teaching
Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau mengajar. Micro-teaching
berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Apa yang
dikecilkan atau disederhanakan, yaitu :
(Latief, 2008:43)
Unsur micro merupakan ciri utamanya dan berusaha untuk meyederhanakan secara sistimatis
keseluruhan proses mengajar yang ada. Usaha simplikasi ini didasari oleh asumsi bahwa : “sebelum
kita dapat mengerti, dapat belajar dan dapat melaksanakan kegiatan mengajar yang kompleks, kita
harus menguasai dulu komponen-komponen dari keseluruhan kegiatan yang ada.” Maka dengan
memperkecil murid, menyingkat waktu, mempersempit saran-saran serta membatasi ketrampilan,
perhataian dapat sepenuhnya diarahkan pada pembinaan penyempurnaan ketrampilan khusus yang
sedang dipelajari.
Menurut cooper and Allen (1971), pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan salah satu
bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Dalam konteks yang sebenarnya,
mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup teknis penyampaian materi, penggunaan
metode, penggunaan media, membimbing belajar, memberi motivasi, mengelola kelas, memberikan
penilaian dan seterusnya. Dengan kata lain, bahwa perbuatan mengajar itu sangatlah kompleks.
Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar, guru perlu berlatih secara
parsial, artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar itu perlu dikuasai secara terpisah-
pisah (isolated).
Berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar seperti itulah yang dinamakan micro-
teaching (pengajaran mikro). Pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan suatu situasi pengajaran
yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5-20 menit dengan
jumlah siswa sebanyak 3-10 orang.
3. Menanamkan rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik orang lain
8. Memberi kesempatan untuk mengikuti kembali kritik dan diskusi caranya mengajar
berulangkali.
10. Memungkinkan banyak orang yang dapat mengikuti proses belajar dan tidak tentu waktunya.
11. Merupakan medan untuk mencobakan sistem atau metode baru untuk diteliti sebelum
dikembangkan.
12. Memberi kesempatan pendekatan analistis mengenai ketrampilan dan strategi mengajar.
3. Materi Kegiatan (Program Kegiatan)
Yang dimaksud materi disini adalah ketrampilan yang akan dilatih melalui penampilan dalam micro
teaching. Ada sepuluh ketrampilan khusus yang dapat dilatih dalam micro teaching yang
kesemuanya itu merupakan dalam sebuah proses belajar mengajar.
3. Ketrampilan bertanya
4. Ketrampilan menerangkan
9. Ketrampilan penjajagan/assesment.
10. Ketrampilan menutup pelajaran.
5) Hubungan antara pendahuluan dengan inti pelajaran nampak jelas dan logis.
2) Ada perubahan sikap non verbal positif pada saat menenggapi pertanyaan/ jawaban siswa.
3) Memuji dan memberi dorongan dengan senyum, anggukan atas partisipasi siswa.
4) Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar.
5) Memberi pengarahan sederhana dan pancingan, agar siswa memberi jawaban yang benar.
c. Keterampilan bertanya
d. Keterampilan menerangkan
5) Guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh respon siswa yang berupa pertanyaan, reaksi,
usul dan semacamnya.
6) Guru menjelaskan respon siswa, sehingga siswa menjadi jelas dan mengerti.
2) Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan materi pelajaran dan situasi kelas.
4) Alat yang dapat menunjang kelancaran penggunaan metode tersebut telah disiapkan.
7) Ada keseimbangan antara jumlah kegiatan guru (aksi) dengan kegiatan siswa (reaksi) selama
proses belajar mengajar.
" Informasi
" Pengarahan
" Mendengarkan
" Mengamati
" Menjawab
" Bertanya
" Mencoba
g. Keterampilan penampilan verbal non verbal
h. Keterampilan penjajagan/assesment
2) Adanya kesepakatan guru terhadap tanda siswa yang mengalami salah pengertian
3) Dapat menimbulkan perasaan mampu ( sense of achievment) dari pelajaran yang diproleh.
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar rutin, supaya menemukan dan mengetahui
kelemahan-kelemahannya sendiri dan berusaha memperbaikinya.
2. Untuk meningaktkan kemampuan supervisor supaya ia tahu apakah bimbingan, nasihat dan
saran-saranya benar-benar efektif dalam membantu peningkatan guru-gurunya.
3. Untuk percobaan melaksanakan metode baru, sebelum metode itu dilaksanakan dalam
pembelajaran yang sebenarnya.
6. Persiapan Penyelenggaraan
menetapkan.
3) Personalia dalam micro teaching (calon yang praktek, peserta didik/siswa guru, orang yang
akan mengadakan observasi dan penilaian, ahli teknik alat rekaman)
7) Follow up.
Dalam follow up ditentukan kapan mengajar dikelas yang sebenarnya atau melaksanakan
tugas profesional guru.
C. PENUTUP
Dilihat dari tujuan dan orgensinya, micro-teaching dapat dilaksanakan dalam kegiatan diklat
guru baik dalam kegiatan diklat reguler maupun diklat di tempat kerja (DDTK). Hal ini dilakukan
untuk mengetahui sejauhmana kemampuan guru mengajar dan sejauhmana implementasi
pengetahuan yang mereka dapat dalam diklat. Selain itu, kegiatan ini bisa dijadikan sharing
pendapat antar guru untuk memperbaiki dan atau meningkatkan performans mengajar guru.
Daftar Pustaka
Cooper and Allen, 1971. Basic Teaching Skills. London: Oxford University Press.