Oleh:
NIM : 191810201054
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Islam merupakan agama yang sangat toleran. Hal ini dijelaskan dalam ayat
terakhir surah Al-Kafirun. Berdasarkan hal itu, Islam tidak pernah memaksa
siapapun untuk memeluknya. Untuk kita ingin beragama atau memilih agama,
jangan hanya asal ikut-ikutan, seperti mengikuti agama yang sudah diturun-
temurunkan oleh orang tua, mengikuti agama yang sekaligus merupakan bagian
dari suatu budaya, dan lain sebagainya.
Kita sebagai makhluk sempurna yang dikarunai akal dan pikiran harusnya
mampu berpikir secara kritis tentang konsep Ketuhanan. Karena kekuatan
manusia terletak pada daya pikirnya. Dalam mempelajari konsep Ketuhanan,
terdapat tiga konteks yang harus mengiringi yakni objektif, sistematis, dan
toleran. Artinya konsep tersebut harus bersesuaian dengan pembicaraan ilmiah.
Masalah yang mendasar dalam kategori pembicaraan ilmiah ada 2 hal, yakni
istilah-istilah (yang dalam dunia eksak kita sering menyebut rumus) serta
metodelogi (ingin memakai pendekatan induktif, statistik, atau kualitatif).
1. Konsep Tuhan
2. Sistem ajaran dari agama
Agama adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan akal. Akal merupakan
alat dari berpikir untuk menseleksi sesuatu yang benar atau salah. Untuk
mengetahui mana agama yang benar dan tidak, maka gunakanlah akal. Contohnya
Rusia, negara yang terkenal dengan komunisnya tetap terdapat orang
yangberagama. Mengapa? Karena terdapat logika berpikir di sana. Dalam Islam,
iman, ilmu, dan amalmenjadi satu kesatuan. Bahkan kata Rasulullah, “ilmumu
adalah imam amalan-amalanmu”. Suatu amalan menjadi benar apabila didasari
oleh ilmu, dan jangan mengikuti sesuatu yang tidak diketahui.
Untuk kita ingin belajar agama, terdapat tiga hal penting yakni konsep
akidah, syariat, dan akhlak. Belajar agama itu sama artinya kita belajar tentang
Ketuhanan. Kategori untuk bisa disebut tuhan batansannya yakni:
1. Keadilan
2. Kedamaian
3. Kesejahteraan
4. Ketertiban
5. Kesetaraan
6. Kebebasan
7. Keselamatan