Anda di halaman 1dari 86

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN PENYAKIT INFEKSI


TERHADAP STATUS GIZI LANSIA BINAAN YAYASAN
MUTIARA TIMUR KELURAHAN DALAM BUGIS
KE C A M A T A N P O N T I A N A K T I M U R

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Gizi (A.Md.Gizi)

Oleh :

YULINDA KURNIASARI
NIM 6.07.02.0299

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP


STATUS GIZI LANSIA BINAAN YAYASAN MUTIARA TIMUR
KELURAHAN DALAM BUGIS KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

Dipersiapkan dan disusun oleh:

YULINDA KURNIASARI
NIM. 6.07.02.0299

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal, 31 Juli 2010

Susunan dewan penguji


Ketua,

Agus Hermansyah, SKM, M.PH

Anggota, Anggota,

Agustiansyah, SKM, M.Kes Jurianto Gambir, S.SiT, M.Kes

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibimbing oleh:

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Agus Hermansyah, SKM, M.PH Sopiyandi, S.Gz

Karya Tulis ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar AHLI MADYA GIZI di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak

Pontianak, 31 Juli 2010


Plt. Ketua Jurusan Gizi

Jurianto Gambir, S.SiT, M.Kes


NIP 197001061992031003
BIODATA PENULIS

Nama : Yulinda Kurniasari

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 21 Juli 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Arteri Supadio, Komplek Angkasa Permai A. 28

Nama Orang Tua : Ayah : Suwandi, S.SiT

Ibu : Tri Puji Astuti, S.Pd

Alamat : Jl. Arteri Supadio, Komplek Angkasa Permai A. 28

JENJANG PENDIDIKAN

1. SD Negeri 09 Sui Raya, tahun 1995-2001

2. SMP Negeri 01 Sui Raya, tahun 2001-2004

3. SMA Negeri 07 Pontianak, tahun 2004-2007

iii
ABSTRAK

Yulinda Kurniasari 1), Agus Hermansyah, SKM, M.PH 2), Sopiyandi, S.Gz 3)
HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP
STATUS GIZI LANSIA BINAAN YAYASAN MUTIARA TIMUR KELURAHAN
DALAM BUGIS KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

xii + 47 halaman, 18 tabel, 1 gambar, 8 lampiran

Menua merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir
saat kematian. Penambahan umur tanpa peningkatan kualitas hidup hanya akan
menambah panjang penderitaan bagi yang bersangkutan, keluarga, dan masyarakat.
Masalah besar yang terjadi pada lansia yaitu kemunduran fungsional tubuh yang
mempengaruhi masuknya zat gizi dan semakin melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Upaya yang dilakukan agar kualitas hidup lansia tetap baik dengan mempertahankan
status gizi untuk tetap optimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola konsumsi
dan penyakit infeksi terhadap status gizi lansia Binaan Yayasan Mutiara Timur
Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur. Penelitian bersifat analitik
dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah lansia Binaan Yayasan Mutiara
Timur yang berjumlah 57 orang. Instrument untuk pengambilan data primer adalah
kuesioner, formulir food recall 24 jam, rigid anthropometer, dan timbangan bath
room scale. Analisa data menggunakan program SPSS for windows dengan
menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola
konsumsi dengan status gizi (p=0,177) dan tidak ada hubungan antara penyakit
infeksi dengan status gizi (p=1,000). Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian
ini adalah agar lansia meningkatkan jenis bahan makanan, mengkonsumsi makanan
sesuai dengan kebutuhan gizi, memperbaiki frekuensi makan dengan jadwal yang
teratur, melakukan perubahan pola aktivitas, dan selalu menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.

Daftar Bacaan : 35 (1986-2009)


Kata Kunci : Lansia, Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi dan Status Gizi
Keterangan : 1) Peneliti, 2) Pembimbing Utama, 3) Pembimbing Pendamping

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Hubungan Pola Konsumsi dan Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi Lansia

Binaan Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak

Timur”.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua yang telah banyak membantu penulis, baik dukungan secara

moril maupun materil. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak

Agus Hermansyah, SKM, M.PH dan bapak Sopiyandi, S.Gz yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan dalam penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini sejak awal hingga akhir. Ucapan terima kasih juga tidak lupa

penulis sampaikan kepada:

1. Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Pontianak.

2. Dosen dan seluruh staf yang telah membimbing dan memberikan motivasi dalam

segala hal.

3. Ibu Syarifah Rayati, A.Ma.Pd selaku ketua Yayasan Mutiara Timur yang telah

memberikan izin penelitian.

4. Ibu Melly selaku kader Posyandu Lansia Binaan Yayasan Mutiara Timur yang

telah mendampingi selama penelitian.

v
5. Kepada teman-teman, Endah Mayang Sari dan Duwi Sofiana yang selalu berbagi

pemikiran dan pengetahuan serta semua teman yang telah membantu secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan dengan segala

keterbatasan yang ada, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,

Amien.

Pontianak, Juli 2010

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Halaman Pengesahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Biodata Penulis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
Daftar Tabel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
Daftar Gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
Daftar Lampiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Usia Lanjut ................................................................................... 6
B. Status Gizi ..................................................................................... 8
C. Pola Konsumsi .............................................................................12
D. Penyakit Infeksi ............................................................................16

BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL


A. Kerangka Konsep ........................................................................20
B. Hipotesis ......................................................................................20
C. Definisi Operasional ....................................................................21

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ............................................................................24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................24
C. Populasi dan Sampel ....................................................................24
D. Jenis Data ....................................................................................26
E. Teknik pengumpulan Data ............................................................26
F. Instrumen Penelitian .....................................................................27
G. Pengolahan dan Analisa Data .......................................................27

vii
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum Wilayah ...........................................................29
B. Gambaran Umum Responden ......................................................33
C. Analisis Univariat ........................................................................34
D. Analisis Bivariat ..........................................................................39

BAB VI PEMBAHASAN
A. Status Gizi ....................................................................................41
B. Hubungan antara Pola Konsumsi dengan Status Gizi Lansia .........42
C. Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Lansia .......44

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................47
B. Saran ............................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Populasi Asia


Tabel 2 Asupan yang Dianjurkan untuk Usia 60 Tahun Ke Atas
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Golongan Umur di Kelurahan
Dalam Bugis
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Suku di Kelurahan Dalam Bugis
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Dalam
Bugis
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Jenis Pendidikan di
Kelurahan Dalam Bugis
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di
Kelurahan Dalam Bugis
Tabel 8 Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Pekerjaan
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Pola Konsumsi di Binaan
Yayasan Mutiara Timur
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Jenis Konsumsi di Binaan
Yayasan Mutiara Timur
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Kategori Jumlah Konsumsi
Energi dan Protein di Binaan Yayasan Mutiara Timur
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Asupan Energi dan Protein di
Binaan Yayasan Mutiara Timur
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Frekuensi Konsumsi di Binaan
Yayasan Mutiara Timur
Tabel 14 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Penyakit Infeksi di Binaan
Yayasan Mutiara Timur
Tabel 15 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Status Gizi di Binaan Yayasan
Mutiara Timur

ix
Tabel 16 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Status Gizi Tidak Normal di
Binaan Yayasan Mutiara Timur
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Pola Konsumsi dengan
Status Gizi di Binaan Yayasan Mutiara Timur
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Penyakit Infeksi dengan
Status Gizi di Binaan Yayasan Mutiara Timur

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Data Konsumsi Makanan (Food Recall)

Lampiran 3 Penentuan Status Gizi Lansia

Lampiran 4 Daftar Nilai Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT)

Lampiran 5 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 7 Hasil Analisis Statistik Penelitian

Lampiran 8 Data Responden

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan

hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta upaya-

upaya peningkatan kesehatan yang mampu meningkatkan umur harapan hidup. Hal

tersebut mengakibatkan jumlah lanjut usia bertambah serta ada kecenderungan

meningkat lebih cepat (Depkes, 2008). Penambahan umur tanpa peningkatan kualitas

hidup tentu tak cukup karena hanya akan menambah panjang penderitaan bagi yang

bersangkutan, keluarga, dan masyarakat. Tentu sangat tidak diharapkan bila

penambahan usia itu disertai dengan mundurnya kemampuan psikis dan fisik, serta

berbagai penyakit (Suwarsa, 2006).

Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun

cenderung meningkat. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Depkes diharapkan Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 66,2

tahun pada tahun 2004 menjadi 70,6 tahun pada tahun 2009. Dengan meningkatnya

UHH, maka populasi penduduk lanjut usia juga akan mengalami peningkatan

bermakna. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia,

sebesar 24 juta jiwa atau 9,77% dari total jumlah penduduk (Depkes, 2008).

Berdasarkan data BPS propinsi Kalimantan Barat pada tahun 2003 jumlah lansia

1
2

sebanyak 147.614 jiwa dan tahun 2005 meningkat menjadi 210.963 jiwa (5,21 %)

dari jumlah penduduk daerah ini (Pontianak Post, 2008).

Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan

berakhir saat kematian. Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah

satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang

bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap

baik. Lansia seperti juga tahapan-tahapan usia yang lain dapat mengalami keadaan

gizi lebih maupun kekurangan gizi. Lansia di Indonesia yang dalam keadaan gizi

kurang sebesar 28,3%, berat badan ideal berjumlah 42,4%, berat badan lebih ada

6,7% dan obesitas sebanyak 3,4% (Darmojo, 1999).

Malnutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap

kesakitan. Keadaan gizi yang buruk akan mempermudah seseorang untuk terkena

penyakit terutama penyakit-penyakit infeksi. Sebaliknya, penyakit infeksi akan

memperburuk keadaan status gizi seseorang (Sudiarti, 2007). Masalah besar

kesehatan orang berusia lanjut, antara lain semakin melemahnya sistem kekebalan

tubuh (Nadesul, 2006). Penyakit infeksi mempunyai kontribusi cukup besar terhadap

angka kematian penderita sampai akhir abad 20 pada populasi umum, kemudian

menurun setelah ditemukan antibiotika dan teknik pencegahan penyakit. Walaupun

demikian prevalensi infeksi sebagai penyebab kematian morbiditas dan mortalitas

tetap tinggi pada populasi usia lanjut (Darmojo, 1999).


3

Yayasan Mutiara Timur adalah sebuah Pusat Kegiatan Belajar Mengajar

(PKBM) yang didirikan pada tanggal 2 Maret 1999 oleh Syarifah Rayati, A.Ma.Pd

dan terletak di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur. Yayasan ini

berada dibawah pengawasan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan

dibantu juga dari pihak Puskesmas Kampung Dalam. Yayasan Mutiara Timur

menaungi berbagai macam kegiatan untuk anak balita, anak jalanan, masyarakat buta

huruf, dan lanjut usia. Salah satu kegiatan bagi lansia adalah Posyandu Lansia “Kasih

Sayang" yang dilaksakan setiap bulannya meliputi pemeriksaan kesehatan,

penimbangan berat badan, penyuluhan kesehatan, dan kegiatan senam lansia yang

dilakukan seminggu sekali serta adanya Bantuan Kesejahteraan Sosial Produktif

(BKSP) oleh Dinas Sosial dan Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos).

Data penyakit infeksi pada lansia yang berkunjung ke Puskesmas Kampung

Dalam selama bulan November 2009 yaitu infeksi usus sebesar 25,00%, infeksi

saluran pernafasan atas sebesar 44,05%, infeksi saluran pernafasan bawah sebesar

28,57%, dan TB sebesar 2,38%. Penelitian Karina (2009), faktor-faktor yang

berhubungan dengan pola konsumsi pada lansia binaan Yayasan Mutiara Timur di

Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur. Sifat penelitian deskriptif

analitik dengan pendekatan crosssectional. Variabel independen meliputi

pengetahuan gizi lansia, pola asuh, dan pendidikan gizi lansia yang mempengaruhi

variabel dependen, yaitu pola konsumsi pada lansia. Hasilnya menunjukkan bahwa

persentase pola konsumsi lansia yang tidak baik sebesar 63,3% yang dilihat dari jenis,

jumlah, dan frekuensi konsumsi.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang: Bagaimana hubungan pola konsumsi dan penyakit infeksi terhadap status

gizi lansia Binaan Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan

Pontianak Timur?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola konsumsi dan penyakit infeksi terhadap status gizi

lansia Binaan Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak

Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan pola konsumsi terhadap status gizi lansia Binaan

Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak

Timur.

b. Mengetahui hubungan penyakit infeksi terhadap status gizi lansia Binaan

Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak

Timur.
5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Yayasan

Memberikan informasi tentang hubungan antara pola konsumsi dan

penyakit infeksi terhadap status gizi lansia, sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan bagi usia lanjut.

