Rendah hati mungkin adalah sebuah kata yang hampir hilang dari perbendaharaan bahasa
kita. Hampir setiap hari kita mendengar atau menyaksikan betapa kita, menunjukkan
arogansi kekuasaan atau kekayaan, kehebatan yang kita miliki. Lihat saja slogan-slogan
para calon wakil rakyat yang terpampang hampir di setiap sudut kota, di perempatan
jalan, dengan gambar yang demikian gagah dan kata-kata yang membuat kita jengah.
Barangkali menjadi sesuatu yang aneh dan ‘langka’ ketika kita menjumpai teman yang
selalu menyapa setiap orang tanpa melihat status sosial, mau mengulurkan tangan untuk
siapa saja di sekelilingnya tanpa rasa malu atau gengsi.
Kerendahan hati merupakan salah satu indikator dari tingginya kecerdasan spiritual
seseorang. Seorang yang tidak bisa menunjukkan sikap atau karakter rendah hati, berarti
belum mencapai kedamaian dengan dirinya. Riset menunjukkan, para pemimpin yang
berhasil membawa perusahaan atau organisasinya ke puncak kesuksesan biasanya adalah
orang yang memiliki integritas, mampu menerima kritik, rendah hati, dan mengenal
dirinya dengan baik. Para pemimpin yang sukses ini ternyata memiliki kecerdasan
spiritual yang jauh lebih tinggi dari manusia rata-rata. Mereka justru adalah manusia yang
rendah hati.
Sayangnya, tidak semua orang mengerti bahwa rendah hati dan low profile itu identik
dengan kemajuan dan progressifitas. Karena itu, tidak jarang kita salah memahami logika
realitas kehidupan. Agak aneh kalau orang sudah berpendidikan tinggi masih tidak bisa
bersikap rendah hati.
Selain kecerdasan dan kemampuan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan, ternyata ada
hal mendasar yang sangat berpengaruh bagi kualitas kesuksesannya. Hal mendasar
tersebut adalah sikap mental positif. Sikap mental positif sangat erat kaitannya dengan
kepribadian yang menarik.
Pribadi yang rendah hati memandang bahwa orang lain sebagai ciptaan Tuhan memiliki
keunikan dan keistimewaan, sehingga dia senantiasa membuat orang lain merasa penting.
Karena sesungguhnya setiap pribadi adalah istimewa. Setiap orang adalah spesial, unik,
dan berhak untuk dihargai. Manusia adalah pribadi yang harus diperlakukan khusus.
Manusia adalah makhluk yang sangat sensitif. Jika kita meragukan hal ini, lihat diri kita
sendiri dan perhatikan betapa mudahnya kita merasa disakiti atau tersinggung.
MAXIMIZE YOUR TALENT (05)
Oleh: Paulus Winarto*
DEVELOP
Pertumbuhan bukanlah sesuatu yang otomatis terjadi seiring bertambahnya usia atau
pengalaman seseorang. Pertumbuhan yangs sejati selalu diawali dengan komitmen untuk
bertumbuh. Kitalah orang yang paling bertanggung jawab bagi pertumbuhan pribadi kita
masing-masing.
Pertumbuhan akan membuat talenta yang kita miliki terus berkembang sehingga kita
tidak perlu jadi orang yang sama dari waktu ke waktu. Berikut ini ada beberapa langkah
yang dapat membantu kita semua untuk mengembangkan talenta kita:
Diakui atau tidak rasa puas diri terkadang membuat seseorang berada di zona
nyaman dan tidak mau lagi berubah. Agar hal itu tidak terjadi pada kita,
biasakan diri kita untuk selalu lapar dan haus akan hal-hal baru. Terus terang
secara pribadi terkadang saya agak jenuh juga membaca buku-buku
pengembangan diri karena sudah lebih dari 500 buku saya lahap. Terkadang
ketika membaca sebuah buku, hampir sebagian besar isinya saya sudah tahu
namun saya tidak membaca buku tersebut dengan tujuan untuk mencari apa
yang sudah saya tahu melainkan saya mencari hal-hal baru yang sama sekali
belum saya ketahui. Terkadang buku yang saya baca itu juga bisa menjadi
reminder yang sangat baik.
