Beton ringan merupakan beton yang memiliki berat jenis rendah. Untuk memproduksi
beton dengan berat jenis rendah ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Salah satu
cara yang digunakan adalah dengan cara mereduksi berat jenis agregat kasar. Karena
pada dasarnya, beton ringan memiliki campuran sama dengan beton normal pada
umumnya, namun agregat kasar yang menempati 60% dari seluruh komponen,
direduksi berat jenisnya. Reduksi in dilakukan dengan menggantinya dengan Artifical
Lightweight Coarse Aggregate (ALWA) semisal bloated clay, crushed bricks atau fly
ash based coarsed aggregate yang diperoleh dari pada rotary kiln, batu tulis, sisa bara
yang berbusa, dan batu apung. (Ali, et.al. 1989, dalam Kris Tiandanu 2010)
Beton memadat mandiri atau Self-Compacting Concrete (SCC) adalah campuran beton
yang mampu memadat sendiri tanpa menggunakan alat pemadat atau mesin penggetar
(vibrator). Campuran Self-Compacting Concrete (SCC) segar ini lebih cair daripada
campuran beton konvesional. Campuran ini dapat mengalir dan memadat ke setiap
sudut struktur bangunan yang sulit dijangkau oleh pekerja dan mengisi tinggi
permukaan yang diinginkan dengan rata (self leveling) tanpa mengalami bleeding.
(Sholihin As’ad, 2012)
2.2.1.1 Sifat
Beton segar memiliki beberapa sifat antara lain sebagai berikut:
1. Kelecakan atau workability yaitu tingkat kemudahan pengerjaan beton segar yang
dipengaruhi oleh proporsi faktor air semen (FAS) yang digunakan pada campuran
beton. Semakin tinggi FAS yang digunakan maka semakin mudah dikerjakan,
namun dapat terjadi bleeding.
2. Segregation resistance yaitu proses terjadinya pemisahan agregat dari campuran
beton. Disebabkan oleh beberapa faktor antara lain FAS terlalu tinggi, kekurangan
semen pada campuran beton, atau jatuh saat penuangan lebih dari satu meter.
3. Bleeding yaitu pemisahan atau naiknya air ke permukaan dari campuran beton
karena FAS terlalu tinggi.
Jika semen Portland dicampur dengan air, maka komponen kapur dilepas dari
senyawanya. Banyaknya kapur yang dilepaskan ini sekitar 20% dari berat semen.
Kondisi terburuknya adalah mungkin terjadi pemisahan struktur yang disebabkan oleh
lepasnya kapur dari semen. Situasi ini harus dicegang dengan menambahkan pada
semen satu mineral silika seperti pozzolan. Mineral yang ditambahkan ini bereaksi
dengan kapur bila ada uap air membentuk bahan yang kuat, yaitu kalisum silikat.
(Abdullah, 2008)
Berdasarkan dengan tujuan penelitian ini, agregat kasar yang digunakan adalah
pecahan genteng. Ukuran dari pecahan genteng sendiri memiliki diameter 5-20 mm.
Pecahan genteng berasal dari tanah liat yang sudah melalui proses pembakaran pada
suhu 900 ̊C.
Gradasi agregat halus menurut persyaratan ASTM C33 tercantum dalam Tabel 2.3.
Komposisi agregat halus pada SCC cenderung lebih banyak daripada beton
konvensional karena SCC memanfaatkan perilaku pasta untuk mempermudah aliran
beton segar. Sementara pada beton konvensional agregat kasar yang digunakan sebesar
70% - 75% dari volume beton (As’ad, 2012).
2.2.5.4 Air
Air amat diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen.
Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk campuran beton. Air yang mengandung
senyawa-senyawa berbahaya, yang terceamr garam, minyak, gula atau bahan-bahan
kimia lain, bila dipakai untuk campuran beton akan dapat menurunkan kekuatannya
dan dapat juga mengubah sifat-sifat semen. Karena karakteristik pada semen
merupakan hasil reaksi kimaiwi antara semen dengan air, maka bukan perbandingan
antara air dan semen pada campuran yang menentukan. Air yang berlebihann akan
menyebabkan banykan gelembung air setelah proses hidrasi tidak seluruhnya selesai.
Sebagai akibatnya beton yang dihasilkan akan kurang kekuatannya. (Yudith Abdullah,
2008)
Persyaratan pemakaian air berdasarkan SNI 03-2834-2000 untuk pembuatan beton
adalah sebagai berikut:
Bahan tambah didefinisikan sebagai material selai air, agregat, dan semen yang
dicampurkan kedalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama
pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan
karakteristik dari beton atau mortar missal untuk dapat dengan mudah dikerjakan,
penghematan, atau untuk tujuan lain. (ASTM C.125-1995)
Ada beberapa jenis bahan tambahan yang digunakan dalam campuran beton, dipilih
bahan tambah mineral (additive) seperti superplasticizer sebagai accelerator pada
penelitian ini, karena selain dapat menambah kuat tekan beton, mempermudah
workability dan bahan tambah tersebut mudah didapat.
Tabel 2.5 Range mix design yang disarankan oleh The European Guidelines for Self-
Compacting Concrete (2005)
Bahan material Range dalam massa Range dalam volune
(kg/m3) (liter/m3)
No Metode Parameter
1 Slump-flow dengan kerucut Abrams Fillingability
2 T50cm slumpflow Fillingability
3 J-ring Passingability
4 V-funnel Fillingability
5 V-funnel pada t5menit Segregation resistance
6 L-box Passingability
7 U-box Passingability
8 Fill-box Passingability
9 GMT screen stability test Segregation resistance
10 Orimet Fillingability
(sumber: EFNARC 2005)