2. Bagi Usia Lanjut

Memberikan informasi mengenai pentingnya memperhatikan kebutuhan

gizi pada usia lanjut dan menambah wawasan pengetahuan usia lanjut khususnya

di bidang kesehatan.

3. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pemahaman tentang status gizi usia lanjut serta

hubungannya dengan pola konsumsi dan penyakit infeksi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Darmojo, 1999).

Proses menua merupakan proses yang terus menerus berlangsung, hal tersebut

dimulai dari seseorang mencapai usia dewasa dan umumnya dialami oleh setiap

manusia (Nugroho, 2000). Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang

berusia 60 tahun keatas (Hardywinoto,1999). Dalam undang-undang nomor 13 tahun

1998, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

keatas.

2. Golongan Lanjut Usia

Lanjut usia dibagi menjadi beberapa tahapan usia (WHO, 2000 dalam

Nugroho, 2000):

a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 tahun sampai 59 tahun.

b. Usia lanjut muda (elderly) kelompok usia 60 tahun sampai 74 tahun.

c. Usia lanjut tua (old) kelompok usia 75 tahun sampai 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun.

6
7

3. Perubahan Fisik pada Lanjut Usia

Pada lansia, terjadi perubahan-perubahan fisiologis pada tubuhnya, ada

beberapa perubahan fisiologis yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi

lansia, yaitu:

a. Indera. Indera pengecap, pencium, dan penglihatan menurun yang akan secara

langsung dan tidak langsung mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan.

Terjadi penurunan sensitifitas pada rasa manis dan asin. Selain itu muncul nyeri pada

lidah (Darmojo, 1999).

b. Saluran cerna dan digesti. Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan

digesti dan absorbsi, akibatnya muncul anoreksia. Sekresi ludah menurun hingga

terjadi gangguan pengunyahan dan penelanan serta terjadi malabsorbsi lemak, fungsi

asam empedu yang menurun dan diare (Darmojo, 1999). Pada usus besar terjadi

penurunan kontraktilitas, akibatnya mudah timbul sembelit, atau gangguan buang air

besar (S. Tamher, 2009).

c. Metabolisme. Terjadi penurunan toleransi glukosa yang mengakibatkan

kenaikan glukosa di dalam plasma untuk setiap dekade umur. Hal ini dikarenakan

penurunan produksi insulin dan respon jaringan terhadap insulin yang menurun.

d. Ginjal. Fungsi ginjal menurun sekitar 50% antara usia 30-80 tahun. Reaksi

respon asam basa terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat.


8

B. Status Gizi

1. Definisi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi

merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam

tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi (Supariasa, 2002). Konsumsi makanan

berpengaruh terhadap status gizi sesorang. Status gizi baik atau status gizi optimal

terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,

sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja

dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi

bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial (Almatsier,

2001).

Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun

faali dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan

status gizi antara lain adalah naiknya insiden penyakit degenerasi maupun non

degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan

dalam absorbsi dan utilitas zat-zat gizi di tingkat jaringan (Darmojo, 1999).
9

2. Penilaian Status Gizi

Status gizi lansia dapat dinilai dengan cara-cara yang baku bagi berbagai

tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tidak langsung.

a. Penilaian secara langsung. Pengukuran antropometri dapat digunakan untuk

menentukan status gizi. Cara yang paling sederhana digunakan:

1). Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi diketahui dari berat badan dan tinggi

badan melalui penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu:

Berat badan (kg)

Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)

Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Populasi Asia


Klasifikasi IMT untuk Populasi Asia
< 18,5
Kurus
Normal > 18,5-22,9

Gemuk > 23,0-27,4

Obesitas > 27,5


Sumber: healthkicker.com, 2009

2). Menggunakan rumus Brocca. Cara ini untuk mengukur BB ideal dengan

menggunakan rumus: BBI = (TB-100) - 10% (TB-100). Batas ambang yang

diperbolehkan adalah +10%, bila lebih dari 10% disebut kegemukan dan bila

lebih dari 20% terjadi obesitas (Depkes, 2003).


10

3). Rentang lengan. Rentang lengan (armspan) adalah substitusi lain untuk tinggi

badan dan biasanya sama dengan tinggi badan maksimal. Pemeriksaan tinggi

badan pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna

karena terjadinya osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi

tulang-tulang columna vebrata (Rabe, 1996). Proyeksi tinggi badan berdasarkan

rentang lengan dapat ditentukan dengan rumus:

Pria : 118,24 + (0,28 x rentang lengan) – (0,07 x umur) cm

Wanita : 63,18 + (0,63 x rentang lengan) – (0,17 x umur) cm

(Tanchoco C. Celeste, 2001)

b. Penilaian secara tidak langsung

1). Metode recall 24 jam. Dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. 2 kali recall 24 jam

tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan gizi lebih optimal dan

memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur,1997

dalam Supariasa, 2002). Langkah – langkah pelaksanaan recall 24 jam :

a. Pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan

minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT)

selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Pewawancara melakukan konversi dari

URT ke dalam ukuran berat (gram).

b. Menganalisi bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM).


11

c. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA)

atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein

nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah – buahan dan lain – lain

(Supariasa, 2002)

2). Metode riwayat makanan (dietary history). Digunakan untuk mendapatkan

informasi konsumsi pangan secara kualitatif dengan menanyakan jenis dan

jumlah pangan yang biasa dikonsumsi. Burke (1947) dalam Supriasa (2002)

menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang

mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam

terakhir.

b. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan

makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan, untuk

mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.

c. Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2 – 3 hari sebagai cek

ulang.

3). Metode penimbangan makanan (food weighing). Mempunyai ketelitian yang lebih

tinggi dibandingkan metode-metode lain karena jumlah makanan yang

dikonsumsi diketahui dengan cara penimbangan.


12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi bukan merupakan ukuran atau indeks yang berdiri sendiri namun

merupakan gabungan dari berbagai faktor yang berbeda. Faktor yang mempengaruhi

status gizi adalah konsumsi makanan dan status kesehatan terutama penyakit infeksi

(Daily, 1979 dalam Supariasa, 2002). Status gizi usia lanjut juga dipengaruhi oleh

faktor fisiologi, psikologis, sosioekonomi, dan pengetahuan tentang gizi (Depkes,

2003).

C. Pola Konsumsi

Pola konsumsi pangan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan

frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri

khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor

utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Harper, 1986).

Pola makan yang dimaksud adalah pola makan lanjut usia yang masih bersifat

umum. Pola makan lanjut usia dengan penyakit tertentu yang memerlukan terapi diit

khusus akan berbeda. Misalnya, lanjut usia yang mengalami gangguan abnormal

asam urat, maka beberapa jenis makanan seperti melinjo dan hasil olahannya, jeroan,

kol perlu dibatasi. Demikian pula lanjut usia yang menderita diabetes. Pembatasan

karbohidrat murni dalam pola konsumsinya harus diatur sehingga tidak memperburuk

penyakit yang diderita (Oswari, 1995 dalam Jaladri, 2009).


13

1. Jenis Konsumsi

Hidangan yang beraneka ragam adalah susunan makanan sehari-hari yang

minimal terdiri dari 4 jenis bahan makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk pauk,

sayuran, dan buah. Agar diperoleh tingkat kesehatan yang optimal, usia lanjut

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan beranekaragam. Makin beragam makanan

yang dikonsumsi, makin baik mutu gizinya (Depkes, 2003).

Jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan pangan dalam pola

makan di suatu tempat, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan

yang telah ditanam di tempat tersebut. Meskipun demikian, setiap keluarga perlu

belajar menyediakan gizi yang baik di rumah melalui pangan yang disiapkan dan

dihidangkan, sehingga setiap orang dapat makan cukup pangan yang beraneka ragam

jenisnya guna memenuhi kebutuhan perorangan (Harper, 1986).

Hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhnya kecukupan

sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Bahan makanan sumber zat

tenaga adalah beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mie.

Bahan makanan sumber pembangun berasal dari kacang-kacangan, tempe, tahu, telur,

ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahannya seperti keju. Sedangkan bahan

makanan sumber pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan

makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk

melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh (Depkes, 1996).


14

Pada usia lanjut kebutuhan zat gizi kurang diperlukan untuk pertumbuhan

fisik, tetapi lebih banyak untuk mengganti jaringan tubuh yang rusak dan

mempertahankan derajad kesehatan. Oleh karena itu, untuk usia lanjut diperlukan

vitamin, mineral, dan serat dalam jumlah yang cukup guna pemeliharaan dan

mendukung kelancaran proses dalam tubuh agar tetap berjalan secara normal.

Sayuran, buah-buahan, dan padi-padian harus ada dalam makanan sehari-hari.

Usia lanjut sangat dianjurkan mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi zat kapur

dan zat besi seperti yang terdapat dalam ikan, daging, susu rendah lemak, kacang-

kacangan, dan sayuran berwarna. Konsumsi bahan makanan yang mengandung zat

kapur dan zat besi dalam jumlah yang cukup dapat mencegah pengeroposan tulang

dan anemia gizi besi. Untuk menghindari kesulitan buang air besar, usia lanjut

dianjurkan mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang berserat (Depkes,

2000).

2. Jumlah Konsumsi

Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, diperlukan pedoman jenis

dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh individu secara rata-rata dalam sehari.

Kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda-beda tergantung faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary

Allowance (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan

pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang

sehat (Almatsier, 2001).


15

Angka kecukupan gizi untuk Indonesia yang digunakan sebagai pedoman

adalah hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 seperti yang

terdapat pada tabel berikut.

Tabel 2. Asupan yang Dianjurkan untuk Usia 60 Tahun Ke Atas


Zat Gizi Laki-laki Perempuan
Energi (Kkal) 2050 1600
Protein (g) 60 50
Vitamin A (RE) 600 500
Vitamin D (ug) 15 15
Vitamin E (mg) 15 15
Vitamin K (ug) 65 55
Tiamin (mg) 1 1
Riboflavin (mg) 1,3 1,1
Niasin (mg) 16 14
Asam Folat (ug) 400 400
Piridoksin (mg) 1,7 1,5
Vitamin B 12 (ug) 2,4 2,4
Vitamin C (mg) 90 75
Kalsium (mg) 800 800
Fosfor (mg) 600 600
Magnesium (mg) 300 270
Besi (mg) 13 12
Yodium (ug) 150 150
Seng (mg) 13,4 9,8
Selenium (ug) 30 30
Mangan (mg) 2,3 1,8
Flour (mg) 3 2,7
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004

3. Frekuensi Makanan

Frekuensi makanan merupakan gambaran tentang frekuensi makan, frekuensi

konsumsi menurut jenis bahan makanan yang dikonsumsi seseorang serta kebiasaan

makan (Supariasa, 2002). Pada lansia, karena daya tampung makanan sudah terbatas,
16

porsi makan pun tak bisa sama seperti pada waktu sebelum lansia. Ini bisa disiasati

dengan makan 4-5 kali dengan porsi yang sedikit-sedikit (Pangastuti, 2004).

Supaya tidak memberikan rasa jenuh atau mual, dianjurkan antara makan pagi

dan makan siang, antara makan siang dan makan malam, serta sebelum tidur, diberi

makanan porsi kecil (panganan atau buah) agar porsi pada makan pagi, siang, dan

malam tidak terlalu besar untuk mencukupi kebutuhan zat gizinya (Roedjito D, 1989

dalam Fitriani, 2006). Tingkat konsumsi kelompok rumah tangga atau perorangan

berdasarkan buku pedoman petugas gizi puskesmas mengklasifikasikan tingkat

konsumsi menjadi 4, yaitu baik ≥ 100% AKG, sedang 80-99% AKG, kurang 70-80%

AKG, dan defisit < 70% AKG (Supariasa, 2002)

D. Penyakit Infeksi

Status kesehatan usia lanjut berpengaruh terhadap status gizi. Pada usia lanjut

kemampuan sistem tubuh sudah mulai menurun sehingga rentan terhadap penyakit.