Jika kita memiliki semangat untuk terus belajar, carilah buku-buku yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kita. Rajin-rajinlah ke toko buku
atau perpustakaan. Ikuti berbagai pelatihan yang kiranya dapat membantu kita
bertumbuh. Investasikan waktu dan dana kita. Ingat, tidak ada sukses tanpa
pengorbanan. Pertumbuhan hari ini akan menjamin hari esok yang lebih baik.
Bergaullah dengan orang-orang yang memiliki talenta yang sama dengan kita
sehingga bisa saling belajar, saling memotivasi atau sekedar saling bertukar
informasi. Teknologi yang semakin canggih tentu akan sangat membantu
karena kita dapat membentuk komunitas itu melalui dunia maya atau internet.
Bergabunglah dengan mailing list yang anggotanya memiliki minat yang sama
dengan minat yang kita miliki.
Juga perlu kita ingat bahwa tidak ada komunikasi yang lebih efektif daripada
komunikasi tatap muka. Oleh sebab itu secara berkala bertemulah dengan
orang-orang tersebut.
3. Mentoring.
Setelah menemukan talenta kita, carilah juga mentor untuk membantu kita
bertumbuh. Seorang mentor adalah seorang yang telah mencapai hal yang
baru ingin kita capai atau ia telah memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
ingin kita miliki. Kita bisa belajar dari pengalaman, pengetahuan serta yang
terpenting hikmat yang telah didapatkannya dari perjalanan hidup. Kunjungi
mentor kita secara teratur atau undanglah ia makan. Sebelum itu,
persiapkanlah hal-hal yang ingin Anda tanyakan dan diskusikan. Anda bisa
menuliskan di sebuah buku dan jadikan buku tersebut buku mentoring Anda.
Hal-hal penting dari mentor juga bisa Anda catat di buku tersebut.
Seorang teman bahkan memiliki kebiasaan yang sangat unik dan terbilang
langka. Jika ia bertemu seseorang yang dianggapnya ahli, ia selalu berusaha
agar belajar sesuatu. Nah, poin-poin yang dipelajarinya akan diketiknya,
diprint dan dijadikan bahan untuk pengembangan diri. Kebiasaan itu telah
dilakoninya sejak usia mahasiswa. Kini, ia telah menjadi seorang pengusaha
sukses.
Jangan mencari satu mentor yang sempurna karena kita tidak akan pernah
menemukannya. Carilah beberapa mentor sekaligus. Misalnya secara pribadi
saya memiliki mentor dalam bidang rohani, bisnis, kreativitas, kepemimpinan,
pemasaran, dsb.
Yang juga penting adalah binalah hubungan baik dengan sang mentor. Artinya
jangan hanya menghubungi dia jika kita butuh. Ada saatnya kita harus
menunjukkan kepedulian kepada mentor. Misalnya mengunjunginya saat ia
sakit, memberikan hadiah kecil atau sekedar menelpon untuk menyapa dan
mengucapkan selamat ulang tahun. Turutlah bersukacita bersama mentor
Anda ketika ia bersukacita dan berikan penghiburan ketika ia sedang bersusah
hati. Ingat, mentor juga manusia yang punya hati dan keinginan untuk
senantiasa dikasihi.
Selain mencari mentor, ada baiknya juga kita menjadi mentor bagi mereka
yang membutuhkan. Kalau kita membagikan apa yang kita ketahui kepada
orang yang tepat, kita akan semakin terampil dalam bidang tersebut, semakin
bijaksana dan semakin dihormati. Sebuah lilin tidak akan pernah kehilangan
cahayanya ketika ia membagikan cahayanya kepada lilin yang lain. Bagi saya
melihat orang lain bertumbuh karena saya adalah sebuah sukacita besar.
Bagaimana dengan Anda?
Mitra akuntabilitas adalah orang yang mengasihi kita dan berani menegur kita
secara terbuka jika kita melakukan kesalahan. Bisa jadi mereka ini adalah
orang paling dekat dengan kita, seperti suami, istri, saudara atau sahabat-
sahabat dekat kita. Apakah Anda memiliki seseorang yang berani berkata,
“Kamu salah, harusnya kamu ngga begitu. Harusnya kamu begini…” Bisa
jadi itu mitra akuntabilitas dalam hidup Anda. Bersyukurlah kepada Tuhan
untuk kehadiran orang tersebut karena ia ibarat alarm peringatan atau lampu
merah dalam hidup Anda.
