Anda di halaman 1dari 13

A.

INFEKSI STAPHYLOCOCCUS

• Patogen paling sering yang menyebabkan infeksi adalah golongan


Staphylococcus aureus.

• Manifestasi yang timbul dari infeksi ini dapat berupa impetigo, ektima,
folikulitis, dan furunkulosis.

• Reaksi sistemik yang menyertai infeksi dapat berupa Staphylococcal Scalded


Skin Syndrome (SSSS), staphylococcal scarlet fever, dan staphylococcal toxic
shock syndrome.

• Daerah predileksi yang paling sering terkena infeksi adalah di daerah nares,
pharynx, ekstremitas superior, inguinal, aksila, perirectal, rectal,

Manifesktasi klinis yang dapat timbul dari infeksi Staphylococcus aureus berupa :

1. Impetigo Non Bulosa


Ditemukan dalam 70% kasus dari kasus impetigo. Penyakit ini biasanya
terjadi pada anak-anak dengan daerah predileksi di wajah, yaitu disekitar nares
anterior dan ekstremitas. Lesi pada awal dapat berupa papul eritema kemudian
menjadi vesikel dan pustule. Saat vesikel dan pustul ruptur akan terbentuk
krusta yang berwarna seperti madu dengan dasar eritematous. Pada daerah
nares, dapat disertai pruritus dan nyeri.
2. Impetigo Bulosa
S. aureus menghasilkan exfoliating toxins. Toksin ini dapat memecah
ikatan desmoglein 1 pada epidermis sehingga terbentuk bula dengan atap yang
tipis (thin-roofed bullae), vesikel, pustule. Manifestasi ini lebih sering terjadi
pada bayi baru lahir dan anak-anak. Daerah predileksi terletak pada ketiak,
leher, tangan, dada, dan punggung. Pada 90% kasus, ditemukan limfadenopati
regional. Lesi dapat berupa vesikel yang secara cepat dan progresif berubah
menjadi flaccid bullae. Bula berisi cairan kuning jernih pada awal kemudian
berubah menjadi kuning gelap dan keruh. Tepi lesi berbatas tegas tanpa halo
eritematosus. Bula akan mengalami ruptur dalam dalam 1-2 hari sehingga
terbentuk krusta yang berwarna kuning keemasan.
Komplikasi yang dapat terjadi berupa selulitis, limfangitis, sepsis,
osteomyelitis, septic arthritis serta pneumonia. Tatalaksana dalam impetigo
yaitu mersihkan krusta, jika terjadi perlegketan dapat dilakukan kompres
terbuka. Pada impetigo bulosa ringan dapat diberikan antibiotik topical
(Mupirosin ointment 2% atau Retapamulin oinment 1% ) sebanyak 2 kali per
hari selama 5-7 hari. Pada impetigo berat dapat ditambahkan antibiotik sistemik
selama 7 hari (Dicloxacilin 500 mg, Cephalexin 500 mg, Eritromisin 500 mg,
Clindamisin 450 mg) sebanyak 4 kali dalam sehari.
3. Ektima
Ektima merupakan pyoderma ulseratif. Patogen paling sering yang
menyebabkan ektima adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus Group-
A (GAS). Dapat merupakan manifestasi dari impetigo yang tidak tertangani.
Daerah predileksi yang paling sering terjadi ektima adalah pada ekstremitas
inferior. Ektima sering ditemukan pada penderita diabetes dan lansia. Lesi
dapat beruba ulkus dangkal tertutup krusta berwarna abu kekuningan dengan
dasar granulasi. Disertai edema pada area sekitar lesi. Terapi dilakukan
pemberian antibiotika oral selama 7 hari.
4. Folikullitis
Merupakan infeksi yang terjadi pada folikel rambut. Etiologi paling
sering terjadi disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Daerah predileksi
folikulitis dapat ditemui di sclaps dan janggut. Selain itu dapat terjadi pada
aksila, ekstremitas, dan bokong. Lesi yang ditemukan berupa pustul dome-
shaped ditemukan pada folikel rambut. Disekitar pustul dapat ditemukan
eritema. Pada superficial folikulitis/Impetigo Bockhart ditemukan pustula kecil
(dome shape) yang mudah pecah pada infundibulum (ostium) folikel rambut.
Lesi dapat sembuh tanpa bekas dalam beberapa hari. Sering terjadi pada anak-
anak dengan daerah paling sering pada scalp. Pada deep folikulitis/sycosis
barbae, folikulitis terletak lebih dalam dengan inflamasi perifolikuler terjadi
pada daerah janggut dan kumis yg berambut. Lesi berupa pustula seperti bisul
kecil, ditengahnya ditembus rambut. Bila tidak segera diberikan terapi, lesi
dapat menjadi lebih dalam dan kronik. Terapi dilakukan dengan menjaga
kebersihan kulit, makanan tinggi protein dan kalori, antibiotika sistemik seperti
eritromisin, antibiotika topical seperti asam fusidat. Bila terdapat eksudasi
dapat dikompres dengan NaCl 0,9%.
5. Furunkel
Merupakan infeksi pada sekitar folikel rambut. Penyebab paling sering
adalah karena infeksi oleh Staphylococcus aureus. Daerah predileksi dari
furunkel yaitu daerah berambut yaitu pada leher bagian belakang, muka, ketiak
dan bokong. Lesi berupa nodul folikulosentrik yang padat dan berwarna merah
yang nyeri dan berfluktuasi. Jika lesi ruptur dapat keluar discharge pus dan
bahan nekrotik. Lesi dapat soliter ataupun multiple. Lesi terasa sangat nyeri,
disertai demam dan pembesaran kelenjar getah bening. Terapi diberikan dengan
edukasi mengenai higiene kulit. Pada lesi berupa infiltrate, dilakukan kompres
dengan NaCl 0.9%. Diberikan antibiotika sistemik. Apabila lesi sudah matang,
dapat dilakukan insisi dan aspirasi, selanjutnya dikompres atau diberi
antibiotika topical. Pada orang dewasa perlu dilakukan pencarian terkait
penyakit yang menyebabkan terjadinya/underlying disease (paling sering
karena diabetes mellitus).