(Suhardjo, 2003). Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh

sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor

fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Penyakit Infeksi disebabkan

oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai,

dan pola asuh yang tidak memadai (Anwar, 2009). Pada lansia terdapat beberapa

faktor resiko yang menyebabkan seorang lansia mudah terkena infeksi, antara lain:
17

1. Faktor Nutrisi

Lansia sering kali mengalami kekurangan gizi sehingga memudahkannya

mengalami infeksi, baik memudahkan kuman masuk ke dalam tubuh, mempengaruhi

perjalanan dan akibat akhir dari infeksi tadi. Selain itu, zat-zat penting di dalam

makanan seperti protein, mineral dan vitamin memegang peranan penting untuk

pertahanan tubuh terhadap infeksi.

2. Faktor Imunitas Tubuh

Beberapa faktor kekebalan tubuh seperti kekebalan alamiah (kulit, rambut

getar dan lendir dari saluran nafas) dan kekebalan seluler serta humoral telah

berkurang baik kualitas (mutu) maupun kuantitasnya (jumlahnya).

3. Faktor Perubahan Fisiologik

Beberapa organ pada usia lanjut baik jantung, paru, ginjal, hati dan lain-lain

telah menurun fungsinya, sehingga bukan saja memudahkan terjadinya infeksi tetapi

juga menyulitkan pengobatannya.

4. Faktor Terdapatnya Berbagai Proses Patogenik

Salah satu karakteristik penyakit pada lansia adalah terdapatnya lebih dari satu

penyakit yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Berbagai

penyakit antara lain diabetes melitus, keganasan, atau abnormalitas pembuluh darah

akan sangat mempermudah terjadinya infeksi (Siburian, 2007).


18

Pada umumnya penyakit infeksi pada lansia sering memberikan gejala-gejala

yang tidak khas, sehingga memerlukan kecermatan untuk segera dapat mengenalnya.

Secara umum, memang penyakit infeksi telah dapat dikendalikan, akan tetapi pada

lansia hal ini masih merupakan suatu masalah, karena berkaitan dengan menurunnya

fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh akibat proses menua (Siburian, 2007).

Penyakit infeksi yang sering diderita lansia antara lain:

1. Diare

Diare adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang

usus, mengakibatkan usus tidak dapat menyerap zat-zat gizi sebagai hasil dari

pencernaan sehingga dengan bantuan cairan tubuh harus dikeluarkan melalui tinja

atau Buang Air Besar dengan perubahan bentuk dan konsitensi tinja (tinja encer atau

½ cair) dengan frekuensi lebih sering biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari (24 jam)

dan jumlahnya bisa mencapai lebih dari 500 gram/hari (Depkes, 2008 dalam Arali,

2009)

2. Demam

Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh

melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada

manusia hidup subur pada suhu 37ºC. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat

dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem

kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak

antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi. Suhu tubuh
19

normal bervariasi tergantung masing-masing orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu

tubuh normal adalah 37ºC.

Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak.

Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Pada saat kuman masuk ke tubuh dan

membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu

beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu

bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita lebih

tinggi (Miftachul, 2009).

3. Batuk

Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan

merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan.

Ada beberapa macam penyebab batuk :

a. Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang

merupakan gejala flu.

b. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).

c. Alergi

d. Asma atau tuberculosis

e. Benda asing yang masuk kedalam saluran napas

f. Tersedak akibat minum susu

g. Menghirup asap rokok dari orang sekitar

h. Batuk Psikogenik. Batuk ini banyak diakibatkan karena masalah emosi dan

psikologis. (http://id.wikipedia.org)
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Untuk mencapai tujuan penelitian maka dibuat kerangka konsep seperti

gambar dibawah ini :

Variabel Independent Variabel Dependent

Pola Konsumsi

Status Gizi

Penyakit Infeksi

Gambar 1. Kerangka konsep hubungan pola konsumsi dan penyakit infeksi terhadap
status gizi lansia Binaan Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis
Kecamatan Pontianak Timur.

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi lansia Binaan Yayasan

Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.

2. Ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi lansia Binaan Yayasan

Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.

20
21

C. Definisi Operasional

1. Pola konsumsi

Pola konsumsi adalah jenis bahan makanan yang dimakan dalam satu hari,

jumlah makanan dalam gram, dan frekuensi makan lansia sehari-hari.

Skala ukur : Ordinal

Alat ukur : Food recall 24 jam

Hasil ukur :

a. Baik, jika memenuhi 3 kriteria yaitu jenis, jumlah dan frekuensi.

b. Tidak baik, jika tidak memenuhi 3 kriteria yaitu jenis, jumlah dan

frekuensi.

a. Jenis adalah macam makanan yang dikonsumsi oleh lansia selama 2 x 24

jam yang dilihat pada macam makanan seperti makanan pokok (beras,

roti, jagung, ubi, dll), lauk pauk (daging, ikan, telur, tempe, tahu), sayuran

dan buah-buahan dalam satu kali makan.

Skala ukur : Ordinal

Alat ukur : Food recall 24 jam

Hasil ukur :

a. Baik, jika ≥ 3 kategori bahan makanan yang terpenuhi

b. Tidak baik, jika <3 kategori bahan makanan yang

terpenuhi
22

b. Jumlah adalah banyaknya pangan yang dikonsumsi oleh lansia dalam

sehari (24 jam) yang dihitung dari rata-rata konsumsi bahan makanan

selama 2 x 24 jam dan diterjemahkan menjadi zat gizi energi dan protein

dalam satuan kalori dan gram.

Skala ukur : Ordinal

Alat ukur : Food recall 24 jam

Hasil ukur :

a. Baik, jika ≥ 80% AKG dari energi dan protein

b. Tidak baik, jika < 80% AKG dari energi dan protein

c. Frekuensi adalah seringnya konsumsi bahan makanan dalam satu hari

selama 2 x 24 jam.

Skala ukur : Ordinal

Alat ukur : Food recall 24 jam

Hasil ukur :

a. Baik, jika ≥ 3x makan dalam satu hari

b. Tidak baik, jika <3x makan dalam satu hari


23

2. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi

(diare, demam, dan batuk) diketahui dengan mengkaji apakah dalam kurun waktu

satu bulan sebelum penelitian lansia menderita penyakit infeksi atau tidak.

Skala ukur : Ordinal

Alat ukur : Kuesioner

Hasil ukur :

a. Ya, jika dalam kurun waktu satu bulan terakhir lansia menderita

satu atau lebih penyakit infeksi (diare, demam, dan batuk)

b. Tidak, jika dalam kurun waktu satu bulan terakhir lansia tidak

menderita salah satu penyakit infeksi (diare, demam, dan batuk)

3. Status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh lansia yang diakibatkan oleh konsumsi

makanan, yang ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan

pengukuran berat badan (kg)/tinggi badan (m2). Proyeksi tinggi badan diperoleh

berdasarkan pengukuran rentang lengan.

Skala ukur : Ordinal

Alat ukur : Timbangan bath room scale & rigid anthropometer

Hasil ukur : Normal >18,5 – 22,9

Tidak normal < 18,5 dan > 23,0


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat analitik yaitu menggambarkan hubungan antara

variable bebas (independent) dengan variable terikat (dependent) dengan rancangan

cross sectional yaitu pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode

tertentu.

B. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada lansia yang berada di bawah binaan

Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur pada

tanggal 5-30 Juni 2010.

C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah semua lansia yang berada di Yayasan Mutiara Timur Kelurahan

Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur yang berjumlah 334 orang.

2. Sampel

Bagian dari populasi adalah lansia yang berada di bawah binaan Yayasan

Mutiara Timur, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Masih bisa berkomunikasi dengan baik

b. Bersedia untuk diwawancarai

24
25

Besar sampel pada penelitian ini diperoleh melalui perhitungan dengan

menggunakan rumus Lemeshow, 1997:

Z 21 / 2 ( P.Q ) / d 2
n
1  ( No  1) / N 
1,64 2 (0,5.0,5) / 0,12
n
1  (67,24  1) / 334
67,24
n
1,198
n  56,13
n  57 sampel
Keterangan :

n : besar sampel (responden)

z : confidence interfal sebesar 90% dengan tingkat kepercayaan 1,64

P : populasi individu yang tidak diketahui (0,5)

Q : 1-P (0,5)

d : sampling error (presisi 0,1)

N : total populasi (jumlah pengambilan sampel)

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan metode

acak sederhana atau simple random sampling yaitu metode pengambilan sampel yang

dilakukan dengan cara undian atau cara angka random.


26

D. Jenis Data

1. Data Primer

a. Data identitas sampel

b. Data pola konsumsi

c. Data status gizi

2. Data Sekunder berupa gambaran umum Yayasan Mutiara Timur Kelurahan

Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data identitas sampel, diperoleh melalui wawancara

menggunakan kuesioner. Data pola konsumsi diperoleh dengan menggunakan

kuesioner dan formulir food recall 24 jam, dilakukan selama 2 hari. Setelah

didapatkan hasil konsumsi dalam satuan gram kemudian dihitung zat gizi

menggunakan program nutrisurvey kemudian hasil akhirnya diperoleh rata-rata untuk

2 hari dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi lansia.

Data status gizi diperoleh dengan pengukuran rentang lengan menggunakan

rigid anthropometer dengan panjang maksimal 200 cm dan ketelitian 0,1 cm. Berat

badan responden diperoleh dari penimbangan menggunakan timbangan bath room

scale dengan ketelitian 0,1 kg, sedangkan data sekunder diperoleh dari profil Yayasan

Mutiara Timur.
27

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian mencakup kuesioner identitas sampel, formulir food

recall 24 jam, rigid anthropometer, dan timbangan bath room scale.

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Langkah-langkah yang dilakukan dengan pengolahan data adalah:

a. Editing, untuk memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner

b. Coding, untuk memberikan kode pada setiap pilihan jawaban dalam

kuesioner.

c. Processing atau entry, memasukkan data menggunakan perangkat

komputer SPSS (Statistical Package for Social Sciences) for windows,

sedangkan data food recall menggunakan program nutrisurvey.

2. Penyajian data

Data yang telah diolah disusun dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, dilengkapi dengan narasi sebagai penjelasan tabel dan tabel silang yang

menjelaskan hubungan antar variabel.

3. Analisa data

Analisa data yang digunakan mencakup univariat dan bivariat. Analisa data

univariat untuk melihat frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti yaitu status gizi

lansia, pola konsumsi yang meliputi jumlah, jenis, dan frekuensi, dan penyakit

infeksi. Analisa data bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependent yaitu hubungan antara pola konsumsi dan
28

penyakit infeksi terhadap status gizi lansia. Analisa ini menggunakan program SPSS

for windows dengan menggunakan uji chi-square.