Yesus pernah berkata, “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu
(Lukas 6:26).” Tanpa kita sadari terkadang pujian yang datang terus-menerus
dari orang-orang di sekeliling kita akan membuat kita besar kepala dan lupa
diri.
Sikap adalah sebuah pilihan. Sikap adalah bagaimana kita berpikir atau
merespon sesuatu. Peristiwa yang sama bisa direspon secara berbeda oleh dua
orang, itulah sikap.
Ada beberapa cara praktis agar kita dapat senantiasa menumbuhkan sikap
mental positif dalam hidup kita, yaitu: baca buku-buku yang positif (terutama
firman Tuhan), bergaullah dengan orang-orang yang positif, senantiasa
bersyukur, luangkan waktu untuk melayani orang lain yang membutuhkan,
ucapkan hal-hal positif kepada diri kita sendiri, bersikap hati-hati dan
bijaksana terhadap masukan-masukan negatif (seperti kritikan tajam karena
tidak semua orang mengkritik kita dengan motif untuk membantu kita
bertumbuh).
Carl Rogers : Psikolog Aliran Humanisme
Posted on Psychology.
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago.
Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.
Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan
dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang
terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai
seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan
terapis, ide – ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman
terapeutiknya.
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia
yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang
diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman
seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang
akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan
mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh
pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu
(adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke
psikologis.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal.
Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence
adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual
disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi
di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri
yang utuh, integral, dan sejati.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung
menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan –
paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang
bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya
bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau
sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu
melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka
sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri
bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai
respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa
melepaskan subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu
dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek – aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena
ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan
seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Teori Rogers ini memang sangat populer dengan masyarakat Amerika yang memiliki
karakteristik optimistik dan independen karena Rogers memandang bahwa pada dasarnya
manusia itu baik, konstruktif dan akan selalu memiliki orientasi ke depan yang positip.
Pertanyaannya yaitu : Apakah teori ini juga akan sama efektifnya jika diaplikasikan
pada masyarakat dengan budaya, dan struktur sosial serta sistem kemasyarakatan
yang berbeda dengan Amerika?
Sumber Referensi:
Schultz, Duane. Psikologi Pertumbuhan: Model – Model Kepribadian Sehat. Jogjakarta: Kanisius, 1991.
Seandainya anda memiliki sebuah DeskTop PC (Personal Computer) dengan spesifikasi
PENTIUM IV 3 Ghz, HardDisk 40 GB, DDRAM 256 MB, CDRW 52x36x48, SoundCard
Yamaha, VGA GeForce, OS MS Windows XP Pro, dan berbagai komponen yang
mutakhir lainnya. Lalu andaikan OS (Operating System) yang anda gunakan untuk PC
tadi adalah MS DOS 3.0 bukan Windows XP apa yang terjadi pada PC tersebut?
Ada 2 kemungkinan, yang pertama mungkin PC anda tidak mau jalan karena OS
yang anda gunakan sudah ketinggalan jaman. Yang kedua, PC anda jalan tapi
tidak bekerja optimal sehingga keunggulan komponen-komponen tidak dapat
dirasakan.
Nah, itulah konsep diri. Konsep diri adalah Operating System bagi NeckTop PC,
yaitu Sistem Persyarafan tubuh kita. Kita ini merupakan sebuah komputer yang
paling canggih tetapi tanyakan pada diri kita, “Apa kita sudah sering meng-
upgrade konsep diri kita?”
Komponen Konsep Diri. Konsep diri memiliki 3 komponen yang sangat penting
karena akan mempengaruhi hidup kita mulai saat kecil hingga sekarang,
komponen tersebut antara lain :
1. Diri Ideal.Dalam konteks dunia pendidikan, diri ideal yang sering ditetapkan
orangtua adalah anak harus mendapat nilai sempurna (100 atau A). dalam setiap ujian
2. Citra Diri.Anda akan selalu bertindak atau bersikap sesuai dengan gambar yang
muncul dalam cermin/citra diri anda.
3. Harga Diri.Semakin anda menyukai diri anda, menerima diri anda, & hormat pada
diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga & bermakna, maka semakin tinggi
harga diri anda.
