Anda di halaman 1dari 14

DEPRESI PADA PENYAKIT PARKINSON

(TINJAUAN KEPUSTAKAAN)

Oleh : M. Faisal Idrus


PENDAHULUAN
Depresi adalah penyakit atau gangguan mental sering dijumpai. Penyakit ini
menyerang siapa saja tanpa memandang usia, ras atau golongan, maupun jenis kelamin.
Namun dalam kenyataannya depresi lebih banyak mengenai wanita dari pada laki-laki
dengan ratio 1 : 2 (1).
Penyakit atau gangguan depresi ini seringkali menyertai berbagai peyakit fisik
maupun mental yang lain (comorbiditas), seperti penyakit infeksi, penyakit
kardiovaskuler, penyakit metabolic, nutrisi, neoplastik, penyakit degenerasi dll (1).
Salah satu penyakit degenerasi yang sering disertai dengan depresi adalah
penyakit Parkinson (2,3,4,5,6,7). Frekwensi depresi pada Parkinson berkisar antara 20%
sampai 90% (4,6,7), dengan frekwensi rata-rata 40% sampai 50% (4). Para ahli
memandang bahwa depresi merupakan suatu reaksi terhadap disabilitas fisik yang
berhubungan dengan penyakitnya (3,8), namun kenyataannya sedikit sekali hubungan
antara beratnya disablitas motorik dengan depresi (6). Bahkan peneliti lain mengatakan
tidak ada hubungan antara beratnya gangguan motorik dengan depresi (4).Depresi pada
penyakit parkinson cenderung mengenai usia yang lebih muda (3,7,8) dan lebih sering
pada wanita (7).
Patofisiologi dari depresi pada penyakit parkinson secara pasti belum diketahui
(22) tetapi diduga berhubungan dengan perubahan metabolisme serotonin (4,6.,8) dan
norefinefrin (4,5).Penurunan 50 % kadar serotonin telah diamati pada ganglia basalis dan
bagian kortek sariberi yang lain pada pasien parkinson,hal ini menyokong bhwa sistim
serotonergik ascending rusak sebagian pada penyakit parkinson(5).
Tulisan ini mencoba menguraikan keterkaitan antara depresi dengan penyakit
parkinson, serta bagaimana penetalaksanaannya.

DEPRESI
Definisi :
Depresi mayor adalah suasana hati (afek) yang sedih atau kelihangan minat atau
kesenangan dalam semua aktifitas selama sekurang-kurangnya dua minggu yang
disertai dengan berapa gajala yang berhubungan,seperti kehilangan berat badan dan
kesulitan berkonsentrasi (9,10).

Etiologi
Etiolgi dari depresi secara pasti belum diketahui hanya ada berapa hipotesa yang
berhubungan dengan factor biologic dan psikososial.
Faktor Biologik.
1. Biogenik Amine.
Istilah biogenic amine umumnya digunakan terhadap komponen katekolamine,
norepinephrin, epinephrine, dopamine dan serotonin. Sistem neuronal menggunakan
biogenic amine relative kecil dalam sekelompok sel yang berada dibatang otak.
Biogenik amine ini dilepaskandalam ruang sinaps sebagai neurotransmitter. Neuro
transmitter yang banyak berperan pada depresi adalah norepinephrin dan serotonin
(1,11,12)
. Pada penelitian post mortem didapatkan penurunan konsentrasi serotonin
dalam otak dari penderita depresi (2,3.,4.5.13,). Selain itu juga ditemukan adanya
penurunan aktivitas dopaminergik (14,15). Hal ini mendukung hipotesis bahwa
gangguan depresi berhubungan dengan biogenik amine (12,16)

2. Hormonal
Pada depresi ditemukan hiperaktivitas aksis system limbic-hypothalamus-
hypophyse-adrenal yang menyebabkan peningkatan sekresi kortisol (1,11). Selain itu
juga ditemukan juga penurunan hormone yang lainnya seperti Growth hormone LH,
FSH, dan testosterone (1,11)...