BAB V
HASIL

A. Gambaran Umum Wilayah

1. Keadaan Wilayah

Kelurahan Dalam Bugis merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di

Kecamatan Pontianak Timur yang memiliki luas wilayah sebesar 1,98 km2 dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Hilir

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tambelan Sampit

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Saigon

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Kapuas

2. Keadaan Penduduk

Penduduk di Kelurahan Dalam Bugis berjumlah 17.861 jiwa. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Golongan Umur di Kelurahan


Dalam Bugis
Golongan Umur (tahun) Jumlah (n) Persentase (%)
< 1 tahun 169 0.95
1 – 10 3.735 20.91
11 – 20 3.453 19.33
21 – 30 2.457 13.76
31 – 40 1.843 10.32
41 – 50 1.823 10.21
> 51 tahun 4.381 24.53
Total 17.861 100
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Bugis, 2009

29
30

Mayoritas penduduk Kelurahan Dalam Bugis adalah suku Melayu dengan

jumlah 6.602 jiwa (36,96%), sedangkan minoritas adalah suku batak dengan jumlah

134 jiwa (0,75%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Suku di Kelurahan Dalam Bugis


Nama Suku Jumlah (n) Persentase (%)
Melayu 6.602 36,96
Bugis 5.821 32,59
Madura 2.455 13,75
Jawa 2.137 11,96
Tionghoa 300 1,68
Dayak 412 2,31
Batak 134 0,75
Total 17.861 100
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Bugis, 2009

3. Agama

Berdasarkan data dari Profil Kelurahan Dalam Bugis, agama yang paling

banyak dianut oleh penduduk yaitu agama Islam, dengan jumlah penganut sebanyak

17.025 orang (95,26%). Agama yang paling sedikit dianut yaitu agama Hindu dengan

jumlah penganut sebanyak 25 orang (0,14%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Dalam Bugis


Agama Jumlah (n) Persentase (%)
Islam 17.015 95,26
Kristen 337 1,89
Katholik 249 1,39
Hindu 25 0,14
Budha 235 1,32
Total 17.861 100
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Bugis, 2009
31

4. Pendidikan

Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh sebagian besar penduduk adalah

SLTA dan SLTP dengan jumlah sarana pendidikan yang ada di wilayah tersebut

sebanyak 3 buah perguruan tinggi, 2 buah SLTA, 2 buah SLTP, 9 buah SD dan

1 buah TK. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Jenis Pendidikan di Kelurahan


Dalam Bugis
Jenis Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
SD/Sederajat 2.913 19,43
SLTP/Sederajat 5.947 39,67
SLTA/Sederajat 5.936 39,59
D1 – D3 185 1,23
S–1 10 0,07
S–2 2 0,01
Total 14.993 100
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Bugis, 2009

5. Pekerjaan

Sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh/swasta, yaitu sebanyak

1.361 orang (40,34%), sedangkan mata pencaharian yang paling sedikit yaitu

pengusaha yang hanya berjumlah 3 orang (0,09%). Untuk lebih jelas dapat dilihat

pada tabel 7.
32

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kelurahan


Dalam Bugis
Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
Buruh/Swasta 1.361 40,34
Pegawai Negeri 253 7,50
Pengrajin 15 0,44
Pedagang 683 20,24
Penjahit 7 0,21
Tukang kayu 785 23,27
Peternak 11 0,33
Tukang sampan 123 3,65
Nelayan 9 0,27
Montir 13 0,39
Sopir 45 1,33
Tukang becak 20 0,59
TNI/Polri 46 1,36
Pengusaha 3 0,09
Total 3.374 100
Sumber: Profil Kelurahan Dalam Bugis, 2009
33

B. Gambaran Umum Responden

Berikut ini akan dijabarkan karakteristik responden menurut umur, jenis

kelamin dan pekerjaan.

Tabel 8. Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Pekerjaan


Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Umur:
Usia lanjut muda (60–74 tahun) 45 78,9
Usia lanjut tua (75– 90 tahun) 12 21,1
Total 57 100,0
Jenis Kelamin:
Laki-laki 11 19,3
Perempuan 46 80,7
Total 57 100,0
Pekerjaan:
Penjahit 1 1,8
Pensiunan 8 14,0
Ibu Rumah Tangga 46 80,7
Swasta 2 3,5
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dalam

penelitian ini tergolong lansia muda (elderly) dengan umur 60-74 yaitu 45 orang (78,9%)

dan sebagian besar memiliki jenis kelamin perempuan yaitu 46 orang (80,7%).

Mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 46 orang (80,7%), namun ada

beberapa responden yang masih aktif bekerja sebagai penjahit maupun swasta.
34

C. Analisis Univariat

1. Pola Konsumsi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar pada pola

konsumsi lanjut usia yang dilihat dari jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi adalah

tidak baik, yaitu 36 orang (63,2%). Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi

frekuensi lanjut usia menurut pola konsumsi dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Pola Konsumsi di Binaan Yayasan
Mutiara Timur
n Persentase (%)
Pola Konsumsi
Baik 21 36,8

Tidak baik 36 63,2


57 100,0
Total

a. Jenis konsumsi. Persentase terbesar menurut jenis konsumsi lanjut usia adalah

baik, yaitu sebanyak 35 orang (61,4%). Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi

frekuensi lanjut usia menurut jenis konsumsi dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Jenis Konsumsi di Binaan
Yayasan Mutiara Timur
Jenis Konsumsi n Persentase (%)

Baik 35 61,4

Tidak baik 22 38,6


57 100,0
Total
35

Dari hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar lansia makan sebanyak

5 jenis makanan dalam satu porsi yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah dan

susu yaitu sebanyak 26 orang (45,6%). Lansia yang mengkonsumsi makanan

selingan setiap hari sebanyak 52 orang (91,2%), makanan selingan yang sering

dikonsumsi berupa kue. Bentuk olahan nasi yang dikonsumsi yaitu nasi biasa. Lansia

yang tidak mengkonsumsi suplemen sebanyak 40 orang (70,2%).

b. Jumlah konsumsi. Sebagian besar jumlah konsumsi energi lansia termasuk

dalam kategori baik, yaitu sebanyak 45 orang (78,9%). Begitu pula dengan jumlah

konsumsi protein, sebagian besar lansia termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak

43 orang (75,4%). Hasil penelitian mengenai distribusi frekuensi lanjut usia menurut

jumlah konsumsi dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Kategori Jumlah Konsumsi
Energi dan Protein di Binaan Yayasan Mutiara Timur
Jumlah Konsumsi n Persentase (%)
Energi:
45 78,9
Baik
12 21,1
Tidak baik
Total 57 100,0
Protein:
Baik 43 75,4
Tidak baik 14 24,6
Total 57 100,0

Asupan energi maksimum yaitu 2380,60 kalori (136,36%) dan asupan energi

minimum 866,30 kalori (54,14%). Asupan energi rata-rata mencapai 1618,98 kalori

(94,28%). Angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk usia 60 ke atas bagi laki-

laki yaitu 2050 kalori dan perempuan 1600 kalori.


36

Asupan protein maksimum yaitu 93,30 gram (186,6%) dan asupan protein

minimum 25,80 gram (51,6%). Asupan protein rata-rata mencapai 52,96 gram

(102,51%). Angka kecukupan protein bagi laki-laki yaitu 60 gram dan perempuan 50

gram.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Asupan Energi dan Protein di
Binaan Yayasan Mutiara Timur
Asupan Maksimum (% AKG) Minimum (% AKG) Rata – Rata (% AKG)
136,36 54,14 92,28
Energi
186,6 51,6 102,51
Protein

Dari hasil wawancara didapatkan sebanyak 31 orang (56,1%) tidak

mengkonsumsi susu, tetapi sebanyak 49 orang (86%) mengkonsumsi minuman lain

berupa kopi, teh maupun sari buah setiap harinya. Lansia mengkonsumsi minuman

tersebut sebanyak 1-3 kali sehari dengan penambahan gula sebanyak kurang lebih

1 sdm.

c. Frekuensi konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi

lansia yang termasuk dalam kategori baik, yaitu sebanyak 34 orang (59,6%). Untuk

lebih jelasnya mengenai distribusi frekuensi lanjut usia menurut frekuensi konsumsi

dapat dilihat pada tabel 13.


37

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Frekuensi Konsumsi di Binaan
Yayasan Mutiara Timur
Frekuensi Konsumsi n Persentase (%)

Baik 34 59,6

Tidak baik 23 40,4


57 100,0
Total

Sebagian besar lansia makan makanan utama sebanyak 3 kali dalam satu hari

yaitu sebanyak 28 orang (49,1%), namun hasil ini tidak berbeda jauh dengan lansia

yang makan sebanyak 2 kali dalam satu hari yaitu sebanyak 23 orang (40,4%). Lansia

yang selalu makan pagi setiap hari sebanyak 49 orang (86,0%). Tidak ada lansia yang

mengkonsumsi alkohol.

2. Penyakit Infeksi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia binaan

Yayasan Mutiara Timur tidak menderita penyakit infeksi baik berupa demam, diare,

maupun batuk dalam satu bulan terakhir, yaitu sebanyak 43 orang (75,4%). Untuk

lebih jelasnya mengenai distribusi frekuensi lanjut usia yang menderita penyakit

infeksi dalam satu bulan terakhir dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Penyakit Infeksi di Binaan
Yayasan Mutiara Timur
Penyakit Infeksi n Persentase (%)

Ya 14 24,6

Tidak 43 75,4
57 100,0
Total
38

Batuk merupakan penyakit infeksi yang paling banyak diderita oleh lansia,

yaitu sebanyak 11 orang (78,6%) sedangkan 3 orang lainnya (21,4%) menderita

demam. Lansia menderita penyakit tersebut sebanyak 1 kali dalam sebulan dan hanya

berlangsung selama kurang dari satu minggu. Sebagian besar lansia menyatakan

bahwa mereka mengalami penurunan nafsu makan saat menderita penyakit tersebut,

yaitu sebanyak 10 orang (71,4%). Kesulitan dalam mengunyah lebih disebabkan oleh

penurunan keadaan fisiologis tubuh, yaitu keterbatasan gigi.

3. Status Gizi

Pengumpulan data status gizi lansia di wilayah Binaan Yayasan Mutiara Timur

dilakukan dengan penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu pengukuran berat

badan menurut tinggi badan. Proyeksi tinggi badan diperoleh berdasarkan pengukuran

rentang lengan. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar status gizi lansia

adalah tidak normal, yaitu sebanyak 35 orang (61,4%). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Status Gizi di Binaan Yayasan
Mutiara Timur
n Persentase (%)
Status Gizi
Normal 22 38,6

Tidak normal 35 61,4

Total 57 100,0
39

Pada lansia dengan status gizi tidak normal, ditemukan lebih banyak lansia

dengan status gizi gemuk yaitu 20 orang (57,1%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 16.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Status Gizi Tidak Normal di
Binaan Yayasan Mutiara Timur
n Persentase (%)
Status Gizi
Kurus 8 22,9
Gemuk 20 57,1
Obesitas 7 20,0
Total 35 100,0

D. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara Pola Konsumsi dengan Status Gizi Lansia

Dari hasil penelitian, lansia dengan status gizi normal lebih banyak terdapat

pada lansia dengan pola konsumsi baik, dengan proporsi sebesar 52,4%. Sedangkan

lansia dengan status gizi tidak normal lebih banyak terdapat pada lansia dengan pola

konsumsi yang tidak baik, dengan proporsi sebesar 69,4%. Lebih jelasnya mengenai

hubungan pola konsumsi terhadap status gizi lansia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Pola Konsumsi dengan
Status Gizi di Binaan Yayasan Mutiara Timur
Status Gizi
Total
Pola Konsumsi Normal Tidak Normal
n % n % n %
Baik 11 52,4 10 47,6 21 100,0
Tidak Baik 11 30,6 25 69,4 36 100,0
40

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai Continuity Correction = 0,177 (p>0,05). Uji ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi lansia.

2. Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Lansia

Dari hasil penelitian, lansia dengan status gizi normal lebih banyak terdapat

pada lansia yang tidak menderita penyakit infeksi dalam satu bulan terakhir, dengan

proporsi sebesar 39,5%. Sedangkan lansia dengan status gizi tidak normal lebih

banyak terdapat pada lansia yang menderita penyakit infeksi dalam satu bulan

terakhir, dengan proporsi sebesar 64,3%. Lebih jelasnya mengenai hubungan penyakit

infeksi terhadap status gizi lansia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Lanjut Usia Menurut Penyakit Infeksi dengan
Status Gizi di Binaan Yayasan Mutiara Timur
Status Gizi
Total
Penyakit Infeksi Normal Tidak Normal
n % n % n %
Ya 5 35,7 9 64,3 14 100,0
Tidak 17 39,5 26 60,5 43 100,0

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai Continuity Correction = 1,000 (p>0,05). Uji ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi lansia.


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Status Gizi

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa lansia dengan status gizi normal

sebanyak 22 orang (38,6%) dan yang tidak normal ada 35 orang (61,4%). Pada lansia

dengan status gizi tidak normal, ditemukan lebih banyak lansia yang dikategorikan

gemuk yaitu 19 orang (33,3%) sedangkan lansia dengan status gizi kurus hanya

berjumlah 9 orang (15,8%).

Status gizi adalah kondisi tubuh akibat dari konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat oleh tubuh (Almatsier, 2001). Lansia yang status gizinya normal

dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya pola konsumsi dan kesehatan

yang baik, serta adanya peran keluarga dalam mengurus makanan lansia.

Dalam penelitian ini, lansia dengan status gizi lebih selain diakibatkan oleh

asupan yang baik juga diakibatkan oleh faktor aktivitas fisik yang kurang. Dapat

dilihat pada tabel 6, sebagian besar lansia bekerja sebagai ibu rumah tangga yang

aktivitas sehari-harinya hanya mengasuh cucu, membuat kue, dan memasak.