Bangunan konsep diri itu seperti meja, dimana terdapat kaki-kaki penyokongnya.
Yang sangat berperan dalam “Meja” tersebut antara lain :
Kita akan lihat bagaimana terbentuk “meja” tadi lewat kisah berikut :
Saat anda masih kecil anda tidak sengaja memecahkan gelas lalu ibu anda mengatakan.
“Anak bodoh, masak mbawa gelas aja gak becus!”.Otomatis “meja” anda berbentuk
Lalu saat sekolah anda mendapat nilai jelek sehingga bentuk meja menjadi:
Berbeda kisahnya seandainya saat memecahkan gelas, ibu anda mengatakan “Kamu
tidak apa-apa Nak?Lain kali hati-hati ya..”. Dan saat ujian orangtua anda menghargai
nilai anda, maka meja akan berbentuk
Dari kisah diatas dapat anda lihat efek yang akan terjadi apabila konsep diri yang kita
miliki adalah salah satu meja diatas, bisa jadi positif bahkan mungkin negatif.
Sangat tidak pantas sekali jika kita langsung menyalahkan orangtua atau guru yang
dimasa lalu telah membentuk konsep diri anda menjadi “Saya Bodoh”. Kita sudah
dewasa, jadi kita harus merubahnya sendiri.
4. Visualisasi Multi SensoriAgar dapat melakukan cara ini, anda harus masuk
dalam kondisi alfa(kondisi di saat anda ingin tidur sehingga terasa rileks dan agak
“fly”).Setelah masuk kondisi alfa, lakukan langkah-langkah untuk melakukan visualisasi
multi sensori, yakni :
•
o 1. Tuliskan semua hal-hal positif seperti sikap, kepribadian, karakter,
integritas, atau apa sajayang anda perlu ada dalam diri anda yang
sukses.
o 2. Masuklah ke dalam kondisi alfa.
o 3. Saat kondisi alfa, gunakan mata pikiran untuk melihat diri sendiri
yang telah sukses lengkap dengan semua hal positif yang telah anda
tuliskan. Lihatlah diri anda yang sedang menerima ucapan selamat dan
pandangan hormat & kagum dari orang sekitar anda.Setelah elihat diri
anda, coba rasakan perasaan anda saat itu?Masuk lebih dalam dan
nikmati! Saat melihat & merasakan hal tersebut, suara apa yang muncul
dalam benak anda?apa yang anda katakan mengenai diri anda sendiri?
(Lakukan selama 10 menit)
o 4. Setelah itu, buka mata perlahan-lahan, gerakkan ujung jari anda.
Jangan langsung bergerak!Resapi perasaan sukses yang sedang anda
rasakan.
5. Goal SettingPada saat anda mulai bisa melihat diri anda sebagai pribadi yang
kompetenpada saat itulsh konsep diri mulai berubah. Lalu bagaimana cara membuat &
menggunakan goal setting untuk meningkatkan konsep diri? Caranya sebagai
berikut ;
•
o 1. Tentukan & putuskan apa yang anda inginkan (tujuan) sejelas-
jelasnya.
o 2. Tuliskan di selembar kertas (jangan hanya diingat.
o 3. Tetapkan tenggat waktunya, kapan goal harus tercapai.
o 4. Uraikan goal itu menjadi sub-goal yang terukur & terarah.
o 5. Buat daftar tindakan yang harus anda lakukan untuk mencapai
tujuan.
o 6. Atur daftar tindakan anda menjadi suatu perencanaan-tuliskan di atas
kertas.
o 7. Lakuakan tindakan!
o 8. Lakukan sesuatu yang relevan setiap hari yang membawa dekat
dengan tujuan
o 9. Tinjaulah setiap hari.
o 10. Rencanakan setiap tindakan yang akan dilakukan (sehari
sebelumnya).
o 11. Tetapkan prioritas dengan A,B,C,D,&E.
o
A=Sangat pentingàkalau tidak dilakukan, mendatangkan
akibat serius.
B=Perlu dilakukan àBila tidak, mengakibatkan efek negatif
yang tidak terlalu berat.
C= Baik untuk dikerjakanàTidak ada akibat negatif
(Nonton, ngobrol,dll).