3. Tidur.
Pada depresi ditemukan peningkatan dari aktivitas rapid eye movement (REM) pada
fase awal memasuki tidut dan penurunan REM pada fase latensi (1,11).

4. Genetik
Gangguan ini diturunkan dalam keluarga. Jika salah seorang dari orang tua
mempunyai riwayat depresi maka 27 % dari anaknya akan menderita gangguan
tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya menderita depresi maka
kemungkinanya meningkat menjadi 50 – 75 %. Diduga gen dominant yang berperan
pada depresi ini terikat pada kromosom 11 (13,16)

5. Data biologic lain.


Abnormalitas sistem kekebalan juga ditemukan pada pasien depresi. Pada
pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya pelebaran dari ventrikel. PET scan
menunjukkan penurunan metabolisme otak, pengurangan cerebro blood flow
terutama sekali pada ganglia basalis (11).
Dari data diatas terlihat bahwa depresi melibatkan proses patologis yang terjadi
pada sistem limbik, hipotalamus, dan gangglia basalis.

Faktor Psikososial (1,2)

1. Peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan.


Para klinikus percaya bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan penting dalam
terjadinya depresi. Dari data-data yang ada menunjukkan bahwa kehilangan orang
tua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan merupakan awal dari penyakit
yang berhubungan dengan depresi.
2. Kepribadian premorbid
Tipe kepribadian tertentu seperti kepribadian dependen, obsesi kompulsif dan
histrionik mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi depresi dibanding dengan
kepribadian anti sosial dan paranoid.
3. Faktor psiko-analitik
Menurut Karl Abraham manifestasi penyakit depresi dicetuskan oleh karena
kehilangan objek libidinal yang berakhir dalam suatu proses regresi dimana terjadi
penurunan fungsi ego yang telah matang ketingkat oral sadistikdari tingkat
perkembangan libidinal akibat trauma infantil yang menyebabkan proses fiksasi
pada anak usia dini. Sedangkan menurut Freud, introjeksi ambivalen terhadap
kehilangan objek dalam ego membawa kepada suatu depresi tipikal.

Diagnosa

Berdasarkan PPDGJ III diagnosa depresi dapat ditegakkan atas dasar adanya (9,10) :
A. Gejala utama :
1. Suasana perasaan yang depresi / sedih atau muurung
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energiyang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah
lelah dan berkurangnya aktivitas.

B. Gejala tambahan :
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik
5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. nafsu makan berkurang

Derajat Depresi
Depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu (9,10):

1. Depresi ringan (mild), bila terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala
utama ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala tambahan. yang sudah
berlangsung sekurang-kurangnya selama dua minggu. Dan tidak boleh ada gejala
yang berat diantaranya.
2. Depresi sedang (moderat), bila terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala
utama ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya empat) dari gejala tambahan.
3. Depresi berat (severe), apabila terdapat tiga gejala utama ditambah sekurang-
kurangnya empat gejala tambahan, dan beberapa diantaranya harus berintensitas
berat.

Penilaian berat ringannya depresi diukur dengan menggunakan (1,11,14,16):


1. Hamilton Depression Rating Scale (HDRS), adalah suatu skala pengukuran
depresi yang terdiri dari 21 items pernyataan dengan fokus primer pada gejala
somatik dan penilaian dilakukan oleh pemeriksa.
2. Beck’s Depression Inventory (BDI), adalah suatu skala pengukuran depresi yang
terdiri dari 21 items pernyataan yang diberikan oleh pemeriksa, namun dapat juga
digunakan oleh pasien untuk menilai derajat depresinya sendiri.
3. Zung Self Depression Scale, adalah suatu skala depresi yang terdiri dari 20 kalimat
dan penilaian derajat depresinya dilakukan oleh pasien sendiri.

