Anda di halaman 1dari 7

RESENSI BUKU

MENGUAK MISTERI CROP CIRCLE DI INDONESIA

Bab I. Lingkaran Tanaman (Crop Circle) : Seni yang Masih Misteri

Crop Circle (CC) merupakan suatu pola teratur yang terbentuk secara misterius di
ladang tanaman. Pola simetris dari crop circle kebanyakan berbentuk lingkaran. CC
dipercaya terbentuk dalam waktu yang sangat singkat. Pada sore hari suatu lahan belum
terdapat apa-apa, tapi keesokan harinya CC ditemukan, sehingga CC dianggap terbentuk pada
malam hari.
Fenomena CC terjadi di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Fenomena CC di
Indonesia terjadi di desa Jogomangsan, Rejotirto, Berbah Sleman Yogyakarta yang diketahui
pada tanggal 23 januari 2011 pagi hari. Kemunculan CC ini menjadi perbincangan berbagai
kalangan masyarakat termasuk akademisi dan peneliti. Ada yang berpendapat bahwa CC
dibuat secara manual menggunakan cara mekanik dengan peralatan papan kayu, garpu, dan
sapu. Ada pula yang beranggapan pembuatan CC tidak lepas dari campur tangan makhluk
asing, seperti alien, yang berkomunikasi dengan manusia.
Meskipun demikian, fenomena CC ini masih menjadi misteri dan masih belum dapat
dipastikan bagaimana cara pembuatan CC, untuk itu akademisi sebaiknya tidak langsung
percaya dengan anggapan yang beredar di masyarakat. Dibutuhkan kajian-kajian ilmiah dan
penelitian-penelitian handal serta analisis yang multidisipliner untuk menjelaskan fenomena
terjadinya CC ini.

Bab II. Kondisi Cuaca Sebelum Terjadinya Crop Circle


Pada malam terjadinya CC, di pulau jawa tepatnya Berbah Sleman terjadi
pertumbuhan awan konvektif. Awan ini dapat menyebabkan curah hujan tinggi, sering terjadi
petir, dan angin kencang. Atmosfer atas Indonesia didominasi oleh awan cumulus yang dapat
berkembang menjadi cumulonimbus, yang menyebabkan hujan deras, batu es, kilat dan
guruh.
Selain itu, ditinjau dari kondisi iklim, pada tanggal 22 januari 2011 di Berbah Sleman,
terjadi pola angin monsun barat, sehingga terjadi musim hujan akibat adanya massa air yang
dibawa oleh angin ketika melalui samudera Pasifik dari laut Cina Selatan. Karateristik hujan
di daerah Yogyakarta juga dipengaruhi oleh angin monsun atau angin udara atas pada
ketinggian 3000 feet (900 meter) yang bertiup secara regional.

Bab III. Keingintahuan Suci Dalan Keilmuan


Berita terbentuknya CC pertama di Indonesia menjadi perhatian berbagai kalangan.
Berbagai pendapat tentang pembuatan CC ini pun bermunculan, jawaban yang paling banyak
diyakini yaitu aggapan bahwa CC dibuat oleh UFO dan buatan manusia secara mekanik. Ada
yang beranggapan bahwa CC merupakan fenomena alam, namun hanya sedikit yang
berpendapat demikian. Meskipun begitu fenomena CC ini masih merupakan misteri, karena
setiap teori yang ada belum bisa ditentukan kebenarannya secara pasti, artinya semua
pendapat yang beredar masih berupa hipotesa atau dugaan yang kebenarannya harus
dibuktikan. Untuk itu, akademisi tidak boleh terpaku pada pendapat-pendapat yang beredar di
masyarakat. Akademisi yang memiliki kemampuan interpetasi dan keilmuan yang memadai
harus melakukan ijtihad guna memecahkan fenomena ini. Serta dibutuhkan keingintahuan
suci yang tidak terpengaruh oleh batasan-batasan tertentu, seperti pendapat yang beredar, dan
berpandangan luas untuk interpretasi segala sesuatu terutama yang sifatnya masih misteri,
seperti fenomena CC ini.

