Anda di halaman 1dari 13

Makalah Masa Lanjut Usia

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan menunjukan suatu proses tertentu yaitu suatu proses yang menuju kedepan
dan tidak dapat diulang kembali, dalam perkembangan manusia terjadi perubahan yang
sedikit demi sedikit bersifat tetap dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan
menunjukan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.
Perkembangan masa kanak-kanak menjadi seorang anak yang puber, kemudian menjadi
seseorang remaja dalam rentang usia beberapa tahun remaja tersebut menjadi dewasa, setelah
dewasa kemudian menjadilah seseorang yang tua atau seseorang yang lansia yaitu berkisat
usia 60 tahun ke atas hingga meninggal. Dari awal masa perkembangan kanak-kanak hingga
menjadi seorang lansia baik dari segi, bentuk tubuh, sifat moral, dan juga keberagamaan
setiap individu tentu akan sangat berbeda sekali, dan tentu banyak sekali faktor yang
menyebabkan perbedaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam makalah ini akan
dibahas seperti apa masa lanjut usia itu.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian masa lanjut usia?
2. Bagaimana perkembangan masa lanjut usia?
3. Bagaimana pekerjaan dan pensiunan masa lanjut usia?
4. Bagaimana solusi permasalahan masa lanjut usia?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian masa lanjut usia.
2. Menjelaskan perkembangan masa lanjut usia.
3. Menjelaskan pekerjaan dan pension masa lanjut usia.
4. Menjelaskan solusi permasalahan masa lanjut usia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASA LANJUT USIA
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai
dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan
yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah
proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua:
1. Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut
dini yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang
dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau
usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau
lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih
muda.
2. Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi
orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah
berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau
sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih
dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia
maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
3. Menurut Bernice Neugarten(1968)James C. Chalhoun(1995) masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
4. Badan kesehatan dunia (WHO)menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu
: Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, Lanjut usia
tua (old) 75 - 90 tahun dan Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Ciri-ciri masa lanjut usia:
1. Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan
psikologis.
2. Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai
waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
3. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah
menyenangkan.
4. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut
tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang
masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi
masyarakat sekitar.
5. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut.
6. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih
muda.
7. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang
disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
8. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat
penuaan.
B. PERKEMBANGAN MASA LANJUT USIA
Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah
tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penurunannya lebih jelas dan lebih dapat
diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada
makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit,
tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan
kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit,
sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Penelitian telah menemukan
bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang
beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere
berkurang ukurannya pada ujung kritis tertentu.

1. Perkembangan Fisik
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary
aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah.
Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor
eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat
mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang
dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api
sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah
disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses
penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan. Penuaan
membuat seseorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang,
tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendek
atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi
osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan
kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga
merupakan salah satu ciri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi
menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini
menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit
mejadi tampak biru dan memar. Dengan berkurangnya lapisan lemak resiko yang dihadapi
oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit. Penuaan juga mengubah
sistim saraf. Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resiko pada sitem saraf, misalnya
berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses
berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses
berfikir dan perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang
mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menyebabkan gangguan berfikir.
Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup
seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks
dapat berkurang atau hilang. Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan
dengan perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami
kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di
suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya,
sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik
memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah
dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial. Pendengaran dan pengelihatan
merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan
indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga
dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang
karena terjadi perubahan saraf audiotorik. Kerusakan indra pendengaran ini juga dapat terjadi
karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia. Struktur
mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga dapat
me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil
mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih
lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang
fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak
pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata
kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah
yang paling yang paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik
focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas. Perubahan fisik pada
lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem
pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera
tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari
stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan
keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-
perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya
diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan
di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut
(1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan
keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran
yang berkurang.