Diagnosa Banding

1. Ansietas.

Pada gangguan deperesi berat tidak kesukaran untuk membuat diagnosa depresi.
Namun pada derajat yang ringan agak sulit menegakkan diagnosa depresi,
apalagibila gejala depresinya bertrumpang tindih dengan gejala kecemasan seperti
misalnya kurang nafsu makan, gangguan libido, gangguan tidur yyang juga dapat
dijumpai pada kecemasan. Biasanya gangguan ansietas atau kecemasan onsetnya
lebih cepat dari depresi dan gejala-gejalanya lebih responsif terhadap sugesti dan
plasebo. (17)

2. Skizofrenia

Skizofrenia akut sdapat terlihat sebagai suatu episode depresi berat dengan gejala
psikotik. Untuk membedakannya kita perlu memperhatikan riwayat keluarga,
perjalanan penyakit, riwayat kepribadian premorbid, dan respon terhadap
pengobatan. (1, 11,17)
3. Depresi Organik (1,11,17)

Depresi dapat juga disebabkan oleh faktor organik seperti :


a. Farmakologi : kortiko steroid, kontrasepsi, reserpin, alfa metil dopa, anti
kolin esterase, thalium, amphetamin, simetidin, endomethasin, phenotiazin,
vincristine dan vinblastin.

b. Penyakit Infeksi :syphillis stadium III, influenza, AIDS, pneumoni virus,


hepatitis virus, mononucleus infeksiosa, tuberculosis.

c. Penyakit Endokrin : hypo-hyperthyroid, hyper para thyroid, hyperadrenalism


(Cushing’s Disease), insuffisiensi adrenal (Addison’s Disease).

d. Penyakit Kolagen : systemik erythematosus, rhematoid arthritis.

e. Penyakit neurologis : Multiple Sclerosis, Penyakit Parkinson (Parkinson’s


Disease), stroke, dementia stadium dini, complex partial seizure.

f. Penyakit Nutrisi : defisiensi vitamin (B12, B1, as folat, niasin dan vitamin C)

g. Penyakit Neoplatik : tumor serebri, tumor kaput pancreas, disseminated


carcinomateus.

Gambaran Depresi Pada Penyakit Parkinson

Frekwensi :

Frekwesi depresi pada Penyakit Parkinson bervariasi antara 20 – 90% (8,12,18,),


dengan frekwensi rata-rata 40 – 50%. (3,4,6,7) . Frekwesnsi terendah didapatkan sebelum
adanya standarisasi rating scale.Saat ini penilaian depresi dilakukan melalui wawancara
atau dengan kriteria diagnostik yang berlaku umum. (7)
Instrumen yang banyak dipakai pad penelitian depresi pada penyakit parkinson
adalah Beck’s Depression Inventory (BDI) (2,7) Instrumen ini digunakan untuk menilai
kwantifikasi suasana perasaan pada Penyakit Parkinson.

Umur dan Lamanya Penyakit :

Kebanyakan peneliti beranggapan tidak ada hubungan antara umur pasien saat ini
atau umurnya saat onset penyakit parkinson dengan depresi (7).Santamaria (6) dan
Mayeux (3) menemukan bahwa pasien depresi dengan penyakit parkinson cenderung
terjadi pada mereka yang berusia lebih muda pada saat onset gejala parkinson
Hubungan antara lamanya penyakit parkinson dengan depresi semula diduga
dapat mempengaruhi derajat depresinya. Namun pada kenyataannya tidak ada kaitan
antara lamanya penyakit parkinson dengan perubahan suasana paerasaan atau afek (7,8)
Jenis Kelamin

Seperti halnya dengan depresi pada umumnya, depresi pada penyakit parkinson
lebih sering ditemukan pada wanita. Kemungkinan karea adanya faktor resiko depresi
pada wanita yang memang lebih besar.