D=Delegasikan/out-sourceBebaskan waktu anda.
E=EliminateAbaikan saja.
o Sehingga didapatkan contoh goal setting sbb:
Personal
Meaning
Personal meaning dianggap menjadi salah satu hal yang penting yang menggerakkan
individu mencapai prestasi. Selain itu, Frankl (dalam Wiebe, 2001) memandang bahwa
seseorang yang memiliki personal meaning yang positif (fulfillment of personal meaning)
dalam kehidupan, berkontribusi kepada harapan dan optimisme dan menghargai
terjadinya suatu masa buruk dalam siklus kehidupan.
Bilamana terjadi suatu kejadian atau peristiwa buruk, personal meaning diyakini dapat
membantu memunculkan kebangkitan diri individu dari keadaan yang tidak diinginkan.
Frankl (dalam Wiebe, 2001) berkeyakinan bahwa meaningfulness (kebermaknaan) dalam
hidup, berhubungan dengan self esteem yang tinggi dan perilaku yang murah hati terhadap
orang lain, sedangkan meaningless (ketidakbermaknaan) dalam hidup berasosiasi dengan
ketidakpedulian atau melepaskan diri (diengagement).
1. Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna , secara positif pasti meyakini
konsep-konsep tertentu, seperti humanistik, religiusitas, atau idiosyncratic yang
berhubungan dengan makna kehidupan.
2. Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka
untuk mencapai arah dan tujuan hidup mereka.
3. Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna , entah hidup mereka sudah
bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya.
4. Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri seseorang ,
akan muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan rasa bangga
terhadap kehidupan mereka.
b. Perspektif Eksistensial
Personal meaning menurut perspektif eksistensialis didasarkan dari berbagai pemikiran
filosofi, psikiatri dan psikolog. Sartre, Kierkegaard, dan Nietzche, di mana semuanya
penganut eksistensialis yang sangat meyakini pengalaman seseorang, pada waktu dan
situasi tertentu. (May & Yalom, 1995 dalam Wiebe,2001). Tujuan pokok Humanisme –
Eksistensialis adalah keselamatan dan kesempurnaan manusia.
1. Tujuan hidup yang dimaksud oleh Reker (1997), dapat dianggap sama dengan
makna hidup yang dimaksud Bastaman (1996). Tujuan dan makna hidup, sama-
sama memiliki peran sebagai arah individu tersebut dalam menjalani kehidupan
selanjutnya.
2. Sebelum memiliki tujuan dan makna hidup, individu akan melalui tahap
pemahaman diri , yaitu proses pencarian dan penyadaran atas keadaan diri yang
menghasilkan suatu tujuan atau makna hidup individu tersebut. Tahap pemahaman
diri ini dapat diartikan sama dengan identitas yang jelas pada definisi personal
meaning Reker (1997).
3. Setelahnya, individu akan melalui tahapan pengubahan sikap, suatu proses
penyadaran yang semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi
masalah. Hal ini didorong pula oleh rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada
(eksis) pada individu tersebut.
4. Kemudian, individu akan melalui tahapan keikatan diri terhadap tujuan dan makna
hidupnya.
5. Individu akan masuk ke tahap kegiatan terarah, yaitu melakukan upaya pencapaian
tujuan danmakna hidup. Pada tahap ini individu telah memiliki arah yang jelas dan
nyata, yang dapat dilakukan dalam usahanya mencapai tujuan dan makna hidup.
6. Komponen dukungan sosial yang diungkapkan Bastaman (1996), merupakan
komponen pelengkap yang berperan penting dalam pencapaian tujuan dan makna
hidup atau personal meaning individu. Sedangkan kesadaran sosial yang tinggi
dapat dianggap sebagai komponen pendukung atau hasil dari pencapaian tujuan
dan makna hidup individu.
Dimensi Meaning
Reker dan Wong (dalam Reker&Chamberlain, 2000) melakukan kolaborasi teori, yang
menghasilkan 4 dimensi meaning. Empat dimensi meaning tersebut berhubungan dengan
1) bagaimana meaning dialami (structural components), 2) isi dari pengalaman (sources
of meaning), 3) perbedaan bagaimana meaning dialami (breadth), dan 4) kualitas
pengalaman bermakna (depth).
a. Structural components
Komponen struktural ini menjelaskan bagaimana meaning dialami oleh seseorang, yang
terdiri dari komponen kognitif, motivasional, dan afektif, serta dan komponen personal
dan sosial.