2. Perkembangan Kognitif
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental
merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun,
kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga
berlaku pada seorang lansia. Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang
mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori
tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi
tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan
dimungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk
mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al
dalam desmita (2008) penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua,
tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melainkan dapat
meningkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut. Kemerosotan intelektual lansia ini pada
umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor,
seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada
dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi
tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang
ataupun melatih keterampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya
kepikunan.
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan
kognitif, ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mulai melemahnya daya ingat terhadap
sesuatu hal(pikun) dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3. Perkembangan Sosio – Emosional
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan
dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia
juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002,
h.239).
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi
masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri
dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak
dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak
kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan
yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia,
terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut
usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa
lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri
pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan
perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai
dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Hubungan Sosio-Emosional Lansia:
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan.
Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua,
namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak
tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian
yang akan datang. Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga
akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun
begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak
memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan
dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
C. PEKERJAAN DAN MASA PENSIUNAN
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun
dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang sehat, memiliki
pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk
diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya
sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan
tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya
yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).
Pada tahun 1980-an, persentase laki-laki berusia di atas 65 tahun yang tetap bekerja purna
waktu lebih kecil dibanding pada awal abad 20. Penurunan yang terjadi dari tahun 1900
sampai tahun 1980-an sebesar 70% (Douvan, 1983). Satu perubahan penting dari pola
pekerjaan orang-orang dewasa lanjut adalah meningkatnya perkejaan-pekerjaan paruh waktu.
Mis: dari tiga juta lebih orang dewasa berusia di atas 65 tahun yang pekerja pada tahun 1986,
lebih dari separuhnya merupakan pekerja-pekerja paruh waktu.
D. SOLUSI PERMASALAHAN MASA LANJUT USIA
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat di
tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan Kesahatan Lansia ( fisik) :
 Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami
berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya
tergantung dari penyakit yang diderita.
 Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan
gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah,
sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
 Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur.
 Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya.
 Istirahat, tidur yang cukup.
 Minum suplemen gizi yang diperlukan.
 Memeriksa kesehatan secara teratur.
2. Berhubungan dengan masalah intelektual. Sulit untuk mengingat atau pikun dapat diatasi
pada saat muda dengan hidup sehat, yaitu dengan cara :
 Jadikan Olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian Anda.
 Hendaknya Anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup.
 Berhati-hatilah dengan Suplemen penambah daya ingat.
 Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran Anda.
 Segera obati depresi Anda.
 Hendaknya Anda selalu mengawasi obat-obatan yang dikonsumsi.
 Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan dengan daya ingat.
 Jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan mengasah kemampuan otak.
 Hendaknya Anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan memfokuskan pikiran.
 Tumbuhkan rasa optimis dalam diri Anda.
3. Berhubungan dengan Emosi :
 Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya.
Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
 Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan
wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai
penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
 Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami.
Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa
membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga
untuk melemaskan otak kita dari kelelahan.
 Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka
dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta
kemampuan.
 Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan
teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus
sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat
membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati
kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.
4. Berhubungan dengan Spiritual:
 Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya.
Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
 Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak beribadah.
 Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara teratur.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai masa lanjut usia,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia. Usia
tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat
tersebar luas dewasa ini.
 Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas, diantaranya usia lanjut
merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas,
menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia.
 Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di
mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat
diperhatikan dari pada tahap usia baya.
 Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik,
perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spiritual, perubahan sosial,
perubahan kehidupan keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia.
 Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah
dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik, intelektual, emosi, dan spiritual.
Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia lebih sering mengalami pikun atau sulit untuk
mengingat.
 Masalah – masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia dapat
diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami masa –
masa ini.
B. SARAN
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu tentang perkembangan
yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran,
dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita
persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan
yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psycholovegy.com/2012/05/masa-perkembangan-manusia-dewasa-akhir.html
http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-akhir.html
http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/06/perkembangan-usia-lanjut.html
Lestari Puput, dkk. 2012. Makalah Dewasa Akhir. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kusumadewi Yulia. 2012. Makalah Perkembangan Lansia.
Pengertian Kesehatan Mental
Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa:
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan
antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada
Tuhan)”.
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara
individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan
serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika mental
sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif terhadap
orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan
mencapai integrasi tingkah laku.

Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa orang
yang sehat mentalnya adalah terwujudnya keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya
kemampuan untuk menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan
dan kepuasan dalam dirinya. Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia
terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk
menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya.
Golongan yang kurang sehat mentalnya
Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya.
Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena ketidakmampuan individu
dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental pada dirinya . Gejala-
gejala umum yang kurang sehat mentalnya, yakni dapat dilihat dalam beberapa segi, antara
lain:
Perasaan
Orang yang kurang sehat mentalnya akan selalu merasa gelisah karena kurang mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.

Pikiran
Orang yang kurang sehat mentalnya akan mempengaruhi pikirannya, sehingga ia merasa
kurang mampu melanjutkan sesutu yang telah direncanakan sebelumnya, seperti tidak dapat
berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu pekerjan, pemalas, pelupa, apatis dan sebgainya.
Kelakuan
Pada umumnya orang yang kurang sehat mentalnya akan tampak pada kelakuan-kelakuannya
yang tidak baik, seperti keras kepala, suka berdusta, mencuri, menyeleweng, menyiksa orang
lain, dan segala yang bersifat negatif.
Dari penjelasan tersebut di atas, maka dalam hal ini tentunya pembinaan yang dimaksud
adalah pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Pembinaan mental secara efektif
dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Pembinaan yang
dilakukan meliputi pembinaan moral, pembentukan sikap dan mental yang pada umumnya
dilakukan sejak anak masih kecil. Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk
membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur
dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar dari sifat tercela sebagai langkah
penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja.
Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman
sejak kecil. Agar anak mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta
akhlak yang terpuji, semuanya dapat diusahakan melalui penglihatan, pendengaran, maupun
perlakuan yang diterimanya dan akan ikut menentukan pembinaan pribadinya. Pembinaan
mental/jiwa merupakan tumpuan perhatian pertama dalam misi Islam. Untuk menciptakan
manusia yang berakhlak mulia, Islam telah mengajarkan bahwa pembinaan jiwa harus lebih
diutamakan daripada pembinaan fisik atau pembinaan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa
yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada gilirannya akan
menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin .
Istilah “KESEHATAN MENTAL” di ambil dari konsep mental hygiene. Kata mental di
ambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa latin yang
artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai kesehatan
mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan.
(Notosoedirjo & Latipun,2001:21).
Zakiah Daradjat(1985:10-14) mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian :
1. Terhindarnya orang dari gejala – gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala – gejala
penyakit jiwa(psychose).
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan
masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa
kepada kebahagian diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan – gangguan dan
penyakit jiwa.

4. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh – sungguh antara fungsi – fungsi jiwa, serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem – problem biasa yang terjadi, dan
merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya.

Zakiah Daradjat
1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psichose). Definisi ini
banyak dianut di kalangan psikiatri (kedokteran jiwa) yang memandang
manusia dari sudut sehat atau sakitnya.
2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan tempat
ia hidup. Definisi ini tampaknya lebih luas dan lebih umum daripada
definisi yang pertama, karena dihubungkan dengan kehidupan sosial
secara menyeluruh. Kemampuan menyesuaikan diri diharapkan akan
menimbulkan ketenteraman dan kebahagiaan hidup.
3. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguhsungguh
antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problema-problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari
kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). Definisi ini menunjukkan
bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan
keyakinan harus saling menunjang dan bekerja sama sehingga
menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat raguragu
dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
4. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang
ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri
dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
5. Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguhsungguh
antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian
diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Dalam buku lainnya yang berjudul Islam dan Kesehatan Mental,

Zakiah Daradjat mengemukakan, kesehatan mental adalah terhindar seseorang


dari gangguan dan penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup
menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan biasa, adanya
keserasian fungsi-fungsi jiwa (tidak ada konflik) dan merasa bahwa dirinya
berharga, berguna dan bahagia, serta dapat menggunakan potensi yang ada
padanya seoptimal mungkin.

Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres)
orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang
datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. (Noto Soedirdjo, 1980) menyatakan bahwa
ciri-ciri orang yang memilki kesehatan mental adalah Memilki kemampuan diri untuk
bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen
Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena
faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor
yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda .

Pada abad 17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya diidentifikasi dengan medis, namun pada
perkembangannya pada abad 19 para ahli kedokteran menyadari bahwa adanya hubungan
antara penyakit dengan kondisi dan psikis manusia. Hubungan timbal balik ini menyebabkan
manusia menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental dan sebaliknya
gangguan mental dapat pesatnya namun apabila ditinjau lebih mendalam teori-teori yang
berkembang tentang kesehatan mental masih bersifat sekuler, pusat perhatian dan kajian dari
kesehatan mental tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi yang sehat dalam menghadapi
masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep sekarang ini dan disini,
tanpa memikirkan adanya hubungan antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Hal ini jauh berbeda dengan konsep kesehatan berlandaskan agama yang memiliki konsep
jangka panjang dan tidak hanya berorientasi pada masa kini sekarang serta disini, agama
dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam Orang yang sehat mental akan senantiasa
merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas
segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan
dirinya Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah
dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental
seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri
semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan
seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri
terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup
bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi, hal ini
sesuai dengan konsep sosiologi modern yaitu manusia sebagai makhluk Zoon Politicon .

C.Gangguan Mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, perilaku tersebut baik yang
berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Stress, depresi dan alkoholik tergolong sebagai
gangguan mental karena adanya penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa gangguan
mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan berpengaruhnya pada
ketidak wajaran Adapun gangguan mental yang dijelaskan.

Konsep Sehat

Sehat dan sakit adalah keadaan biopsikososial yang menyatu dengan kehidupan manusia.
Pengenalan manusia terhadap kedua konsep ini kemungkinan bersamaan dengan
pengenalannya terhadap kondisi dirinya. Keadaan sehat dan sakit tersebut terus terjadi, dan
manusia akan memerankan sebagai orang yang sehat atau sakit.
Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari, terjadi sepanjang sejarah manusia,
dan dikenal di semua kebudayaan. Meskipun demikian untuk menentukan batasan-batasan
secara eksak tidaklah mudah. Kesamaan atau kesepakatan pemahaman tentang sehat dan sakit
secara universal adalah sangat sulit dicapai.
Pengertian
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan
diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang
sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang
“gemuk” adalah otrang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga
mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO)
merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik[2],
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam
definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak
berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi
biologis, psiologis, dan sosial. Kalau demikian adanya, apakah ada seseorang yang berada
dalam kondisi sempurna secara biopsikososial? Untuk mendpat orang yang berada dalam
kondisi kesehatan yang sempurna itu sulit sekali, namun yang mendekati pada kondisi ideal
tersebut ada.[3]
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam perkembangan kepribadian
seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan
sosial budaya.Keempat dimensi holistik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.Agama/spiritual, yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan fitrah manusia yang
menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung nilai-nilai moral, etika
dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral dan
beretika, seseorang yang bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion without
moral, no moral without law).
b.Organo-biologik, mengandung arti fisik (tubuh/jasmani) termasuk susunan syaraf pusat
(otak), yang perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi, bebas dari penyakit, yang
kejadiannya sejak dari pembuahan, bayi dalam kandungan, kemudian lahir sebagai bayi, dan
setrusnya melalui tahapan anak (balita), remaja, dewasa dan usia lanjut .
c.Psiko-edukatif, adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah dan ibu) termasuk
pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak terhadap orang
tuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui dimensi psiko-edukatif ini berhenti hingga
usia 18 tahun.

d.Sosial-budaya, selain dimensi psiko-edukatif di atas kepribadian seseorang juga


dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan sosial yang bersangkutan dibesarkan.

Anda mungkin juga menyukai