Gejala Depresi yang tampak pada Penyakit Parkinson :

Dari hasil analisa Brown dkk, terhadap nilai Beck’s Depression Inventory
didapatkan adanya peningkatan dysphoria, rasa pesimistik terhadap masa yang akan
datang, sedih dan gagasan bunuh diri. Dan sedikit sekali ditemukan gejala menyalahkan
diri sendiri, perasaan gagal dan tersiksa. (7)

Derajat Depresi :

Dari penelitian pada pasien parkinson dengan depresi didapatkan depresi ringan
sekitar 65 % (3) , sedangkan depresi sedang sampai berat sekitar 35 % (3,12) . Sementara
itu peneliti yang lain menemukan lebih dari separuh (54 %) dari pasien parkinson
menderita depresi berat dan kurang dari separuhnya (45 %) dditemukan gejala depresi
ringan (6).

Bagaimana Pengaruh depresi terhadap gangguan motorik pada parkinson ?

Penyakit Parkinson ditandai oleh adanya gejala motorik klasik berupa rigiditas,
bradikinesia, tremor (3,19,20) . Huber dan kawan-kawan menemukan bahwa pasien depresi
dengan Penyakit Parkinson memperlihatkan bradikinesia dan rigiditas yang lebih hebat
dari pada pasien-pasien tanpa depresi, sedangkan pasien parkinson tanpa depresi
tampak lebih tremor. Pasien dengan gangguan sikap yang tidak stabil dan gangguan
cara berjalan tampak lebih depresi dari pada pasien parkinson dengan tremor. (21,22) Pada
umumnya para peneliti menganggaptiddak ada hubungan antara abnormalitas suasana
perasaan (mood) dengan dengan abnormalitas motorik (3,4,8,18), tetapi depresi mungkin
lebih sering pada sindrom dengan perubahan gaya berjalan dan sikap tubuh. Diantara
gejala – gejala penyakit parkinson, termor adalah gejala yang paling tidak responsif
terhadap dopamin dibandingkan dengan gejala – gejala lain. Jadi depresi lebih sering
pada sindrom parkinson dengan gejala – gejala dopamin responsif yang nyata.
PATOFISIOLOGI DEPRESI PADA PENYAKIT PARKINSON
Mengenai bagaimana patofisiologi terjadinya depresi pada penyakit parkinson
sampai saat ini belum diketahui secara pasti (6). Namun secara teoritis diduga hal ini
berhubungan dengan defisiensi serotonin (3,4,6,,18,23), dopamin (7,8) dan noradrenalin(3,4,8,24).
Pada penyakit parkinson terjadi degenerasi dari sel-sel neuron (3,8,18,19,20,26) yang
meliputi berbagai inti – initi subcortical termasuk diantaranya substansia nigra, area
ventral tegmental, nucleus basalis, hipotalamus, peedunculo pontine, nucleus raphe
dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia otonomik.Beratnya
kerusakan pada struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan kehilangan sel pada
substansia nigra dan lokus sereleus bervariasi antara 50 % sampai 85 %, sedangkan
pada nukleus raphe dorsal berkisar antara 0 % sampai 45 %, dan pada nukleus ganglia
basalis antara 32 % sampai 87 % (7),
Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber utama dari neurotransmitter.
Terlibatnya struktur ini dengan penyakit parkinson mengakibatkan berkurangnya
dopamin di nukleus kaudatus (berkurang sampai 75 %), putamen (berkurang sampai 90
%), hipotalamus (berkurang sampai 90 %). Norepinefrin berkurang 43 % di lokus
sereleus, 52 % di substansia nigra, 68 % di hipotalamus posterior. Serotonin berkurang
40 % di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40 % di lobus frontalis dan 30 % di lobus
temporalis (2), serta 50 % di ganglia basalis (22). Selain itu juga terjadi pengurangan dari
nuropeptide spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi P dan bombesin.
Perubahan neurotransmitter dan neuropeptide menyebabkan perubahan neuro-
fisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem transmitter ini
terlibat dalam penyakit parkinson yang menengahi proses reward, mekanisme motivasi,
dan respons-respons terhadap stress. Sistem dopamine berperan dalam proses reward
dan reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas sistem
neurotransmitter pada paenyakit Parkinson akan mengurangi keefektifan dari
mekanisme reward dan menyebabkan anhedonia, kehilangan motivasi dan apatis.
Sedang Taylor menekankan pentingnya peranan system dopamine forebraindalam
fungsi-fungsi tingkah laku terhadap pengharapan dan antisipasi. Jadi system ini
berperan dalam motivasi dan dorongan untuk berbuat. Sehingga difungsi pada sistem ini
akan mengakibatkan ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan dengan
berkurangnya keinginan untuk melakukan aktivitas, menurunnya perasaan kemampuan
untuk mengontrol diri sendiri. Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol
diri sendiri dapat bermanifestasi sebagai perasaan perasaan tidak berguna dan
kehilangan harga diri. Ketergantungan terhadap lingkungan dan ketidak mampuan untuk
melakukan aktivitas akan menimbulkan perasaan tidak berdaya dan putus asa.
Sementara sistem serotonergik berperan dalam regulasi suasana perasaan (3),
regulasi bangun tidur (2), aktivitas agresi dan seksual. Disfungsi dalam sistem ini akan
menyebabkan gangguan pola tidur, kehilangan nafsu makan, berkurangnya libido, dan
menurunnya kemampuan konsentrasi (6).
Penggabungan dari semua unsur-unsur yang tersebut diatas merupakan gsmbaran dari
sindrom kalsik dari depresi..