Sebagian besar lansia juga tinggal bersama keluarga sehingga tidak semua pekerjaan

rumah dikerjakan sendiri. Lansia yang status gizinya kurang dipengaruhi oleh

keadaan fisiologis tubuh seperti penurunan sensitivitas indera perasa dan penciuman,

sehingga asupan kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan dan menyebabkan berat

badan kurang dari normal. Selain itu faktor keterbatasan gigi juga mempengaruhi

asupan makan lansia.

41
42

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Tamher (2009) yang menyatakan

bahwa dari kebanyakan masalah gizi lansia berupa masalah gizi lebih atau

kegemukan (obesitas) yang pada gilirannya memacu timbulnya penyakit–penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, batu empedu, gout

(rematik), penyakit ginjal, sirosis hati, dan penyakit-penyakit keganasan (kanker).

Namun demikian, kurang energi protein yang kronis, anemia dan kekurangan zat gizi

mikro lain juga tak luput dari masalah yang dihadapi oleh usia lanjut ini.

B. Hubungan antara Pola Konsumsi dengan Status Gizi Lansia

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai Continuity Correction = 0,177 (p>0,05). Uji ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi lansia. Meskipun secara statistik

tidak ada hubungan, namun berdasarkan tabel 17 dapat dilihat lansia dengan status

gizi normal lebih banyak terdapat pada lansia dengan pola konsumsi baik, dengan

proporsi sebesar 52,4%. Sedangkan lansia dengan status gizi tidak normal lebih

banyak terdapat pada lansia dengan pola konsumsi yang tidak baik, dengan proporsi

sebesar 69,4%.

Hasil penelitian menunjukkan semua lansia makan lebih dari 3 jenis makanan

dalam satu kali makan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-

buahan dan susu. Pada umumnya makanan lansia terdiri dari nasi biasa, sayuran

bervariasi setiap hari, ikan goreng, ikan asin dan sambal. Jenis sayuran yang sering

dikonsumsi yaitu bayam, sawi, kecambah, dan timun yang diolah dengan cara ditumis
43

maupun berkuah. Lansia tidak mengkonsumsi buah secara teratur setiap hari, hanya

3-4 kali dalam seminggu. Buah yang sering dikonsumsi yaitu pepaya dan pisang.

Lansia mengkonsumsi minuman (kopi, teh atau susu) sebanyak 1–3 kali sehari

dengan tambahan gula pasir rata-rata 1 sendok makan setiap kali minum, sehingga

kebutuhan energi sebagian besar terpenuhi dari karbohidrat yaitu nasi dan gula.

Jenis protein yang sering dikonsumsi berasal dari protein hewani yaitu ikan

dan telur yang tergolong protein dengan nilai biologi tinggi, namun akan lebih baik

jika lansia meningkatkan konsumsi protein nabati yang selama ini jarang dikonsumsi.

Menurut Almatsier (2001), dalam keadaan tercampur asam amino yang berasal dari

berbagai jenis protein dapat saling mengisi untuk menghasilkan protein yang

dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan.

Kebiasaan makan lansia pada umumnya mereka makan 3 kali sehari yaitu

sarapan, makan siang dan makan malam, sebanyak 28 orang (49,1%). Ada pula yang

makan lebih dari 3 kali sehari dengan porsi kecil tapi sering sebanyak 6 orang

(10,5%). Namun banyak pula lansia yang hanya makan 2 kali, yaitu siang dan malam

hari sebanyak 23 orang (40,4%). Frekuensi konsumsi snack tidak teratur dan sebagian

lansia mengkosumsi snack di pagi hari sebagai sarapan. Snack yang sering

dikonsumsi berupa kue bolu dan gorengan.

Kebutuhan energi pada usia lanjut menurun sehubungan dengan penurunan

metabolisme basal (sel-sel banyak yang inaktif dan kegiatan fisik cenderung

menurun). Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 dan 10% pada

usia 50-69 (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Sebagian besar lansia
44

dalam penelitian ini cenderung memiliki aktivitas yang ringan. Dapat dilihat dari

jenis pekerjaan sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan aktivitas

sehari-hari yang tergolong ringan. Lansia juga jarang melakukan olah raga secara

teratur. Keadaan ini tidak diimbangi dengan penurunan asupan makan.

Proses metabolisme yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi

dengan peningkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori

yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan. Selain

kegemukan secara keseluruhan, kegemukan pada bagian perut lebih berbahaya karena

kelebihan lemak di perut dihubungkan dengan meningkatnya risiko menderita

penyakit jantung koroner daripada lemak bagian lain (Depkes, 2006). Bagi mereka

yang mempunyai aktivitas fisik relatif rendah akan mengalami pertambahan berat

badan lebih cepat dari pada orang yang lebih aktif. Hasil beberapa penelitian

menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi total lemak tubuh

dan berat badan (Wilmore, 1983 dalam Tanaya, 1999).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Gunawati, 2000 tentang analisis

konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan bermakna antara konsumsi makanan dengan status gizi. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah sampel yang dilakukan pada usia lanjut. Penelitian yang

dilakukan Himawati, 2000 mengatakan semakin baik pola konsumsi balita maka

semakin baik pula status gizi balita. Perbedaan dari penelitian ini adalah dalam

penelitian tersebut dilakukan analisa data dari kegiatan longitudinal surveillance,


45

instrument menggunakan kuesioner tertutup, terbuka, dan FGD serta indepth

interview, sampel 115 balita.

C. Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Lansia

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai Continuity Correction = 1,000 (p>0,05). Uji ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi lansia. Meskipun secara statistik

tidak ada hubungan, namun secara proporsi lansia dengan status gizi normal lebih

banyak terdapat pada lansia yang tidak menderita penyakit infeksi dalam satu bulan

terakhir, dengan proporsi sebesar 39,5%. Sedangkan lansia dengan status gizi tidak

normal lebih banyak terdapat pada lansia yang menderita penyakit infeksi dalam satu

bulan terakhir, dengan proporsi sebesar 64,3%.

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa lansia yang menderita penyakit

infeksi dalam satu bulan terakhir sebanyak 14 orang (24,6%) atau lebih sedikit

daripada lansia yang tidak menderita penyakit infeksi. Hal ini diakibatkan tingkat

kesadaran masyarakat lansia menjaga kesehatan semakin tinggi dan kehidupan sosial

juga relatif mendukung. Penyakit infeksi yang diderita berupa demam dan batuk.

Lansia menderita penyakit infeksi hanya satu kali dalam satu bulan dan hanya

berlangsung selama kurang dari satu minggu.

Hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari

besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu

sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi
46

seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan

beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada

usus dapat menyebabkan anemia (Schaible & Kauffman, 2007 dalam Anwar, 2009).

Pada dasarnya jenis penyakit baik infeksi maupun non infeksi mempunyai faktor

resiko untuk menjadi gizi baik, gizi kurang bahkan gizi buruk, hal ini tergantung sifat

perjalanan penyakit tersebut yaitu akut atau kronis (Tomkins, 1992 dalam Huda,

2004).

Dalam penelitian ini, lansia yang menderita penyakit infeksi mengalami

penurunan nafsu makan selama sakit, namun karena sakit yang diderita bukan

merupakan penyakit kronis, hal tersebut tidak menyebabkan penurunan berat badan

secara drastis dan tidak mempengaruhi status gizi lansia. Selain itu beberapa lansia

mengalami penurunan keadaan fisiologis tubuh seperti keterbatasan gigi, hal ini

menyebabkan kesulitan mengunyah sehingga asupan makan mereka menurun.


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara pola konsumsi terhadap status gizi lansia Binaan

Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.

2. Tidak ada hubungan antara penyakit infeksi terhadap status gizi lansia Binaan

Yayasan Mutiara Timur Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.

B. Saran

1. Lansia perlu memperbaiki pola konsumsi dengan cara:

a. Meningkatkan jenis makanan dengan lebih memperbanyak konsumsi protein

nabati seperti tahu dan tempe, serta mengkonsumsi buah-buahan secara teratur.

b. Mengkonsumsi makanan harus sesuai dengan kebutuhan gizi lansia sehingga

tidak kekurangan atau kelebihan.

c. Memperbaiki frekuensi makan dengan jadwal yang teratur yaitu makanan

utama 3 kali sehari dan 2 kali snack sebagai selingan diantara waktu makan.

2. Perlu perubahan dalam pola aktivitas pada waktu luang, yang biasa digunakan

untuk melakukan kegiatan yang mengeluarkan energi sedikit diganti dengan

kegiatan yang mengeluarkan energi lebih banyak, serta melakukan olahraga

secara teratur.

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan dengan rutin dan memperbaiki pola konsumsi

sehingga daya tahan tubuh meningkat dan terhindar dari penyakit infeksi.

47
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anwar, L. 2009. Status Gizi dan Faktor Yang Mempengaruhi, (Online),


http://anwarsasake.wordpress.com/2009/08/07/status-gizi-dan-faktor-yang-
mempengaruhi, diakses 6 Desember 2009 pukul 19:20 WIB.

Arali. 2009. Hasil Penyelidikan KLB Diare di Kecamatan Luyo, (Online),


http://arali2008.wordpress.com/2009/07/21/hasil-penyelidikan-klb-diare-di-
kec-luyo/, diakses 17 Desember 2009 pukul 17:20 WIB.

Arifin, Y. 2009. Penuaan Pada Sistem Pulmonal. (Online),


http://yasirblogspotcom.blogspot.com/2009/01/penuaan-pada-sistem-
pulmonal.html, diakses 15 Desember 2009 pukul 08:20 WIB.

Artno. 2006. Asuhan Gizi Pada Odha. (Online), http://spiritia.or.id/cst/bacacst.


php?artno=1019, diakses 15 Desember 2009 pukul 08:20 WIB.

Darmojo, B.R. 1999. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Depkes RI. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Depkes RI. 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut, Pedoman
Petugas Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
RI.

Depkes RI. 2006. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Fitriati. 2006. Hubungan Antara Pola Konsumsi dan Penyakit Infeksi dengan Status
Gizi Usia Lanjut di Desa Sidas Kecamatan Sengah Temila Kabupaten
Landak. Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan. Politeknik Kesehatan Depkes
Pontianak.

Gunawati. 2000. Analisa Pola Konsumsi Makan dan Status Gizi Ibu Hamil di
Kabupaten Dati II Purworejo. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hardywinoto dan Tony S. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai
Aspek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Harper. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerjemah Suhardjo. Jakarta: UI Press.

Himawati. 2000. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Pola Konsumsi Makanan
dan Status Gizi Anak Balita Purworejo. Tugas Akhir tidak diterbitkan.
Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuk

Huda, N. 2004. Hubungan Antara Status Gizi Awal Dengan Status Pulang dan Lama
Rawat Inap Pasien Dewasa di Rumah Sakit, Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Volume 1 No. 1 tahun 2004, Yogyakarta.

I_Nutrition. 2009. Asian BMI, (Online), http://healthkicker.com/, diakses 6


Desember 2009 pukul 19:20 WIB.

Jaladri, I. 2009. Tesis Bab 1, (Online), http://iman-jaladri.blogspot.com/, diakses 6


Desember 2009 pukul 19:20 WIB.

Karina. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Konsumsi Pada


Lansia Binaan Yayasan Mutiara Timur di Kelurahan Dalam Bugis
Kecamatan Pontianak Timur. Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan. Politeknik
Kesehatan Depkes Pontianak.

Lemeshow, S. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan).


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Miftachul. 2009. Demam, (Online), http://boemimerdeka.multiply.com/reviews/


item/9, diakses pada 30 Juni 2010 pukul 19:35 WIB.

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Nadesul, H. 2006. Sehat Itu Murah. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Pangastuti, R. 2004. Santapan Para Lansia. (Online), http://www.gizi.net/cgi-


bin/berita/fullnews.cgi?newsid1074584667,88693, diakses pada 17 Desember
2009, pukul 16:06 WIB
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. 2008. Jumlah
Penduduk Lanjut Usia Meningkat, (Online), http://www.Depkes.go.id
/index.php?option=news&ltemid=2, diakses 15 September 2009 pukul 11:26
WIB.