Bab IV. Mencari dan Mengungkap Fakta Crop Circle


Kemunculan CC ini menjadi perhatian berbagai pihak, salah satunya tim UP3ST (Unit
Pengembangan Penelitian dan Penerapan Sains dan Teknologi) FSM Universitas Diponegoro.
Tim ini beranggotakan 12 orang dari empat disiplin ilmu yaitu biologi, fisika, kimia, dan
matematika, yang diketuai oleh Dr. Muhammad Nur, DEA. Tim ini mengembangkan
hipotesa bahwa CC merupakan fenomena yang terjadi karena adanya ‘angin’ ion nitrogen
yang terbentuk karena adanya perbedaan muatan ion pada awan dan bumi. Tim ini juga
berkonsultasi dengan peneliti Amerika untuk memperoleh second opinion.
Langkah pertama yang dilakukan tim tersebut adalah investigasi ke lapangan untuk
mengumpulkan sampel tanah dan tanaman padi yang nanti akan diteliti lebih lanjut di
laboratorium fisika, kimia dan biologi. Parameter yang dicari untuk pengujian hipotesa
adalah ada tidaknya peningkatan kandungan nitrogen pada tanah dan tanaman di lokasi CC
dan kemungkinan adanya perubahan morfologi dan anatomi tanaman akibat paparan ion
nitrogen. Juga digunakan sampel tanah dan daun padi yang tidak masuk dalam lokasi CC
untuk dianalisis lebih lanjut.
Selain pengujian di atas, tim juga melakukan pengukuran matematis guna mengkaji
pola geometris dari CC tersebut. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi variabel-
variabel yang terlibat dalam pembentukan pola geometris yaitu titik pusat dan jari-jari
lingkaran, serta jarak titik simpul ke titik pusat. Berdasarkan data-data ini dibuatlah pola
geometris pendekatannya, yang nantinya digunakan untuk menganalisa sifat-sifat geometris
serta interpretasi CC.
Pengujian yang dilakukan di laboratorium antara lain pengujian kadar nitrogen pada
tanah dan batang padi, pengamatan struktur daun dan batang padi khususnya daerah nodus
menggunakan SEM, pengujian amilum bulir padi, dan pengamatan stomata pada daun dan
batang padi. Tim juga melakukan simulasi animasi pola geometris CC melalui komputer.

Bab V. Menguak Pola Geometris Crop Circle


Crop circle dianggap sebagai seni generatif, karena merupakan hasil visualisasi secara
berulang dari pola sederhana menjadi pola akhir yang kompleks dan rumit. Pola sederhana
dari crop circle adalah lingkaran. Pola crop circle bertumpu pada proses yang atas
perulangan pola dan bentuk lingkaran yang saling berharmoni dari berbagai ukuran lingkaran
dan titik-titik pusat lingkaran yang berbeda-beda.
Pola berulang dari crop circle dapat mengasilkan bentuk fraktal, sebagaimana pola
berulang aritmatik sederhana dapat menghasilkan pola chaos. Ketika pola fraktal crop circle
diketahui, pola crop circle berpeluang untuk dilihat dalam bentuk generatif dengan
memanfaatkan metode “peniruan” secara komputasional. Dengan demikian dapat diketahui
bagaimana pola-pola crop circle yang rumit dapat terjadi di alam dan kehidupan sosial kita.
Berdasarkan kajian dari TIM UP3ST dengan membuat pola pendekatan terhadap pola
asli crop circle yang terbentuk di Sleman Yogyakarta tsb, diketahui bahwa crop circle
berbentuk simetris terdiri dari 4 lingkaran berpusat di P(0,0) dengan masing-masing jari-
jarinya 3m, 17m, 24m, 27m; 4 lingkaran berjari-jari √180 m yang berpusat di (0,6), (6,0),
(0,-6), (-6,0); 4 lingkaran berjari-jari 9 m yang berpusat di (-3,0), (0,3), (3,3), (0,-3), serta 2
lingkaran lain di luarnya berjari-jari 2 m yang berpusat di (33,0) dan (-33,0). Jadi terdapat 12
lingkaran utama dan 2 lingkaran lain diluarnya dengan 11 titik pusat lingkaran. Kedua belas
lingkaran utama membentuk 24 titik simpul yang terbagi dalam 8 titik simpul dari
persekutuan tiga lingkaran, 16 titik simpul dari persekutuan 2 lingkaran.
Pola crop circle ini cukup sederhana jika dibuat di atas kertas apalagi dengan bantuan
perangkat lunak yang sudah canggih, namun yang menjadi bahan pertimbangan apakah
manusia dapat secara presisi membuat pola ini di atas lahan persawahan dengan tinggi padi
sekitar satu meter. Apalagi hasil penelitian menunjukkan bahwa boundary lingkaran
merupakan kurva yang mulus (Smooth) yang pastinya sangat sulit dikerjakan. Berdasarkan
pemikiran inilah belum dapat dipastikan siapakah pembuat crop circle ini, apakah manusia
dapat membuatnya secara mekanik atau tidak, masih menjadi misteri.