Gambaran patofisiologi dari depresi pada penyakit parkinson.

Kehilangan neuron batang otak


akibat penyakit parkinson

Deplesi biokimiawi dari korteks dan


ganglia basalis

Penurunan reward mediation,


ketergantungan terhadap lingkungan,
dan respons terhadap stres yang tidak
adekwat

Apatis, rasa tidak berharga, rasa tidak


berguna, tidak ada harapan, putus asa

PENATALAKSANAAN

A. Medikamentosa :

1. Terhadap penyakit parkinson dan pengaruhnya terhadap depresi :

a. Levodopa (l-dopa).
Penggunaan levodopa terbatas untuk penyakit parkinson, dan tidak
mempunyai efek anti depresan, bahkan kadang-kadang dicurigai sebagai
penyebab depresi atau eksaserbasi depresi (3,4,5,18)

b. Bromokriptin.
Bromokriptin adalah salah satu agonist dopamin yang mempunyai pengaruh
terhadap perubahan suasasana perasaan yang menyebabkan berkurangnya
depresi.(8)

c. Antikolinergik (triheksifenidil, artan)


Selain digunakan sebagai obat anti parkinson, obat ini juga mempunyai efek
euforia ringan sehingga akan memperbaiki suasana perasaan yang depresi,
tetapi secara relatif obat ini tidak mempunyai efek anti depresan. Obat dari
golongan ini yang paling sering digunakan adalah triheksi fenidil (8,15)

d. Amantadine (symmetrel)
Obat ini mempengaruhi aktivitas dopamin dengan jalan memperbaiki
sintesa, pelepasan dan asupan kembali pada ujung saraf dopaminergik di
neostriatum. Obat ini mempunyai efek anti depresan yang kecil.(8,15)
2. Pengobatan terhadap depresi dan pengaruhnya pada penyakit parkinson.

a. Golongan Mono Amino Oxydase Inhibitor


Obat ini bekerja menghambat enzim monoamino oxydase intraseluler, yang
penting bagi metabolisme mono amin (21). Obat ini memberikan efek
samping berupa tremor, hipotensi, parastesia dan krisis hipertenssi. Yang
termasuk dalam golongan ini yaitu : hydrazine (phenelzine, isocarboxazid,
iproniazid) dan cyclopropylamine (tranyl promine).
.
b. Trisiklik
Obat ini bekerja pada sistem noradrenergic dan serotonergik.Tertiary
amine (impramin,amitripin,clomipramin) bekerja pada sistem serotorgenik.
Secondary amine (desipramin,nortriptylin,proptylin) bekerja mengatifkan
system noradrenergic (4). Impramin dan desipramin dilaporkan mempunyai
pengaruh yang bermanfaat terhadap abnormaolitas motorik (7).