Komponen Kognitif
Diartikan sebagai sistem keyakinan individu dan pandangan menyeluruh yang telah
terbangun dalam konteks budaya yang spesifik dan dipengaruhi oleh pengalaman
kehidupan individu yang unik. Umumnya, pertanyaan-pertanyaan fundamental yang
dipengaruhi komponen kognitif adalah ”Apa yang saya lakukan dalam kehidupan ini
bernilai?” atau ” Apa yang membuat kehidupan menjadi berarti?”. Oleh karena itu,
komponen kognitif menjadi bagian dari pemberian makna pada suatu pengalaman hidup.
Individu tidak hanya memberi makna dari sistem kepercayaan atau pandangan masyarakat
, tetapi juga mencari pengertian eksistensial melalui nilai dan tujuan dari kejadian atau
pengalaman hidup, lingkungan atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Komponen Motivasional
Adalah sistem nilai yang dibangun pada setiap individu. Nilai, adalah pedoman
kehidupan, yang mengarahkan apa tujuan yang harus dicapai oleh seseorang, dan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Nilai ditentukan oleh kebutuhan individu,
kepercayaan dan masyarakat. Proses untuk mencapai tujuan tertentu dan pencapaian
mereka, meningkatkan sense of purpose dan meaning pada satu eksistensi. Komponen
motivasional melihat personal meaning sebagai sifat dasar kognitif dan perilaku, secara
konsisten mengejar tujuannya dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang menurutnya
berguna. Komponen ini paling penting untuk menjaga individu agar tetap bertahan ,
dalam menghadapi atau melalui rintangan, atau pengalaman traumatis yang ekstrem.
Komponen Afektif
Komponen ini terdiri dari rasa puas (satisfaction) dan pemenuhan atau perasaan terpenuhi
(fulfillment) individu yang didapat dari pengalaman-pengalaman dan keberhasilan
mencapai tujuan individu tersebut. Perasaan terpenuhi merupakan hasil dari cara berpikir
yang positif dalam kehidupan. Walaupun, perjuangan untuk mencapai kebahagiaan belum
tentu menghasilkan rasa makna diri yang besar, bagaimanapun juga rasa makna diri
tersebut akan memberikan rasa puas pada individu yang berjuang tersebut.
Reker dan Wong (dalam Reker&Chamberlain, 2000) mengatakan bahwa ketiga
komponen di atas tersebut saling berhubungan satu sama lain. Dalam penelitian yang
dilakukan Ranst dan Marcoen (dalam Reker&Chamberlain, 2001) ditemukan bahwa
komponen motivasional dan komponen afektif mempengaruhi komponen kognitif,
sedangkan komponen motivasional tidak saling berpengaruh dengan komponen afektif.
8. Fulfillment (perasaan
terpenuhi dan rasa puas
atau senang)
c. Breadth of meaning
Breadth of meaning adalah kecenderungan individu untuk mengalami atau memperoleh
meaning dari beberapa sumber yang berbeda. DeVogler-Ebersole dan Ebersole (dalam
Reker dan Chamberlain, 2000) menyatakan bahwa pada umumnya individu memperoleh
meaning dari berbagai sumber , dan hanya sedikit individu yang hanya memperoleh
meaning dari satu sumber. Reker dan Wong (dalam Reker dan Chamberlain, 2000)
menyatakan bahwa individual 1) akan mengalami meaning dari beberapa sumber yang
berbeda, dan 2) semakin banyak sumber meaning yang dimiliki, maka akan mengarahkan
individu tersebut ke rasa pemenuhan (fulfillment) yang lebih besar.