Bab VI. Kimia Mengungkap Fakta Crop Circle


Tim peneliti FSM Undip menemukan adanya kenaikan kadar Nitrogen yang
mencolok pada tanaman dan tanah tempat terjadinya crop circle. Kadar Nitrogen padi
mengingkat sebesar 4,39 %, sedangkan dalam tanah 5,29%. Hal ini diasumsikan sebagai
akibat dari fenomena plasma di alam, yaitu terjadinya petir yang mengenai udara, karena di
udara terkandung 80% Nitrogen dan 20% oksigen, ketika petir menyambar, ion-ion Nitrogen
terserap ke tanah dan tanaman atau apa saja yang dilaluinya. Hal ini di dukung dengan fakta
bahwa pada malam hari ketika terjadi crop circle daerah Berbah Sleman, Yogyakarta
memang terjadi hujan lebat dan terjadi petir.
Pada hari ketiga terdapat 2,38% Nitrogen di dalam padi dan 3,26% dalam tanah di
area CC. Empat hari setelahnya kadar Nitrogen berkurang 84,45% pada padi dan 97,85%
pada tanah. Hal ini disebabkan terjadinya peluruhan Nitrogen karena terkena hujan terus-
menerus. Terjadinya kenaikan konsentrasi Nitrogen karena adanya fenomena elektrostatik
dimana Nitrogen dari udara tertarik ke area crop circle.
Hasil analisis batang padi menunjukkan hasil yang unik, pada batang padi yang
termasuk area CC ditemukan kandungan logam Nikel (Ni) sedangkan di luar area CC tidak
ditemukan logam tsb. Juga ditemukan logam Fe yang merupakan salah satu produk
fotosintesis. Keberadaan unsur Ni dalam batang padi masih belum dapat dijelaskan dan masih
menjadi pertanyaan.