c. Golongan Serotonin Reuptake Inhibitor


Golongan ini bekerja menghambat reuptake serotonin di celah sinaps,
sehingga kadar serotonin dicelah sinaps meningkat. Yang temasuk golongan
ini yaitu fluoxetine, setraline ,dan fluvoxamine (5).Fluvoxamine dilaporkan
bermanfaat dalam pengobatan depresi pada penyakit Parkinson serta dapat
menurunkan dosis levodopa yang digunakan untuk penyakit Parkinson (18).
Sedangkan fluoxetine dapat meningkatkan disability pada pasien Parkinson
(12)
.

B. Electro Convulsive Therapy (ECT)


ECT banyak digunakan dalam pengobatan depresi berat. .Ternyata ECT juga
bermanfaat dalam memperbaiki gejala motorik pada penyakit Parkinson. Gejala –
gejala penyakit Parkinson seperti tremor, rigiditas , bradikinesia membaik dengan
ECT, akan tetapi perbaikannya hanya berlangsung dalam waktu singkat.(21).

C. Terapi pembedahan.
Talamoktomi dan validektomi sekarang sudah jarang dilakukan, tapi
transplantasi jaringan medulla adrenal atau jaringan subtansia nigra fetus ke nukleus
caudatus telah diperkenalkan sebagai suatu terapi percobaan terhadap pengobatan
Parkinson. Pada penelitian tidak ada perobahan dari nilai dasar Beck Depression
Invontory Scores setelah 6 dan !2 Bulan transplantasi pada tujuh pasien (7).

. .

DAFTAR KEPUSTAKAAN.