6. Karbunkel
Merupakan kumpulan dari beberapa furunkel (furunkulosis) yang
terletak lebih dalam, lebih ekstensif, sangat nyeri. Daerah predileksi paling
sering yaitu pada leher belakang, punggung, dan paha. Lesi berupa pustule
multiple pada sekitar folikel rambut disertai eritema pada kulit sekitar. Pada
pustule ditemukan lubang kuning keabuan ireguler ditengahnya. Pada pasien
disertai demam, malaise, dan nyeri sekali. Terapi secara umum yaitu menjaga
kebersihan dan mencegah luka-luka kulit. Bila ditemukan lesi infiltrat dapat
diberikan antibiotik topical. Pada lesi yang sudah matang, dilakukan insisi dan
aspirasi, kemudian dilakukan pemasangan drainase, kompres NaCl 0.9% serta
diberikan antibiotika sistemik.

7. Abses
Abses terjadi pada folikulosentrik. Lesi dapat berupa nodul eritematous
yang membesar secara progresif. Terapi dapat diberikan antibiotika sistemik.
8. Botryomycosis
Merupakan infeksi purulent kronis pada daerah subkutan. Faktor
predisposisi dari manifestasi ini adalah trauma, imunosupresi, alcoholism, dan
diabetes mellitus. Lesi ditemukan soliter paling sering pada area genital berupa
nodul eritem lunak dengan batas tegas. Terapi dapat dilakukan dengan kompres
dengan NaCl 0.9%. Dilakukan pemberian antibiotik topical (Mupirocin atau
Clindamycin) serta antibiotik sistemik.
9. Staphylococcal paronychia
Daerah predileksi ditemukan pada kuku jari. Lesi berupa kemerahan
pada lipatan kuku yang teraba hangat, dan lunak disertai abses. Terapi dapat
dilakukan dengan kompres dengan NaCl 0.9%. Dilakukan pemberian antibiotik
topical (Mupirocin atau Clindamycin) serta antibiotik sistemik.

10. Staphylococcal Whitlow


Merupakan infeksi purulen atau abses yang mengenai bulbus distal jari.
Port d’entry pathogen pada manifestasi ini berupa trauma. Dari klinis pasien
terasa sangat nyeri. Lesi berupa abses pada jari disertai eritema pada daerah

sekitar yang teraba hangat, keras dan edem pada jari. Terapi dapat dilakukan
dengan kompres dengan NaCl 0.9%. Dilakukan pemberian antibiotik topical
(Mupirocin atau Clindamycin) serta antibiotik sistemik.
11. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
Merupakan suatu penyakit epidermolitik yang disebabkan oleh toksin
stafilokokus. Patogen paling sering yang menyebabkan manifestasi ini adalah
Staphylococcus aureus. Lesi ditandai dengan epidermolisis luas eritema.
Kondisi ini terjadi terutama pada bayi dan anak <2 tahun. Pada pemeriksaan
didapatkan demam tinggi disertai Infeksi saluran napas atas. Lesi berupa
eritema yang timbul mendadak pada daerah muka,leher,ketiak, lipat paha
secara menyeluruh dalam 24 jam. Kemudian muncul bula-bula berdinding
kendur dalam 24-48 jam. Pada pemeriksaan didapatkan Nikolsky sign (+).
Dalam 2-3 hari pengeriputan spontan disertai pengelupasan lembaran-
lembaran kulit sehingga tampak daerah-daerah erosif. Terapi dapat diberikan
antibiotik sistemik kloksasilin (dewasa 3x250 mg; neonatus 3x50 mg),
klindamisin serta sefalosporin generasi I. Terapi topical dengan Sufratulle serta
krim antibiotik.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam infeksi stafilokokus antara lain :

• Pengecatan gram

• Kultur bakteri

• Pemeriksaan histopatologi (dapat ditemukan infiltrasi neutrophil)

• Radiografi

Manajemen diagnostic dalam infeksi stafilokokus dapat dilihat pada bagan berikut :

Anda mungkin juga menyukai