Pontianak Post. 2008. Lansia Produktif, (Online), http://arsip.pontianakpost.com/


berita=metropolis&id=156278, diakses 6 Desember 2009 pukul 19:20 WIB.

Rabe, et.al. 1996. Body Mass Index of The Elderly Derived From Height and From
Armspan. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition Volume 5 Number 2: 79-8

Siburian, P. 2007. Kenalilah Penyakit Infeksi Pada Lansia, (Online),


http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
1816:kenalilah-penyakit-infeksi-pada-lansia&catid=28:kesehatan&Itemid=48,
diakses 15 Desember 2009 pukul 08:31 WIB.

Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suwarsa. 2006. Kiat Sehat Bagi Lansia; Menjadi Tua, Tidak Harus Pikun. Jadilah
Dokter Bagi Diri Anda Sendiri!. Bandung: MQS Publishing.

Sudiarti, T. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Tamher, S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.


Jakarta : Medika Salemba.

Tanaya, Z.A. 2009. Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dengan Status Gizi Lansia
Binaan Puskesmas di Jakarta Barat Tahun 2007. Tugas Akhir tidak
diterbitkan, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

Tanchoco, et.al. 2001. Arm Span and Knee Height as Proxy Indicators for Height.
Journal of the Nutritional Dietitians of the Philippines, April-June, Vol. 15
No.2, Philippines

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di
Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN PENYAKIT INFEKSI
TERHADAP STATUS GIZI LANSIA BINAAN YAYASAN
MUTIARA TIMUR KELURAHAN DALAM BUGIS
KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

No Sampel :.............
Tanggal :.............

A. Identitas Lansia
1. Nama :......................................... ..
2. Alamat :................................... ........
3. Umur : . . . . . . . . . . . . . tahun
4. Pekerjaan :................................... ........
5. Jenis Kelamin :
1. Laki – laki
2. Perempuan
B. Pola Konsumsi Lansia
1) Jenis konsumsi
1. Apa saja jenis makanan yang bapak/ibu konsumsi setiap hari?
a. Nasi, lauk pauk
b. Nasi, lauk pauk, dan sayur
c. Nasi, lauk pauk, sayur, dan buah
d. Nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan susu

2. Diantara waktu makan, apakah bapak/ibu mengkonsumsi makanan selingan?


a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
Jika tidak langsung ke pertanyaan no. 4

3. Apakah jenis makanan selingan yang bapak/ibu konsumsi?


a. Kue
b. Buah
c. Bubur kacang hijau
d. Lain-lain

4. Bagaimana bentuk olahan nasi yang bapak/ibu konsumsi?


a. Nasi biasa
b. Nasi tim
c. Bubur
d. Disaring
5. Apakah bapak/ibu mengkonsumsi suplemen?
a. Ya
b. Tidak pernah

6. Suplemen apa yang bapak/ibu konsumsi?


a. Suplemen vitamin C
b. Suplemen penambah darah
c. Suplemen vitamin B kompleks
d. Tidak tahu

2) Jumlah konsumsi
1. Berapa kali bapak/ibu minum susu dalam satu hari?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. Tidak ada

2. Apakah bapak/ibu mengkonsumsi minuman (kopi, teh, sari buah, dll) setiap
hari?
a. Ya
b. Tidak

3. Berapa kali bapak/ibu mengkonsumsi minuman tersebut dalam satu hari?


a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. > 3 kali

4. Berapa banyak gula yang bapak/ibu tambahkan dalam satu gelas minuman?
a. 1 sdt
b. 1 sdm
c. > 1 sdm
d. Tidak ada

3) Frekuensi makanan
1. Berapa kali bapak/ibu makan dalam satu hari?
a. 2 kali
b. 3 kali
c. > 3 kali

2. Apakah bapak/ibu selalu makan pagi?


a. Ya
b. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
3. Apakah bapak/ibu mengkonsumsi alkohol?
a. Ya
b. Tidak pernah
Jika tidak langsung ke pertanyaan no. 5

4. Berapa kali bapak/ibu mengkonsumsi alkohol dalam satu minggu?


a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. Tidak ada

C. Penyakit Infeksi
1. Apakah dalam sebulan terakhir bapak/ibu menderita sakit?
a. Ya
b. Tidak pernah

2. Jika sakit, apa keluhan sakit bapak/ibu?


a. Diare
b. Demam
c. Batuk

3. Berapa kali bapak/ibu sakit dalam sebulan?


a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. > 3 kali

4. Berapa lama bapak/ibu sakit?


a. 2-3 hari
b. 4-5 hari
c. 6-7 hari
d. > 7 hari

5. Apakah bapak/ibu mengalami penurunan nafsu makan?


a. Ya
b. Tidak pernah
Jika ya, mengapa?

6. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam mengunyah?


a. Ya
b. Tidak pernah
Jika ya, mengapa?
Lampiran 2

Formulir ke-1

DATA KONSUMSI MAKAN (FOOD RECALL)

No.sampel :...........
Nama :.................................................
Alamat :.................................................
Umur : . . . . . . . . tahun
Hari ke :
Tanggal :

Bahan Makanan
No. Waktu Nama Hidangan
Jenis BM URT Berat (gr)
Formulir ke-2

DATA KONSUMSI MAKANAN (FOOD RECALL)

No.sampel :...........
Nama :.................................................

Bahan Makanan Rata -Rata


No. Nama Hidangan
Hari ke-1 Hari ke-2 (gr)
Lampiran 3

PENENTUAN STATUS GIZI LANSIA

1. Nama : Syf. Ramlah


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 68 th
Berat Badan : 50 kg
Rentang Lengan : 159 cm
Tinggi Badan = 63,18 + (0,63xRL) - (0,17xU)
= 63,18 + (0,63x159) - (0,17x68)
= 151,79 cm
IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m2)
= 50 / 1,51792
= 21,70 (Normal)

2. Nama : Sy. Arun


Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 72 th
Berat Badan : 45 kg
Rentang Lengan : 166 cm
Tinggi Badan = 118,24 + (0,28xRL) - (0,07xU)
= 118,24 + (0,28x166) - (0,07x72)
=159,68 cm
IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m2)
= 45 / 1,59682
= 17,65 (Kurus)
Lampiran 4

DAFTAR NILAI SATUAN UKURAN RUMAH TANGGA (URT)

A. Daftar Nilai Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT)


Dibawah ini merupakan daftar nilai satuan ukuran rumah tangga (URT)
yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan
sehari-hari dalam rumah tangga.

Arti singkatan:
bh : buah sdg : sedang
bj : biji bsr : besar
btg : batang ptg : potong
btr : butir sdm : sendok makan
bks : bungkus sdt : sendok teh
pk : pak gls : gelas
kcl : kecil ckr : cangkir

Ukuran rumah tangga dalam gram:


1 sdm gula pasir = 8 gram
1 sdm tepung susu = 5 gram
1 sdm tepung beras, tepung sagu = 6 gram
1 sdm terigu, maizena, hunkwe = 5 gram
1 sdm minyak goreng, margarin = 10 gram

Untuk cairan:
1 sdm = 3 sdt = 10 ml
1 gls = 24 sdm = 240 ml
1 ckr = 1 gls = 240 ml

1 gls nasi = 140 gram = 70 gram


1 ptg pepaya (5 x 15 cm) = 100 gram
1 bh sdg pisang (3 x 15 cm) = 50 gram
1 ptg sdg tempe (4 x 6 x 1 cm) = 25 gram
1 ptg sdg daging (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram
1 ptg sdg ikan (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram
1 bh bsr tahu (6 x 6 x 2,5 cm) = 100 gram
B. Daftar Nutrisi Makanan Penukar URT Sumber Karbohidrat
1 satuan penukar mengandung 175 kalori, 4 gram protein dan 40 gram
karbohidrat (hidrat arang)
Bahan Makanan Berat (gram) URT
Nasi 100 4 sdm
Nasi tim 200 8 sdm
Bubur beras 400 16 sdm
Kentang 200 2 bj sdg
Roti putih 80 4 iris
Kraker 50 5 bh bsr
Havermouth 50 6 sdm
Supermi (bihun) 50 1 bks
Lontong 150 6 iris bsr
Ketupat 150 1 bh

C. Daftar Nutrisi Makanan Penukar URT Sumber Protein Hewani


1 satuan penukar mengandung 95 kalori, 10 gram protein, dan 6 gram
lemak.
Bahan makanan Berat (gram) URT
Daging sapi 50 1 ptg sdg
Daging ayam 50 1 ptg sdg
Hati sapi 50 1 ptg sdg
Hati ayam 50 2 bh
Telur ayam biasa 75 3 btr
Telur ayam ngeri 60 1 btr bsr
Telur bebek 60 1 btr
Ikan segar 50 1 ptg sdg
Ikan asin 25 1 ptg sdg
Ikan teri 25 2 sdm
Udang basah 50 1/4 gls
Keju 30 1 ptg sdg
Bakso daging 100 5 bj bsr
D. Daftar Nutrisi Makanan Penukar URT Sumber Protein Nabati
1 satuan penukar mengandung 80 kalori, 6 gram protein, 3 gram lemak
dan 8 gram karbohidrat.
Bahan makanan Berat (gram) URT
Kacang hijau 25 2,5 sdm
Kacang kedelai 25 2,5 sdm
Kacang merah 25 2,5 sdm
Kacang tanah terkupas 20 2 sdm
Keju kacang tanah 20 2 sdm
KLacang tolo 25 2,5 sdm
Oncom 50 2 ptg sdg
Tahu 100 1 bj sdg
Tempe 50 1 ptg sdg

E. Daftar Nutrisi Makanan Penukar URT Sumber Lemak


1 satuan penukar mengandung 45 kalori dan 5 gram lemak.
Bahan makanan Berat (gram) URT
Minyak goreng 5 1/2 sdm
Minyak kacang 5 1/2 sdm
Minyak ikan 5 1/2 sdm
Margarin 5 1/2 ptg kcl
Kelapa 30 1 sdm
Kelapa parut 30 5 gls
Santan 50 1/2 ptg kcl
Lemak sapi 5 1 ptg kcl
Lemak babi 5 1 ptg kcl

F. Daftar Nutrisi Makanan Penukar URT Sayuran


Hendaknya digunakan campuran dari daun-daun seperti: bayam,
kangkung, daun singkong, dan lain sebagainya dengan kacang panjang, buncis,
wortel, labu kuning dan lain sebagainya. Sayuran campur 100 gram banyaknya
lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan).
Untuk diabetes dan diet menurunkan berat badan, sayuran dibagi 2
kelompok, yaitu:
Sayuran kelompok A, mengandung sedikit sekali protein dan
karbohidrat. Sayuran ini boleh digunakan sesukanya tanpa diperhitungkan
jumlahnya.
Baligo Kembang kol
Daun bawang Labu air
Daun kacang panjang Lobak
Daun koro Pepaya muda
Daun labu siam Pecai
Daun wuluh Rebung
Daun lobak Sawi
Jamur segar Seledri
Oyong (gambas) Selada
Kangkung Tauge
Ketimun Tebu terubuk
Tomat Terong
Kecipir muda Cabe hijau besar
Kol
Sayuran kelompok B, dalam 1 satuan penukar mengandung 50 kalori, 3
gram protein dan 10 gram karbohidrat. 1 satuan penukar = 100 gram sayuran
mentah (*) = 1 gelas setelah direbus dan ditiriskan (**)
Bayam Jagung muda
Bit Jantung pisang
Buncis Genjer
Daun bluntas Kacang panjang
Daun ketela rambat Kacang kapri
Daun kecipir Katuk
Daun leunca Kucai
Daun lompong Labu siam
Daun mangkokan Labu wuluh
Daun melinjo Nangka muda
Daun pakis Pare
Daun singkong Tekokak
Daun pepaya Wortel
Keterangan:
*)Sayuran ditimbang bersih dan dipotong biasa seperti di rumah tangga
**)Sayuran ditakar setelah dimasak dan ditiriskan
G. Daftar Nutrisi Makanan Penukar URT Buah-Buahan
1 satuan penukar mengandung 40 kalori dan 10 gram karbohidrat.
Bahan makanan Berat (gram) URT
Advokat 50 1/2 bh bsr
Apel 75 1/2 bh sdg
Anggur 75 10 bh
Belimbing 125 1 bh bsr
Jambu biji 100 1 bh bsr
Jambu air 100 2 bh sdg
Duku 75 15 bh
Durian 50 3 bj
Jeruk manis 100 2 bh sdg
Kedondong 100 1 bh bsr
Mangga 50 1/2 bh bsr
Nanas 75 1/6 bh sdg
Nangka masak 50 3 bj
Pepaya 100 1 ptg sdg
Pisang ambon 50 1 bh sdg
Rambutan 75 3 bh
Sawo 50 1 bh sdg
Sirsak 75 1/2 gls
Semangka 150 1 ptg bsr
Keterangan: buah-buahan ditimbang tanpa kulit dan biji