Bab VII. Biofisika Berbicara tentang Fakta Crop Circle


Berdasarkan hasil pengamatan terhadap area CC di Berbah Sleman Yogyakarta
diperoleh bahwa terdapat perbedaan fisis yang dapat dilihat secara langsung, batang padi
yang mengalami pembengkokan mengalami pembengkakan pada nodusnya sedangkan batang
padi yang tegak tidak terjadi pembengkakan pada nodusnya. Selain itu juga tampak warna
kecoklatan pada nodus padi yang terdapat di daerah CC. Pembengkokan ini tidak disertai
sobekan/kerusakan pada batang padi, hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan
pembuatan CC secara mekanik sangat kecil.
Pengamatan dan pengambilan data juga dilakukan pada batang padi yang berjarak
400m dari CC juga pada tanaman padi rebah yang berjarak 50 m dari CC yang digunakan
sebagai pembanding dan kontrol. Hasil pengamatan morfologi menunjukkan padi rebah di
daerah CC mengalami kelengkungan di semua nodusnya, sedangkan pada padi rebah yang
berjarak 50 mm dari CC dalam setiap rumpunnya masih terdapat batang yang tidak
melengkung. Perbedaan morfologi padi juga dilihat dari perbandingan diameter batang padi
yang diukur pada jarak 2 cm di atas dan di bawah nodus. Terdapat perbedaan diameter
sebesar 0.02 mm (di bawah nodus) dan 0.6 mm di atas nodus antara diameter padi rebah dan
padi tegak, hal ini menunjukkan adanya penyusutan diameter padi rebah di daerah CC.
Hasil analisis dengan SEM mengindikasikan terjadinya deformasi jaringan epidermis
yang semula berbentuk tabung menjadi berbentuk bulat lonjong akibat pembelokan.
Pembelokkan juga menghasilkan pori-pori yang lebih besar karena susunan bentuk bulat
lonjong dan tabung yang berderetan. Permukaan lekukan nodus padi rebah di daerah CC
terdapat retakan akibat terjadinya kerusakan pada jaringan epidermis. Retakan berbentuk
bulat melonjong, menyerupai kurva tertutup/melingkar. Kerusakan seperti ini tidak mungkin
diakibatkan secara mekanik.
Selain analisa morfologi juga dilakukan pengamatan secara anatomis pada bulir padi
dan daun. Hasil pengamatan secara langsung dilihat bahwa bulir padi masih utuh dan tidak
pecah, begitu pula pada daun padi tidak ada lecet. Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti
dilakukang pengamatan anatomi dengan mikroskop dengan perbesaran 1000x, untuk melihat
amilum/pati dan jaringan permukaan daun padi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
kerusakan sel pada amilum/pati dari bulir padi yang diperoleh di daerah CC, amilum menjadi
berwaran coklat dan ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan bulir padi diluar area
CC. Perubahan tingkat sel ini hanya dapat terjadi apabila adanya keterlibatan energi
gelombang mikro. Hasil pengamatan jaringan permukaan daun juga menunjukkan terjadinya
kerusakan sel jaringan permukaan daun padi yang diambil dari area CC. Kerusakan jaringan
daun padi di daerah CC lebih banyak terjadi pada padi rebah dari pada padi yang tegak.