d. Depth of meaning
Depth of meaning menunjukkan kualitas dari pengalaman meaning individu. Apakah
pengalaman meaning individu tersebut dangkal, dalam, atau hanya sebagian. Menurut
Reker dan Wong (dalam Reker dan Chamberlain, 2000), terdapat empat (4) level depth
yang menunjukkan tingkat meaning yang dialami individu. Keempat level depth ini
dikategorikan menjadi ; self-preoccupation dengan kesenangan dan kenyamanan (level 1),
pengabdian waktu dan tenaga untuk mewujudkan potensi diri (level 2), pelayanan bagi
orang lain dan komitmen terhadap lingkup sosial yang lebih luas , atau alasan politis
(level 3), dan nilai yang menyenangkan yang melebihi arti individu dan meliputi alam
semesta, dan tujuan akhir kehidupan (level 4). Namun, O’Connor dan Chamberlain
(dalam Reker dan Chamberlain, 2000), menemukan kesulitan melakukan prosedur dalam
menentukan levels of depth seseorang sesuai dengan kriteria depth of meaning yang
dipaparkan Reker dan Wong (dalam Reker dan Chamberlain, 2000). Kesulitan prosedur
yang dihadapi adalah adanya hubungan yang tidak setara antara sumber kategori meaning
dan levels of depth. Misalnya, sumber kategori meaning yang dimiliki seseorang hanya
melayani orang lain, dengan demikian apakah individu ini dapat langsung dimasukkan ke
dalam level tiga (3) ? Menurut O’Connor dan Chamberlain (dalam Reker dan
Chamberlain, 2000), depth merupakan dimensi yang penting untuk menggamarkan
personal meaning seseorang, namun O’Connor dan Chamberlain menyatakan bahwa
masih diperlukan konsep depth of meaning yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini depth of meaning tidak akan digali mengingat masih terjadi perdebatan
konsep depth of meaning ini, untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam
mengintepretasi dan menganalisis data.
Proses penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna atau Penemuan
Personal Meaning
Bastaman (1996) melihat proses makna hidup seseorang dalam suatu proses yang
merupakan urutan pengalaman dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih
bermakna, atau berdasarkan definisi Reker disebut proses penemuan personal meaning.
Lukas (1986) , melihat ada dua bagian besar antara individu yang telah menemukan
personal meaning dan individu yang masih mencari personal meaning. Individu yang
belum menemukan personal meaning dapat dibedakan mejadi dua bagian lagi yaitu
individu yang berhenti dan terperangkap (stuck) dalam pencarian mereka (people in
doubt), dan individu yang masih aktif mencari personal meaning nya. Sedangkan individu
yang telah menemukan personal meaning juga dibagi menjadi dua, yaitu individu yang
memiliki sistem nilai piramidal (people in despair) dan individu yang memiliki sistem
nilai paralel.
Kratochvil (dalam Lukas, 1986) mengungkapkan, individu yang memiliki sistem nilai
piramidal adalah individu yang hanya memiliki satu nilai besar dalam hidupnya di atas
nilai-nilai kehidupannya yang lain. Sedangkan individu yang memiliki sistem nilai paralel
adalah individu yang memiliki beberapa nilai yang sama-sama kuat dalam kehidupannya,
semua nilai yang dimilikinya sama berartinya.
Kratochvil (dalam Lukas, 1986) juga menegaskan bahwa individu yang memiliki sistem
nilai paralel, umumnya lebih sehat dan stabil daripada individu yang memiliki sistem nilai
piramidal. Ada dua alasan yang mendasari pemikiran Kratochvil ini, yaitu ;
1. Individu yang memiliki sistem nilai paralel lebih mudah menggantikan (replace)
nilai miliknya yang hilang. Misalnya, seorang ibu yang berhenti berkarir, masih
memiliki prestasi lain di kegiatan sosial dan kesibukan dalam rumah tangganya.
Sedangkan individu dengan sistem nilai piramidal, konsep keseluruhan hidupnya
mudah dikacaukan (shambles).
2. Umumnya, individu yang hanya memegang satu nilai tertinggi, cenderung fanatik
atau tidak dapat bertoleransi terhadap suatu situasi kehidupan. Misalnya, seorang
ibu yang hidup hanya untuk anaknya, sulit untuk memahami perilaku ibu-ibu lain
yang dapat menitipkan anaknya untuk pergi bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, H. D, (1996). Meraih Hidup Bermakna : Kisah Pribadi dengan Pengalaman
Tragis. Jakarta : Paramadina
Bourne Jr, L.E. & Ekstrand, B.R., (1973). Psychology : It’s Principles & Meanings.
Illinois: Dryden Press
Frankl, V.E., (2006). Man’s Search for Meaning. Boston : Beacon Press