H. Daftar Nutrisi Makanan Penukar URT Susu


1 satuan penukar mengandung 130 kalori, 7 gram protein, 9 gram
karbohidrat dan 7 gram lemak.
Bahan makanan Berat (gram) URT
Susu sapi 200 1 gls
Susu kambing 150 3/4 gls
Susu kerbau 100 1/2 gls
Susu kental manis 100 1/2 gls
Yoghurt 200 1 gls
Tepung susu full cream 25 5 sdm
Tepung susu skim *) 20 4 sdm
Tepung sari kedele 25 4 sdm
Keterangan: *) perlu ditambah 1,5 satuan penukar lemak untuk melengkapi
lemaknya.
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
POL_KON * ST_GZ 57 100,0% 0 ,0% 57 100,0%

POL_KON * ST_GZ Crosstabulation

ST_GZ
Normal Tdk Normal Total
POL_KON Baik Count 11 10 21
Expected Count 8,1 12,9 21,0
% wit hin POL_KON 52,4% 47,6% 100,0%
Tdk Baik Count 11 25 36
Expected Count 13,9 22,1 36,0
% wit hin POL_KON 30,6% 69,4% 100,0%
Total Count 22 35 57
Expected Count 22,0 35,0 57,0
% wit hin POL_KON 38,6% 61,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,666b 1 ,103
Continuity Correctiona 1,824 1 ,177
Likelihood Ratio 2,647 1 ,104
Fisher's Exact Test ,158 ,089
N of Valid Cases 57
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is
8,11.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
INF * ST_GZ 57 100,0% 0 ,0% 57 100,0%
INF * ST_GZ Crosstabulati on

ST_GZ
Normal Tdk Normal Total
INF Tidak Count 17 26 43
Expected Count 16,6 26,4 43,0
% wit hin INF 39,5% 60,5% 100,0%
Ya Count 5 9 14
Expected Count 5,4 8,6 14,0
% wit hin INF 35,7% 64,3% 100,0%
Total Count 22 35 57
Expected Count 22,0 35,0 57,0
% wit hin INF 38,6% 61,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,065b 1 ,799
Continuity Correctiona ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,065 1 ,798
Fisher's Exact Test 1,000 ,529
N of Valid Cases 57
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is
5,40.
Frequencies

Statistics

POLA_KON JENIS ENERGI PROTEIN FREKUENS INFEKSI STATUS_G


N Valid 57 57 57 57 57 57 57
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

POLA_KON

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 21 36,8 36,8 36,8
Tidak Baik 36 63,2 63,2 100,0
Total 57 100,0 100,0

JENIS

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 35 61,4 61,4 61,4
Tidak Baik 22 38,6 38,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

ENERGI

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 45 78,9 78,9 78,9
Tidak Baik 12 21,1 21,1 100,0
Total 57 100,0 100,0

PROTEIN

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 43 75,4 75,4 75,4
Tidak Baik 14 24,6 24,6 100,0
Total 57 100,0 100,0
FREKUENS

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 34 59,6 59,6 59,6
Tidak Baik 23 40,4 40,4 100,0
Total 57 100,0 100,0

INFEKSI

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 43 75,4 75,4 75,4
Ya 14 24,6 24,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

STATUS_G

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 22 38,6 38,6 38,6
Tidak Normal 35 61,4 61,4 100,0
Total 57 100,0 100,0
Frequency Table

BRP_JNS

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 jenis 13 22,8 22,8 22,8
4 jenis 18 31,6 31,6 54,4
5 jenis 26 45,6 45,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

SNACK

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 5 8,8 8,8 8,8
Ya 52 91,2 91,2 100,0
Total 57 100,0 100,0

JNS_SNCK

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Burjo 2 3,5 3,5 3,5
Kue 50 87,7 87,7 91,2
Tidak 5 8,8 8,8 100,0
Total 57 100,0 100,0

BENTUK

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Nasi Biasa 57 100,0 100,0 100,0

SUPLEMEN

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 40 70,2 70,2 70,2
Ya 17 29,8 29,8 100,0
Total 57 100,0 100,0
SUPL_APA

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid B Kompleks 8 14,0 14,0 14,0
Tidak 40 70,2 70,2 84,2
Vitamin C 9 15,8 15,8 100,0
Total 57 100,0 100,0

SUSU

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 kali 7 12,3 12,3 12,3
2 kali 16 28,1 28,1 40,4
3 kali 2 3,5 3,5 43,9
Tidak ada 32 56,1 56,1 100,0
Total 57 100,0 100,0

MINUMAN

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 8 14,0 14,0 14,0
Ya 49 86,0 86,0 100,0
Total 57 100,0 100,0

BRP_KL

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 3 kali 4 7,0 7,0 7,0
1 kali 29 50,9 50,9 57,9
2 kali 11 19,3 19,3 77,2
3 kali 5 8,8 8,8 86,0
Tidak 8 14,0 14,0 100,0
Total 57 100,0 100,0
GULA

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 1 sdm 9 15,8 15,8 15,8
1 sdm 36 63,2 63,2 78,9
1 sdt 5 8,8 8,8 87,7
Tidak 7 12,3 12,3 100,0
Total 57 100,0 100,0

FREK_MKN

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 3 kali 6 10,5 10,5 10,5
2 kali 24 42,1 42,1 52,6
3 kali 27 47,4 47,4 100,0
Total 57 100,0 100,0

SARAPAN

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang2 5 8,8 8,8 8,8
Tidak pernah 3 5,3 5,3 14,0
Ya 49 86,0 86,0 100,0
Total 57 100,0 100,0

ALKOHOL

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 57 100,0 100,0 100,0

JLH

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 57 100,0 100,0 100,0
INFEKSI

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 43 75,4 75,4 75,4
Ya 14 24,6 24,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

KELUHAN

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Batuk 11 19,3 19,3 19,3
Demam 3 5,3 5,3 24,6
Tidak 43 75,4 75,4 100,0
Total 57 100,0 100,0

BRP_KALI

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 3 kali 2 3,5 3,5 3,5
1 kali 10 17,5 17,5 21,1
2 kali 1 1,8 1,8 22,8
3 kali 1 1,8 1,8 24,6
Tidak 43 75,4 75,4 100,0
Total 57 100,0 100,0

BRP_LM

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2-3 hari 4 7,0 7,0 7,0
4-5 hari 8 14,0 14,0 21,1
6-7 hari 2 3,5 3,5 24,6
Tidak 43 75,4 75,4 100,0
Total 57 100,0 100,0

NFS_MKN

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 34 59,6 59,6 59,6
Ya 23 40,4 40,4 100,0
Total 57 100,0 100,0
KNP_1

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid By k pikiran 1 1,8 1,8 1,8
Naf su mkn krg 9 15,8 15,8 17,5
Sakit 13 22,8 22,8 40,4
Tidak 34 59,6 59,6 100,0
Total 57 100,0 100,0

MNGUNYAH

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 48 84,2 84,2 84,2
Ya 9 15,8 15,8 100,0
Total 57 100,0 100,0