1. Kaplan HI , Sadock BJ , Mood Disoder. In SYNOPSIS OF PSYCHIATRY


behavior sciences Clinical Psychiatry.William and Wilkins. Baltimore 1988 ; 288-
303.
2. Mayeux R, Stern Y, Rosen J. Depression. Intellectual Impairment and Parkinson”s
disease. Neurology 1981 ; 31 ; 381-389.
3. Mayeux R, Stern Y, Rosen J. Depression. Intellectual Impairment and Parkinson”s
disease. Neurology 1981 ; 31 ; 381-389.
4. McCance-Katz EF, Merek KL, Price LH. Serotogenic dysfunction in depression
associated with parkinson’s disease.Neurology 1992 ; 42 ;1813-1814.
5. Raisman R, Cash R, Agid Y.Parkinson’s disease : decrease density of 3H
impramine and 3H paroxetine binding sites in putamen neurology 1986 ; 36 ;556-
560.
6. Santamaria J, Tolosa L, Valles A. Parkinson’s disease with depression : a possible
subgroup of idiopathic parkinsonism, Neurology 1986 ; 36 ; 1130-1133.
7. Cumming JL , Depression and parkinson’s disease : A review. Am J Psychiatry.
1992 ; 149 ; 443-454 .
8. Schildkraut JL , Green AI , Mood disorder : Biochemichal aspect. In
Comprhesive Textbook of Psychiatry.ED Kaplan HI, Sadock BJ, Freedman AM.
Williams and Wilkins. Baltimore 1988 ; 868-878.
9. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik., Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, Cet. Pertama-Departemen
Kesrhatan RI, Jakarta, 1993
10. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,
Cetakan pertama , PT Nuli Jaya, Jakarta, 2001
11. Kaplan HI , Sadock BJ , Mood Disorder .In pocket Hand Hook of clinical
Psychiatry. William and Wilkins.Baltimore 1990 ; 81-95.
12. Steur EN. Increase of Parkinson diability after fluoxetine medication. Neurology
1993 ; 43 ; 211-213.
13. Kety SS. Biochemestry of Mayor Psychoses. In Comprehensive Textbook of
Psychiatry- II . ed. Freedman AM , Kaplan HI , Sadock BJ.William and Wilkins
Company. Baltimore 1975 ; 178-184.
14. Dinan TG , Diagnostic and Classfication. in Examination the scientific Basis of
Pscychiatry. Wright . Bristol 1985 : 125-133
15. Snyder SH. Basic Science of Psychopharmalogy. In Comperenhensi ve Textbook of
psychiatrya. Ed. Freedman AM, Kaplan HI, Sadock BJ. William and Wilkins.
Baltimore 1975 ; 105-104.
16. Kaplan HI , Sadock BJ , Freedman AM. The brain and psychiatry.In compesive
Textbook of psychiatry.ed. Freedman AM, Kaplan HI, Sadock BJ. William and
Wilkins. Baltimore USA 1975 ; II ; 143-166
17. Hamilton M. Mood Disorder I Clinical Features. In Comprhesive TextBook of
Psychiatry. Ed .Freedman AM ,Kaplan HI , Sadock BJ. William and Wilkins
Company. Baltimore USA 1988 ; V ; 892-913.
18. Melamed E, Hofti F , Pettibone DJ. Aromatic L-Amino acid Decarboxylase in rat
corpus striatum : Implication for action of L-dopa in parkinsonisme.Neurology 1981
; 31 ; 651-655.
19. Gilroy JL , Disorder with Involuntary Novement. In Medical Neurology .
Macmillian Publishing. !979 ; III ; 187-195.
20. Perse TL, Greist JH, Jefferson JW. Fluvoxamine of obsessive Compulsive
disorder, Am J Psychiatry 1987 ; 144 ; 1543
21. Dinan TG , Psychoneuropharmacology . In examination on the Scientific Basis of
Psychiatry. Wright. Bristol 1985 ; 21-32
22. Ellenberg . Preclinical Detection in Studies of Etiology , Natural History ,and
Treatment of Parkinson Disease. Neurology 1991 ; 41 (Suppl 2) ;14-20.
23. Hyland K, Surtees RAH , Rodeck C, Clayton PT .Aromatic L-amino acid
decarboxylase deficiency : Clinical Feature , Diagnosis ,and treatment of a new
inborn error of neurotransmitter amine synthesis. Neurology 1992 ; 42 ; 1980-1988.
24. Lader M. Neurotransmitter. In Introduction to Psychomphamocology Unipolar
Company. Michigan 1983 ; 12-24.
25. Hallen M . Phsciology of Basal Ganglia : A overview. Can J Neurol Sci 1993 ; 20 ;
177-183.
26. .Ngoerah IG . Penyakit Degenarasi dengan gerakan Involunter. Dalam dasar-dasar
Ilmu Penyakit Saraf, Airlangga University Press 1993 ; 359-368.

DEPRESI PADA PENYAKIT PARKINSON


OLEH
M. FAISAL IDRUS

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR.

Dr. M. Faisal Idrus


Jl. Bonto Mene No. 27
Telpon : 0411 878 551 Makassar

Abstrak :
Depresi merupakan gangguan jiwa yang paling sering dijumpai dimasyarakat. Depresi
biasanya merupakan penyerta (comorbiditas) dari suatu penyakit organik atau fisik.
Salah satu penyakit organik yang biasa disertai oleh gangguan depresi ini adalah
penyakit Parkinson. Kaitan antara depresi dan penyakit Parkinson secara pasti belum
diketahui, namun secara teoritik ini berkaitan dengan system neurotransmitter
dopamine, serotonin dan noradrenalin.

Kata kunci : Parkinson – neurotransmitter – depresi

Depresi is usual mental disorders in community. Commonly depression is commorbidity


with other organic desease. One of the organic desease is Parkinson’s desease.
Correlation between depression and Parkinson’s desease is not unknown, but the
theoretically maybe is correlation with neurotransmitter’s system dopamine, serotonine
and noradrenaline.

Key words : Parkinson’s desease – neurotransmitter - depression

Anda mungkin juga menyukai