Bab VIII. Hipotesis Crop Circle


Berbagai hipotesa berkembang untuk menjawab fenomena CC ini, ada yang
beranggapan bahwa CC dibuat manusia secara mekanik menggunakan papan, tali, patok
kayu. Ada yang menganggap bahwa CC adalah buatan makluk luar angkasa dari luar bumi.
Selain itu seorang peneliti bernama Nancy Talboot dari BLT Research Team, Cambridge,
USA yang bekerjasama dengan W.C. Levengood mengusulkan hipotesis terbntuknya CC asli
adalah karena radiasi gelombang mikro dan plasma vortex. Dari penelitian BLT Research
Team mereka mendapatkan bahwa crop circle ada yang asli da nada yang tiruan. Menurut
mereka CC yang asli setidaknya memiliki 3 ciri, yaitu : (1). Batang gandum yang tidak patah,
(2). Ada lubang-lubang uap pada bongkol batang gandung serta terjadi pemanjangan, (3).
Adanya partikel besi berdiameter 10-50 mm yang tersebar merata secara linier di formasi CC.
Hipotesa dari peneliti dari BTL tersebut mengantarkan para peneliti UNDIP untuk
mencari data lapangan dan penelitian laboratorium, dan secara terbuka tidak setuju terhadap
pendapat yang mengatakan bahwa CC dibuat oleh manusia secara mekanik dan CC dibentuk
akibat jejak UFO. Hipotesis yang diajukan oleh tim peneliti undip adalah CC terbentuk akibat
angin ion dan plasma vortex.
Pada malam terjadinya CC, pulau jawa tertutup oleh awan, antara awan dan
permukaan bumi terbentuk beda potensial tinggi yang mencapai puluhan ribu volt. Daerah
antara awan dan permukaan bumi terjadi ionisasi akibat radiasi kosmis, ion-ion ini kemudian
tertarik ke permukaan bumi dan ke awan. Dalam perjalanannya ion-ion ini bertumbukkan
dengan partikel lain dan terbentuklah guguran elektron. Terbentuklah ion positif yang cukup
banyak yang kemudian tertarik ke bumi dan terbentuklah angin ion positif. Angin ion ini
bergerak ke bumi dan disekitarnya akan terbentuk medan magnet.
Dalam perjalanannya ion dan elektron akan mengalami rekombinasi dan membentuk
emisi EM baik spektrum dalam cahaya tampak atau tidak dalam cahaya tampak. Kanal-kanal
ion positif yang disekitarnya terdapat medan magnet dapat berinteraksi satu sama lain. Hasil
interaksi inilah yang memungkinkan terbentuknya pola-pola dalam CC. Rebahnya tanaman
padi dapat terjadi akibat dua hal, yang pertama tanaman rebah karena terdorong oleh angin
ion, sambil diputar oleh medan magnet yang terbentuk.Yang kedua, tanaman yang terkena
angin ion akan bermuatan positif. Muatannya berlawanan dengan muatan bumi, sehingga
tanaman akan tertarik ke bumi.
Beberapa fakta yang mendukung hipotesa di atas, pertama pola sudah terbentuk
dengan tertekuknya daun-daun padi tetapi padi belum rebah, hal ini menunjukkan adanya
peristiwa elektrostatik, ion yang mengenai pola intensitasnya masih rendah dan belum cukup
untuk merebahkan padi. Kedua, padi yang ditemukan di area CC mengalami pembengkokan
hampir disetiap bongkol, bongkol ini berwarna coklat. Tidak ditemukan kerusakan atau
patahan di ruas padi, sehingga tidak mungkin jika pembuatan CC dilakukan secara mekanik.
Hal ini disebabkan oleh radiasi elektromagnetik. Ketiga, terjadi kerusakan amilum pada bulir
padi, rusaknya epidermis pada bongkol padi yang membengkok, terjadinya pengecilan
diameter bongkol padi yang membengkok. Pembengkokan dan rusaknya epidermis dan
amilum dapat disebabkan oleh masuknya radikal atau ion yang memicu reaksi rantai yang
merusak struktur bio molekul. Keempat, kenaikan kadar Nitrogen di area CC yang mencapai
400%. Hal ini hanya bisa terjadi jika ion positif dari molekul nitrogen atau radikal nitrogen
masuk ke dalam area CC, fakta ke empat ini sangat mendukung hipotesa angin ion dan
plasma vortex.

Bab XIV. Kesimpulan


Pola CC yang terbentuk di Sleman Yogyakarta terdiri dari 12 lingkaran utama dan 2
lingkaran di luarnya dengan 11 titik pusat lingkaran. Lingkaran-lingkaran ini membentuk 24
titik simpul yang terbagi dalam 8 titik simpul dari persekutuan 3 lingkaran dan 16 titik simpul
dari persekutuan 2 lingkaran. Di antara 14 lingkaran tersebut terdapat 1 lingkaran dengan jari-
jari 24 m berpusat di (0,0).
Berdasarkan analisis kimiawi diporoleh bahwa terjadi kenaikan kadar nitrogen
mencapai 400%, yang dapat diakibatkan oleh tertariknya ion Nitrogen atau radikal Nitrogen
ke bumi. Hal ini mendukung hipotesa angin ion. Fakta yang lain yang ditemukan yaitu
terjadinya pembengkokan pada bongkol padi dan beberapa bagian terlihat gosong, juga
terjadi kerusakan amilum pada bulir padi dan kerusakan jaringan epidermis pada daun,
walaupun bagian luarnya utuh, sehingga disimpulkan terjadinya kerusakan sel yang mungkin
disebabkan oleh masuknya radikal ke dalam sel.
Berdasarkan fakta-fakta di atas sangat diragukan bahwa pola CC dibuat oleh manusia
secara mekanik menggunakan peralatan seperti papan dan tali.

Anda mungkin juga menyukai