KNP_2

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gigi t erbatas 9 15,8 15,8 15,8
Tidak 48 84,2 84,2 100,0
Total 57 100,0 100,0
Data Responden
No Tanggal Nama Alamat JK U Pekerjaan BB RL konv_TB IMT E (kall) prsn_E P (gr)
1 05/06/10 Syf. Ramlah RT.01/RW.01 P 68 Ibu RT 50 159 151.79 21.70 1098.10 68.63 34.80
2 05/06/10 Aisyah Ilyas RT.01/RW.01 P 62 Ibu RT 52 162 154.70 21.52 1489.90 93.12 34.90
3 05/06/10 Sy. Arun RT.01/RW.01 L 72 Pensiunan 45 166 159.68 17.65 1526.00 74.44 35.40
4 05/06/10 Rafiah RT.01/RW.01 P 79 Ibu RT 52 162 151.81 22.56 1636.90 102.31 46.60
5 05/06/10 Milawati RT.01/RW.01 P 65 Ibu RT 47 149 146.00 22.05 1517.80 94.86 36.50
6 05/06/10 Syf. Aisyah RT.01/RW.01 P 69 Ibu RT 69 154 148.47 31.30 1703.90 106.49 50.10
7 05/06/10 Syf. Yuliana RT.01/RW.01 P 65 Ibu RT 42 154 149.15 18.88 1339.80 83.74 32.60
8 05/06/10 Tardilah RT.01/RW.01 P 64 Ibu RT 45 152.5 148.38 20.44 2181.80 136.36 78.30
9 05/06/10 Syf. Aisyah RT.02/RW.01 P 61 Ibu RT 55 156.5 151.41 23.99 1519.60 94.98 57.90
10 05/06/10 Syf. Halijah RT.02/RW.01 P 69 Ibu RT 54 147.5 146.76 25.07 1860.40 106.31 64.20
11 07/06/10 Syf. Sa'diah RT.02/RW.01 P 63 Ibu RT 51 146 145.64 23.81 1859.60 106.26 55.20
12 07/06/10 Syf. Zubaidah RT.01/RW.02 P 68 Ibu RT 68 158 151.16 29.76 1296.00 81.00 25.80
13 07/06/10 Sy. Ahmad RT.01/RW.02 L 64 Swasta 64 165 159.96 25.01 1914.70 93.40 59.00
14 07/06/10 Sy. Al Mutahar RT.01/RW.02 L 60 Pensiunan 75 171 161.92 28.61 1946.30 94.94 66.30
15 07/06/10 Sy. Ali RT.01/RW.02 L 72 Ibu RT 75 178 163.04 28.21 1529.70 74.62 67.80
16 07/06/10 Syf. Zahara RT.01/RW.02 P 64 Ibu RT 60 153 148.69 27.14 1774.90 110.93 52.70
17 07/06/10 Syf. Nurhayati RT.01/RW.02 P 60 Ibu RT 67 163 155.67 27.65 1813.30 113.33 65.30
18 07/06/10 Hafsah Mastora RT.02/RW.02 P 71 Ibu RT 42 147.5 144.04 20.24 1932.60 120.79 79.50
19 07/06/10 Syf. Nur RT.02/RW.02 P 75 Ibu RT 55 156.5 151.92 23.83 1582.10 90.41 50.20
20 07/06/10 Zubaidah RT.02/RW.02 P 69 Ibu RT 60 164 156.64 24.45 1674.00 95.66 52.50
21 08/06/10 Hj. Hamidah RT.02/RW.02 P 78 Ibu RT 34 157.5 149.15 15.28 1697.60 106.10 69.40
22 08/06/10 Hartati RT.02/RW.02 P 65 Ibu RT 60 163 155.84 24.71 1821.40 104.08 37.70
23 08/06/10 Hafinah RT.02/RW.02 P 76 Pensiunan 50 158 153.20 21.30 1866.50 106.66 75.20
24 08/06/10 Sy. Abdulah RT.02/RW.02 L 63 Pensiunan 42 170 161.43 16.12 1485.80 72.48 38.60
25 08/06/10 Syf. Fatimah RT.02/RW.02 P 65 Ibu RT 56 160 152.93 23.94 2158.20 134.89 68.90
26 08/06/10 Sy. Husein RT.02/RW.02 L 66 Pensiunan 67 171 161.50 25.69 1697.90 82.82 52.50
27 08/06/10 Syf. Julita RT.02/RW.02 P 63 Ibu RT 49 152 148.23 22.30 1755.80 109.74 54.10
28 08/06/10 Rubiah RT.01/RW.03 P 60 Ibu RT 51 148.5 146.54 23.75 1563.70 97.73 41.40
29 08/06/10 Syf. Emi RT.02/RW.03 P 65 Ibu RT 39 155 149.10 17.54 1250.50 78.16 41.40
30 08/06/10 Syahrum RT.03/RW.03 P 60 Ibu RT 33 148.5 146.54 15.37 1957.30 122.33 44.10
31 09/06/10 Halimah RT.03/RW.03 P 72 Ibu RT 45 160 154.46 18.86 1307.50 81.72 43.30
32 09/10/10 Poniah RT.01/RW.03 P 65 Ibu RT 66 160 152.93 28.22 1808.20 113.01 93.30
33 09/14/10 Syf. Maryam RT.02/RW.03 P 68 Ibu RT 45 158 153.71 19.05 1219.20 69.67 38.30
34 09/18/10 Sy. Alwi RT.03/RW.03 L 74 Penjahit 59 178 164.09 21.91 2380.60 105.80 76.80
35 09/22/10 Syf. Mahni RT.01/RW.05 P 80 Pensiunan 55 161 154.75 22.97 1150.30 65.73 56.10
36 09/26/10 Syf. Usman RT.02/RW.05 P 69 Ibu RT 94 162 155.72 38.76 977.80 55.87 40.10
37 09/30/10 Syf. Aminah RT.02/RW.05 P 65 Ibu RT 69 159 152.30 29.75 1444.10 90.26 62.50
38 10/04/10 Sy. Ali Husein RT.02/RW.06 L 68 Ibu RT 67 170 161.08 25.82 1695.10 82.69 65.40
39 10/08/10 Sy. Edi RT.02/RW.06 L 68 Swasta 52 166 159.96 20.32 1990.90 97.12 62.70
40 10/12/10 Syf. Aminah RT.02/RW.06 P 65 Ibu RT 59 152 147.89 26.98 1682.80 105.18 54.00
41 11/06/10 Syf. Zaleha RT.02/RW.06 P 80 Ibu RT 30 156 147.86 13.49 1111.60 69.48 29.60
42 11/06/10 Syf. Maryam RT.02/RW.07 P 76 Ibu RT 48 149 147.70 22.00 1756.20 100.35 50.40
43 11/06/10 Syf. Aminah RT.02/RW.08 P 72 Ibu RT 37 148 144.18 17.80 1184.90 74.06 41.60
44 11/06/10 Syf.Aisyah RT.02/RW.10 P 70 Ibu RT 60 157 150.19 26.60 1122.30 70.14 31.60
45 11/06/10 Syf. Fatimah RT.03/RW.04 P 73 Ibu RT 49 152 146.53 22.82 1786.10 111.63 70.00
46 11/06/10 Rohani RT.03/RW.05 P 62 Ibu RT 48 160.5 153.76 20.30 1780.90 111.31 66.50
47 11/06/10 Halimah RT.03/RW.05 P 60 Ibu RT 56 154.5 150.32 24.56 1433.70 89.61 37.30
48 11/06/10 Sahri RT.03/RW.05 P 80 Ibu RT 45 170 160.42 17.49 1506.90 86.11 79.20
49 11/06/10 Zahara RT.03/RW.07 P 77 Ibu RT 49 161 151.52 21.34 1544.80 96.55 53.20
50 11/06/10 Ruqayah RT.03/RW.08 P 75 Ibu RT 52 162 152.49 22.36 1855.80 115.99 66.80
51 12/06/10 Syf. Kalsum RT.03/RW.08 P 70 Ibu RT 65 162.5 153.66 27.53 1884.50 117.78 63.00
52 12/06/10 Faizah RT.03/RW.09 P 63 Ibu RT 45 153 148.86 20.31 1542.80 96.43 46.90
53 12/06/10 Senah RT.04/RW.05 P 70 Ibu RT 57 162 155.72 23.51 1560.20 89.15 43.90
54 12/06/10 Syf. Maryam Budiarti RT.04/RW.10 P 79 Ibu RT 40 152.5 145.83 18.81 1336.20 83.51 54.80
55 12/06/10 Salasih RT.04/RW.10 L 75 Pensiunan 71 174 163.11 26.69 1580.50 70.24 44.10
56 12/06/10 Khadizah RT.04/RW.12 P 60 Ibu RT 52 150 147.48 23.91 866.30 54.14 27.20
57 12/06/10 Sy. Ahmad RT.03/RW.09 L 65 Pensiunan 57 170 161.29 21.91 2319.30 113.14 51.40
Data Responden
prsn_P Kat. E Kat. P Jenis Frekuensi Polkon Infeksi Stts_Gz Kategori
69.60 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Normal Normal
69.80 Baik Tidak Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Normal Normal
70.80 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Kurus
93.20 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
73.00 Baik Tidak Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Normal Normal
100.20 Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Obesitas
65.20 Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Normal Normal
156.60 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
115.80 Baik Baik Baik Baik Baik Ya Tidak Normal Gemuk
128.40 Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
110.40 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
51.60 Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Ya Tidak Normal Obesitas
98.33 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
110.50 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Tidak Normal Obesitas
113.00 Tidak Baik Baik Baik Baik Tidak Baik Ya Tidak Normal Obesitas
105.40 Baik Baik Baik Baik Baik Ya Tidak Normal Gemuk
130.60 Baik Baik Baik Baik Baik Ya Tidak Normal Gemuk
159.00 Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Normal Normal
100.40 Baik Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
105.00 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
138.80 Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Kurus
75.40 Baik Tidak Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
150.40 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
64.33 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Kurus
137.80 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
87.50 Baik Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Ya Tidak Normal Gemuk
108.20 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
82.80 Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
82.80 Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Kurus
88.20 Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Kurus
86.60 Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Ya Normal Normal
186.60 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Tidak Normal Obesitas
76.60 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Ya Normal Normal
128.00 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
112.20 Tidak Baik Baik Baik Baik Baik Ya Normal Normal
80.20 Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Obesitas
125.00 Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Obesitas
109.00 Baik Baik Baik Baik Baik Ya Tidak Normal Gemuk
104.50 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
108.00 Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
59.20 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Kurus
100.80 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
83.20 Tidak Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Kurus
63.20 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Ya Tidak Normal Gemuk
140.00 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
133.00 Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Normal Normal
74.60 Baik Tidak Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
158.40 Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Kurus
106.40 Baik Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Normal Normal
133.60 Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Ya Normal Normal
126.00 Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
93.80 Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Ya Normal Normal
87.80 Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
109.60 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
73.50 Tidak Baik Tidak Baik Baik Baik Tidak Baik Tidak Tidak Normal Gemuk
54.40 Tidak Baik Tidak Baik Baik Tidak Baik Tidak Baik Ya Tidak Normal Gemuk
85.67 Baik Baik Baik Baik Baik Tidak Normal Normal
Output Kuesioner
No Nama Brp_jns Kons_snack Jenis_apa Bentuk_nasi Suplemen Supl_apa Susu Minuman Brp_kali Gula
1 Syf. Ramlah 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 1 kali Ya 2 kali 1 sdm
2 Aisyah Ilyas 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 2 kali > 1 sdm
3 Sy. Arun 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C Tidak ada Ya 2 kali 1 sdm
4 Rafiah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
5 Milawati 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya B Kompleks 2 kali Tidak Tidak Tidak
6 Syf. Aisyah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 1 kali 1 sdm
7 Syf. Yuliana 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 3 kali > 1 sdm
8 Tardilah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 1 kali Ya 1 kali 1 sdm
9 Syf. Aisyah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 2 kali 1 sdm
10 Syf. Halijah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 2 kali 1 sdm
11 Syf. Sa'diah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya > 3 kali 1 sdm
12 Syf. Zubaidah 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
13 Sy. Ahmad 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
14 Sy. Al Mutahar 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 3 kali 1 sdt
15 Sy. Ali 3 jenis Ya Burjo Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
16 Syf. Zahara 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
17 Syf. Nurhayati 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya B Kompleks 2 kali Tidak Tidak Tidak
18 Hafsah Mastora 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 3 kali 1 sdm
19 Syf. Nur 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 1 kali > 1 sdm
20 Zubaidah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 3 kali 1 sdm
21 Hj. Hamidah 5 jenis Tidak Tidak Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 2 kali 1 sdm
22 Hartati 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 1 kali 1 sdm
23 Hafinah 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
24 Sy. Abdulah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 1 kali Ya 1 kali 1 sdm
25 Syf. Fatimah 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C 2 kali Tidak Tidak Tidak
26 Sy. Husein 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya > 3 kali > 1 sdm
27 Syf. Julita 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
28 Rubiah 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 1 kali Ya 1 kali 1 sdm
29 Syf. Emi 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C 2 kali Ya 1 kali 1 sdm
30 Syahrum 5 jenis Tidak Tidak Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 1 kali 1 sdm
31 Halimah 3 jenis Tidak Tidak Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdt
32 Poniah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdt
33 Syf. Maryam 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 1 kali 1 sdm
34 Sy. Alwi 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
35 Syf. Mahni 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C 1 kali Ya 2 kali 1 sdm
36 Syf. Usman 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C 1 kali Ya 1 kali 1 sdt
37 Syf. Aminah 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 3 kali 1 sdm
38 Sy. Ali Husein 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
39 Sy. Edi 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya B Kompleks Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
40 Syf. Aminah 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya B Kompleks 3 kali Tidak Tidak Tidak
41 Syf. Zaleha 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C Tidak ada Ya > 3 kali > 1 sdm
42 Syf. Maryam Ayu 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C Tidak ada Ya > 3 kali > 1 sdm
43 Syf. Aminah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C 3 kali Tidak Tidak 1 sdm
44 Syf.Aisyah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 1 kali 1 sdm
45 Syf. Fatimah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya B Kompleks 1 kali Ya 1 kali 1 sdm
46 Rohani 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya B Kompleks 2 kali Ya 1 kali 1 sdm
47 Halimah 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya Vitamin C Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
48 Sahri 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 2 kali > 1 sdm
49 Zahara 3 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Tidak Tidak Tidak
50 Ruqayah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Tidak Tidak Tidak
51 Syf. Kalsum 4 jenis Ya Burjo Nasi Biasa Ya B Kompleks Tidak ada Ya 2 kali 1 sdm
52 Faizah 5 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak 2 kali Ya 1 kali 1 sdt
53 Senah 4 jenis Tidak Tidak Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 2 kali > 1 sdm
54 Syf. Maryam Budiarti 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 1 kali > 1 sdm
55 Salasih 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Ya 2 kali 1 sdm
56 Khadizah 4 jenis Ya Kue Nasi Biasa Ya B Kompleks Tidak ada Ya 1 kali 1 sdm
57 Sy. Ahmad 4 jenis Tidak Tidak Nasi Biasa Tidak Tidak Tidak ada Tidak Tidak Tidak
Output Kuesioner
Frek_mkn Sarapan Kons_alkhl Jlh Infksi Keluhan Brp_kali Brp_lama Nfs_mkn Knp_1 Mngunyah Knp_2
2 kali Kadang2 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Kadang2 Tidak Tidak Ya Batuk 1 kali 4-5 hari Ya Sakit Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Ya Demam 1 kali 4-5 hari Ya Sakit Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Ya Gigi terbatas
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Gigi terbatas
2 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk 3 kali 2-3 hari Ya Sakit Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
> 3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Ya Gigi terbatas
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Tidak Tidak
2 kali Kadang2 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Tidak Tidak
3 kali Kadang2 Tidak Tidak Ya Demam 2 kali 4-5 hari Ya Sakit Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Gigi terbatas
2 kali Kadang2 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Byk pikiran Ya Gigi terbatas
3 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk 1 kali 4-5 hari Ya Sakit Tidak Tidak
> 3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk 1 kali 4-5 hari Ya Sakit Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Ya Gigi terbatas
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk > 3 kali 2-3 hari Ya Sakit Ya Gigi terbatas
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk 1 kali 4-5 hari Ya Sakit Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Tidak pernah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk 1 kali 6-7 hari Ya Sakit Tidak Tidak
2 kali Tidak pernah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Tidak pernah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
> 3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
> 3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
> 3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk > 3 kali 2-3 hari Tidak Tidak Ya Gigi terbatas
2 kali Ya Tidak Tidak Ya Demam 1 kali 6-7 hari Ya Sakit Ya Gigi terbatas
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk 1 kali 2-3 hari Ya Sakit Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Nafsu mkn krg Tidak Tidak
2 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk 1 kali 4-5 hari Ya Sakit Tidak Tidak
3 kali Ya Tidak Tidak Ya Batuk 1 kali 4-5 hari Ya Sakit Tidak Tidak
> 3 kali Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Anda mungkin juga menyukai